Bab 3 Metode Penelitian dan Perancangan Sistem Dalam penelitian ini akan dilakukan representasi informasi demografi kependudukan di Provinsi Jawa Tengah, dari mulai data mentah yang dibukukan menjadi output informasi yang ditampilkan dalam bentuk visual atau gambar. Pada bab ini akan dibahas tentang perencanaan pembuatan program yang meliputi desain awal sistem software, desain sistem, desain proses yang digambarkan dengan DFD, dan algoritma yang digunakan. Tahapan-tahapan atau operasi dan metode yang dibutuhkan untuk pengolahan dan pembangunan representasi informasi akan berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan, seperti berdasarkan tahun ataupun daerah. 3.1 Metode Prototyping Kadang-kadang client hanya memberikan beberapa kebutuhan umum software tanpa detil input, proses atau detail output. Di lain waktu mungkin tim pembangun (developer) tidak yakin terhadap efisiensi dari algoritma yang digunakan, tingkat adaptasi terhadap sistem operasi atau rancangan form user interface. Ketika situasi seperti ini, model prototyping sangat membantu proses pembangunan software (Pressman, 2002).
Dari pernyatan tersebut, model prototyping dapat diartikan sebagai proses membangun sebuah model dari suatu sistem berdasar pada kebutuhan user, dengan kondisi user tidak memberikan detail input, proses, detail output. Model Prototype dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Metode Prototype (Pressman, 2002). Pendekatan Prototyping melewati tiga proses, proses tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Listen to customer (Pengumpulan kebutuhan): developer dan klien bertemu dan menentukan tujuan umum, kebutuhan yang diketahui dan gambaran bagian-bagian yang akan dibutuhkan berikutnya; 2. Build/revise mock-up (Perancangan): perancangan dilakukan cepat dan rancangan mewakili semua aspek software yang diketahui, dan rancangan ini menjadi dasar pembuatan prototype;
3. Customer test drive mock-up (Evaluasi Prototype): klien mengevaluasi prototype yang dibuat dan digunakan untuk memperjelas kebutuhan software. Perulangan ketiga proses ini terus berlangsung hingga semua kebutuhan terpenuhi. Prototype-prototype dibuat untuk memuaskan kebutuhan klien dan untuk memahami kebutuhan klien lebih baik. 3.1.1 Listen to Customer (Pengumpulan Kebutuhan) Tujuan utama dari tahap pengumpulan kebutuhan yaitu bagaimana mengumpulkan, mengetahui dan memahami kebutuhan pengguna untuk kemudian disusun menjadi bentuk yang lebih sistematis sebagai dasar untuk menuju ke fase berikutnya. Pada tahap ini, pengembang dan user bertemu untuk menetapkan tujuan sistem. Tujuan sistem(input untuk proses requirement gathering) menjelaskan bagaimana sistem akan dikembangkan dan kontribusinya terhadap sistem secara keseluruhan dari sisi administrator dan user. Kebutuhan yang telah terdokumentasi merupakan output dari proses requirements gathering. 3.1.1.1 Analisis Kebutuhan Pada tahap ini mendifinisikan kebututuhan yang diperlukan sebelum perancangan dan pembangunan aplikasi dilakukan. Proses pengumpulan kebutuhan dari BPS provinsi Jawa Tengah secara lengkap dilakukan untuk dianalisis kemudian
mendefinisikannya sebelum rancangbangun sistem aplikasi dilakukan. Fase ini harus dikerjakan secara lengkap untuk bisa menghasilkan desain yang lengkap. Tahap melakukan analisis kebutuhan pada sistem ini yaitu dengan cara melakukan pencarian data-data serta informasi-informasi yang dibutuhkan oleh sistem. a. Analisis Kebutuhan Sistem Sistem dapat menampilkan informasi secara multidimensi. Informasi yang dikeluarkan dapat dianalisis secara langsung melalui table dan grafik-grafik yang ada. Sistem dapat menampilkan data-data mentah, seperti data demografi, data daerah, data waktu, dan data keseluruhan. b. Analisis Kebutuhan Data Mengidentifikasikan kebutuhan sistem perangkat lunak yang akan dibangun dan juga penyesuaian data yang sudah ada pada Badan Pusat Statistik Provinsi Semarang. Kebutuhan informasi tersebut adalah informasi data demografi kependudukan di wilayah Jawa Tengah beserta faktor-faktor pendukung lainnya. Data-data yang akan digunakan meliputi data : - Jumlah angkatan kerja - Jumlah penduduk (laki-laki dan perempuan)
- Jumlah penduduk yang berpendidikan (SD,SLTP dan SMA+) - Jumlah penduduk miskin c. Analisis Kebutuhan Hardware Sistem yang akan dibangun membutuhkan spesifikasi hardware, hendaknya perangkat keras komputer memenuhi kriteria minimum sebagai berikut : Prosesor : Intel(R) Pentium IV 1,00 Ghz Memori : 512 MB atau 1 GB Sistem Operasi : Windows Vista, Windows XP SP 1 atau Windows XP SP 2 Kebutuhan harddisk : 60 GB Perangkat keras yang dipakai dalam pembuatan system ini adalah sebagai berikut: Prosesor : Intel(R) Atom Pentium IV 1,60 Ghz Memori : 1 GB Sistem Operasi : Windows XP SP 2 atau Windows 7. Harddisk : 120 GB d. Analisis Kebutuhan Software SQL Server 2000 XAMPP 1.6.0. Macromedia Dreamweaver MX 2004 Internet Explorer atau Mozilla Firefox atau Google Chrome.
e. Analisis Kebutuhan Brainware Adapun kebutuhan brainware dari masing-masing tipe pengguna untuk menjalankan aplikasi ini adalah : 1. Seorang user yang diperlukan untuk menjalankan sistem pengelolaan informasi demografi ini adalah: - Memiliki kemampuan menganalisis data informasi demografi yang ditampilkan di dalam sistem representasi ini. - Terbiasa dengan menggunakan sistem operasi Windows XP atau Window 7. 2. Admin, yang diperlukan untuk menjadi seorang admin dalam menjalankan aplikasi adalah : - Memiliki pengetahuan mengenai sistem manajemen database SQL Server 2000 dan dapat menggunakan bahasa pemograman PHP serta terbiasa dengan sistem operasi Windows XP atau Window 7. - Memiliki pengetahuan dalam update data dan mengolah data menggunakan sistem database SQL Server 2000. - Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi yang baik dengan user untuk mendeskripsikan analisis tentang informasi demogafi dalam aplikasi ini. 3.1.2 Build/Revise Mock-up (Perancangan) Pada penelitian ini dilakukan perancangan untuk menentukan data-data yang sudah didapat nanti akan digunakan
untuk keperluan apa saja dan digunakan di menu apa saja, selain itu juga merancang tampilan atau interface sistem yang akan dibuat, lalu penentuan halaman apa saja yang dibuat. Setelah itu membuat aturan sistem yaitu sebagai pengguna biasa (public user) atau admin (expert user). Dimana seorang admin diharuskan melakukan login terlebih dahulu yaitu dengan memasukkan username dan password. Selain itu ditentukan pula akses apa saja yang dapat dibuka oleh expert user dan public user. Selanjutnya melakukan perancangan fisik, dengan perancangan fisik didapat beberapa hasil, yaitu struktur program, basis data dan perancangan struktur fisik. Pada penelitian ini perancangan fisik yaitu dari data-data yang didapat dimasukkan ke dalam data warehouse dan kemudian dibuat relasi yang dapat menghubungkan semua tabel, tabel yang dibuat ada dua macam yaitu fact table dan dimension table, dan kemudian dapat ditampilkan pula diagram databasenya. Perancangan sistem dibutuhkan untuk membantu proses pengembangan dan untuk dokumentasi perangkat lunak sistem. Pada perancangan sistem ini, akan diuraikan mengenai elemenelemen pengembangan sistem yang digunakan. Berkaitan dengan metode pembuatan sistem, maka sistem model perancangan yang digunakan yaitu DFD (Data Flow Diagram). 3.1.2.1 Data Flow Diagram (DFD) DFD adalah bagan yang mewakili arus data dalam suatu sistem yang mulai dikenalkan pada tahun 1967 oleh Martin dan
Estrin yang memperkenalkan algoritma program dengan menggunakan simbol lingkaran untuk mewakili proses dan anak panah untuk mewakili arus data. DFD dapat digunakan sebagai media perancangan sistem yang berorientasi pada alur data yang digunakan untuk penggambaran analisis maupun rancangan sistem yang mudah dikomunikasikan oleh profesional sistem kepada pengguna. Diagram Konteks (Context Diagram) Diagram konteks merupakan DFD tingkat atas yaitu diagram sederhana dari sebuah sistem dengan menggambarkan aliran-aliran data ke dalam dan keluar sistem serta aliranaliran data ke dalam dan keluar dari entitas-entitas eksternal. Gambar 3.2 Diagram Konteks Sistem Proyeksi Kependudukan Pada diagram konteks sistem ada dua buah entitas eksternal yaitu user dan admin yang keduanya terlibat dalam aliran data kedalam ataupun keluar dari sistem. Adapun aliran data dari entitas user ke sistem adalah request laporan dan request proyeksi. Aliran data dari sistem ke user (output sistem) adalah data dan laporan serta proyeksi dari data kependudukan.
Pada admin aliran data dari admin menuju sistem adalah username dan password, data kependudukan, request laporan dan request proyeksi sedangkan aliran data dari sistem menuju admin (output sistem) adalah data dan laporan kependudukan serta proyeksi dari data kependudukan. DFD Level (DFD Levelled) DFD level merupakan pengembangan dari diagram konteks ke dalam komponen yang lebih detail. Pada DFD level terjadi penurunan level proses dimana dalam penurunan level yang lebih rendah harus mampu menerangkan proses tersebut ke dalam proses yang jelas. DFD level dimulai dari level 0 (mempunyai kemiripan dengan diagram konteks), kemudian turun ke level 1 dan seterusnya. Setiap penurunan hanya dilakukan apabila perlu. (Kristanto, 2003) I. DFD Level 1 Pada DFD level 1 terdapat dua entitas yang tiap-tiap entitas memiliki alur data tersendiri.
Gambar 3.3 DFD Level 1 Sistem Proyeksi Kependudukan Pada entitas user proses aliran data meliputi proses OLAP dan proses proyeksi. Setelah berhasil login user dapat melakukan request proyeksi dan request laporan. Request laporan akan diproses di dalam sistem data warehouse kemudian akan menghasilkan output berupa laporan. Request proyeksi akan masuk ke dalam sistem data warehouse kemudian akan diteruskan ke proses proyeksi dan akan
menghasilkan output berupa proyeksi dari hasil data kependudukan. Proses pada entitas admin meliputi proses login, import file, proses input data, proses lihat data, proses OLAP dan proses proyeksi. Pada proses login, admin terlebih dahulu melakukan verifikasi dengan menginputkan username dan password, kemudian username dan password tersebut disesuaikan dengan data user yang ada pada tabel user jika sesuai maka admin dapat melakukan proses selanjutnya. Proses import file adalah proses dimana entitas admin mengimportkan file yang akan disimpan pada sistem data warehouse. Proses input data adalah proses penginputan data. Proses ini hampir sama dengan import file tetapi data diinputkan satu persatu menurut field datanya. II. DFD level 2
Gambar 3.4 DFD Level 2 Proses Input Data Pada proses input data, aliran data dimulai dari admin masuk ke dalam sistem melalui Login dengan mengisi username dan password, proses selanjutnya adalah input data, tiap-tiap data akan disimpan ke masing-masing tabel menurut data inputan (misal menginputkan data daerah maka data tersebut masuk ke tabel daerah). Setelah penginputan selesai dilanjutkan pada proses Laporan yang akan diteruskan ke admin.
Gambar 3.5 DFD Level 2 Proses OLAP Data Cube Proses data cube dipecah menjadi empat proses yaitu proses roll up, proses drill down, proses pivot, proses slicing dan dicing. Berikut contoh dalam aplikasi. Gambar 3.6 Menampilkan Data Kependudukan Per Kecamatan Pada Gambar 3.6 menunjukan proses roll-up dan drilldown. Roll-up : menaikkan konsep hierarki, reduksi dimensi
hirarki lokasi dari tingkat kecamatan ke tingkat kabupaten (misal kecamatan Ambarawa ke kabupaten Semarang). Drill-down : melihat data lebih detail (contohnya kita melihat data kependudukan per kecamatan saja). Gambar 3.7 Menampilkan Data Kelahiran Berdasarkan Waktu Pada Gambar 3.7 menunjukan proses Slice dan Dice. Slice : Pemilihan satu dimensi, (misal menampilkan data kelahiran). Dice : pemilihan dua dimensi atau lebih dengan kriteria tertentu (misalkan menampilkan data jumlah kelahiran dari tahun 2000 sampai 2005, dan untuk wilayah kabupaten Semarang). Proses OLAP mengubah daftar hasil data kependudukan dari data warehouse menjadi dimensi data kemudian diproses melalui proses roll up, drill down, pivot, slicing dan dicing menjadi visualisasi data dalam bentuk tabel dan grafik.
3.1.2.2 Desain Interface Untuk memudahkan user menggunakan aplikasi, maka akan dibuat suatu rancangan sistem dan perancangan dapat dilihat pada Gambar 3.8. Gambar 3.8 Rancangan Antar Muka Aplikasi Dalam perancangan ini berisi tentang informasi dari aplikasi sistem dan tanggal pada saat aplikasi dijalankan. Pada main menu terdapat beberapa pilihan menu. Tengah (content) merupakan isi tampilan dari menu navigasi yang ada. Sedangkan pada menu sebelah kiri diisi oleh menu login dan search. 3.1.2.3 Snowflake Schema pada Sistem Dalam melakukan pembuatan dan perancangan data warehouse ini, penulis menggunakan skema snowflake, yaitu membangun satu buah tabel utama yang memiliki tabel dimensi
dan juga memilki tabel sub dimensi sehingga akan diperoleh informasi yang detail dan jelas sesuai dengan kebutuhan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.9. Gambar 3.9 Desain Snowflake Schema Pada Gambar 3.9 tabel info menjadi fact table atau tabel utama dan tabel tahun, tabel kecamatan dan tabel data disebut dimensi tabel. Untuk tabel kecamatan mempunyai sub dimensi tabel (tabel daerah dan tabel kriteria), sedangkan tabel data mempunyai sub dimensi (tabel status). 3.1.2.4 Desain Database Pembuatan sistem representasi informasi demografi kependudukan dengan database processing bisa dilakukan apabila semua data yang dibutuhkan dalam sistem sudah diinput secara lengkap. Data warehouse informasi demografi didesain menjadi tiga tabel dimensi, tiga sub tabel dimensi dan satu fact table yang menghubungkan tabel-tabel dimensi yang ada. 1. Dimension Table (Tabel Dimensi)
Tabel-tabel dimensi tersebut adalah : a. Tabel Kecamatan Dalam tabel kecamatan berisi data nama kecamatan. Tabel daerah terdiri dari tiga field yaitu id_kecamatan (primary key, not nulls,char 15), kecamatan (nulls, char 20) dan id_daerah (nulls, char 15) seperti pada Gambar 3.10. Gambar 3.10 Tabel Kecamatan Pada tabel kecamatan ini memiliki sub tabel dimensi yaitu : Tabel Daerah Dalam tabel daerah berisi data nama daerah baik kota ataupun kabupaten. Tabel daerah terdiri dari tiga field yaitu id_daerah (primary key, not nulls,char 15), daerah (nulls, char 50) dan id_kriteria (nulls, char 10) seperti pada Gambar 3.11. Gambar 3.11 Tabel Daerah
Tabel Kriteria Dalam tabel kriteria terdiri dari dua field yaitu id_kriteria (primary key, not nulls, char 15), kriteria (nulls, char 4), seperti pada Gambar 3.12. Pada tabel kriteria ini, id_kriteria sebagai primary key yang berfungsi sebagai penghubung dengan tabel daerah. Gambar 3.12 Tabel Kriteria b. Tabel Data Dalam tabel data berisi data demografi kependudukan. Tabel data terdiri dari dua field yaitu id_data (primary key, not nulls, char 15),id_status (nulls, char 10) dan data (nulls, char 50), seperti pada gambar 3.13. Gambar 3.13 Tabel Data
Pada tabel data ini memiliki sub tabel dimensi yaitu : Tabel Status Dalam tabel Status terdiri dari dua field yaitu id_status(primary key, not nulls, char 15), status (nulls, char 50), seperti pada Gambar 3.14. Pada tabel status ini, id_status sebagai primary key yang berfungsi sebagai penghubung dengan tabel data. Gambar 3.14 Tabel Status c. Tabel Tahun Dalam tabel waktu berisi terdiri dari tiga field yaitu id_ tahun (primary key, not nulls, char 15) dan tahun (nulls, numeric 9), seperti pada Gambar 3.15. 2. Fact Table Gambar 3.15 Tabel Tahun Dari semua tabel dimensi yang sudah ada akan dihubungkan oleh satu buah fact table yaitu tabel info. Dalam tabel info berisi id yang ada di tabel dimensi. Pada tabel info terdiri atas beberapa kolom yaitu id_info (primary
key, not nulls, numeric 9), id_kecamatan (nulls, char 15), id_data (nulls, char 15), id_tahun (nulls, char 15) dan hasil (nulls, float 8). Field yang ada pada tabel info ini adalah foreign key dari primary key semua tabel dimensi yang ada, kecuali id_info yang merupakan primary key dari tabel info. Seperti pada Gambar 3.16. Gambar 3.16 Tabel Info 3.1.3 Customer Test drive mock-up ( Evaluasi prototype) Pada tahap ini prototype akan dievaluasi oleh pengguna dengan tujuan kebutuhan pengguna yang belum dipenuhi dapat diketahui kemudian digunakan sebagai dasar untuk pengembangan aplikasi.