BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis merupakan tulang punggung dari perekonomian yang menjadi tolok

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk memenuhi kebutuhan tersebut ikut menentukan sampai seberapakah

BAB I PENDAHULUAN. Situasi perekonomian global dan perdagangan bebas saat ini membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. telah ditetapkan. Tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan ada tujuan jangka pendek dan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan dalam melakukan kegiatan ekonomi menjadi sangat

BAB I PENDAHULUAN. 2013). Aset lancar yang dimaksudkan seperti kas, persediaan, dan piutang. Ini

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur, peternakan, perumahan, kaeuangan dan usaha-usaha lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya yang penting dimiliki perusahaan adalah sumber

PENDAHULUAN. mengukur dari working capital management (WCM). Siklus konversi kas secara

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk selalu selangkah lebih maju dari para pesaingnya agar dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat dan banyaknya persaingan dalam dunia usaha. Perkembangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya yang telah jatuh tempo. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi perusahaan tersebut. Dengan melihat persaingan yang ada maka

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Pada tahun 2012 industri manufaktur menyumbang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu sarana ekonomi yang dikelola secara bersama-sama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam suatu perusahaan, salah satu fungsinya yang terpenting

BAB I PENDAHULUAN. organisatoris dengan bertambah dewasanya perusahaan. Perusahaan

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. dikemukakan adanya beberapa konsep, yaitu :

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Kas dan piutang merupakan pos penting karena merupakan elemen dari asset

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah pasar modal. Pasar modal efektif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis moneter yang telah melumpuhkan perekonomian di Indonesia sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tunggal Tbk bertujuan untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan kinerja perusahaan, karena working capital merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memaksa perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk sebisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk

BAB II LANDASAN TEORI. pendek tepat pada waktunya.pengendalian yang cukup diperlikan untuk

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penjelasan yang sudah dilakukan pada bab-bab sebelumnya bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuktikan adanya pengaruh perputaran kas, perputaran piutang dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sehat apabila perusahaan dapat bertahan dalam kondisi ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu diarahkan pada

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan dunia usaha yang semakin cepat dewasa ini membuat

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah rumit dalam rangka mencapai tujuan yang optimal. Proses

BAB I PENDAHULUAN. berskala kecil atau perusahaan berskala besar namun memiliki kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba bisa diukur dari modal sendiri maupun dari seluruh dana yang

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan pasar modal untuk berbagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. piutang dan perputaran kas terhadap tingkat likuiditas (current ratio dan quick ratio)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keadaan perekonomian sejak bulan Oktober 2014 hingga saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. akan diperkuat dan dipercepat pelaksanaannya (

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur, pada tahun 2012 yang lalu berdasarkan riset yang dilaoprkan oleh.

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kelangsungan hidup (going concern), dan pertumbuhan (growth). Oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ekonomi yang cukup pesat di dunia bisnis, sering kali kita

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan. perusahaan. Ada dua pengertian modal kerja, yang pertama gross working

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang menjadi acuan bagi perusahaan untuk dapat mempertahankan dirinya (going

II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Piutang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wibowo dan Wartini (2012) sebelum melakukan investasi dalam suatu

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

BAB I PENDAHULUAN. Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok untuk masyarakat. merupakan perusahaan yang sudah go public.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Adapun tujuan akhir yang ingin

ABSTRAK. Setiap perusahaan membutuhkan modal kerja untuk melaksanakan. lagi untuk membiayai operasi yang berikutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membayar hutang-hutangnya yang jatuh tempo.

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian, laporan keuangan merupakan suatu media penting

BAB I PENDAHULUAN UKDW. terhadap pencapaian tujuan perusahaan. lain likuiditas perusahaan itu sendiri. Menurut Mamduh et al.

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kontinuitas perkembangan usahanya dari waktu ke waktu. Masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan.

BAB I PENDAHULUAN. para stakeholder. Adapun tujuan perusahaan antara lain untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. tampak dari bertambahnya jumlah perusahaan-perusahaan baik pemerintah dan

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. investasi (return) dari investasi yang dilakukan. Return yang diperoleh berupa

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perusahaan-perusahaan dihadapkan pada fenomena di mana

BAB I LATAR BELAKANG. suatu perusahaan adalah dengan menganalisis laporan keuangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah kebijaksanaan keuangan yang dihadapi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. panjang saja, contohnya: investasi, struktur modal, dividen, dll (Megarifera,

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB I PENDAHULUAN. maksimal dan kelangsungan hidup perusahaan (going concern).

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian di Indonesia tidak terlepas dari peran serta industri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Dalam suatu aktivitas perekonomian, baik dalam lingkup yang sempit

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Semua perusahaan

BAB I. Perkembangan bisnis Real Estate dan Property mengalami perkembangan. yang cukup pesat di Indonesia. Real Estate Indonesia (REI) memperkirakan

III. METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR ISI. SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR ISTILAH.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio merupakan persentase

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah tertentu

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah perekonomian merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. selalu memperbaiki dan menyempurnakan bidang usahanya agar dapat mencapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uang, atau kombinasinya. Sedangkan Siegel dan Shim (2000) Penjualan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. ROA merupakan salah satu indikator untuk mengukur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan semakin berkembangnya dunia usaha dewasa ini, maka persaingan antar perusahaan akan semakin kuat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

ANALISA LIKUIDITAS DAN MODAL KERJA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi ini, bisnis sudah menjadi primadona dunia ekonomi yang mendapat sorotan paling banyak oleh masyarakat. Kenapa dunia bisnis? Dunia bisnis merupakan tulang punggung dari perekonomian yang menjadi tolok ukur kemajuan suatu negara. Semua perusahaan selalu memperhatikan kemajuan kegiatan bisnisnya. Namun dalam melakukan kegiatan bisnis perusahaan juga harus merencanakan dan mengatur keuangan yang dibutuhkan selama kegiatan bisnis berlangsung. Masalah pokok yang paling sering dihadapi perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha apapun tidak terlepas dari kebutuhan dana. Dana tersebut akan digunakan untuk menjaga kelangsungan perusahaan. Kebutuhan akan dana untuk membiayai semua kegiatan operasional perusahaan tersebut. Salah satu yang mendukung ketersediaan dana atau modal yaitu dengan adanya kas. Perusahaan yang dapat mengelola sumber dana dalam hal ini kas dengan sebaik-baiknya, berarti perusahaan tersebut dapat memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari dan dapat memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhinya. Guna menjalankan aktivitas perusahaan, kas sangatlah penting kedudukannya karena kas merupakan unsur modal kerja dan juga merupakan bagian dari investasi. Akan tetapi diluar daripada itu, kas yang merupakan salah satu elemen aktiva lancar yang likuid sangat berperan penting dalam membantu 1

2 perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban-kewajiban atau hutang yang harus segera di selesaikan atau dibayar dengan kata lain tingkat likuiditas.lukman Syamsudin (2007 : 47) menyatakan komposisi yang berbeda dari masing-masing aktiva lancer dan hutang lancer akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap tingkat likuiditas yang sesungguhnya. Oleh karena itu penting untuk melihat sesuatu yang terdapat dibalik pengukuran likuiditas secara menyeluruh untuk menentukan tingkat likuiditas yang sesungguhnya dari masing-masing komponen aktiva lancar. Menurut Brigham & Houston (2006:95),likuiditas adalahrasio yang menunjukan hubungan antara kas dan aktiva lancar lainnya dari sebuah perusahaan dengan kewajiban lancarnya.likuiditas merupakan salah satu faktor yang penanganannya perlu diperhatikan, karena tingkat likuiditas perusahaan merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan tersebut dalam memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya. Dalam penelitian ini ratio likuiditas yang digunakan adalah current ratio, karena current ratio lebih membuktikan ketersedian aktiva lancar dalam menunjang kemampuan perusahaan dibandingkan dengan cash ratio yang hanya membuktikan ketersediaan uang/kas yang likuid yang dimiliki perusahaan.perusahaan yang mempunyai cukup kemampuan untuk membayar hutang jangka pendek disebut perusahaan yang likuid. Sedangkan apabila perusahaan berada dalam keadaan tidak mempunyai kemampuan membayar hutang jangka pendek yang cukup, disebut illikuid. Kim et al. (1998: 349) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat likuiditas

3 diantaranyacost of External Financing, Cash Flow Uncertainty, Current & Future Investment Opportunities, dan Transactions Demand for Liquidity. Faktor yang paling mendukung likuiditas adalah faktor kas yang diperlukan perusahaan untuk tujuan transaksi (Transactions demand for liquidity) karena sering digunakan manajemen dalam menentukan likuiditas perusahaan. Selain itu, mengapa faktor ini yang paling mendukung likuiditas perusahaan, karena faktor ini sering digunakan untuk tujuan transaksi yaitu salah satunya untuk mendapatkan dana dan memutar modal-modal kerjanya terutama yang paling likuid dalam hal ini kas. Siklus dimana untuk mendapatkan dan mengkonversikan aktiva non kas menjadi kas yaitu Cash Conversion Cycle. Di dukung dengan teori yang dikemukakan oleh Sartono (2001:116) menyatakan bahwa Likuiditas perusahaan ditunjukan oleh besar kecilnya aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, piutang, persediaan, dan utang, dalam hal ini lamanya waktu untuk mengubah atau mengonversikan aktiva lancar/non kas menjadi kas di sebut dengan CCC. Cash Conversion Cycle menurut Sri Dwi Ari Ambarwati (2010:118): Cash Conversion Cycle adalah model konversi kas yang berfokus pada rentang waktu yang terjadi ketika perusahaan melakukan pembayaran dan menerima arus kas masuk.cash Conversion Cycle (CCC) ini mempergunakan beberapa indikator diantaranya Inventory Conversion Period, Receivable Conversion Periode,dan Payable Deferal Period.Pemahaman CCC merupakan pusatpenghitungan rentang waktu untuk mengonversikan kas yang merupakan salah satu unsur modal kerjaperusahaan dengan sebaik-baiknya.

4 Semakin singkat CCC dalam periode investasi perusahaan dengan memproses dan menjual barang lebih cepat maka semakin baik, dikarenakan semakin sedikit biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan operasi perusahaan. Semakin singkat CCC dalam periode penerimaan piutang dengan mempercepat penagihan maka semakin besar kas/dana yang masuk pada perusahaan, baik itu akan digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan maupun digunakan untuk menyelesaikan kewajiban-kewajiban jangka pendek perusahaan tersebut. Dengan melihat tingkat likuiditas dan CCC suatu perusahaan dari tahun ke tahun dapat diketahui apakah terjadi kenaikan atau penurunan tingkat likuiditas dan CCC pada suatu perusahaan tersebut. Apabila suatu perusahaan melupakan likuiditas maka perusahaan akan menghadapi insolvency dan banckrupcty. Moss dan Stine (1993) dalam Lyroudi dan Lazaridis(2000) menyatakan bahwa Siklus Konversi Kas yang tinggi menunjukan perusahaan memiliki investasi pada cash dan non cash aktiva lancar yang besar dan semakin rendah kemampuan perusahaan untuk membiayai investasi tersebut dengan utang lancar. Sebelumnya sudah dilakukan penelitian mengenai CCC dan likuiditas. Menurut Eljelly (2004) menyatakan bahwa likuiditas perusahaan sangat dipengaruhi oleh pengelolaan kas yang dilakukan perusahaan dengan menggunakan Siklus Konversi Kas (CCC). Penelitian lain dilakukan oleh Satrio Dikjaya (2009) menyatakan bahwaccc berpengaruh signifikan terhadap likuiditas (current ratio) dengan koefisien determinasinya sebesar 18,3%. Dengan bertitik tolak pada penelitian terdahulu, maka CCCmerupakan salah satu variabel yang mempengaruhi tingkat likuiditas suatu perusahaan.

5 Pada perusahaan manufaktur dapat dilihat dari siklus operasi perusahaan yang melibatkan penanaman modal pada persediaan (inventories) dan piutang (account receivable) serta melakukan pembayaran atas hutang-hutangnya (account payable). Perusahaan manufaktur di Indonesia yang tercatat di Bursa Efek Indonesia terbagi menjadi 3 kategori, yaitu : sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi. Diantara ketiga sektor tersebut sektor industri barang konsumsilah yang memiliki tingkat kegiatan operasi perusahaan yang tinggi. Tabel 1.1 Rata-rata Cash dan Likuiditas pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2008 2012 Sektor TAHUN Ket. Manufaktur 2008 2009 2010 2011 2012 Sektor Cash (million 219.049 254.967 382.146 403.221 646.159 Industri rupiah) Dasar dan Likuiditas (%) 1,95 2,51 3,45 4,20 2,14 Kimia Sektor Cash (million 299.462 311.800 268.260 463.023 560.344 Aneka rupiah) Industri Likuiditas (%) 1,15 1,42 1,15 1,36 1,35 Sektor Industri Barang Konsumsi Cash (million rupiah) 388.072 396.222 762.751 788.484 1.156.384 Likuiditas (%) 3,74 6,19 4,75 4,46 2,89 Sumber: Indonesia Capital Market Directory(Data Diolah) Nurul Hayati dan Christina Riani (2011) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang simultan antara arus kas dan likuiditas. Artinya, apabila kas naik maka akan diikuti oleh kenaikan likuiditas juga. Menurut data di atas, manufaktur sektor industri dasar dan kimia pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 baik

6 itu kas maupun tingkat likuiditas terjadi peningkatan dari tahun ke tahun namun tidak terlalu fluktuatif dan pada tahun 2012 mengalami penurunan. Pada manufaktur sektor aneka industridari tahun 2008 sampai tahun 2012 terjadi penurunan dan peningkatan yang tidak terlalu jauh dari tahun-tahun sebelumnya baik itu kas maupun tingkat likuiditasnya. Ketika kas mengalami penurunan maka likuiditas juga mengalami penurunan, apabila kas mengalami peningkatan maka likuiditas juga akan meningkat. Diperkuat oleh Charitou dan Vafeas (Magdalena Nany, 2013) yang menyatakan bahwa arus kas mencerminkan likuiditas perusahaan. Data likuiditas perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi pada tahun 2008 sebesar 3,74, pada tahun 2009 sebesar 6,19, pada tahun 2010 sebesar 4,75, pada tahun 2011 sebesar 4,46 dan pada tahun 2012 sebesar 2,89. Sedangkan nilai kas pada tahun 2008 sebesar Rp.388.072, pada tahun 2009 sebesar Rp.396.222, pada tahun 2010 sebesar Rp.762.751, pada tahun 2011 sebesar Rp.788.484 dan pada tahun 2012 sebesar Rp.1.156.384. Likuiditas mengalami kenaikan yang sangat tajam pada tahun 2009 dan mengalami penurunan pada tahun 2010 sampai 2012 sedangkan nilai kas dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan. Seharusnya keberadaan kas sangat mendukung tingkat likuiditas perusahaan, karena menurut penelitian-penelitian sebelumnya menyatakan bahwa arus kas berpengaruh positif terhadap likuiditas. Apabila kas naik maka tingkat likuiditas akan naik juga. Kenyataannya pada tahun 2010 tingkat likuiditas turun sebesar 1,44 dari 6,19 menjadi 4,75 tetapi kas mengalami kenaikan yang sangat signifikan hingga dua kali lipat sebesar 92% dari tahun

7 sebelumnya yaitu dari Rp.396.222 menjadi Rp.762.751. Hal yang sama juga terjadi pada tahun 2012, tingkat likuiditas turun sebesar 1,57 tetapi kas mengalami kenaikan yang sangat tajam yaitu sebesar 47% yaitu dari Rp.788.484 menjadi Rp.1.156.384. Dengan demikian dalam sektor industri barang konsumsi faktanya tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa kenaikan kas akan diikuti dengan kenaikan likuiditas, karena sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 kenaikan kas tidak diikuti dengan kenaikan likuiditas. Hal ini terjadi mungkin karena pengelolaan kas yang kurang baik. Untuk itu diperlukan Cash Conversion Cycle(CCC) sebagai metode pengelolaan kas. Fenomena yang lainnya mengenai tingkat likuiditas pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yaitu nilai likuiditasnya tinggi karena berada pada rasio 3 6, sedangkan tingkat likuiditas yang baik menurut Van Horne (2005) menyatakan bahwa current ratio sudah bisa dinyatakan baik apabila berada pada batas 200% atau berada pada tingkat rasio 2. Karena apabila tingkat likuiditasnya terlalu tinggi maka itu artinya total aktiva lancarnya sangat tinggi menunjukan kinerja manajemen perusahaan yang kurang baik karena adanya saldo kas yang tidak digunakan atau persediaan yang relatif berlebihan, sehingga dalam menghasilkan profit tergolong sangat rendah. Tetapi, apabila tingkat likuiditasnya rendah maka perusahaan tersebut bisa digolongkan pada perusahaan yang illikuid dan tidak menutup kemungkinan suatu saat perusahaan tersebut akan mengalami kebangkrutan. Selain itu pada sektor industri barang konsumsi ini dari tahun 2010 tingkat likuiditas mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

8 Fenomena diatas mengenai tingkat likuiditas yang masih menjadi masalah yang senantiasa dihadapi perusahaan, terlebih apabila setiap tahunnya mengalami penurunan tidak terlepas dari keberadaan adanya kas yang merupakan salah satu modal kerja yang paling likuid. Dalam hal ini kas harus dikelola dengan tepat oleh suatu perusahaan. Untuk itulah diperlukancccyang terdiri dari Inventory Conversion Period, Receivable Conversion Periode, dan Payable Deferal Period.Dengan perhitungan tersebut dapat memberikan pendekatan likuiditas yang lebih baik. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan menganalisis tentang masalah tersebut di atas. Untuk itu penulis mengambil judul Pengaruh Cash Conversion Cycle terhadap Likuiditas pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di BEI periode 2010-2012. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas dengan mengidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambarancash Conversion Cycle pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode 2010-2012. 2. Bagaimana gambaran Likuiditas pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode 2010-2012.

9 3. Bagaimana pengaruh Cash Conversion Cycle terhadap tingkat likuiditas pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di BEI periode 2010-2012. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Cash Conversion Cycle terhadap Likuiditas pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di BEI periode tahun 2010 2012. 1.3.2 Tujuan Penelitian Sesuai rumusan masalah yang diajukan maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kondisi Cash Conversion Cycle pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode 2010-2012. 2. Untuk mengetahui kondisi Likuiditas pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode 2010-2012. 3. Untuk mengetahui pengaruh Cash Conversion Cycle terhadap tingkat likuiditas pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di BEI periode 2010-2012. 1.4 Kegunaan Penelitian terutama bagi : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak

10 1. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya teori yang akan dilakukan baik itu oleh pribadi penulis, lembaga pendidikan maupun perusahaan-perusahaan mengenai Cash Conversion Cycledan likuiditas. 2. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi khususnya untuk perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi mengenai pengaruhcash Conversion Cycle terhadap likuiditas. Dan sebagai acuan juga masukan untuk perusahaan dalam meningkatkan likuiditas perusahaan.