PROSES SCAFFOLDING BERDASARKAN DIAGNOSIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DENGAN MENGGUNAKAN MAPPING MATHEMATICS

dokumen-dokumen yang mirip
PROSES BERPIKIR SISWA KELAS VIII SMPN 2 BLITAR DALAM PEMECAHAN MASALAH HIMPUNAN DENGAN PEMBERIAN SCAFFOLDING

Proses Scaffolding Berdasarkan Diagnosis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Program Linear dengan Menggunakan Mapping Mathematic

DIAGNOSIS KESALAHAN SISWA PADA MATERI FAKTORISASI BENTUK ALJABAR DAN SCAFFOLDINGNYA. Imam Safi i*, Toto Nusantara** Universitas Negeri Malang

Proses Berpikir Siswa dalam Pemecahan Masalah dengan Pemberian Scaffolding

PROSES BERPIKIR SISWA KELAS IX-G SMP NEGERI 1 WLINGI DALAM MEMECAHKAN MASALAH PERSAMAAN GARIS LURUS DENGAN SCAFFOLDING

PENELUSURAN KESALAHAN SISWA DAN PEMBERIAN SCAFFOLDING DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR

DIAGNOSIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL SERTA UPAYA MENGATASINYA MENGGUNAKAN SCAFFOLDING

SCAFFOLDING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA 5

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN

ANALISIS KESALAHAN PENYELESAIAN SOAL PROSEDURAL BENTUK PANGKAT BULAT DAN SCAFFOLDING

Scaffolding untuk Mengatasi Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

BAB V PEMBAHASAN. mengintegrasikan bahasa verbal atau nonverbal. Anak yang memiliki kesulitan

PROSES SCAFFOLDING BERDASARKAN DIAGNOSIS KESULITASN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PROGRAM LINEAR

ANALISIS KESULITAN SISWA SMK CITRA MEDIKA SUKOHARJO DALAM MENYELESAIKAN SOAL BENTUK AKAR DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

IMPLEMENTASI SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH LINGKARAN

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENERAPKAN ATURAN EKSPONEN

Persamaan dan Pertidaksamaan Linear

BAB V PEMBAHASAN. singgung, siswa menemui kesulitan yang berbeda-beda. Sebenarnya kesulitan

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

Scaffolding dalam Menyelesaikan Permasalahan KPK dan FPB

BAB V PENUTUP. yang telah diuraikan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KRISTEN 2 SALATIGA DITINJAU DARI LANGKAH POLYA

PEMBERIAN SCAFFOLDING UNTUK SISWA YANG MENGALAMI KESALAHAN DALAM MENGGAMBAR GRAFIK FUNGSI KUADRAT

KAJIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA (HASIL TAHAPAN PLAN SUATU KEGIATAN LESSON STUDY MGMP SMA)

P - 51 DIAGNOSIS KESALAHAN SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH FAKTORISASI BENTUK ALJABAR

DIAGNOSIS KESULITAN PEMECAHAN MASALAH STATISTIKA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 TUREN MALANG DAN UPAYA MENGATASINYA DENGAN PEMBERIAN SCAFFOLDING

PERTIDAKSAMAAN

Kata Kunci: Hambatan berpikir, Limit barisan, Scaffolding

matematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN K13 A. PERSAMAAN EKSPONEN BERBASIS KONSTANTA

ANALISIS KESULITAN MEMECAHKAN MASALAH PADA MATA KULIAH FISIKA MODERN MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB IV PERTIDAKSAMAAN. 1. Pertidaksamaan Kuadrat 2. Pertidaksamaan Bentuk Pecahan 3. Pertidaksamaan Bentuk Akar 4. Pertidaksamaan Nilai Mutlak

BAB I PERTIDAKSAMAAN RASIONAL, IRASIONAL & MUTLAK

ANALISIS KESALAHAN SISWA BERDASARKAN TAHAPAN NEWMAN

ANALISIS KESALAHAN DAN PERBAIKAN PENYAJIAN PADA BUKU TEKS MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) KELAS X

Analisis Kesalahan Konten Matematika pada Buku Siswa Tematik Sekolah Dasar Kelas V Semester I Kurikulum 2013

Diagnosis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel dan Pemberian Scaffolding

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 BALONGAN

PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017

PROSES BERPIKIR SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH OPTIMALISASI DENGAN SCAFFOLDING

PEMAHAMAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH KETAKSAMAAN NILAI MUTLAK

Jurnal Saintech Vol No.04-Desember 2014 ISSN No

Meilantifa, Strategi Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu. Strategi Konflik Kognitif Pada Pembelajaran Persamaan Linier Satu Variabel

KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN Fitri Kumalasari, Toto Nusantara, Cholis Sa dijah. Universitas Negeri Malang 1

Pematematikaan Horizontal Siswa SMP pada Masalah Perbandingan

ANALISIS PROSES BERPIKIR SISWA SEKOLAH DASAR DALAM MEMAHAMI APLIKASI OPERASI HITUNG MATEMATIKA DENGAN PEMBERIAN SCAFFOLDING

PENGEMBANGAN WORKBOOK

DESKRIPSI CARA BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG MEMILIKI ORANG TUA TUNGGAL DI KELAS VIII SMPN 5 PAREPARE

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC TERINTEGRASI PADA MODEL PROBLEM SOLVING

Analisis Kesulitan Matematika Siswa SMP Negeri Di Pacitan Pada Ujian Nasional Tahun 2009/2010

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengetahui proses pemberian scaffolding untuk mengatasi kesulitan belajar siswa

Sistem Bilangan Riil

ANALISIS KEMAMPUAN PENGETAHUAN KONSEPTUAL DAN PROSEDURAL SISWA SD DALAM POKOK BAHASAN PECAHAN

Mengintegrasikan Nilai-Nilai dalam Pembelajaran Matematika

SCAFFOLDING BERBASIS KEARIFAN LOKAL SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

SISTEM PERSAMAAN LINEAR, KUADRAT DAN PERTIDAKSAMAAN SATU VARIABEL

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM

BAB 1 PENDAHULUAN. objek didik. Pendidikan formal dilalui objek didik secara bertahap, dimulai dari

Kiki Yuni Astuty 1, Pradnyo Wijayanti 2

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. Pada BAB V ini, peneliti akan membahas hasil penelitian dan diskusi hasil

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PECAHAN DALAM BENTUK CERITA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 PALOPO

Persamaan dan pertidaksamaan kuadrat BAB II

BAB II PERSAMAAN KUADRAT DAN FUNGSI KUADRAT

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE

Modul 04 Pertidaksamaan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ANALISIS PERILAKU PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA MATERI SEGIEMPAT KELAS VII SMPN 7 SURABAYA

PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SDN SIDOREJO LOR 03 SALATIGA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN. Abstrak

Doni Dwi Palupi 1, Titik Sugiarti 2, Dian kurniati 3

MISKONSEPSI PADA PENYELESAIAN SOAL ALJABAR SISWA KELAS VIII BERDASARKAN PROSES BERPIKIR MASON

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 4, No.2, September 2015

Profil Berpikir Logis dalam Memecahkan Masalah oleh Mahasiswa Calon Guru Tipe Camper

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Amira Yahya. Guru Matematika SMA N 1 Pamekasan. & Amira Yahya: Proses Berpikir Lateral 27

Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Membuat Model Matematika dari Soal Cerita di Kelas VI SDN Inpres 1 Tatura

PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS V SDN BALONGGEMEK 1 JOMBANG

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIKA SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 BONTANG

Lala Nailah Zamnah. Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Galuh Ciamis ABSTRAK

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROGRAM LINIER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

ANALISIS KESULITAN SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI PERSAMAAN GARIS LURUS DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMK BERGAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS MEMECAHKAN MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TERAS

Kelengkapan Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Persamaan Nilai Mutlak

PERTIDAKSAMAAN PECAHAN

Oleh: Katriani SD Negeri 3 Margomulyo Trenggalek

Problematika dalam Pembuktian Pernyataan Menggunakan Prinsip Induksi Matematika serta Alternatif Penyelesaiannya

UPAYA MENGATASI KESULITAN SISWA DALAM OPERASI PERKALIAN DENGAN METODE LATIS

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF

Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mendukung Kemampuan Literasi Matematika Siswa Kelas VIII

Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele ABSTRAK

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA BERDASARKAN TAHAPAN NEWMAN BESERTA BENTUK SCAFFOLDING YANG DIBERIKAN

BAB V. PERTIDAKSAMAAN

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MEMAHAMI MATERI PECAHAN CAMPURAN KELAS V SEKOLAH DASAR

Analisis Kesalahan Mahasiswa Pendidikan Matematika Dalam Menyelesaikan Soal Pertidaksamaan Pada Mata Kuliah Kalkulus I

JURNAL ERROR ANALYSIS OF STUDENTS IN RESOLVING PROBLEMS LOGARITHMS SMK KARTANEGARA KEDIRI TENTH GRADE ODD SEMESTER ACADEMIC YEAR 2016/2017

MENGENALKAN KONSEP PERSENTASE PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PROSES INTERAKSI BERPIKIR SISWA PADA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MATERI KUBUS DAN BALOK

Transkripsi:

PROSES SCAFFOLDING BERDASARKAN DIAGNOSIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DENGAN MENGGUNAKAN MAPPING MATHEMATICS Yusi Hartutik, Subanji, dan Santi Irawati SMK Negeri 1 Blitar, Dosen Pasca Sarjana Pendidikan Matematika Universitas, Dosen Pasca Sarjana Pendidikan Matematika Universitas Negeri Malang E-mail: yusihartutik@yahoo.co.id, subanji@gmail.com, santira99@gmail.com ABSTRAK: Untuk membantu siswa mengatasi kesulitannya, dilakukan scaffolding. Sebelum itu, perlu dilakukan diagnosis kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah, berdasarkan mapping mathematicsnya.. Langkah-langkah scaffolding dalam penelitian ini mengacu pada Anghileri (2006), yaitu explaining, reviewing, restructuring, dan developing conceptual thinking. Dari hasil penelitian ditemukan letak-letak kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah pertidaksamaan kuadrat terdiri dari 3 bagian, yaitu: (1) menentukan model matematika, (2) menentukan batas-batas interval, menentukan interval yang memenuhi, menulis himpunan selesaian, dan (3) menarik kesimpulan. Kata kunci: Scaffolding, Kesulitan Siswa, Masalah Pertidaksamaan Kuadrat, Mapping Mathematics. Pendekatan pembelajaran matematika harus fokus pada peningkatan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah (problem solving). Ausubel (dalam Bell, 1978) mengemukakan bahwa pembelajaran bermakna terjadi apabila siswa mampu menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Ismiasri (2010) juga mengemukakan bahwa cara mengetahui konsepkonsep yang telah dimiliki siswa supaya belajar bermakna berlangsung dapat dilakukan dengan pertolongan peta konsep. Peta konsep yang dibuat dapat mengetahui miskonsepsi yang dimiliki siswa disamping untuk memperkuat pemahaman konseptual guru. Dalam pembelajaran, guru harus senantiasa reflektif terhadap respon siswa dan mampu bertindak sebagai motivator sekaligus pembimbing bagi siswa. Dalam hal ini, penerapan teori kognitif sosial yang dikembangkan oleh Lev Vygotsky sangatlah tepat. Vygotsky (dalam Lambas 2004:21) menyatakan bahwa seseorang akan dapat menyelesaikan permasalahan yang tingkat kesulitannya lebih tinggi dari kemampuan dasarnya setelah ia mendapat bantuan dari seseorang yang lebih mampu. Vygotsky menyebut bantuan yang demikian ini dengan dukungan dinamis atau scaffolding. Dalam melakukan scaffolding terhadap siswa, guru harus tahu hal-hal yang menjadi akar kesulitan sehingga bisa ditentukan langkah-langkah untuk membantunya. Widdiharto (2008) berpendapat bahwa dalam menemukan dan mengatasi kesulitan siswa dalam belajar matematika, pekerjaan guru pada hakekatnya sama dengan pekerjaan dokter. Sebelum melakukan scaffolding terhadap siswa, guru seharusnya terlebih dahulu mendiagnosis kesulitan tersebut. 612

613, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013 Menurut Eisenmann dan Otten (2011) praktek analisis tematik menggunakan mapping mathematics dapat membantu mengantisipasi kesulitan dalam proses perencanaan dan pengembangan kurikulum. Diagnosis dengan menggunakan mapping mathematics diperlukan untuk mengetahui letak kesulitan siswa dalam pemecahan masalah matematika secara akurat. Pada tes pendahuluan, kemampuan pemecahan masalah pertidaksamaan kuadrat pada siswa kelas X di SMK Negeri 1 Blitar masih lemah. Selanjutnya peneliti melakukan penelitian kualitatif eksploratif yang berjudul Proses Scaffolding Berdasarkan Diagnosis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Pertidaksamaan Kuadrat dengan Menggunakan Mapping Mathematics. Tujuan yang ingin dicapai adalah memperoleh gambaran mengenai letak-letak kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah pertidaksamaan kuadrat dan proses scaffoldingnya. Selanjutnya dengan gambaran tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu bahan acuan untuk melakukan perbaikan perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran berikutnya. Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah masalah untuk mencari, sedangkan diagnosis kesulitan siswa dilakukan berdasarkan mapping mathematics permasalahan. Langkahlangkah scaffolding yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada Anghileri (2006). METODE Dari segi pengumpulan data, jenis data dan teknik analisis data, maka penelitian ini tergolong pada penelitian kualitatif (Moleong, 2004: 8 13), karena memiliki ciri ciri: (1) peneliti bertindak sebagai instrumen utama, (2) mempunyai latar alami, (3) hasil penelitian bersifat deskriptif, karena data yang dikumpulkan berupa kata kata dan kalimat, (4) lebih mementingkan proses daripada hasil, (5) adanya batasan masalah yang ditemukan dalam fokus penelitian, (6) analisis data cenderung induktif. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data verbal yang mendeskripsikan letak kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah pertidaksamaan kuadrat dan proses scaffolding yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu penelitian ini termasuk penelitian deskriptif eksploratif. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Blitar pada akhir semester gasal tahun pelajaran 2012 2013. Subjek penelitian ditetapkan dengan rincian: dua orang siswa yang kemampuan matematikanya tinggi; dua orang siswa yang kemampuan matematikanya sedang; dan dua orang siswa yang kemampuan matematikanya rendah. Peneliti memberikan dua masalah untuk diselesaikan oleh seluruh siswa di salah satu kelas X yang ada di sekolah tersebut. Kemudian subjek ditentukan. Siswa yang ditetapkan sebagai subjek penelitian diberi kesempatan untuk mengerjakan kembali tes diagnosis. Kemudian peneliti melakukan scaffolding ketika siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Setelah proses scaffolding selesai, seluruh subjek diberikan tes evaluasi secara bersama-sama. Dari hasil tes evaluasi dapat dilihat apakah kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah pertidaksamaan kuadrat berkurang atau tidak setelah pemberian scaffolding. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini ditemukan letak-letak kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah pertidaksamaan kuadrat terdiri dari 3 bagian. Demikian

Hartutik, dkk, Proses Scaffolding, 614 juga bentuk-bentuk scaffolding yang sesuai dengan letak-letak kesulitannya. 1. Deskripsi Letak Kesulitan Siswa 1) Masalah Nomor 1 Tahap-tahap menyele-saikan masalah merupakan letak-letak kesulitan yang mungkin dialami siswa dalam menyelesaikan masalah tersebut. a. Bagian Pertama : membuat model matematika Langkah pertama yang harus dilakukan ketika menyelesaikan suatu masalah adalah membuat model matematika yang sesuai. Membuat model matematika dalam hal ini adalah (1) mengidentifikasi semua fakta yang diketahui serta fakta yang ditanyakan, dan (2) menentukan arah kerja. Kesulitan-kesulitan siswa pada bagian pertama tergambar dalam mapping berikut. b. Bagian Kedua Kesulitan-kesulitan pada bagian kedua ini terdiri dari 3 tahap, yaitu (1) tahap menentukan batasbatas interval, (2) tahap menentukan interval yang memenuhi, dan (3) tahap menuliskan himpunan selesaian. Dalam bentuk mapping, kesulitan-kesulitan pada bagian kedua ini digambarkan sebagai berikut.

615, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013 KETERANGAN: Berikut ini adalah deskripsi letakletak kesulitan siswa dalam Kode Istilah menyelesaikan masalah nomor 2. P model matematika yang berupa pertidaksamaan a. Bagian kuadrat Pertama : IB menentukan batas -batas interval menemukan model PK mengubah persamaan kuadrat dari pertidaks. matematika yang dibentuk AK menentukan akar-akar persamaan kuadrat Menemukan model IM menentukan interval yang memenuhi matematika yang sesuai dalam TK menentukan titik uji hal ini adalah (1) memahami PU menentukan pertidaksamaan penguji masalah untuk mengidentifikasi UT melakukan uji titik semua fakta yang HP menuliskan himpunan selesaian diketahui serta fakta yang ditanyakan, dan (2) menentukan c. Bagian Ketiga : Menarik Kesimpulan Kesulitan-kesulitan arah kerja. Kesulitan-kesulitan siswa pada bagian pertama siswa pada bagian ketiga ini tergambar dalam mapping tergambar dalam mapping berikut. berikut. 2) Masalah Nomor 2 Secara keseluruhan, tahaptahap menyelesaikan masalah nomor 2 tersebut digambarkan dalam mapping berikut. b. Bagian Kedua Kesulitan-kesulitan pada bagian kedua ini terdiri dari 2 tahap, yaitu (a) tahap menentukan batas-batas interval, dan (b) tahap menentukan interval yang memenuhi. Dalam bentuk mapping, kesulitan-kesulitan pada bagian kedua ini digambarkan sebagai berikut.

Hartutik, dkk, Proses Scaffolding, 616 KETERANGAN: Kode P IB PK AK IM TK PU UT HP Istilah model matematika yang berupa pertidaksamaan kuadrat menentukan batas -batas interval menentukan persamaan kuadrat menentukan akar-akar persamaan kuadrat menentukan interval yang memenuhi menentukan titik uji menentukan pertidaksamaan penguji melakukan uji titik menuliskan himpunan selesaian 2. Deskripsi Proses Scaffolding Scaffolding yang diberikan dalam penelitian ini adalah bentuk scaffolding pada level dua dan tiga dari scaffolding yang dikemukakan Anghileri (2006). Level-level yang dimaksud mengandung komponen-komponen explaining, reviewing, restructuring, dan developing conceptual thinking. Berikut ini disajikan proses scaffolding pada setiap tahap menyelesaikan masalah yang merupakan letak-letak kesulitan menyelesaikan masalah pertidaksamaan kuadrat. 1) Masalah Nomor 1 a. Bagian Pertama Scaffolding untuk menentukan model matematika dilakukan sesuai dengan pedoman scaffoldding, yaitu mengarahkan siswa untuk memahami masalah dengan meminta siswa membaca dengan cermat. Peneliti meminta siswa untuk membaca kembali dengan hati-hati dan lebih teliti informasi yang diketahui dan yang ditanyakan pada soal. Sedangkan kesulitan menentukan arah kerja dengan benar adalah karena ketidakmampuan siswa mencari hubungan antara fakta-fakta yang diketahui. Untuk membantu kesulitan pada tahap ini adalah scaffolding Anghileri level 2, yaitu explaining. Penjelasannya berupa penjelasan bahwa antara rumus luas dan rumus keliling 616

617, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013 tersebut terdapat suatu hubungan yang harus dicari oleh siswa. Di samping itu pemberian scaffolding tersebut juga merupakan bentuk scaffolding pada level 3, yaitu developing conceptual thinking. Developing conceptual thinking di sini dilakukan dengan cara meminta siswa menyatakan salah satu variabel ke dalam variabel yang lain, dan kemudian mensubstitusikannya ke rumus luas hingga diperoleh bentuk pertidaksamaan yang sesuai. b. Bagian Kedua Pada bagian kedua ini, setiap siswa memungkinkan menghadapi kesulitan yang berbeda sehingga pemberian scaffolding juga bisa berbeda. Pertama, kesulitan yang disebabkan siswa tidak mengetahui persamaan kuadrat dan cara menentukan akar-akarnya. Scaffolding yang diberikan mengacu pada level 2 scaffolding Anghileri yaitu explaining, yaitu menjelaskan cara menyelesaikan persamaan kuadrat jika koefisiennya 1. Kedua, kesalahan menentukan titik uji, menentukan pertidaksamaan penguji, dan melakukan uji titik. Peneliti memberikan scaffolding Anghileri level 2 yaitu explaining, dengan cara memberikan penjelasan bahwa titik uji adalah titik di sebelah kiri atau kanan titik-titik batas interval yang digambarkan dalam garis bilangan. Peneliti memberikan gambar garis bilangan lain, dan meminta subjek menunjukkan titik ujinya agar subjek lebih terampil. Ketiga, kesulitan menentukan pertidaksamaan pengujinya. Scaffolding yang diberikan adalah scaffolding Anghileri level 2 yaitu explaining, dengan cara memberikan penjelasan bahwa pertidaksamaan yang dipilih sebagai pertidaksamaan penguji adalah pertidaksamaan yang paling sederhana. Keempat, kesulitan mensubtitusikan titik uji t pada pertidaksamaan penguji yang sesuai. Scaffolding yang diberikan mengacu pada scaffolding Anghileri level 2 yaitu explaining, dengan cara memberikan penjelasan bahwa cara melakukan uji titik adalah dengan cara mensubstitusikan titik uji kedalam pertidaksamaan penguji. Kelima, untuk kesalahan menghitung pada tahap ini, scaffolding yang sesuai adalah scaffolding Anghileri level 3 yaitu developing conceptual thinking, dengan cara menekankan agar selalu teliti dalam bekerja. Keenam, kesalahan menuliskan himpunan selesaian. Peneliti memberikan scaffolding Anghileri level 2 yaitu explaining, dengan cara menjelaskan bahwa cara menuliskan himpunan selesaian pertidaksamaan adalah dengan menuliskan notasi pembentuk himpunan. c. Bagian Ketiga : Menarik Kesimpulan Kesulitan bagian ketiga ini yaitu tidak dapat menarik kesimpulan dari jawaban yang sudah diperoleh pada tahap sebelumnya. Pemberian scaffolddingnya adalah dengan memberikan pertanyaan arahan untuk membawa siswa menemukan hubungan antara himpunan selesaian yang ditemukan dengan fakta yang ditanyakan sehingga sampai pada kesimpulan. Pembe-

Hartutik, dkk, Proses Scaffolding, 618 rian scaffolding ini mengacu pada scaffolding yang dikemukakan Anghileri (2006) pada level 2 komponen restructuring dan level 3 komponen making conections. 2) Masalah Nomor 2 a. Bagian Pertama Scaffolding dalam mengidentifikasi fakta masalah nomor 2 sebagai pertidaksamaan kuadrat berbentuk pecahan dilakukan dengan mengingatkan siswa tentang syarat pecahan, yaitu penyebutnya tidak boleh nol. Pemberian scaffolding ini mengacu pada scaffolding Anghileri level 2, yaitu explaining. Sedangkan untuk kesulitan menentukan arah kerja yang jelas, maka scaffolding yang diberikan mengacu pada scaffolding Anghileri level 2 dan level 3, yaitu explaining dan developing conceptual thinking. Explaining dilakukan dengan menjelaskan tentang cara memindah ruas, menyamakan penyebut, dan menyederhanakan bentuk pertidaksamaan. Sedangkan developing conceptual thinking di sini dilakukan dengan cara meminta siswa memindah ruas, menyamakan penyebut, dan menyederhanakan bentuk pertidaksamaan. b. Bagian Kedua Pertama, kesalahan menentukan titik uji. Pemberian scaffolding ini mengacu pada scaffolding yang dikemukakan Anghileri (2006) pada level 2 komponen explaining dan reviewing. Peneliti memberikan scaffolding Anghileri level 3 yaitu developing conceptual thinking, dengan cara meminta siswa menentukan titik uji dengan arahan peneliti. Kedua, scaffolding untuk kesulitan menentukan pertidaksamaan pengujinya. Subjek 5 saja yang masih mengalami kesulitan pada tahap ini. Peneliti memberikan scaffolding Anghileri level 2 yaitu explaining, dengan cara memberikan penjelasan bahwa pertidaksamaan yang dipilih sebagai pertidaksamaan penguji adalah pertidaksamaan yang paling sederhana. Ketiga, kesulitan dalam mensubtitusikan titik uji tersebut pada pertidaksamaan penguji yang sesuai. Peneliti memberikan scaffolding Anghileri level 3 yaitu developing conceptual thinking, dengan cara menekankan agar selalu teliti dalam bekerja. Keempat, kesalahan menuliskan himpunan selesaian. Peneliti memberikan scaffolding Anghileri level 3 yaitu developing concepttual thinking, dengan cara menekankan bahwa dalam menuliskan himpunan selesaian harus memperhatikan syarat pecahan. PENUTUP Kesimpulan dan Saran Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara umum kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah pertidaksamaan kuadrat dapat berkurang setelah dilakukan scaffolding sesuai keperluan masing-masing siswa. Hal-hal yang dapat disarankan adalah: 1) guru sebaiknya melakukan diagnosis kesulitan siswa dengan menggunakan mapping mathematics sebelum memberikan bantuan, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa

619, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013 dalam pemecahan masalah, 2) karena kesulitan siswa dapat berkurang dengan pemberian scaffolding, maka dalam perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran guru hendaknya selalu mengupayakan pemberian scaffolding terhadap siswanya, dan 3) kajian letakletak kesulitan siswa serta proses scaffolding dalam penelitian ini masih terbatas, untuk itu perlu adanya penelitian dengan kajian yang lebih mendalam dengan masalah yang lain. DAFTAR RUJUKAN Anghileri, J. 2006. Scaffolding Practices That Enhance Mathematics Learning. Journal of Mathematics Teacher Education. 9:33 52 Bell, Frederick H., 1978. Teaching and Learning Mathematics in Secondary School, New York: Wm. C. Brown Company Publishers. Eisenmann, H.B.A. & Otten, S. 2011. Mapping Mathematic in Classroom Discourse. Journal for Research in Mathematics Education. 42(5): 451-485. Ismiasri, Tatiek. 2010. Penerapan Peta Konsep dalam Pembelajaran Matematika. Widya Wacana (Wadah Kreativitas dan Potensi Ilmiah Kependidikan) Vol. 12. No. 1. Edisi April 2010. Blitar: Dindik Kota Blitar. Lambas, dkk. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Polya, G. 1973. How To Solve It. Princeton University Press. Stuyf, V. 2002. Scaffolding as a Teaching Strategy. Adolescent Learning and Development Journal, (condor.admin.ccny.cuny.edu/.../v an%20der.), diakses 12 Januari 2012. Subanji, 2009. Mengembangkan Pembelajaran Matematika Yang Berorientasi Pada Problem Solving Melalui Meaning Based Approach. Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Inherent Dikti. (Online), (http://www.inherent-dikti.net) diakses 29 Januari 2012. Widdhiharto, R. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP dan Alternatif Proses Remidinya. Yogyakarta: Pusat pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.