KEPERLUAN SISTEM ANALISIS STEM BAB II. 2.1 Penentuan Keperluan Sistem

dokumen-dokumen yang mirip
Input Data Skenario Tumpahan Minyak

Gambar 3.20 : Output lintasan lapisan minyak & pilihan OSR

PERANCANGAN DATA DAN ANTARAMUKA BAB III. 3.1 Model Data Sistem

BAB III METODE PENELITIAN. yang didapatkan dari hasil analisis. Berikut adalah tahapan desain penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai pusat

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. telah dibuat pada tahap tiga. Adapun kebutuhan software (perangkat lunak) dan

BAB I PENDAHULUAN. memproduksi kapas seperti kapas kecantikan dengan merek Selection Cotton.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah tahapan atau gambaran yang akan dilakukan

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menjalankan aplikasi dengan baik adalah : a. Prosesor Intel Pentium IV atau lebih tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, Sistem Informasi Geografis merupakan Sistem. yang dapat menjelaskan situasi dan keadaan tempat tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Medan Belawan adalah sebagai pusat kegiatan budi daya

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB IV DESKRIPSI KERJA PRAKTEK. dan pencatatan kasus Perselisihan Hubungan Industrial (PHI).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai. Processor INTEL Pentium Dual Core T4300

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengantar 1.2 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB I PENDAHULUAN. Pemetaan lokasi cabang cabang toko baju Mode Fashion berbasis web

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dan perangkat keras yang akan mendukung jalannya aplikasi. Perangkat lunak dan

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan keuangan dalam perusahaan merupakan kunci utama kegiatan

BAB IV SISTEM DAN IMPLEMENTASI. Indonesia Tbk. diperoleh data secara langsung dari manager operasional yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berikut ini, pada gambar 3.1 adalah tahapan yang dilakukan dalam

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor manusia (human error). Salah satu bidang yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN

semua permasalahan serta kebutuhan perangkat lunak dan kebutuhan sistem yang

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB MENGENAI PENYEBARAN FASILITAS PENDIDIKAN, PERUMAHAN, DAN RUMAH SAKIT DI KOTA BEKASI. Fie Jannatin Aliyah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang berkembang saat ini, pengelolaan informasi dapat dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. akhir, hal itu menjadi sebuah peluang bagi para pengembang Information

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 merupakan desain penelitian yang akan digunakan pada

BAB I PENDAHULUAN. Semakin cepat waktu yang ditempuh maka semakin pendek pula jalur yang

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Tetap dengan Metode Analytic Network Process (Studi Kasus PT PJB Services)

BAB V IMPLEMENTASI (Evaluation Phase dan Deployment Phase)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN IMPLEMENTASI. Pengujian program adalah pengujian dimana user memasukan data ke

BAB I PENDAHULUAN. (SIG) adalah salah satu sistem informasi yang dibahas dalam ilmu komputer, yang

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. sistem yang telah dibuat sebelumnya. Aplikasi yang dibuat akan diterapkan

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. keras dan perangkat lunak untuk sistem ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Tempat Pemakaman Umum biasa disingkat TPU merupakan kawasan. tempat pemakaman yang biasanya dikuasai oleh pemerintah daerah dan

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. (hardware) dan piranti lunak yang memadai. Sistem Informasi Geografis ini antara lain:

BAB III METODE PENELITIAN. Pengetahuan Alam dan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. sistem penjualan dan stok barang. Dengan menganalisis prosedur sistem yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengembangan Aplikasi Pencarian Rute Terpendek Menggunakan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV DISKRIPSI PEKERJAAN. kegiatan kerja praktik di PT DBL Indonesia, didapatkan beberapa permasalahan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perancangan dapat diimplementasikan dalam tahap-tahap sebagai berikut :

BAB V IMPLEMENTASI SISTEM

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perancangan aplikasi penjualan dan pengiriman spare part komputer pada Bismar

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Berikut ini merupakan spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV DESKRIPSI SISTEM. dilakukan adalah identifikasi permasalahan yang terdiri dari survei, wawancara

BAB IV DESKRIPSI KERJA PRAKTEK

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 4. Implementasi dan Evaluasi

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. aplikasi tersebut, yaitu dengan cara melakukan wawancara langsung dengan bagian

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam merancang sebuah sistem, analisis adalah hal yang harus dilakukan. Dengan

Gambar 4.7. Diagram alir dari proses inversi.

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Informasi Geografis merupakan salah satu model sistem informasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. kerusakan jalan dari masyarakat. Sebelumnya user harus mempersiapkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berikut tahapan penelitian yang dilakukan: 1. Menentukan kebutuhan data yang akan digunakan.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah langkah dan proses yang akan dilakukan dalam

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian disusun berdasarkan tahapan sebagai berikut:

@UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB IV DISKRIPSI PEKERJAAN. Kerja praktik ini dilaksanakan selama satu bulan di Klinik Pendidikan

BAB IV HASIL & IMPLEMENTASI

BAB IV DESKRIPSI SISTEM. terhadap sistem inventaris hardware serta sistem pengolahan data hardware

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. telah dibuat pada tahap tiga. Adapun kebutuhan software (perangkat lunak) dan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN. yang ada pada sistem dimana aplikasi dibangun, meliputi perangkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti yang lebih sempit, adalah sistem komputer yang memiliki kemampuan

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), jumlah penduduk DKI Jakarta adalah

Transkripsi:

BAB II ANALISIS KEPERLUAN SISTEM STEM 2.1 Penentuan Keperluan Sistem Perangkat lunak perespon tumpahan minyak dikembangkan karena tumpahan minyak merupakan hal yang serius bagi negaranegara di sekitar selat Malaka dan Singapura (Indonesia, Malaysia dan Singapura). Jika terjadi tumpahan minyak, ada tiga masalah utama yang perlu dijawab. Ketiga masalah utama dan tantangan simulasi inilah yang menjadi dasar keperluan sistem. 2.1.1 Keperluan MLTM Satu MLTM di dalam lingkungan Multimedia GIS akan menjawab masalah pertama dalam menangani tumpahan minyak. Masalah tersebut adalah: (i) Kearah mana lapisan minyak bergerak? dan (ii) Bagaimana dampaknya terhadap sumber-sumber di lingkungan laut dan pantai? MLTM haruslah mempunyai kemampuan untuk menentukan: (i) Arah pergerakan lapisan minyak, (ii) Kecepatan gerak dari lapisan minyak, (iii) Sifat-sifat tersebar minyak di lautan dan (iv) Sumber-sumber di lingkungan laut dan pantai yang terancam oleh tumpahan minyak. MLTM harus juga dapat menjawab tantangan simulasi di dalam GIScience. Dari kajian perangkat lunak sejenis didapati beberapa hal yang diperlukan oleh pemakai dari MLTM, yaitu: (1) Penentuan lokasi tumpahan, 13

(2) Mengidentifikasikan makhluk hidup atau sumber yang terancam secara on-the-fly, (3) Pertanyaan biologi, (4) Manajemen kejadian, (5) Rujukan dokumen dan (6) Menghasilkan peta. Keperluan satu MLTM ini selanjutnya dikembangkan menjadi fungsi MLTM. Selain itu, diperlukan penggunaan peta kawasan yang peka terhadap tumpahan minyak. Peta kawasan yang digunakan dapat dilihat pada gambar 2.1. Keperluan-keperluan itu erat hubungannya dengan peta dan MLTM. Keperluan-keperluan yang terkait erat dengan peta dikelompokkan ke dalam fungsi Peta. Gambar 2.1 : Peta kawasan Selat Malaka. Atas dasar perlunya rujukan dokumen yang menggambarkan catatan visual dari sumber yang terancam, sebaiknya MLTM yang diperlukan itu berada di dalam lingkungan Multimedia. Seterusnya diperlukan peta kawasan peka terhadap tumpahan minyak, maka MLTM itu perlu dibangun di dalam lingkungan Multimedia GIS. Dengan demikian diperlukan juga satu fungsi yang menangani elemen-elemen Multimedia, yaitu fungsi Browser. 14

2.1.2 Keperluan MPKPO Keperluan terhadap satu Model Pohon Keputusan Perespon Oil Spill (MPKPO) akan menjawab masalah kedua dalam menangani tumpahan minyak. Ada lima pilihan Oil Spill Response (OSR). Untuk itu perlu dibuatkan satu MPKPO yang memperhatikan batasan pemakaian boom, skimmer, dispersant, in situ burning dan pembersihan pantai. Kemudian MPKPO itu perlu diintegrasikan secara langsung dengan MLTM di dalam lingkungan Multimedia GIS, supaya responden sebelum mengambil keputusan dapat melihat paparan lintasan lapisan minyak terlebih dahulu dan paparannya lebih bermakna. Keperluan MPKPO ini dikembangkan menjadi fungsi MPKPO. 2.1.3 Keperluan Database E-mail Domino Perangkat lunak database e-mail Domino dalam lingkungan Internet adalah satu jawaban bagi masalah ketiga dalam menangani tumpahan minyak. Domino dengan berbagai fasilitas untuk berkomunikasi dan kerjasama kelompok adalah perangkat lunak yang sesuai dengan cara kerja OSR. Dengan kemampuan komunikasi dan kerjasama ini, Domino dapat digunakan untuk memantau operasi OSR. Selanjutnya Domino ini diintegrasikan dengan dua keperluan lain untuk membentuk fungsi Pemantau OSR (POSR), yaitu keperluan (i) satu MLTM dan (ii) satu MPKPO. 2.1.4 Keperluan Perangkat Lunak dan Keras Tujuh perangkat lunak dan satu komputer Compaq disarankan untuk digunakan dalam membangun perespon tumpahan minyak. Ketujuh perangkat lunak tersebut adalah: (1) Ms Windows 98, (2) Ms Visual Basic versi 6.0, (3) MapObjects digunakan sebagai komponen ActiveX GIS, (4) MapInfo dan ArcView, (5) Ms HTML, dan (6) Domino. IntelPentium II, RAM 128 MB, Monitor digital Compaq V75, ATI 3D RAGE PRO, Intel 82371AB/EB PCI Bus Master IDE Controller dan 15

3Com Etherlink III ISA adalah spesifikasi komputer Compaq yang digunakan. 2.2 Skenario Sistem Sesuai dengan ketiga keperluan sistem perespon tumpahan minyak, dibuatlah context model dan skenario pemakaian sistem yang merupakan cara pandang pemakai terhadap sistem yang dibangun. Context model dan skenario ini merupakan hasil dari Conceptual Design sistem yang akan dibangun (Pressman, 2001). Pressman (2001) menyatakan the scenarios, often called use-cases, provide a description of how the system will be used. Untuk sistem ini, ada tiga pelaku atau actor yang berhubungan dengan sistem, yaitu: (i) Penentu lintasan, (ii) Penentu respon dan (iii) Pemantau respon. Context model sistem dapat dilihat pada gambar 2.2, sedangkan interaksi antara pelaku dengan sistem dapat dilihat pada tabel 2.1, 2.2 dan 2.3. Use-case pemakaian sistem dapat dilihat pada gambar 2.3, 2.4 dan 2.5. Server Domino Internet Sistem perespon tumpahan minyak Penentuan lintasan dan pantai yang terancam Interaksi pelaku dengan Sistem Penentuan pilihan respon terhadap tumpahan minyak Pemantauan kegiatan-kegiatan dalam merespon tumpahan minyak dengan menggunakan Domino Penentu Lintasan Penentu Respon Pemantau Respon Gambar 2.2 : Context model Sistem 16

Tabel 2.1 : Interaksi pelaku penentu lintasan dengan sistem Skenario Input MLTM Input lokasi Paparkan lintasan Nyalakan pantai Lihat lingkungan Lihat informasi Keterangan Masukkan data parameter MLTM. Masukkan lokasi tumpahan minyak. Paparkan lintasan tumpahan minyak. Nyalakan pantai yang terancam. Lihat lingkungan laut yang terancam oleh tumpahan minyak. Lihat informasi lingkungan laut. Tabel 2.2 : Interaksi pelaku penentu respon dengan sistem Skenario Input MLTM Input lokasi Input tempo Paparkan lintasan Input pilihan Lihat lingkungan Lihat informasi Keterangan Masukkan data parameter MLTM. Masukkan lokasi tumpahan minyak. Masukkan data tempo pergerakan lapisan minyak. Paparkan lintasan tumpahan minyak sesuai tempo pergerakan. Masukkan data pilihan respons terhadap tumpahan minyak. Lihat lingkungan laut yang terancam oleh tumpahan minyak. Lihat informasi lingkungan laut. 17

Tabel 2.3 : Interaksi pelaku pemantau respon dengan sistem Skenario Input keyboard Input MLTM Input lokasi Input e-mail Input kegiatan Lihat kegiatan Paparkan lintasan Input pilihan Lihat lingkungan Lihat informasi Keterangan Masuk ke dalam Domino. Masukkan data parameter MLTM. Masukkan lokasi tumpahan minyak. Tentukan database e-mail yang akan diaktifkan. Tentukan kegiatan yang akan dipantau. Lihat kegiatan yang dipantau. Paparkan lintasan tumpahan minyak dengan tempo pergerakan yang diambil dari kegiatan yang dipantau. Masukkan data pilihan respon terhadap tumpahan minyak. Lihat lingkungan laut yang terancam oleh tumpahan minyak. Lihat informasi lingkungan laut. Input MLTM Input lokasi Paparkan lintasan Nyalakan pantai Depands Lihat informasi Lihat lingkungan Gambar 2.3 : Use-Case penentu lintasan 18

Input MLTM Input lokasi Input tempo Paparkan lintasan Input pilihan Depands Lihat informasi Lihat lingkungan Gambar 2.4 : Use-Case penentu respon Input MLTM Input keyboard Input lokasi Input e-mail Lihat kegiatan Input kegiatan Paparkan lintasan Depands Lihat informasi Input pilihan Lihat lingkungan Gambar 2.5 : Use-Case pemantau kegiatan respon 19

Pada skenario interaksi pertama (input MLTM), pelaku mengisikan data, berupa: (i) Waktu terjadinya tumpahan minyak, (ii) Besar parameter angin dan arus, (iii) Berat jenis minyak dan air, (iv) Volume minyak yang tertumpah dan (v) Selang masa pergerakan lapisan minyak. Pada skenario interaksi kedua (input lokasi), pelaku dapat memasukkan lokasi terjadinya tumpahan minyak dengan dua cara, yaitu:(i) Pemasukan koordinat x,y berupa angka pada textbox atau (ii) Menekan kiri mouse pada satu lokasi di dalam peta. Pada skenario interaksi ketiga (lihat lingkungan), pelaku mengatur aktif / tidaknya lapisan-lapisan lingkungan laut untuk melihat kedekatannya dengan lintasan tumpahan minyak dengan menggunakan checkbox. Pada skenario interaksi keempat (lihat informasi), pelaku melihat informasi lingkungan laut dengan mengaktifkan satu lapisan menggunakan optionbotton dan menunjuk satu feature di dalam lapisan peta tersebut. Selain empat interaksi yang sama-sama dilakukan oleh ketiga pelaku, ketiga pelaku ini juga melakukan interaksi-interaksi lain dengan sistem. Skenario lain untuk pelaku penentu lintasan itu adalah memaparkan lintasan tumpahan minyak dengan cara menekan satu tombol dan sistem membalasnya dengan menggerakkan lapisan minyak serta menyalakan pantai yang terancam oleh tumpahan minyak (paparkan lintasan). Jika pelaku ini ingin melihat kembali pantai yang terancam, pelaku dapat menekan satu tombol lain lagi untuk menyalakan pantai yang terancam itu (nyalakan pantai). Skenario lain untuk pelaku penentu respon adalah memasukkan data tempo pergerakan lapisan minyak pada textbox (input tempo). Data tempo pergerakan lapisan minyak ini menentukan lamanya lapisan minyak digerakkan oleh sistem. Kemudian dengan menekan satu tombol, pelaku penentu respon meminta sistem untuk memaparkan lintasan tumpahan minyak (paparkan lintasan) dan pelaku memasukkan jawaban-jawaban pertanyaan yang diajukan oleh sistem untuk menentukan pilihan respon terhadap tumpahan minyak dengan menggunakan dialogbox (input pilihan). Skenario lain pelaku pemantau respon adalah memulai interaksinya dengan memasukkan data dari keyboard ke dalam sistem (input keyboard). Kemudian pelaku ini menentukan database e-mail yang akan diaktifkan dengan menggunakan combobox (input e-mail) dan kegiatan yang akan dipantau dengan menggunakan mouse (input kegiatan). Dengan menekan satu tombol, pelaku membaca informasi 20

lengkap kegiatan yang akan dipantau (lihat kegiatan). Dengan menekan satu tombol yang lain, pelaku ini meminta sistem untuk memaparkan lintasan tumpahan dengan tempo pergerakan yang diambil dari kegiatan yang dipantau (paparkan lintasan). Setelah lintasan tumpahan minyak dipaparkan, pelaku memasukkan jawabanjawaban pertanyaan yang diajukan oleh sistem untuk menentukan pilihan respon terhadap tumpahan minyak 2.3 Kefungsian dan Pemodelan Sistem Berdasarkan pendalaman persoalan dan pengembangan keperluan sistem, kefungsian dan pemodelan sistem dibuat. Gambar 2.6, 2.7 dan 2.8 adalah gambar dari pemodelan dan kefungsian sistem yang dibangun. Sistem Perespon tumpahan minyak menerima masukan dari data engineer serta masukan dan luaran untuk penentu lintasan, penentu respon dan pemantau respon. Dari data engineer, sistem menerima masukan berupa data spasial dan data kegiatan respon. Penentu lintasan memberikan data tentang tumpahan minyak kepada sistem. Penentu respon memberikan data tumpahan minyak, tempo pergerakan tumpahan minyak dan arahan pilihan respon kepada sistem. Pemantau respon memberikan data tumpahan minyak dan arahan pilihan respon kepada sistem. Luaran yang diberikan oleh sistem kepada Penentu lintasan adalah lintasan tumpahan minyak dan rujukan dokumen. Luaran yang diberikan oleh sistem kepada Penentu respon adalah lintasan tumpahan minyak dan rencana respon. Luaran yang diberikan oleh sistem kepada Pemantau respon adalah lintasan tumpahan minyak, rencana respon dan kesesuaian kegiatan respon dengan posisi lapisan minyak saat itu. P1/data engineer P2/penentu lintasan P3/penentu respon P4/pemantau respon Perespon Tumpahan Minyak P2 P3 P4 Gambar 2.6 : Context diagram sistem 21

Database Domino Sistem Meteorologi Database spatial Data angin Fungsi POSR Sistem Model Peredaran Laut Data arus dan gelombang Peta selat malaka Fungsi MPKPO Peta pendukung Fungsi MLTM Sistem Lain Data minyak tertumpah Nilai parameter MLTM Sistem Perespon Tumpahan Minyak Gambar 2.7 : Fungsi-fungsi utama sistem dan sistem pendukungnya 22

P1 Database Data Sistem Data spasial P2 Data spasial P3 P4 MLTM MPKPO POSR Lintasan dan alamat rujukan Lintasan, rencana respon Peta Lintasan, rencana respon dan kesesuaian kegiatan rujukan dokumen rencana respon P2 P3 P4 rencana respon dan kesesuaian kegiatan Gambar 2.8 : Data Flow Diagram sistem 23

Sistem Meteorologi akan memberikan data kecepatan angin ke sistem. Sistem Model Peredaran Laut akan memberikan data kecepatan arus dan tinggi gelombang ke sistem. Kefungsian sistem ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian proses dan bagian pemasukan data. Bagian proses terdiri dari fungsi MLTM, MPKPO dan POSR. Bagian pemasukan data terdiri dari database Domino, data spasial sistem serta data minyak tertumpah dan nilai parameter MLTM. 2.3.1 Fungsi MLTM 2.3.1.1 Analisis Matematis MLTM Dengan memperhatikan model matematis lintasan tumpahan minyak dan The Ekman Effect, maka ada empat hal yang diperlukan dalam membangun proses advection, yaitu: (i) V w : vektor kecepatan angin di bawah 10 m dengan sudut tiupan angin φ. (ii) V c : vektor kecepatan arus permukaan dengan sudut arus Ω. (iii) α, β: fungsi yang berhubungan dengan parameter angin dan arus. (iv) pembelokan The Ekman Effect. Sudut φ dan Ω adalah sudut yang terbentuk oleh kecepatan angin dan arus yang digunakan untuk menentukan besarnya kecepatan arah sumbu x dan y. Keempat hal tersebut di atas dijumlahkan dengan teknik a simplified linear superposition untuk membentuk model matematis proses advection (lihat gambar 2.9). Dari gambar 2.9, diketahui bahwa rumus pergerakan vertikal lapisan minyak arah sumbu horizontal dan vertikal untuk setiap jamnya adalah: X = X ew + X c (3) Y = Y ew + Y c (4) dimana X menyatakan besar perpindahan lapisan minyak per 60 menit dengan arah sumbu x, sedangkan Y menyatakan besar perpindahan lapisan minyak per 60 menit dengan arah sumbu y. X ew =( αv ew Cos Φ) T; X c = ( βv c Cos Ω) T; Y ew = (αv ew Sin Φ) T; Y c =( βv c Sin Ω) T. T menyatakan besaran waktu dalam 60 menit. 24

V w setelah diberi The Ekman Effect V ew Ω β V c V w β V c α V ew V c The Ekman Effect φ µ V Y V X Gambar 2.9 : Model penjumlahan vektor untuk proses advection 2.3.1.2 Input Output Adapun yang menjadi luaran utama dari MLTM adalah lintasan lapisan minyak, garis pantai yang tercemar olehnya dan rujukan cara membersihkan pantai tersebut, sedangkan luaran tambahannya bersama fungsi Peta dan Browser adalah luaran untuk memenuhi keperluan pemakai yang lainnya. Untuk input data, berdasarkan rumus (3) dan (4) diperlukan data : X ew, X c, Y ew dan Y c yang bersifat spasial dan tergantung waktu. Dari rumus luas tumpahan minyak diperlukan input data: - Perbandingan selisih berat jenis air laut dan minyak dengan berat jenis minyak, - Volume minyak yang tertumpah, - Selang waktu pergerakan lapisan minyak serta kecepatan angin dan arus. Selain itu juga diperlukan informasi tentang minyak yang tertumpah, seperti (i) Lokasi dan (ii) Tanggal dan waktu minyak tertumpah. 25

2.3.1.3 Database Untuk mendukung pemaparan pergerakan lapisan minyak yang dinamis diperlukan beberapa data spasial, yaitu: (i) Grid, (ii) Garis Pantai dan (iii) Daratan. Lihat gambar 2.10 database spasial fungsi MLTM. Pada lapisan Grid dikaitkan atribut X ew, X c, Y ew dan Y c sebanyak 12 medan. Setiap satu medan menyimpan perkiraan angin atau arus setiap dua jam jika digunakan untuk 24 jam. Pada lapisan Garis Pantai dikaitkan data atribut jenis pantai dan berkas html. Berkas html ini menyimpan usulan untuk membersihkan pantai jika tumpahan minyak mengenai pantai tersebut. Lapisan daratan berguna untuk membatasi pergerakan lapisan minyak. Selanjutnya sejumlah lapisan data spasial dimasukkan ke dalam database untuk memenuhi keperluan lain pemakai. Gambar 2.10 : Database spasial fungsi MLTM 2.3.1.4 Proses MLTM Untuk dapat menggerakkan lapisan minyak yang dinamis secara langsung di dalam lingkungan Multimedia GIS perlu dilakukan: (i) Penyusunan data spasial ke dalam sistem perespon tumpahan minyak (lihat gambar 2.11) dan (ii) Pemograman MLTM dengan memperhatikan beberapa aturan umum yang ada di dalam tabel 2.4. 26

Penyusunan data spasial dan aturan umum itu merupakan langkah awal untuk mewujudkan simulasi pergerakan lintasan lapisan minyak yang dinamis secara langsung di dalam GIS. Sistem dapat menggunakan ActiveX MapObjects sebagai komponen GIS. Jika MapObjects digunakan, sistem yang dibangunkan ini akan berbeda dengan sistem-sistem lainnya. Pemakai tidak perlu memasukkan berkas hasil analisis lintasan ke dalam sistem. Pemakai tidak memerlukan satu ekstensi ArcView untuk memaparkan pergerakan lapisan minyak. Pemakai tidak menggunakan komponen GIS yang khusus. DFD proses ini dapat dilihat pada gambar 2.12. Gambar 2.11 : Penyusunan data spasial fungsi MLTM 27

Tabel 2.4 : Aturan umum dalam memprogram MLTM No Aturan yang perlu diperhatikan 1 Pembentukan lintasan tumpahan minyak berawal dari pembuatan objek point, kemudian ditentukan objek point selanjutnya. Dari objek-objek point selanjutnya yang memenuhi syarat, dibentuk objek line untuk pergerakan vertikal lapisan minyak dan objek ellipse untuk pergerakan horizontal lapisan minyak. 2 Objek point, line dan ellipse yang dibuat untuk membentuk lintasan lapisan minyak hendaknya menggunakan : objek Trackinglayer atau kejadian TrackingLayerDraw. 3 Objek point dibentuk berdasarkan selang waktu tertentu. Selang waktu pembuatan objek point dibuat kecil, supaya pergerakan lapisan minyak menggunakan data angin dan arus yang benar. Kedua data ini bersifat spasial dan tergantung waktu. 4 Lintasan vertikal lapisan minyak pada satu Grid adalah satu objek line, sedangkan lintasan horizontal lapisan minyak pada satu Grid adalah kumpulan dari objek ellipse. 5 Proses pergerakan lapisan minyak dilakukan jika posisi minyak dan posisi minyak selanjutnya berada di dalam satu Grid dan tidak berada di dalam lapisan Daratan (lihat gambar 2.13). 6 Jika garis yang dibentuk bersilang dengan Grid, maka garis yang terbentuk di dalam Grid adalah garis yang benar, sedangkan garis di luar Grid adalah garis yang salah (lihat gambar 2.14). Proses berikutnya adalah lapisan minyak dipindahkan ke dalam Grid selanjutnya dan pembuatan lintasan menggunakan data atribut Grid yang baru. 7 Jika lokasi lapisan minyak berikutnya berada di dalam lapisan Daratan, maka dicari titik silang garis dengan lapisan Garis Pantai dan titik silang tersebut dijadikan titik ujung lintasan vertikal tumpahan minyak (lihat gambar 2.15). 8 Jika lokasi lapisan minyak berikutnya berada di luar Grid atau di dalam Daratan, maka pergerakan lapisan minyak dihentikan (lihat gambar 2.16). 28

Data sistem P2 Data tumpahan minyak Data Tumpahan Minyak Data spasial dan tumpahan minyak Lintasan Lintasan tumpahan minyak Pantai Pantai terancam dan alamat rujukan Gambar 2.12 : DFD MLTM 29

Gambar 2.13 : Pembentukan garis yang berada di dalam satu Grid Gambar 1.14 : Garis yang terbentuk memotong Grid 30

Gambar 2.15 : Titik berikutnya berada di dalam lapisan Daratan Gambar 2.16 : Titik berikutnya berada di luar Grid dan Daratan 31

2.3.2 Fungsi MPKPO 2.3.2.1 Pembuatan Diagram Alir Pilihan OSR Dari kajian literatur tentang OSR, dibuat satu diagram alir pilihan OSR. Langkah pertama dalam membangun diagram alir pilihan OSR adalah memperhatikan jenis minyak, perkiraan lintasan lapisan minyak dan sumber-sumber pantai atau laut yang terancam. Jika tumpahan minyak tersebut tidak mengancam sumber-sumber yang ada, maka tumpahan minyak itu dibiarkan dan terus dipantau. Jika tumpahan mengancam sumber-sumber yang ada, maka dilakukan persiapan pembersihan minyak. Selanjutnya, dihitung perkiraan posisi lapisan minyak setelah selang waktu tertentu. Dari perkiraan posisi lapisan minyak tadi, diperiksa besarnya arus dan tinggi gelombang. Jika pada posisi tersebut besar arus < 1 knot/jam atau tinggi gelombang < 1 meter, maka diusulkan pemakaian boom. Jika tidak, maka pemakaian dispersant atau in situ burning ataupun pembersihan pantai diusulkan. Jika lapisan minyak tersebut tebal dan jauh dari pantai, maka pemakaian respons in situ burning yang diusulkan. Jika lapisan minyak tersebut tipis, maka diusulkan pemakaian dispersant. 2.3.2.2 Input Output Luaran MPKPO adalah lintasan lapisan minyak, posisi lapisan minyak dan usulan respon, sedangkan input datanya adalah data tumpahan minyak, tempo pergerakan lapisan minyak dan dialog dengan pemakai sesuai dengan lingkungan tempat lapisan minyak berada. 2.3.2.3 Database Ada empat lapisan data spasial yang diperlukan oleh fungsi MPKPO ini, yaitu lapisan: (i) Grid, (ii) Garis Pantai, (iii) Daratan dan (iv) Hidrografi (lihat gambar 2.18). Pada lapisan Grid, selain atribut yang telah ada, perlu ditambahkan lagi satu atribut, yaitu tinggi gelombang. Untuk lapisan Garis Pantai dan Daratan keperluan data atributnya sama dengan keperluan data 32

atribut fungsi MLTM. Lapisan terakhir fungsi MPKPO adalah lapisan Hidrografi. Lapisan ini diperlukan untuk mendapatkan data kedalaman laut dimana lapisan minyak berada. Gambar 2.18 : Database spasial fungsi MPKPO 2.3.2.4 Proses MPKPO Penyusunan empat lapisan data spasial ke dalam ActiveX MapObjects melalui Ms Visual Basic adalah kegiatan pertama di dalam fungsi MPKPO (lihat gambar 2.19). Kegiatan kedua adalah input data tempo pergerakan (T menit) untuk menjalankan MLTM. Setelah itu dilakukan pengambilan data atribut pada posisi lapisan minyak T menit tersebut. Data yang diambil itu meliputi : tinggi gelombang, kecepatan angin, arus dan kedalaman laut. Selanjutnya fungsi respon MPKPO yang diimplementasikan dengan menggunakan perintah Ms Visual Basic : IF Then Else End If dan MSGBOX diaktifkan. Fungsi respon ini berisikan dialog dengan pemakai dalam bentuk pilihan yes/no dan juga implementasi dari diagram alir pilihan OSR. Dialog yang dilakukan oleh fungsi respon MPKPO ini diakhiri dengan usulan respon untuk menangani tumpahan minyak. DFD dari proses ini dapat dilihat pada gambar 2.20. 33

Gambar 2.19 : Penyusunan data spasial fungsi MPKPO 34

Data sistem P3 Data tumpahan minyak Data Tumpahan Minyak Data spasial dan tumpahan minyak Data OSR P3 Tempo pergerakan minyak Data tumpahan minyak Tempo pergerakan minyak Lintasan Lintasan tumpahan minyak Posisi terakhir lapisan minyak P3 Jawaban pilihan respon Dialog Lintasan dan rencana respon Gambar 2.20 : DFD MPKPO 35

2.3.3 Fungsi POSR 2.3.3.1 Input Output Luaran dari fungsi POSR adalah lintasan lapisan minyak dan usulan respon berdasarkan rencana kegiatan kelompok dalam menangani tumpahan minyak. Untuk dapat menghasilkan luaran tersebut, fungsi POSR memerlukan input data yang hampir sama dengan input data yang diperlukan oleh fungsi MPKPO. Bedanya hanya pada tempo pergerakan lapisan minyak. Tempo pergerakan lapisan minyak untuk fungsi MPKPO diambil dari pemakai, sedangkan untuk fungsi POSR diambil langsung dari database Domino, yaitu pengurangan isi medan date dan time dari dokumen dengan tanggal dan waktu terjadinya tumpahan minyak. Ke dalam database Domino e-mail : Calender, Reminder Lotus Notes dimasukkan data latihan BP 1998 Alaska SONS. 2.3.3.2 Database Database Domino berupa e-mail adalah database yang disarankan untuk digunakan oleh fungsi POSR, disamping empat lapisan yang digunakan oleh fungsi MPKPO. Database itu meliputi field tentang tanggal dan waktu e-mail (Calendar jenis dokumen Reminder) dibuat serta isi pesannya. Lihat gambar 2.21 database spasial yang diperlukan fungsi ini. Gambar 2.21 : Database spasial fungsi POSR 36

2.3.3.3 Proses POSR Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan di dalam fungsi POSR adalah sebagai berikut: (i) Penyusunan empat lapisan data spasial, meliputi lapisan: (a) Grid, (b) Garis Pantai, (c) Daratan dan (d) Hidrografi ke dalam sistem, (ii) Mendaftarkan database Domino ke dalam lingkungan pemograman (lihat gambar 2.22), (iii) Pengambilan tanggal dan waktu dari kegiatan kerjasama kelompok, (iv) Menjalankan MLTM yang telah diperbaiki untuk MPKPO berdasarkan tanggal dan waktu dari kegiatan kerjasama kelompok yang telah dikurangi dengan tanggal dan waktu terjadi tumpahan minyak, (v) Pengambilan data atribut angin, arus, tinggi gelombang dan kedalaman laut dimana lapisan minyak berada dan (vi) Berdialog dengan pemakai untuk mendapatkan usulan OSR. DFD proses ini dapat dilihat pada gambar 2.23. Gambar 2.22 : Database fungsi POSR 37

Data spasial dan tumpahan minyak Data spasial, domino dan tumpahan minyak Data sistem Data Tumpahan Minyak Pilihan DB Domino Kegiatan Domino P3 Data tumpahan minyak P3 Pemilihan database domino P3 Pemilihan kegiatan yang akan dipantau Data spasial, waktu kegiatan dan tumpahan minyak Lintasan Lintasan tumpahan minyak Posisi terakhir lapisan minyak P3 Jawaban pilihan respon Dialog Gambar 2.23 : DFD POSR Lintasan, rencana respon dan kesesuaian kegiatan 38