BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang diterapkan adalah penelitian deskriptif analisis dengan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

PERTEMUAN 13: PPh Pasal 25 (Umum /Perhitungan)

2017, No tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tenta

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan perusahaan pertambangan yaitu PT. Medco Energi Internasional,

RESUME SANKSI PERPAJAKAN SANKSI BUNGA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TELAAH PUSTAKA

Akuntansi Pajak Atas Liabilitas (Kewajiban)

BAB IV PEMILIHAN DATA (SAMPEL) PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

PERLAKUAN DAN FASILITAS PERPAJAKAN UNTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN SKEMA TERTENTU (KIK-DIRE)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1983 Tanggal 31 Desember Presiden Republik Indonesia,

Judul : Mekanisme Penerapan PP Nomor 46 atas Omzet pada CV. X ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sistem pemungutan pajak yang berlaku adalah Self Assessment

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka penulis membuat simpulan dari seluruh pembahasan yaitu sebagai

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR PERTANYAAN. penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21?

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

2013, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembara

SPT TAHUNAN PPH BADAN TERKAIT PENYAMPAIAN SURAT PERNYATAAN HARTA (SPH) UNTUK PENGAMPUNAN PAJAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPH. Pemotongan. Dibayarkan sekaligus.

PP 46/1996, PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN BERUPA BUNGA ATAU DISKONTO OBLIGASI YANG DIJUAL DI BURSA EFEK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA CV INDAH UTAMA 171

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan. Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1994 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

Kata kunci:pph Final Pasal 4 ayat (2) atas Sewa Tanah dan Bangunan, Tata CaraPerhitungan, Penyetoran dan Pelaporan serta Pemungutan

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.36985/PP/M.XIII/15/2012. : Pajak Penghasilan Badan. Tahun Pajak : 2007

1 Catatan Revaluasi Aktiva Tetap Perusahaan

PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERPAJAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191/PMK.010/2015 TENTANG

Bab1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. industri perbankan. Perkembangan ini dapat dilihat dari sisi volume usaha,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1989 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA DEPOSITO BERJANGKA, SERTIFIKAT DEPOSITO DAN TABUNGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2009

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1996 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2

BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dimana pendapatan terbesar

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2010 TENTANG

Pemotongan yang bersifat final Objek pemotongan (Pasal 2, PP Nomor 68 Tahun 2009) Pemotong (Pasal 1 angka 9, PP Nomor 68 Tahun 2009)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 TAHUN 2000 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI. pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. hidup rakyat, dan untuk memajukan bangsa. Pengeluaran-pengeluaran negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP ORANG PRIBADI SEDERHANA (FORMULIR 1770 S DAN LAMPIRANNYA) (Sesuai PER-34/PJ./2009 dan PER-66/PJ.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI Ekonomi. Pajak Penghasilan. Pesangon. Langsung. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 169)

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia

Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa : bahwa dalam sengketa banding ini terdapat sengketa mengenai Tarif Pajak, dengan rincian sebagai berikut:

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

Nama :... (1) NPWP :... (2) Alamat :... (3) Daftar Jumlah Penghasilan dan Pembayaran PPh Pasal 25. Peredaran Usaha (Perdagangan) Alamat

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah Koreksi Penyesuaian Fiskal Negatif berupa Biaya Emisi sebesar Rp

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 5/PJ/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dalam skripsi ini, penulis menggunakan rancangan penelitian studi kasus yang bersifat deskriptif dimana data yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian dari PT. Titan Putra Development khususnya mengenai pemungutan PPh yang bersifat final pada perusahaan tersebut. Perolehan data dari hasil penelitian, akan dikumpulkan, disusun dan dianalisa serta dibandingkan dengan teori yang sudah ada, kemudian diambil suatu kesimpulan atas penelitian yang telah dilakukan. 3.2 Deskripsi Populasi dan Penentuan Sampel 3.2.1 Pengertian Populasi Populasi adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau individu- individu yang karakteristiknya hendak diteliti. 3.2.2 Pengertian sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti. 3.2.3 Kriteria Sampel Ada dua kriteria sampel yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Penentuan criteria sampel diperlukan untuk mengurangi hasil peneliian yang bias. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti. Sedangkan yang dimaksud dengan Kriteria eksklusi adalah meng-hilangkan/mengeluarkan 23

24 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena sebab-sebab tertentu. Sebab-sebab yang dipertimbangkan dalam menentukan criteria ekslusi antara lain: a. subjek mematalkan kesediannya untuk menjadi responden penelitian, dan b. subjek berhalangan hadir atau tidak di tempat ketika pengumpulan data dilakukan. 3.2.4 Teknik pengambilan sampel 3.2.4.1 Pengertian teknik pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel dari populasi. Sampel yang merupakan sebagaian dari populasi tsb. kemudian diteliti dan hasil penelitian (kesimpulan) kemudian dikenakan pada populasi (generalisasi). 3.2.4.2 Menentukan Banyak Sampel Untuk menduga populasi dilakukan dengan menguji sampel. Semakin banyak sampel yang diambil semakin besar kemungkinan sampel itu mewakili populasinya, sehingga pendugaan populasi dengan sampel semakin tepat. Tapi semakin besar jumlah sampel semakin tidak efisien, baik waktu, biaya dan tenaga. Kalau begitu berapa jumlah sampel yang baik, yang dapat menduga populasinya dengan tepat? Berapa besar jumlah sampel yang diambil sangat tergantung pada: (1) sifat analisisnya, (2) ketepatan estimasi dalam pengukuran, (3) jumlah komparasi yang akan dilakukan, (4) jumlah variabel yang akan diteliti, dan (5) jumlah kolektor data yang akan dilibatkan. Secara teknis, Banyaknya sampel yang akan dipilih menyangkut: (1) fungsi ketepatan dalam membuat estimasi yang

25 ingin dicapai, (2) variabilitas atau varian populasi, dan (3) tingkat keyakinan yang dipakai. Karena nilai populasi itu bervariasi, maka nilai populasi yang diprediksi adalah nilai rata-rata dari populasinya. menurut Gay Ukuran minimum sampel yang dapat diterima bedasarkan pada desain penelitian yang digunakan, yaitu : Metode deskriptif, minimal 10% populasi untuk populasi yang relatif kecil min 20% Metode deskriptif-korelasional, minimal 30 subyek Metode ex post facto (kausal komparatif), minimal 15 subyek per kelompok Metode eksperimental, minimal 15 subyek perkelompok Oleh karena itu penulis mengambil sampel 10% dari jumlah populasi. 3.3 Defenisi Operasional Variabel Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendefenisikan variable-variabel operasional sebagai berikut : 1. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2008 mengenai pembayaran Pajak Penghasilan atas Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan wajib dibayar dari Pajak Penghasilan. 2. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1996 mengenai Pajak Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, taksiran pajak penghasilannya dihitung berdasarkan taksiran penghasilan kena pajak dalam tahun bersangkutan, dan tidak melakukan penangguhan pajak atas

26 perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan beban antara laporan keuangan untuk tujuan komersil. 3. Pendapatan Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. 4. Beban Beban adalah Penurunan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. 5. Pajak yang berifat final Dalam hal ini PPh final yang diambil adalah PPh atas usaha pokoknya melakukan transaksi penjualan/pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebagai barang dagangan yang sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 566/KMK.04/1999. PPh bersifat final juga berarti pajak yang langsung dipotong dari penghasilan yang tidak dapat digunakan sebagai kredit pajak pada akhir tahun. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Dalam skripsi ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Data Primer, merupakan data yang penulis kumpulkan langsung dari perusahaan dengan cara penelitian lapangan (Field Research) yang terbagi

27 dalam : a. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data langsung di lapangan, dimana penulis mengamati secara langsung hal-hal yang akan diteliti dengan penulisan skripsi ini baik mengenai praktek PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, serta pencatatan atas pengakuan pendapatannya dan penulis juga mengadakan penelitian ke perusahaan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan judul skripsi yang dipilih penulis. b. Wawancara, yaitu penulis melakukan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan untuk membahas masalah-masalah yang diteliti sehingga dapat diperoleh data yang memadai. c. Pengumpulan data lainnya dengan cara mengumpulkan dokumendokumen perusahaan dan surat keterangan yang mendukung dalam penelitian. 2. Data Sekunder, merupakan data yang dikumpulkan oleh penulis dengan melalui penelitian kepustakaan (Library research) yaitu dengan mempelajari buku-buku atau literature yang berhubungan dengan objek penelitian yang dipilih. Disini penulis berusaha mendapatkan data dengan jalan membaca literature yang ada baik berupa teori. 3. Pokok yang diuraikan kemudian diolah, dianalisa, untuk membuat kesimpulan dan saran. 3.5 Teknik Analisis Data Setelah diperoleh semua data yang berhubungan dengan permasalahan,

28 maka penulis menggunakan metode analisis berikut ini dalam mengolah data yang dikumpulkan. Metode analisis data yang digunakan adalah : 3.5.1 Analisis Kuantitatif Dalam metode ini data kuantitatif telah diperoleh, dianalisa dengan menggunakan perhitungan-perhitungan dan metode-metode penerapan yang bisa dinilai dengan satuan tertentu sehingga hubungan antara variabel satu dengan yang lainnya bisa dinilai berdasarkan kuantitasnya, yang bertujuan agar pembaca dapat menyerap inti dan menginterpretasikan permasalahan dengan akurat. Analisis kuantitatif yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Menghitung PPh final oleh Wajib Pajak Badan Real estate. b. Menghitung pengakuan pendapatan yang diperoleh. 3.5.2 Analisis Kualitatif Dalam analisis kualitatif akan dianalisa untuk memperoleh masalah yang lebih luas dan tidak melihat satuan-satuannya tapi dengan cara menginterpretasikan data yang telah dianalisis dan hasil analisis tersebut dihubungkan dengan teori yang ada kemudian diambil suatu kesimpulan yang logis. 3.5.3 Analisis Deskriptif Pajak Penghasilan Final yang dikenakan dengan tarif dan dasar pengenaan pajak tertentu atas penghasilan yang diterima atau diperoleh selama tahun berjalan. Pembayaran, pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan Final (PPh Final) yang dipotong pihak lain maupun yang

29 disetor sendiri bukan merupakan pembayaran dimuka atas PPh terutang akan tetapi merupakan pelunasan PPh terutang atas penghasilan tersebut, sehingga PT. Titan Putra Development dianggap telah melakukan pelunasan kewajiban pajaknya. Dengan demikian maka penghasilan yang telah dikenakan Pajak Penghasilan Final (PPh final) ini tidak akan dihitung lagi Pajak Penghasilannya pada SPT Tahunan dengan penghasilan lain yang non final untuk dikenakan tarif progresssif (pasal 17 UU PPh). Namun atas pelunasan pemotongan atau pembayaran PPh final tersebut juga bukan merupakan kredit pajak pada SPT Tahunan. Dari penjelasan tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Final Di PT. Titan Putra Development adalah sebagai berikut: a. Penghasilan yang dikenakan PPh final tidak perlu digabungkan dengan penghasilan lain (yang non final) dalam penghitungan Pajak Penghasilan pada SPT Tahunan. b. Jumlah PPh Final yang telah dipotong pihak lain ataupun dibayar sendiri tidak dapat dikreditkan pada SPT Tahunan. c. Biaya-biaya yang digunakan untuk menghasilkan, menagih dan memelihara penghasilan yang pengenaan PPh-nya bersifat final tidak dapat dikurangkan 3.5.4 Analisis Komparatif

30 Perlakuan PPh-Final di PT. Titan Putra Development dibandingkan UU PPh dan SAK. PPh-Final Menurut SAK : Kewajiban (asset) pajak kini untuk periode berjalan dan periode sebelumnya, diakui sebesar jumlah pajak terutang (restitusi pajak), yang dihitung dengan menggunakan tarif pajak (peraturan pajak) yang berlaku atau yang telah secara subtantif berlaku pada tanggal neraca. Asset dan kewajiban pajak tangguhan harus diukur dengan menggunakan tarif pajak yang akan berlaku pada saat asset dipulihkan atau kewajiban dilunasi, yaitu dengan tarif pajak (peraturan pajak) yang telah berlaku atau yang telah secara subtantif berlaku pada tanggal neraca. Perlakuan PPh-Final Menurut UU PPh : Ketentuan Pasal 17 ayat (1) sampai dengan ayat (3) dan Penjelasan ayat (5) sampai dengan ayat (7) diubah serta diantara ayat (2) dan ayat (3) disisipkan 4 (empat) ayat, yakni ayat (2a) sampai dengan ayat (2d) sehingga Pasal 17 berbunyi sebagai berikut: Pasal 17 (1) Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi : a. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebagai berikut b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen). (2) Tarif tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat diturunkan menjadi paling rendah 25% (dua puluh lima persen) yang

31 diatur dengan Peraturan Pemerintah. (2a) Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010. (2b) Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah daripada tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah. (2c) Tarif yang dikenakan atas penghasilan berupa dividen yang dibagikan kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen) dan bersifat final. (2d) Ketentuan lebih lanjut mengenai besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (2c) diatur dengan Peraturan Pemerintah. (3) Besarnya lapisan Penghasilan Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan. (4) Untuk keperluan penerapan tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh. (5) Besarnya pajak yang terutang bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang terutang pajak dalam bagian tahun pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (4), dihitung sebanyak jumlah hari

32 dalam bagian tahun pajak tersebut dibagi 360 (tiga ratus enam puluh) dikalikan dengan pajak yang terutang untuk 1 (satu) tahun pajak. (6) Untuk keperluan penghitungan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (5), tiap bulan yang penuh dihitung 30 (tiga puluh) hari. (7) Dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan tarif pajak tersendiri atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), sepanjang tidak melebihi tarif pajak tertinggi sebagaimana tersebut pada ayat (1).