BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sama-sama penting. Dalam 7-S Framework of McKinsey

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. oleh dinamika-dinamika untuk mengakarkan diri dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Baik itu tuntutan dari orang tua yang ingin segera melihat putra-putrinya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sekali, tetapi penundaan yang sekali itu bisa dikatakan dengan menundanunda

BAB I PENDAHULUAN. konseling konselor penddikan, dalam bidang industri HRD (Human Resources

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DENGAN PROKRASTINASI KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Sumber daya pada suatu organisasi merupakan kunci dari lajunya dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengerjakan tugas-tugas studi, baik itu yang bersifat akademis maupun non

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. tentang sumber daya manusia yang berkualitas pada dasarnya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas. Sebuah pendidikan terjadi proses belajar

BAB 3 METODE PENELITIAN. Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penundaan pada sebuah pekerjaan atau tugas yang sedang dijalani. Dinamika kerja di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

Hubungan Self Efficacy dengan Procrastination pada Pegawai Departemen Pemesinan PT. PINDAD (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam Undang- undang Republik Indonesia No. 20 tahun tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 yaitu :

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI CORE SKILLS DENGAN KESIAPAN KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 2005: 11). Unsur-unsur dalam dakwah adalah subjek (da i), objek (mad u), materi,

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap mahasiswa memiliki keinginan untuk lulus dari perguruan tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai Universitas yang memiliki semboyan Wacana Keilmuan dan

LAMPIRAN. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan salah satu bagian atau unsur dari universitas atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangkan kualitas produknya. Karyawan merupakan harta terpenting bagi

LAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA. No. Pernyataan SS S N TS STS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan.

EFIKASI DIRI MAHASISWA YANG BEKERJA PADA SAAT PENYUSUNAN SKRIPSI SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PEMALASAN SOSIAL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK. S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang secara formal

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang

PENGUKURAN SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MTs N 2 CIAMIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA EFIKASI KERJA DENGAN PROKRASTINASI KERJA PADA KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menciptakan berbagai hal seperti konsep, teori, perangkat teknologi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puncak dari seluruh kegiatan akademik di bangku kuliah adalah menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prestasi akademik yang tinggi pada umumnya dianggap sebagai

BAB I PENDAHULUAN. semua persyaratan akademik yang ditentukan oleh perguruan tinggi.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam

PENDAHULUAN. sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting. Mahasiswa sebagai subjek yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keahlian dalam kerja akademis yang dinilai oleh para pengajar melalui tes, ujian,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Organisasi merupakan sebuah struktur yang kompleks yang kesemuanya memiliki peran yang sama-sama penting. Dalam 7-S Framework of McKinsey yang dikemukakan oleh Pascale dan Athos (Tika dalam Hikmah, 2008) disebutkan ada tujuh faktor yang mempengaruhi keberlangsungan sebuah organisasi. Ketujuh faktor itu adalah shared values, strategy, structure, system, staff, style, dan skill. Faktor-faktor tersebut saling terkait, jadi jika ada kesalahan atau kekurangan pada salah satu faktor maka akan berimbas pada faktor yang lain. Tetapi sebaliknya, jika kesemua faktor tersebut bisa dijalankan dengan baik maka integritas organisasi akan semakin kuat. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat menentukan terciptanya keselarasan kinerja dalam sebuah organisasi. Suatu kajian terhadap 5000 karyawan dari berbagai perusahaan, menunjukkan hasil bahwa dari 37,5 jam kerja per minggu, tidak lebih dari 20 jam yang digunakan untuk benar-benar bekerja (Munandar dalam Hendrayanti, 2006). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir setengah dari seminggu kerja merupakan waktu yang hilang bagi perusahaan. Perusahaan membayar dua kali lipat untuk pekerjaan yang diterima sedangkan jam-jam istirahat resmi diperpanjang sendiri oleh para pekerjanya. Para karyawan juga mengambil istirahat sendiri yang tidak resmi, misalnya dengan membaca koran atau berbincang-bincang dengan rekan kerja (Hendrayanti, 2006). 1

2 Berdasarkan hasil penelitian ini mencerminkan bahwa tidak sedikit karyawan yang kurang dapat memanfaatkan waktu yang tersedia untuk benar-benar bekerja. Seringkali memang dalam dunia kerja terdengar suatu kenyataan bahwa karyawan dalam menghadapi tugas dan kewajibannya terbersit keengganan ataupun perasaan malas untuk mengerjakannya. Perasaan enggan yang diikuti dengan penundaan untuk mengerjakan tugas ini bersumber dari kondisi psikologis dalam diri individu yang mendorongnya untuk menghindari tugas-tugas yang seharusnya dikerjakannya. Berdasarkan literatur ilmiah psikologi perilaku ini disebut sebagai prokrastinasi, yang secara sederhana berarti perilaku menunda atau menangguhkan (Burka & Yuen dalam Hendrayanti, 2006). Perilaku prokrastinasi tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah efikasi kerja. Efikasi kerja (keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk mengerjakan atau menyelesaikan suatu pekerjaan) diperkirakan juga bisa mempengaruhi munculnya prokrastinasi kerja. Dalam penelitian Hikmah (2008) disebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara efikasi kerja dengan prokrastinasi kerja. Dengan efikasi kerja yang tinggi, seorang karyawan akan merasa optimis dalam mengerjakan tugas karena dia yakin bisa menyelesaikannya dengan baik. Dia tidak akan menunda-nunda mengerjakan tugas karena tidak ada hal-hal yang membuatnya khawatir. Begitu juga sebaliknya, seorang karyawan dengan efikasi kerja rendah akan berpotensi melakukan prokrastinasi kerja. Hal ini disebabkan karena dia merasa tidak yakin bisa menyelesaikan pekerjaannya sehingga muncul hal-hal yang membuat dia

3 khawatir, seperti takut gagal, takut dinilai jelek oleh atasan dan lain-lain (Raudsepp dalam Hikmah, 2008). Selain keyakinan (efikasi) yang mempengaruhi perilaku prokrastinasi. Menurut Hersey dan Blanchard (Wijayanti, 2008) ketika seseorang merasa tidak mampu dan tidak memiliki kesiapan, hal itu akan menyebabkan seseorang tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik, tidak mampu memimpin, menjadi prokrastinasi, tidak menyelesaikan tugasnya, sering bertanya tentang tugasnya, menghindari tugas, dan merasa tidak nyaman. Dan hasilnya karyawan kurang bisa memanfaatkan waktu dalam bekerja. Menurut Buku Panduan Core Skills dari Scottish Qualification Authority (2003), pada perkembangan zaman ini kemampuan yang diperlukan oleh tenaga kerja adalah core skills. Kemampuan core skills sendiri terdiri dari kemampuan komunikasi, kemampuan angka atau numeracy, kemampuan IT, kemampuan belajar, dan kemampuan kerja sama. Bailey (1997), Packer (1998) juga menyatakan bahwa dengan memiliki core skills individu akan berada pada tingkatan mampu untuk memecahkan masalah, berpikir kreatif untuk meningkatkan metode yang digunakan dan menjadi pekerja yang efektif (Wijayanti, 2008). Untuk meningkatkan kemampuan core skills pada diri seseorang juga diperlukan self efficacy. Hal ini dijelaskan oleh Bandura (1997), self efficacy juga merupakan kunci dari fungsi manusia yaitu tingkat motivasi, perasaan dan tindakan sebagai dasar keyakinan mereka bahwa kemampuan mereka benar. Sehingga self efficacy juga diperlukan oleh seseorang untuk percaya akan

4 kemampuannya. Frank (2002, dalam Wijayanti, 2008), juga menjelaskan bahwa ada banyak penelitian yang membuktikan bahwa self efficacy memberikan sentuhan pada setiap aspek kehidupan orang. Apakah itu mereka berpikir produktif, kelemahan diri, pesimis atau optismis. Hal ini menjelaskan bahwa dengan adanya self efficacy pada diri seseorang akan semakin meningkatkan keyakinannya pada kemampuan dirinya. Karena dengan tidak memiliki self efficacy maka individu tersebut akan tidak yakin bahwa dirinya memiliki kemampuan. Jadi dapat disimpulkan, untuk menjadikan karyawan atau pekerja yang efektif serta sumber daya manusia yang berkualitas. Seorang karyawan atau pekerja harus memiliki efikasi core skills yang tinggi. Salah satu perusahaan yang lebih mengedepankan integritas dalam sebuah kinerja karyawan ialah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa. Peneliti mendapati terdapat salah satu perusahaan jasa asuransi yang ingin lebih mengembangkan kompetensi diseluruh lini pelayanan dengan mengembangkan berbagai program dan manfaat yang langsung dapat dinikmati oleh peserta atau konsumen dengan pelayanan jasa yang mereka tawarkan. Namun secara fakta tujuan yang dimiliki perusahaan jasa asuransi tersebut bertolak belakang dengan fenomena yang ada. Kurangnya kepercayaan diri karyawan akan kemampuan untuk menguasai keterampilan inti (Efikasi Core Skills) yang dibutuhkan karyawan dalam menyelesaikan tugas kerjanya terjadi pada karyawan disalah satu perusahaan jasa yang akan peneliti teliti. Dari hasil Observasi studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 23 Oktober 2014, terdapat karyawan yang menunda pekerjaan hanya karena

5 menunggu bantuan dari teman kerjanya untuk menyelesaikan permasalahan dalam tugas kerja yang dihadapi. Mereka enggan untuk menyelesaikan pekerjaan yang sekiranya tidak dapat mereka kerjakan padahal mereka dapat mencoba mempelajari menyelesaikan permasalahan tersebut secara mandiri atas dasar keyakinan bahwa mereka dapat mempelajari berbagai masalah atas dasar usahanya. Namun karena keyakinan yang dimiliki karyawan kurang dalam berusaha menguasai keterampilan inti yang dibutuhkan perusahaan, akhirnya mereka menggantungkan pekerjaan atas bantuan teman kerjanya. Bahkan tidak jarang karyawan yang meninggalkan pekerjaan yang belum dapat mereka selesaikan dengan bermain game online, facebokkan atau meninggalkan kantor pada jam kerja untuk sekedar shopping. Kondisi seperti itu didukung dari hasil wawancara secara tidak terstruktur yang dilakukan peneliti pada saat yang sama terhadap sebagian karyawan yang mengatakan bahwa mereka akan mengerjakan pekerjaannya lagi menunggu bantuan dari rekan kerja yang saat itu masih sibuk dengan urusan pekerjannya sendiri. Untuk mengantisipasi terjadinya fenomena yang sama, maka perusahaan yang bergerak dibidang jasa asuransi khususnya perlu memperhatikan komponenkomponen yang dapat mempengaruhi keberlangsungan sebuah organisasi. Salah satunya yang sangat penting dan mendasar ialah efikasi core skills yang dibutuhkan dalam mengembangkan SDM untuk menciptakan hal yang diinginkan perusahaan. Selain itu, untuk mencapai kinerja yang memuaskan maka dibutuhkan

6 sistem kerja yang efektif yaitu diantaranya karyawan tidak melakukan prokrastinasi kerja. Dari alasan tersebut, maka disini peneliti ingin membuktikan kebenaran hubungan antara Efikasi Core Skills dengan Prokrastinasi Kerja pada Karyawan Perusahaan Jasa Asuransi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan antara efikasi core skills dengan prokrastinasi kerja pada karyawan perusahaan jasa asuransi. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari peenlitian ini adalah : Mengetahui hubungan efikasi core skills dengan prokrastinasi kerja pada karyawan perusahaan jasa asuransi. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis : Menambah khasanah ilmu pengetahuan psikologi industri dan organisasi pada umumnya dan secara khusus memberi sumbangan pengetahuan bagi ilmu psikologi organisasi dan penelitian ini berguna sebagai referensi bagi kalangan akademis untuk penelitian lebih lanjut.

7 2. Manfaat Praktis : Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka membangun dan menciptakan SDM atau karyawan yang efektif dengan memiliki keyakinan core skills yang dibutuhkan perusahaan untuk meminimalisir perilaku prokrastinasi kerja. E. Keaslian Penelitian Untuk mendukung penelitian ini, peneliti menemukan beberapa kajian riset terdahulu untuk dijadikan sebagai pedoman dalam penelitian ini. Penelitian yang dapat peneliti temukan dalam riset terdahulu mengenai perilaku prokrastinasi sebanyak lima penelitian. Kebanyakan penelitian terdahulu menguji faktor-faktor perilaku prokrastinasi dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan mengguanakan alat ukur berupa angket. Riset terdahulu menyebutkan bahwa perilaku prokrastinasi sebagai variabel dependen, dipengaruhi oleh variabel efikasi kerja (Hikmah, 2008), motivasi kerja ( Izzah, 2008), asertivitas (Husetiya, 2010), self monitoring (Hendrayanti, 2006), self control (Magista, 2014). Seluruh faktor tersebut memiliki hubungan yang signifikan terhadap prilaku prokrastinasi. Jika salah satu faktor tersebut semakin tinggi terdapat dalam diri individu, maka individu tersebut tidak akan melakukan perilaku prokrastinasi (menunda-nunda suatu pekerjaan).

8 Sedangakan riset terdahulu yang menggunakan variabel self eficacy (efikasi diri) sebagai variabel independen, kebanyakan ingin membuktikan pengaruh efikasi atau keyakinan terhadap fenomena yang terjadi pada aspek motivasi atau dorongan individu untuk melakukan sesuatu seperti: minat berwirausaha (Lukmayanti, 2012), kesiapan bekerja (Wijayanti, 2008) yang lebih khusus dipengaruhi oleh efikasi core skills (keyakinana akan kemampuan dasar). Lain halnya dengan penelitian Dada, J.O; Jagboro, O.G (2012), mereka hanya ingin mengetahui core skills yang dibutuhkan oleh surveyor. Penelitian Dada, J.O; Jagboro, O.G menggunakan survey dengan menggunakan angket dengan mengurutkan pilihan yang dibutuhkan para surveyor yang ada di Nigeria. Penelitian Waqiati, dkk (2013) juga membuktikan bahwa efikasi diri mempengaruhi kecemasan dalam memasuki dunia kerja. Dengan teratasinya kecemasan maka individu tersebut cenderung tidak melakukan perilaku prokrastinasi, sebab kecemasan merupakan salah satu faktor individu menjadi prokrastinator. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti kali ini hampir sama dengan peelitian yang dilakukan Hikmah (2008). Namun penelitian yang dilakukan Hikmah menitik beratkan pada efikasi kerja secara keseluruhan, baik pada hal pengetahuan, kemampuan dan perilaku yang sangat dibutuhkan dalam bekerja. Sedangakan dalam penelitian ini hanya menitik beratkan pada efikasi core skills (keyakinan akan kemampuan inti) yang lebih spesifik atau task-specific efficacy. Pada penelitian ini juga menggunakan variabel independen yang hampir sama dengan penelitian yang dilakukan Wijayanti (2008) yang menggunakan istilah

9 efikasi core skills dalam penelitiannya. Namun yang membedakan penelitian Wijayanti dengan penelitian ini adalah terletak pada spesifikasi aspek yang diangkat sesuai dengan kondisi subjek penelitian. Jika penelitian Wijayanti menggunakan aspek core skills yang ada pada Buku Pedoman Core Skills dari Scottish Qualification Authority (2003) untuk mengukur efikasi core skills pada subjek penelitian tanpa melihat latarbelakang pendidikan subjek. Lain halnya dengan penelitian kali ini, penelitian ini memadu-padankan antara ke-5 aspek yang ditulis oleh Scottish Qualification Authority dengan mengakaitkan keterampilan inti yang dimiliki staff tertetu pada pemilihan subjek penelitian ini. Dengan penellitian yang sudah dijelaskan di atas, maka penelitian tentang hubungan antara efikasi core skills dengan prokrastinasi kerja belum pernah dilakukan sebelumnya. Sehingga penelitian ini penting untuk dilakukan karena dapat mengetahui bagaimana hubungan antara efikasi core skills dengan prokrastinasi kerja dalam dunia industri.