ADMINISTRASI PERKANTORAN

dokumen-dokumen yang mirip
ADMINISTRASI PERKANTORAN

BAB III PENATAAN NASKAH DINAS

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BAB III PENYUSUNAN NASKAH DINAS

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH

2016, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294, Tambahan Lembaran Nega

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 125 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB)

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR TAHUN 2014 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BERITA DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

R E P U B L I K I A I N D O N E S

Mengingat -2- : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Nomor Negara 109, Repu

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

- 2 - PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 07/Permentan/TU.120/2/2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PERTANIAN

WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

KEMENTAN. Tata Naskah Dinas. Pencabutan.

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

- 1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT,

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-AA TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum d

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA

WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO

BAB IV TATA SURAT DINAS

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 116/Permentan/OT.140/10/2014 TENTANG TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PERTANIAN

PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAB III PENATAAN SURAT JABATAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

- 1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT, REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 26 TAHUN 2006 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Kabupaten/Kota, dan Sekretariat Panitia Pengawas. Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 tentang Lambang Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara

-5- BAB I PENDAHULUAN

-1- BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS BAGI PEMERINTAHAN DESA

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 26 TAHUN 2012 PERATURAN WALIKOTA DEPOK TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DEPOK

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 85

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

- 1 - BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI KOLAKA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENGGUNAAN LAMBANG NEGARA, LOGO, DAN CAP DINAS

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 100 TAHUN 2010 TENTANG

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS PEMERINTAH DAERAH

Mengingat -2- : 1. Undang-Undang Kementerian Nomor Negara 39 Tahun (Lembaran 2008 Negara tentang Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 24 TAHUN 2012

BUPATI CIAMIS. PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 21A TAHUN 2013 LAMPIRAN : 1 (satu) TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SITUBONDO

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR 12/IT3/TU/2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 113 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

- 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan L

2015, No Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kementerian Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 19)

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

BAB V PENGGUNAAN LAMBANG NEGARA, LOGO, DAN CAP DINAS

2013, No.568 6

DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Sasaran D. Asas -asas...

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 90 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

-1- GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

RUMAH SAKIT JIWA MUTIARA SUKMA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nom

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL,

WALIKOTA DUMAI PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DUMAI

TATA NASK AH B A G I A N O R G A N I S A S I P E M E R I N TA H K A B U PAT E N S I D O A R J O 2018

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA. No.449, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Tata Naskah Dinas. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR

NSPK TATA NASKAH. Bagian Umum Direktorat Jenderal PAUDNI

: PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

2014, No

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN BUPATI BERAU

BAB IV PERANGKAT NASKAH DINAS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ARSIP UNIVERSITAS AIRLANGGA

RANCANGAN PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT

2012, No BAB I PENDAHULUAN

2014, No Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara Republik Indon

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 55 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

MODUL MATERI UJIAN DINAS TK.I DAN UJIAN PENYESUAIAN KEPANGKATAN (UPK) PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI ADMINISTRASI PERKANTORAN 2014 Administrasi Perkantoran 1

BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Singkat Mata pelajaran ini membahas naskah dinas dan tata naskah dinas. B. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) Setelah megikuti proses pembelajaran ini peserta diharapkan mampu memahami macam-macam naskah dinas dalam administrasi perkantoran. C. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mempelajari modul ini, para peserta mampu: 1. menjelaskan pengertian naskah dinas dan tata naskah dinas; 2. menjelaskan macam-maam naskah dinas. 3. menjelaskan penataan naskah dinas. D. Materi Bahasan Materi bahasan mata pelajaran ini terdiri dari 3 (tiga) kegiatan belajar: 1) Pedoman Tata Naskah Dinas 2) Pengurusan Naskah Dinas Korespondensi 3) Pejabat Penanda Tangan Naskah Dinas Administrasi Perkantoran 2

BAB II PEDOMAN TATA NASKAH DINAS Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Apartur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 80 Tahun 2012 yang dimaksud dengan: Naskah Dinas adalah semua informasi tertulis sebagai alat komunikasi kedinasan yang dibuat dan/atau dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang di lingkungan instansi pemerintah dalam rangka penyelenggarnaan tugas pemerintahan. Tata Naskah Dinas adalah penyelenggaraan komunikasi tulis yang meliputi pengaturan jenis, format, penyiapan, pengamanan, pengabsahan, distribusi dan penyimpanan naskah dinas, serta media yang digunakan dalam komunikasi kedinasan. A. Jenis dan Format Naskah Dinas 1). Naskah Dinas Arahan, terdiri dari: a. Naskah Dinas Pengaturan, meliputi: Peraturan Pedoman Petunjuk Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Surat Edaran b. Naskah Dinas Penetapan (Keputusan) c. Naskah Dinas Penugasan, meliputi: Instruksi Surat Perintah Surat Tugas 2). Naskah Dinas Korespondensi, terdiri : a. Naskah Dinas Korespondensi Intern, meliputi: Nota Dinas Memorandum b. Naskah Dinas Korespondensi Ekstern c. Surat Undangan 3). Naskah Dinas Khusus a. Surat Perjanjian Perjanjian Dalam Negeri Perjanjian Internasional b. Surat Kuasa c. Berita Acara d. Surat Keterangan e. Surat Pengantar f. Pengumuman Administrasi Perkantoran 3

4). Laporan 5). Telaahan Staf 6). Formulir 7). Naskah Dinas Elektronik B. Penyusunan Naskah Dinas 1). Persyaratan Penyusunan a. Ketelitian b. Kejelasan c. Singkat dan Padat d. Logis dan Meyakinkan e. Pembakuan 2). Nama Instansi/Jabatan pada Kepala Naskah Dinas Untuk memberikan identifikasi jenis Naskah Dinas, yang dicantumkan pada halaman pertama. 1. Nama Jabatan Kertas kepala nama jabatan dan lambang negara untuk pejabat negara. Contoh: 2. Nama Instansi/Unit Organisasi Kertas Kepala Instansi dan logo instansi serta alamat untuk Naskah Dinas yang ditanda tangani oleh pejabat yang berwenang. Contoh: Administrasi Perkantoran 4

3). Penomoran Naskah Dinas Disesuaikan dengan karakteristik Kementerian/Lembaga/Instansi, mengacu pada klasifikasi, kode unit kerja, bulan tahun dan nomor urut. 4). Nomor Halaman Nomor halaman naskah ditulis dengan menggunakan nomor urut angka Arab dan dicantumkan simetris di tengah atas dengan tanda hubung, kecuali halaman pertama naskah dinas yang menggunakan kop tidak perlu mencantumkan nomor halaman. 5). Ketentuan Jarak Spasi 1. Jarak antara bab dan judul adalah dua spasi 2. Jika judul lebih dari satu baris, jarak antara baris pertama dan kedua adalah satu spasi 3. Jarak antara judul dan subjudul adalah empat spasi 4. Jarak antara subjudul dan uraian adalah dua spasi 5. Jarak masing-masing baris disesuaikan dengan keperluan Dalam penentuan jarak spasi hendaknmya diperhatikan aspek keserasian dan estetika, dngan mempertimbangkan isi naskah dinas. 6). Penggunaan Huruf Naskah dinas menggunakan jenis huruf Arial dengan ukuran 11 atau 12, sedangkan naskah dinas pengaturan diatur sesuai dengan ketetentuan perundang-undangan. 7). Lampiran Jika naskah dinas memiliki beberapa lampiran, setiap lampiran harus diberi nomor urut dengan angka Arab, nomor halaman lampiran merupakan nomor dari halaman sebelumnya. 8). Daftar Distribusi Daftar distribusi adalah susunan pejabat yang dibuat oleh pejabat sekretariat dan digunakan sebagai pedoman pendistribusian naskah. Setiap distribusi menunjukkan pejabat yang berhak menerima naskah. 9). Rujukan Rujukan adalah naskah atau dokumen lain yang digunakan sebagai dasar acuan atau dasar penyusunan naskah. 10). Ruang Tanda Tangan Ruang tanda tangan merupakan tempat pada bagian kaki/penutup naskah dinas yang memuat nama jabatan, (misalnya Menteri, Sekretaris Jenderal, Sekretaris Menteri, Deputi, dan Kepala Biro) yang dirangkaikan dengan nama instansi. a. Ruang tanda tangan ditempatkan di sebelah kanan bawah setelah baris kalimat terakhir. b. Nama jabatan diletakkan pada baris pertama tidak disingkat c. Ruang tanda tangan sekurang-kurangnya empat paragraf Administrasi Perkantoran 5

d. Nama pejabat yang menandatangani naskah dinas yang bersifat mengatur, ditulis dengan huruf kapital, dan nama pejabat yang menandatangani naskah dinas yang bersifat tidak mengatur ditulis dengan huruf awal kapital e. Jarak ruang antara tanda tangan dengan tepi kanan kertas adalah + 3 cm, sedangkan untuk tepi kiri disesuaikan dengan baris terpanjang. 11). Penentuan Batas/Ruang Tepi a. Ruang tepi atas : apabila menggunakan kop naskah dinas, 2 spasi di bawah kop, dan apabila tanpa kop naskah dinas, sekurang-kurangnya 2 cm dari tepi atas kertas. b. Ruang tepi bawah : sekurang-kurangnya 2,5 cm dari tepi bawah kertas. c. Ruang tepi kiri : sekurang-kurangnya 3 cm dari tepi kiri kertas; batas ruang tepi kiri tersebut diatur cukup lebar agar pada waktu dilubangi untuk kepentingan penyimpanan dalam ordner/ snelhechter tidak berakibat hilangnya salah satu huruf/kata/angka pada naskah dinas d. Ruang tepi kanan : sekurang-kurangnya 2 cm dari tepi kanan kertas Catatan: Dalam pelaksanaannya, penentuan ruang tepi seperti tersebut di atas bersifat fleksibel, disesuaikan dengan banyak atau tidaknya isi suatu naskah dinas. Penentuan ruang tepi (termasuk juga jarak spasi dalam paragraf) hendaknya memperhatikan aspek keserasian dan estetika. 12). Penggunaan Bahasa Bahasa yang digunakan di dalam naskah dinas harus jelas, tepat, dan menguraikan maksud tujuan, serta isi naskah, menggunakan Tata bahasa Baku Indonesia dan Kamus Besar bahasa Indonesia. Ejaan yang digunakan di dalam naskah dinas adalah Ejaan bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 13). Media/Sarana Naskah Dinas Media/sarana naskah dinas adalah alat untuk merekam informasi yang dikomunikasikan dalam bentuk media konvensional (kertas) a. Kertas Naskah dinas menggunakan kertas jenis HVS 80 gram. Kertas HVS lebih 80 gram untuk naskah dinas yang mempunyai nilai kegunaan dalam waktu lama dengan nilai keasaman (ph) 7. Naskah dinas perjanjian Luar Negeri menggunakan kertas yang ditetapkan oleh Kementerian Luar Negeri. Surat Dinas asli menggunakan kertas warna putih dengan kualitas terbaik white bond Administrasi Perkantoran 6

Untuk naskah dinas korespondensi adalah A4 yang berukuran 297 x 210 mm Untuk kepentingan tertentu dapat digunakan kertas dengan ukuran berikut: A3 kuarto ganda (297 x 420 mm) A5 setengah kuarto (210 x 148 mm) Folio (210 x 330 mm) Folio ganda (420 x 330 mm) b. Sampul Surat Sampul surat adalah sarana kelengkapan penyampaian surat, terutama untuk surat keluar instansi. Ukuran, bentuk, dan warna sampul yang digunakan untuk surat-menyurat di lingkungan instansi, diatur sesuai dengan keperluan instansi masing-masing dengan mempertimbangkan efisien. Warna dan Kualitas Sampul Surat Dinas menggunakan kertas tahan lama (bond) berwarna putih atau coklat muda dengan kualitas sedemikian rupa sehingga sesuai dengan ukuran dan berat naskah atau surat dinas yang dikirim Penulisan Alamat Pengirim dan Tujuan Pada Sampul Surat harus dicantumkan alamat pengirim dan alamat tujuan. Alamat pengirim dicetak pada bagian atas dengan susunan dan bentuk huruf yang sama dengan yang dicetak kepala surat, yaitu lambang negara/logo instansi,nama instansi/jabatan, alinea pertama alamat tujuan mulai dicetak atau ditulis pada bagian sampul kanan bawah Cara Melipat dan Memasukkan Surat ke dalam Sampul. Surat dinas dilipat dengan sudut saling bertemu dan lipatan harus lurus dan tidak kusut. Sebelum surat dinas dilipat harus dipertimbangkan sampul yang akan digunakan, Surat dinas dilipat dengan cara sepertiga bagian atas dilipat kebelakang. Selanjutnya surat dimasukkan ke dalam sampul dengan kepala surat menghadap ke depan ke arah penerima/pembaca surat. 14). Susunan Surat Dinas a. Kop Surat Kop Surat Nama Jabatan Kop Surat Nama Jabatan adalah kepala surat yang menunjukkan jabatan tertentu. Hanya digunakan untuk surat yang ditandatangani oleh pejabat negara Kop Surat Nama Jabatan terdiri dari Lambang Negara di tengah dan Nama Jabatan yang ditulis paling banyak tiga baris. Administrasi Perkantoran 7

Kop Surat Nama Instansi Kop Surat Nama Instansi menunjukkan nama dan alamat instansi pemerintah, digunakan untuk surat menyurat. Kop Surat nama instansi terdiri:: Logo, nama instansi, alamat, untuk nota dinas tidak menggunakan kop surat berlogo instansi. b. Tanggal Surat Contoh: 2 Mei 2014, (tanpa nama tempat apabila menggunakan kepala surat) c. Hal Surat Hal adalah materi pokok surat yang dinyatakan dengan kelompok kata singkat tetapi jelas. d. Alamat Surat Contoh : Yth Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Jalan Percetakan Negara No. 23 Jakarta 10560 e. Paragraf dan Spasi Surat Isi surat dinas diketik satu spasi dan diberi jarak 1,5 2 spasi diantara paragraf yang satu dengan yang lainnya. Pemagrafan ditandai dengan takuk, yaitu + 6 ketuk atau spasi f. Warna Tinta Untuk surat menyurat berwarna hitam dan untuk penandatanganan surat berwarna hitam atau biru tua g. Salinan Salinan surat dinas hanya diberikan kepada yang berhak/pejabat yang terkait. h. Tingkat Keamanan Sangat Rahasia (SR) Rahasia (R) Biasa (B) Surat dengan tingkat keamanan Sangat Rahasia dan Rahasia ditulis dengan cap pada bagian atas dan bawah setiap halaman surat dinas. Jika surat dinas disalin, cap tingkat keamanan pada salinan dengan warna cap yang sama dengan aslinya. i. Kecepatan Penyampaian Amat Segera/Kilat disampaikan pada hari yang sama dengan batas waktu 24 jam Segera, disampaikan dalam batas waktu 2 x 24 jam. Biasa, disampaikan menurut urutan yang diterima oleh bagian pengiriman. 15). Ketentuan Surat-Menyurat a. Komunikasi Langsung Administrasi Perkantoran 8

Surat dikirim langsung kepada pejabat yang dituju, jika pejabat tersebut bukan kepala instansi, untuk mempercepat penyampaiannya, surat tetap ditujukan kepada kepala instansi dengan mencantumkan untuk perhatian (u.p) pejabat yang bersangkutan. b. Alur Surat-Menyurat Harus hierarki dari tingkat pimpinan tertinggi hingga pejabat struktural terendah ysng berwenang sehingga dapat dilakukan pengendalian penyelesaian. c. Disposisi Merupakan petunjuk tertulis mengenai tindak lanjut suatu surat, ditulis secara jelas pada lembar disposisi, tidak pada naskah asli. Contoh format disposisi: Administrasi Perkantoran 9

BAB III PENGURUSAN NASKAH DINAS KORESPONDENSI Pengurusan naskah dinas korespondensi yang baik akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan administrasi instansi pemerintah. A. Naskah Dinas Korespondensi Intern (Nota Dinas/Memorandum) B. Naskah Dinas Korespondensi Ekstern 1. Ketentuan Petnyusunan Surat Dinas a. Cermat, teliti, agar tidak menimbulkan salah penafsiran b. Menggunakan sarana komunikasi resmi c. Jawaban surat masuk 2. Pengurusan Surat Masuk Sebaiknya dipusatkan di sekretariatan atau di bagian lain yang menyelenggarkan fungsi kesekretariatan. a. Penerimaan, dikelompokkan tingkat keamanan (SR/R/B) dan tingkat kecepatan penyampaian (kilat, sangat segera, segera, dan biasa) b. berakhir Pencatatan, dilakukan dan dimulai dari nomor 1 pada bulan Januari dan pada nomor terakhir dalam satu tahun pada 31 Desember. c. Penilaian Dilakukan dengan berpedoman kepada tingkat keamanan dan tingkat kecepatan penyampaian surat. d. Pengolahan 1) Pimpinan memutuskan tindakan yang akan diambil sehubungan dengan surat masuk tersebut. 2) Dari hasil pengolahan disimpan atau dibuat naskah dinas baru 3) Dilakukan pemberkasan naskah atau proses biasa sesuai dengan kebutuhan. e. Penyimpanan f. Sarana Penanganan Surat Masuk 1) Buku Agenda, dengan kolom: a) tanggal b) nomor agenda c) nomor dan tanggal surat masuk d) lampiran e) alamat pengirim f) hal/isi surat g) keterangan h) dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan 2) Selain buku agenda dapat digunakan sarana lain sesuai dengan kebutuhan Administrasi Perkantoran 10

3. Pengurusan Surat Keluar a. Pengolahan Setiap konsep harus dibubuhi paraf diatur sebagai berikut: 1) Paraf pejabat yang berada dua tingkat di bawah pejabat penanda tangan surat dinas dibubuhkan di sebelah kiri/sebelum nama pejabat penanda tangan surat. 2) Paraf pejabat yang berada satu tingkat di bawah pejabat penanda tangan surat dinas dibubuhkan di sebelah kanan/setelah nama pejabat penanda tangan. 3) Setelah tidak lagi mengandung kekurangan/kesalahan, selanjutnya: (a) Pengajuan ke pajabat penanda tangan (b) Penandatanganan pejabat (c) Pembubuhan cap (d) Pemberian nomor b. Pencatatan Pencatatan dalam Buku Surat Keluar sesuai dengan kebutuhan yang diatur oleh instansi masing-masing. c. Penggandaan, dilakukan setelah surat dinas ditanda tangani dengan cap tetap asli d. Pengiriman, dengan pencatatan dalam buku ekspedisi e. Penyimpanan, sesuai dengan kaidah pengelolaan kearsipan. Administrasi Perkantoran 11

BAB IV PEJABAT PENANDA TANGAN NASKAH DINAS A. Penandatanganan 1). Penggunaan Garis Kewenangan Garis kewenangan digunakan jika surat dinas ditandatangani oleh pejabat yang mendapat pelimpahan dari pejabat yang berwenang. 2). Penandatanganan Penandatangan surat dinas yang menggunakan garis kewenangan dapat dilaksanakan dengan menggunakan tiga cara: a) Atas Nama (a.n.) Atas nama yang disingkat (a.n.) digunakan jika pejabat yang menandatangani surat dinas telah diberi kuasa oleh pejabat yang bertanggung jawab, berdasarkan bidang tugas dan tanggung jawab pejabat yang bersangkutan. Susunan penandatanganan atas nama (a.n.) pejabat lain yaitu nama jabatan pejabat yang berwenang ditulis lengkap dengan huruf kapital pada setiap awal kata, didahului dengan singkatan a.n. Contoh: a.n. Kepala Badan POM Deputi... Tanda Tangan Nama Lengkap NIP b) Untuk Beliau (u.b.) Untuk beliau yang disingkat (u.b.) digunakan jika yang diberikan kuasa memberikan kuasa lagi kepada pejabat satu tingkat di bawahnya, sehingga untuk beliau (u.b.) digunakan setelah atas nama (a.n.). Pelimpahan wewenang ini mengikuti urutan sampai dua tingkat struktural di bawahnya. Contoh: a.n. Kepala Badan POM Deputi... u.b. Direktur Tanda Tangan Nama Lengkap NIP Administrasi Perkantoran 12

3). Untuk Perhatian Contoh : Yth. Sekretaris Utama Badan POM Jalan Percetakan Negara No. 23 Jakarta u.p. Kepala Biro Umum Badan POM B. Pelaksana Tugas (Plt.) Digunakan apabila pejabat yang berwenang menandatangani naskah dinas belum ditetapkan karena menunggu ketentuan bidang kepegawaian lebih lanjut. Pelimpahan wewenang sementara sampai dengan pejabat yang definitif ditetapkan. Contoh: Plt. Kepala Biro Umum Tanda Tangan Nama Lengkap NIP C. Pelaksana Harian (Plh.) Digunakan apabila pejabat yang berwenang menandatangani naskah dinas tidak berada di tempat sehingga untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan sehari-hari perlu ada pejabat sementara yang menggantikannya. Pelimpahan wewenang sementara sampai dengan pejabat yang definitif kembali di tempat. Contoh: Plh. Kepala Biro Umum Tanda Tangan Nama Lengkap NIP D. Kewenangan Penandatanganan 1. Untuk surat dinas berupa kebijakan/keputusan/arahan oleh pimpinan tertinggi instansi pemerintah. 2. Surat yang tidak bersifat kebijakan/keputusan/arahan dapat diserahkan/ dilimpahkan kepada pimpinan organisasi di setiap tingkat eselon atau pejabat lain yang diberi kewenangan untuk menandatanganinya. Administrasi Perkantoran 13

3. Penyerahan/pelimpahan wewenang dan penandatanganan korespondensi kepada pejabat kepala/pimpinan dilaksanakan sebagai berikut: a) Sekretaris Jenderal/Sekretaris Menteri/Sekretaris Utama Lembaga Nonkementerian, Pimpinan Sekretariat Lembaga Negara, Sekda Provinsi, Sekda Kabupaten/Kota dan lembaga lainnya. b) Pimpinan organisasi lini pada setiap jajaran instansi pemerintah, dapat memperoleh penyerahan/pelimpahan wewenang dan penandatanganan surat dinas yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi sesuai dengan bidang masing-masing. Administrasi Perkantoran 14

BAB V PENGGUNAAN LAMBANG NEGARA DAN LOGO DALAM NASKAH DINAS A. Penggunaan Lambang Negara Ketentuan penggunaan lambang negara untuk tata naskah dinas adalah sebagai berikut: 1). Lambang negara digunakan dalam tata naskah dinas sebagai tanda pengenal atau identifikasi yang bersifat tetap dan resmi. 2). Pejabat yang berwenang menggunakan kop naskah dinas jabatan dan cap jabatan dengan lambang negara adalah pejabat negara. 3). Pejabat negara terdiri dari : a. presiden dan wakil presiden b. ketua, wakil ketua, dan anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat c. ketua, wakil ketua, dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat d. ketua dan wakil ketua Mahkamah Konstitusi serta Hakim Konstitusi. e. ketua, wakil ketua, ketua muda, dan hakim agung pada Mahkamah Agung f. hakim pada badan peradilan umum, peradilan tata usaha negara, peradilan agama, peradilan militer dan hakim yang dipkerjakan untuk tugas peradilan (yustisial) g. ketua, wakil ketua dan hakim pengadilan pajak h. ketua, wakil ketua dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan i. ketua dan wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi j. ketua dan wakil ketua dan anggota Komisi Yudisial k. menteri dan jabatan yang setingkat menteri l. kepala perwakilan Republik Indonesia yang berkedudukan sebagai duta besar luar biasa dan berkuasa penuh, konsul jenderal, konsul, dan kuasa usaha tetap, konsul jenderal kehormatan, dan konsul kehormatan m. gubernur dan wakil gubernur, dan n. bupati/walikota dan wakil bupati/wakil walikota o. pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh undang-undang B. Penggunaan Logo Logo wajib digunakan untuk: 1). kop naskah dinas 2). cap dinas 3). amplop dinas 4). dokumen resmi yang diterbitkan oleh instansi 5). stop map 6). papan nama kantor 7). kartu tanda pengenal pegawai Administrasi Perkantoran 15

8). tanda pengenal pin pegawai 9). label barang milik negara, dan 10). situs resmi 11). pada gedung kantor 12). pada kartu nama pejabat/pegawai, dan 13). hal-hal lain yang memerlukan simbol Penggunaan logo untuk selain hal-hal di atas harus mendapat ijin dari pimpinan satuan organisasi yang memiliki tanggung ajwab di bidang ketatalaksanaan. C. Penggunaan Logo pada Cap Instansi 1). Pejabat yang berwenang menggunakan cap instansi adalah pejabat yang mendapat pelimpahan/penyerahan wewenang dari pejabat negara untuk menetapkan/menandatangani naskah dinas. 2). Bentuk dan spesifikasi telah diatur dengan Permenpan dan RB 3). Warna tinta ungu D. Penggunaan lambang Negara dan Logo dalam Kerja Sama 1). Untuk keperluan kerja sama (G to G) digunakan lambang negara 2). Untuk kerja sama sektoral, baik antar kementerian/kabupaten/kota (didalam negeri), logo yang dimiliki instansi masing-masing diletakkan di atas map naskah perjanjian. Administrasi Perkantoran 16