Model Transmisi Digital Optik Isyarat Analog Dengan Modulasi Delta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA. Pengukuran dan analisa dilakukan bertujuan untuk mendapatkan

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal.

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta

MODULASI DELTA ADAPTIF

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran.

LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER IV TH 2010/2011

1. Adaptive Delta Modulation (ADM) Prinsip yang mendasari semua algoritma ADM adalah sebagai berikut:

DEMODULASI DELTA. Budihardja Murtianta

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Telekomunikasi telah menempati suatu kedudukan yang penting

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISA

PEMODELAN SISTEM AUDIO SECARA WIRELESS TRANSMITTER MENGGUNAKAN LASER POINTER

BAB III PERANCANGAN ALAT

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PULSE CODE MODULATION MENGGUNAKAN KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA

MODULASI DELTA. Budihardja Murtianta. Intisari

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

BAB III PERANCANGAN PEDOMAN PRAKTIKUM

TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR. Kuliah 5 Modulasi Pulsa

MODUL PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI DIGITAL

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. regulator yang digunakan seperti L7805, L7809, dan L Maka untuk

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN ALAT

PENGKONDISI SINYAL OLEH : AHMAD AMINUDIN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang

DAFTAR ISI. Abstrak... Abstract... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... BAB I Pendahuluan Latar Belakang...

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS MATA KULIAH KAPITA SELEKTA Desain Sistem PLC 1 Arah Dosen: Bp. Binsar Wibawa

BINARY PHASA SHIFT KEYING (BPSK)

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. serta pengujian terhadap perangkat keras (hardware), serta pada bagian sistem

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN

Penguat Inverting dan Non Inverting

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T

BAB II LANDASAN TEORI

Quadrature Amplitudo Modulation-16 Sigit Kusmaryanto,

MODULATOR DAN DEMODULATOR BINARY ASK. Intisari

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM. menjadi tiga bit (tribit) serial yang diumpankan ke pembelah bit (bit splitter)

BAB III ANALISA RANGKAIAN

Perancangan Prototipe Transmitter Beacon Black Box Locator Acoustic 37.5 khz Pingers

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

RANCANG BANGUN WHIRLPOOL DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN

B B BA I PEN EN A D HU LU N 1.1. Lat L ar B l e ak an Mas M al as ah

Desain dan Implementasi Catu Daya Searah Berarus Besar Bertegangan Kecil

BAB IV PROTOTYPE ROBOT TANGGA BERODA. beroda yang dapat menaiki tangga dengan metode pengangkatan beban pada roda

1.2 Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun sirkit sebagai pembangkit gelombang sinus synthesizer berbasis mikrokontroler

PERANCANGAN DEMODULATOR BPSK. Intisari

Rijal Fadilah. Transmisi & Modulasi

Desain dan Implementasi Catu Daya Searah Berarus Besar Bertegangan Kecil

penulisan ini dengan Perancangan Anti-Aliasing Filter Dengan Menggunakan Metode Perhitungan Butterworth. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Sampling Teori Sampl

BAB II DIGITISASI DAN TRANSMISI SUARA. 16Hz 20 khz, yang dikenal sebagai frekwensi audio. Suara menghasilkan

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate

RANCANG BANGUN ROBOT PENGANTAR SURAT MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S51

BAB V MULTIVIBRATOR. A. Pendahuluan. 1. Deskripsi

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Budihardja Murtianta. Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik UKSW Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

Dalam kondisi normal receiver yang sudah aktif akan mendeteksi sinyal dari transmitter. Karena ada transmisi sinyal dari transmitter maka output dari

No Output LM 35 (Volt) Termometer Analog ( 0 C) Error ( 0 C) 1 0, , ,27 26,5 0,5 4 0,28 27,5 0,5 5 0, ,

BAB II TEKNIK PENGKODEAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB 3 PERANCANGAN DAN REALISASI

BAB II LANDASAN TEORI. tergantung pada besarnya modulasi yang diberikan. Proses modulasi

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum

LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016

BAB VI PEMANGKAS (CHOPPER)

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

BAB 2 LANDASAN TEORI. input mengendalikan suatu sumber daya untuk menghasilkan output yang dapat

Rijal Fadilah. Transmisi Data

BAB III PERANCANGAN. Pada perancangan perangkat keras (hardware) ini meliputi: Rangkaian

Menyebutkan prinsip umum sinyal bicara dan musik Mengetahui Distorsi Mengetahui tentang tranmisi informasi Mengetahui tentang kapasitas kanal

BAB II DASAR TEORI. Sistem pengukur pada umumnya terbentuk atas 3 bagian, yaitu:

VOLTAGE PROTECTOR. SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

Perancangan Modulator dan Demodulator pada DPSK

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

APLIKASI RDS (Radio Data Sytem) PADA SIARAN FM KONVENSIONAL

BABII TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

PENGENDALIAN ALAT-ALAT LISTRIK DENGAN SINYAL AUDIO MEMANFAATKAN JALA-JALA LISTRIK

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555)

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

RANCANG BANGUN SISTEM KOMUNIKASI RADIO DIGITAL SEBAGAI REMOTE KONTROL SAKLAR LAMPU PADA BANGUNAN BERBUDAYA BALI

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL

- S. Indriani Lestariningati, M.T- Week 3 TERMINAL-TERMINAL TELEKOMUNIKASI

1.2 Rumusan Masalah Permasalahan-permasalahan yang perlu dirumuskan untuk akhirnya dapat

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III KONSEP DASAR PERANCANGAN

TRANCEIVER INFRA MERAH TERMODULASI UNTUK PENGENDALIAN ALAT-ALAT LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. 500 KHz. Dalam realisasi modulator BPSK digunakan sinyal data voice dengan

Transkripsi:

Model Transmisi Digital Optik Isyarat Analog Dengan Modulasi Delta Iwan Handoyo Putro Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra E-mail: iwanhp@petra.ac.id Abstrak Makalah ini menjelaskan pembuatan model transmisi sinyal digital menggunakan modulasi delta. Model yang dibangun terdiri dari bagian pemancar dan penerima. Komponen utama pada model ini adalah integrator yang berfungsi mengubah rentetan pulsa digital menjadi sinyal tangga dengan lebar langkah tetap untuk setiap pulsa high dan low. Hasil pengujian menunjukkan model mampu melakukan proses modulasi dan demodulasi sinyal dengan baik dan mampu memperlihatkan kondisi slope overload. Step integrasi yang digunakan 0,4 volt dengan frekuensi sampling 125 KHz. Kata kunci : modulasi delta, integrator, slope overload Abstract This paper describes about making digital signal transmission model using delta modulation. Model that build consist of transmiter and reciver side. Main part of this model is integrator which changing series digital pulse into staircase signal with fixed step for every high and low pulse. Experiment result show that the model able to do modulation and demodulation process well and could show the slope overload condition. Integration step used is 0,4 volt with frequency sampling at 125 KHz Keywords : delta modulation, integrator, slope overload Pendahuluan Saluran transmisi sistem komunikasi dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan besar yaitu saluran transmisi kabel konvensional, saluran transmisi media udara dan saluran komunikasi dengan media serat optik. Dalam makalah ini dipaparkan perencanaan dan pembuatan trainer yang dapat dijadikan model untuk mengetahui proses pengubahan sinyal analog ke digital dan digital ke analog serta sifat dan karakteristik sinar infra merah sebagai gelombang pembawa isyarat audio. Ada dua proses utama yang dibahas dan dikerjakan dalam proyek ini, yaitu proses pengolahan sinyal menggunakan modulasi delta sebagai salah satu metode pengolahan sinyal analog ke digital dalam transmisi optik isyarat audio dan prinsip kerja Quantizer pada bagian penerima yang berfungsi untuk mengubah sinyal digital menjadi sinyal analog. Bagian penerima juga dilengkapi dengan penguat audio dan speaker untuk menunjukkan kualitas rekonstruksi sinyal. Catatan: Diskusi untuk makalah ini diterima sebelum tanggal 1 November 2003. Diskusi yang layak muat akan diterbitkan pada Jurnal Teknik Elektro volume 4, nomor 1, Maret 2004. Media transmisi yang digunakan adalah media udara dengan perantaraan sinar infra merah. Pemfokusan cahaya pada pengamatan dilakukan semaksimal mungkin sehingga pada laporan ini tidak akan diulas mengenai banyaknya energi cahaya yang tersebar. Makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut : diawali dengan bagian pendahuluan berisi latar belakang permasalahan, dilanjutkan dengan konsep dasar modulasi delta, perancangan sistem yang diikuti dengan analisa dari data hasil pengujian, dan ditutup dengan kesimpulan. Modulasi Delta Modulasi Delta dikembangkan mulai tahun 1940 untuk aplikasi voice telephony. Modulasi delta merupakan sebuah teknik modulasi dimana suatu sinyal analog dapat dikodekan dalam digit (bit) kembar. Karena itu modulasi delta merupakan salah satu sistem berbasis Pulse Code Modulation (PCM). Dibandingkan sistem berdasar PCM yang lain modulasi delta memiliki kelebihan yaitu sirkuit elektronik yang dibutuhkan bagi modulasi pada bagian pengirim dan khususnya lagi pada bagian 107

Jurnal Teknik Elektro Vol. 3, No. 2, September 2003: 107-111 penerima lebih sederhana daripada perangkat keras yang dibutuhkan untuk sistem berbasis PCM yang lain. Gambar 1 menunjukkan sistem modulasi delta yang sederhana. Gambar 1. Sistem Modulasi Delta Prinsip kerja modulasi delta adalah pemancaran rentetan pulsa-pulsa dengan lebar-tetap, yang polaritasnya menunjukkan apakah keluaran demodulator harus naik atau turun pada masingmasing pulsa. Keluaran dibuat naik atau turun oleh suatu tinggi langkah yang tetap pada masing-masing pulsa. Gambar 2 memperlihatkan jalannya proses pengolahan sinyal dengan modulasi delta. ini menyebabkan m (t) naik atau turun dengan suatu tinggi langkah yang tetap untuk setiap pulsa + atau yang sampai ke masukannya. Pada penerima, sebuah regenerator membentuk kembali sinyal yang diterima dan menghilangkan sebagian besar kebisingan. Sinyal kemudian dimasukkan ke sebuah integrator yang lain, yang menyusun kembali m (t), bentuk gelombang tangga tersebut. Sinyal ini kemudian diteruskan lewat sebuah filter low-pass untuk menghilangkan kebisingan kuantisasi, sehingga hanya akan tertinggal sebuah replika (tiruan) m (t) dari sinyal asli. Desain Sistem 1. Bagian Pemancar Bagian pemancar terdiri dari: penguat differensial, komparator, multivibrator, integrator, penyangga dan pengirim optik. Gambar 3 memperlihatkan blok diagram perencanaan pemancar. Gambar 2. Pengolahan Sinyal dengan Modulasi Delta Sinyal modulasi m(t) dikenakan ke masukan yang membalik (inverting input) dari sebuah penguat diferensial. Suatu versi yang disusun kembali dari sinyal m (t) dikenakan ke masukan yang tak membalik (non inverting input). Keluaran dari penguat diferensial diumpankan pada sebuah komparator. Komparator akan berada dalam kejenuhan (saturation), baik positif maupun negatif, tergantung pada polaritas dari tegangan selisih antara sinyal-sinyal masukan dari penguat diferensial. Jadi keluaran akan sama dengan + / - 1, tanpa memandang daerah di tengah yang dapat mempunyai dua arti. Modulator menerima serentetan pulsa-pulsa unipoler pi(t) yang berulang sesuai dengan laju pengambilan sampel yang dikehendaki dan memancarkannya baik secara langsung untuk suatu masukan +1 atau membalikkan polaritas untuk suatu masukan -1. Sinyal ini dipancarkan sebagai sinyal keluaran po(t) dan juga diteruskan ke sebuah rangkaian integrator lokal. Integrator Gambar 3. Blok diagram pemancar Penguat differensial berfungsi untuk memperkuat selisih antara dua sinyal. Polaritas tegangan keluaran menjadi positif apabila tegangan pada masukan membalik lebih negatif daripada tegangan pada masukan tak membalik, begitu juga sebaliknya. Komparator yang dipakai pada bagian pemancar adalah sebuah komparator yang disusun dengan tugas untuk mendeteksi sinyal pada masukan tak membalik. Dengan demikian diharapkan keluaran komparator sefase dengan input komparator. IC NE 555 dipakai untuk membangun multivibrator astabil, fasilitas yang ada pada multivibrator astabil ini adalah pengaturan frekuensi dan duty cycle. Penghitungan frekuensi yang dihasilkan menggunakan rumusan (1): F = [1/1,45 C1(2Rp1+Rp2+4K7)] Hz (1) Frekuensi minimum yang dapat dihasilkan adalah 64 KHz, sedangkan frekuensi maksimal yang dapat dibangkitkan adalah 125 KHz. 108

Flip-flop D merupakan multivibrator bistabil yang masukan D-nya ditransfer ke keluaran setelah sebuah pulsa lonceng diterima. Flip-flop D yang dipakai disini adalah IC CMOS 4013. Tabel 2 memperlihatkan tabel kebenaran flipflop D. Tabel 2. Tabel kebenaran Flip-flop D Clock Data Y 1 0 0 1 1 1 0 X Keadaan terakhir X = sembarang data. Integrator pada bagian pemancar dipakai untuk membentuk sinyal tangga dari sinyal digital keluatran flip-flop D. Syarat yang harus dipenuhi agar terjadi proses pengintegrasian adalah Pd << RC, adapun Pd adalah periode satu pulsa masukan. Selama Vin konstan, Vo dapat dihitung dengan menggunakan rumusan (2): Vo = - 1/RC Vin dt (2) Masukan tak membalik integrator dihubungkan dengan catu 2,5 volt agar integrator mampu mendapatkan masukan dengan level logika positif dan negatif. Untuk mengubah pulsa-pulsa listrik dari flip-flop D menjadi pulsa on-off infra merah, dipakai penguat optik dengan 3 dioda infra merah penguat pasangan darlington. Konfigurasi pasangan darlington dipilih karena memiliki impedansi input tinggi dan impedansi output rendah, selain itu penguatan arus yang dimiliki tinggi sehingga penguatan yang dihasilkan optimal. 2. Bagian Penerima Bagian penerima terdiri dari: penerima optik, integrator, low pass filter, dan penguat audio. Penerima optik berfungsi mengubah pulsa-pulsa optik infra merah menjadi pulsa listrik. Pengubahan ini dilakukan oleh photo dioda yang akan menghantarkan arus jika persambungan pn yang dipanjar terbalik terkena denyut cahaya infra merah. Integrator yang digunakan pada bagian penerima harus sama dengan yang dipakai pada bagian pemancar. Hal ini disebabkan integrator pada bagian penerima harus bisa menghasilkan replika sinyal yang sama seperti dihasilkan oleh integrator bagian pemancar. Low pass filter berfungsi untuk meng-haluskan bentuk gelombang yang dihasilkan oleh integrator. Low pass filter yang digunakan bekerja pada frekuensi cut off 1 KHz, karena dalam pengujian frekuensi sinyal input dibatasi pada frekuensi tersebut. Penguat audio dipakai untuk agar sinyal hasil rekonstruksi dapat didengar oleh manusia. Penguat audio dibangun dengan menggunakan IC LM 386 dengan penguatan yang dapat diatur antara 20 sampai 200 kali. Gambar 4 memperlihatkan diagram blok perencanaan bagian penerima. Pengujian Gambar 4. Diagram Blok Penerima 1. Pengujian Power Transmitter Pengujian dilakukan dalam ruang tertutup dengan mematikan lampu penerangan ruangan. Kondisi ini diusahakan dengan tujuan meminimalisasi rugi-rugi akibat cahaya luar. Pengujian power transmitter yang pertama dilakukan menggunakan parameter sudut 0 o 90 o dengan variasi 22,5 o. Hasil pengujian ditampilkan pada tabel 3. Tabel 3. Tabel Pengukuran Power Transmitter dengan Parameter Sudut Sudut Hasil Pengukuran 0 o 1,5 ìw 22,5 o 1,8 ìw 45 o 3,6 ìw 67,5 o 11 ìw 90 o 13 ìw Pengujian power transmitter kedua dilakukan dengan menggunakan variabel jarak, sudut yang dipakai adalah 90 o. Hasil pengujian diperlihatkan pada tabel 4. 109

Jurnal Teknik Elektro Vol. 3, No. 2, September 2003: 107-111 Tabel 4. Tabel Pengukuran Daya Optis dengan Parameter Jarak. Jarak Hasil Pengukuran 5 cm 1,5 ìw 10 cm 1 ìw 20 cm 0,4 ìw 30 cm 0,18 ìw 50 cm 0,1 ìw Dari tabel 3 terlihat bahwa power transmitter terbesar tercatat saat pengujian dilakukan pada sudut 90 o dari pemancar optik. Data pengujian pada tabel 4 menunjukkan semakin dekat jarak pengukuran semakin besar power transmitter yang terukur. 2. Pengujian Bagian Pemancar Rumusan untuk memperoleh nilai step integrator: 2πfA s = f 3 s = (2)(3,14 )(600 )(15) : s = 0,4 volt (125.000 ) 3. Pengujian Bagian Penerima (4) Gambar 6 memperlihatkan perbandingan bentuk gelombang step integrator pemancar dan penerima. Bentuk gelombang hasil proses integrasi baik pada pemancar maupun penerima harus identik karena berhubungan dengan proses rekonstruksi sinyal input. Hasil rekonstruksi sinyal yang telah dilewatkan pada low pass filter dibandingkan dengan sinyal masukan dari AFG diperlihatkan pada gambar 7. Gambar 6. Respon Integrator Pemancar dibanding dengan Penerima Gambar 5. Respon Integrator Terhadap Sinyal Input Gambar 5 memperlihatkan integrator melakukan proses sampling dengan tepat sesuai dengan bentuk sinyal masukan. Ukuran step integrator dapat diperoleh dari rumusan : 2 ð f A = S f 3 Ä dengan : ð = 3,14 f = frekuensi sinyal input. A = amplitudo sinyal input S = ukuran step integrator f Ä 3 = frekuensi sampling (3) Gambar 7. Sinyal Masukan dibanding Sinyal Output LPF 110

4. Slope Overload Keadaan slope overload merupakan kondisi dimana integrator tidak dapat mengikuti laju/lonjakan sinyal masukan. Semua sistem yang berisi modulator dan demodulator, termasuk modulasi delta, akan mengalami kondisi overload jika amplitudo sinyal yang dimodulasi melampaui lingkup peralatan aktif yang diapaki dalam pemrosesan sinyal tersebut. Tetapi modulasi delta memiliki tipe overload tambahan yang tidak ditemui dalam sistem yang lain. Kondisi ini muncul saat sinyal yang dimodulasi berubah antara penarikan sampel dengan jumlah yang lebih besar dari ukuran step pengintegrasian. Tipe overload ini tidak ditentukan oleh amplitudo sinyal yang memodulasi tetapi oleh slope-nya. Keadaan ini ditunjukkan pada gambar 8. Daftar Pustaka [1]. Carlson, A. Bruce, Communication System, McGraw-Hill Kogakusha, Ltd., Tokyo, 1975. [2]. Taub, H., Shilling, D.L., Principle of Communication Systems, McGraw-Hill Kogakusha, Ltd., Tokyo, 1968. [3]. Hughes, F.W., Op Amp Handbook, Prentice-Hall, Inc., New Jersey, 1981. [4]. Malvino, A.P., Barmawi, Prinsip-Prinsip Elektronika, edisi ketiga, jilid 1 dan 2, Erlangga, Jakarta, 1991. Gambar 8. Keadaan slope overload Kesimpulan Dari model yang dikerjakan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Perangkat keras yang dibutuhkan dalam implementasi sistem cukup sederhana. Pada dasarnya hanya dibutuhkan komparator, integrator, clock dan flip-flop D. 2. Keadaan slope overload merupakan keadaan dimana step integrator tidak dapat mengikuti laju sinyal masukan. Slope overload lebih disebabkan karena kecuraman lereng sinyal tidak dapat diikuti oleh lebar step integrator. Akibat keadaan ini adalah kesalahan rekonstruksi pada sinyal keluaran. 3. Perbedaan bentuk gelombang masukan dengan output LPF dapat diperbaiki dengan: a. Memperkecil lebar step integrator pemancar. b. Meminmumkan pencahayaan pada ruang pengujian. 111