tertuang dalam berbagai kesepakatan bersama, diantaranya dalam International Plant

dokumen-dokumen yang mirip
Fumigasi sebagai sarana perlakuan anti hama / organisme pengganggu

PENENTUAN JENIS FUMIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE DECISION TREE ID3

PENENTUAN JENIS FUMIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE DECISION TREE

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 12/Permentan/OT.140/2/2009 TENTANG

LOGO. Irina Amalia Nastiti ( ) Aplikasi Penentuan Treatment Fumigasi dengan Menggunakan Metode Klasifikasi Decision Tree

BAB 1 PENDAHULUAN. keperluan perlakuan terhadap karantin tumbuhan dan pra-pengapalan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

PROPOSAL PELATIHAN KOMPETENSI TEKNISI FUMIGASI SULFURYL FLUORIDE (FUMIGUARD 99 GA ) ANGKATAN III (SURABAYA)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Pestisida. Metil. Bromida. Karantina. Tumbuhan. Penggunaan.

(Penetapan Pelaksana Perlakuan Fumigasi dengan Fosfin)

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kebijakan baru yang di tetapkan oleh negara-negara tujuan. perdagangan internasional pada era saat ini.

SISTEM SERTIFIKASI EKSPOR KARANTINA TUMBUHAN PETUNJUK OPERASIONAL PELAKSANAAN IN LINE INSPECTION

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 09/Permentan/OT.140/2/2009

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 18/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Seri Perlakuan Karantina Tumbuhan

HAMA DAN PENYAKIT PASCA PANEN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 43/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 358/Kpts/OT.140/9/2005 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik

Seri Perlakuan Karantina Tumbuhan

KATALOG STANDAR PELAYANAN PUBLIK JANGKA WAKTU LAYANAN KARANTINA TUMBUHAN (SERVICE LEVEL AGREEMENT) (REVISI)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 18/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan Tugas Akhir ini. Adapun penelitian terdahulu yang penulis ulas

STANDAR TEKNIS PERLAKUAN FUMIGASI FOSFIN FORMULASI CAIR

PERSYARATAN DAN PROSEDUR IMPOR

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,

KEPUTUSAN DIREKSI (Persero) PELABUHAN INDONESIA II NOMOR HK.56/2/25/PI.II-02 TANGGAL 28 JUNI 2002

TEKNOLOGI KARANTINA DALAM PENANGANAN PASCAPANEN

2 Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5015); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan (Lembaran Negara Tahu

PEDOMAN PENGAKUAN AREA BEBAS OPTK TERTENTU DI NEGARA ASAL BADAN KARANTINA PERTANIAN, 2012 BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2008 TENTANG PERSYARATAN PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA BERUPA IKAN HIDUP

Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273); 4.

PROSEDUR PERLAKUAN DAN SERTIFIKASI KEMASAN KAYU SESUAI STANDAR ISPM#15 (INTERNATIONAL STANDARDS FOR

TATACARA PELAKSANAAN FUMIGASI DENGAN FOSFIN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 21/MEN/2006 TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN DALAM HAL TRANSIT

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG

TEKNIK PENGENDALIAN HAMA MELALUI PERATURAN KARANTINA KARANTINA?

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN

PENGUMUMAN HASIL SOSIALISASI DAN PUBLIC HEARING SERVICE LEVEL AGREEMENT MEDIA PEMBAWA WAJIB PERIKSA KARANTINA HEWAN DAN TUMBUHAN

NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 411/Kpts/TP.120/6/1995 TENTANG PEMASUKAN AGENS HAYATI KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu tanaman buah

(Guidelines for Phytosanitary Certification for Barecore)

PERSYARATAN KARANTINA TUMBUHAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 62/Permentan/OT./140/12/2006 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR : 797/KPTS/KT.240/L/09/2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Paparan Pestisida. Dan Keselamatan Kerja

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Pertanian tentang Bentuk dan Jenis Dokumen Tindakan Karantina Tumbuhan dan Pengawasan Keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan; Mengingat :

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang rendah dalam melakukan muat-bongkar barang dan upah. terciptanya peti kemas (container) (Amir MS, 2004:111).

STANDAR PELAYANAN KARANTINA TUMBUHAN. Tumbuhan (Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

RENCANA KINERJA TAHUNAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.18/MEN/2003 T E N T A N G

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK

Amelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor

BAB III PENDEKATAN LAPANG. adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR : 416/Kpts/OT.160/L/4/2014 TENTANG

STANDAR PELAYANAN SERTIFIKASI KESEHATAN IKAN UNTUK LALULINTAS EKSPOR

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 88/Permentan/PP.340/12/2011 TENTANG

Manual Fumigasi Metil Bromida (Untuk Perlakuan Karantina Tumbuhan)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 52/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PERSYARATAN TAMBAHAN KARANTINA TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS RESIKO ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (Pest Risk Analysis) PADA POLONG KEDELAI (Glycine max L.) IMPOR DARI JEPANG SKRIPSI

PENDAHULUAN Latar Belakang

IMMUNIZATION TREATMENT (SPIT)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 60/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN MENGHADIRI PERTEMUAN

STANDAR TEKNIS PERLAKUAN FUMIGASI ETHYL FORMATE

I M COMPANY PROFILE. CV. IRHAM MUGHNII Jl. Industri Cikarang Kp. Sempudarussalam RT003/002 Pasir Gombong Cikaran Bekasi Telp.

Prospek Kawasan Penimbunan Pabean Terpadu (KPPT) Dalam Memperlancar Arus Barang Impor/Ekspor. Oleh: Ahmad Dimyati, Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai

Penyimpanan dan. Transportasi Pestisida,

Ketentuan gudang komoditi pertanian

MENTERI PERTANIAN. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 41/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah PT Hasil Albizia Nusantara

BAB III METODE PENELITIAN

EASE OF DOING BUSINESS Indikator Perdagangan Lintas Negara (Trading Across Border) From serving to driving Indonesia's growth

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA

A. Etika, Moral, dan Hukum dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Depo Petikemas Pengawasan Pabean (DP3) (Oleh : Syaiful Anwar / Widyaiswara Utama)

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB I KONSEP PENILAIAN

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

KULIAH V KEMASAN KAYU. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) pada pertemuan ini adalah : - mampu mengaplikasikan kemasan kayu pada bahan pangan.

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG

PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR

Transkripsi:

Fumigasi Adalah suatu tindakan perlakuan (atau pengobatan) terhadap suatu komoditi dengan menggunakan fumigant tertentu, didalam ruang kedap udara, pada suhu dan tekanan tertentu. Fumigan Adalah suatu jenis pestisida (obat pembasmi hama) yang dalam suhu dan tekanan tertentu berbentuk gas, dan dalam konsentrasi serta waktu tertentu dapat membunuh hama (organisme pengganggu). 1. Undang-undang No.16 tahun 1992 Jo. PP. No.14 tahun 2002; 2. Surat Keputusan Menteri Pertanian No.271/Kpts/HK.310/4/2006 tgl.12 April 2006; 3. Kep. Menteri Pertanian no.217/kpts/hk.310/4/2006 tgl.12-04-2006; 4. Notice to Industry dari pemerintah Australia No. 50/2005-06 dan no. 51/2005-06; 5. SE. Barantan no. 1162.a/PO.540.240/L.3/6/06 tgl.30-06-2006; 6. SE. Balai Besar KT. Tg. Priok no.756/kt.270/l.3.a.2.003.00/08/07 tgl. 20 Agustus 2007 dan no.829.a/kt.240/l.3.a.2.003.00/09/07 tgl. 07 September 2007; 7. Peraturan Menteri Perdagangan RI no. 51/M-DAG/PER/12/2007 tgl. 28 Des. 2007 Ringkasan: Tindakan perlakuan termasuk FUMIGASI, merupakan kewenangan (kompetensi) pemerintah. Dalam hal pelaksanaan fumigasi dilakukan oleh Pihak Ketiga (swasta), maka hanya boleh dilakukan oleh Perusahaan fumigasi yang sudah di REGISTRASI Pemerintah (dalam hal ini oleh Badan Karantina Pertanian Dep. Pertanian) 1. Fumigasi merupakan salah satu persyaratan ekspor sesuai ketentuan internasional yang tertuang dalam berbagai kesepakatan bersama, diantaranya dalam International Plant Protection Convention (IPPC) yang direcomended oleh badan perdagangan dunia (WTO). 2. Karena sifat yang khusus dari bahan fumigant yang digunakan (jenis obat/pestisida berbentuk gas), maka diperlukan durasi (periode waktu) dalam pelaksanaannya dengan maksud agar bahan fumigant tersebut dapat meresap (penetrasi) secara sempurna dalam setiap komoditi yang di fumigasi. Untuk itu, dalam setiap pelaksanaan fumigasi akan diawali dengan gas in (pelepasan gas) dan diakhiri dengan gas out (aerasi atau kegiatan untuk menetralisir agar tidak ada residu gas beracun dalam komoditi tersebut). 1 / 8

3. Yang perlu diingatkan kepada seluruh eksportir adalah, jangan biarkan komoditi anda di re-fumigasi (atau terkena claim) di negara tujuan hanya karena tidak di fumigasi pada saat akan dikirim keluar negeri. FUMIGASI STANDARD 1. Penerbitan Fumigation Certificate bernomor registrasi AFASID yang merupakan registrasi resmi pemerintah dan diakui sah secara internasional. 2. Sertifikat fumigasi wajib ditanda tangani oleh tenaga teknis kompetensi fumigasi (authorized competence) beregister internasional; 3. Ketentuan dan tatacara pelaksanaan fumigasi standar pemerintah dan standar internasional yang berlaku, a.l.: a. Fumigasi wajib dilaksanakan oleh perusahaan fumigasi yang telah terdaftar dalam Program Pemerintah cq. Badan Karantina Pertanian Departemen Pertanian (mempunyai nomor registrasi resmi pemerintah) b. Container atau komoditi yang akan di fumigasi harus bersih, bebas dari kontaminasi hama dan organisme pengganggu lainnya, tanah atau lumpur serta kotoran lainnya. c. Fumigasi yang menggunakan container, maka container wajib diturunkan dari sasis kendaraan, karena fumigasi harus menggunakan cungkup atau coversheet, serta peralatan standar yang berlaku lainnya, khusus container untuk ekspor, maka fumigasi wajib dilakukan di depo fumigasi yang telah memperoleh rekomendasi dari Badan Karantina pertanian (untuk DKI di depo KBN Marunda atau depo Transporindo) d. Beberapa syarat depo fumigasi yang wajib mendapat rekomendasi dari pemerintah adalah : lantai kedap dan rata, aman dari lalu lintas orang, terhindar dari kemungkinan reinvestasi hama/penyakit/organisme pengganggu lainnya. e. Fumigant (obat /pestisida) yang dipakai adalah Methyl Bromide (Ch3Br) dengan dosis yang umum dipakai adalah 48 gram/m3/24 jam. Apabila terjadi penambahan atau pengurangan dosis, dikenakan biaya sesuai tambahan/pengurangan jumlah obat yang dipakai. f. Proses fumigasi efektif memerlukan waktu paling sedikit 1 x 24 jam. g. Kualitas hasil terjamin, mengurangi tingkat resiko re-fumigasi (atau claim) dari negara tujuan. h. Pemberitahuan atau order fumigasi agar disampaikan paling lambat 24 jam sebelum clossing kapal. 2 / 8

i. Fumigasi dapat dilakukan untuk keperluan lainnya seperti kemasan kayu atau komoditas. Untuk komoditas dalam gudang, fumigasi juga wajib menggunakan cungkup atau coversheet. j. Tempat penumpukan atau depo fumigasi, lokasi pabrik/gudang, atau dermaga pemuatan, harus bersih dan bebas dari berbagai hama dan organisme pengganggu lainnya, khusus untuk fumigasi diluar container (seperti di gudang), maka wajib dilakukan ditempat/lokasi yang terhindar dari panas dan hujan, kondisi bersih, dan jauh dari lalu lintas orang. k. Container atau komoditi yang telah selesai di fumigasi, harus diletakan terpisah dari container atau komoditi lain yang belum di fumigasi untuk mencegah terjadinya kontaminasi kembali selama di tempat penumpukan/penyimpanan. l. Komoditi yang telah selesai di fumigasi, disarankan tidak berada terlalu lama dalam tempat penyimpanan, untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kontaminasi kembali. Dalam hal ini apabila penyimpanan melewati batas resistensi fumigant (21 hari), maka harus dilakukan refumigasi. m. Dosis fumigasi bervariasi tergantung jenis komoditi yang di fumigasi atau atas persyaratan negara tujuan. 4. Tarif / biaya fumigasi terbagi dalam beberapa kategori, disesuaikan dengan tatacara dan lokasi fumigasi yang akan dilakukan. Beberapa kategori dan kriteria untuk menetapkan tarif tersebut adalah: 4.1. Fumigasi dalam container yang dilakukan di depo container yang telah ditetapkan. Posisi ontainer diletakkan diatas lantai yang kedap (diturunkan dari sasis kendaraan). Untuk jenis fumigasi ini, pengenaan tarif fumigasi sudah termasuk: 4.1.1. Biaya sewa depo container. 4.1.2. Lift on/off selama di depo container. 4.1.3. Biaya trucking dari depo container sampai CY. 4.2. Fumigasi LCL atau fumigasi yang dilaksanakan diluar container (sebelum stuffing). Untuk fumigasi jenis ini, dapat dilakukan di pabrik atau lokasi lain yang disepakati bersama. Tarif biaya fumigasi dihitung berdasarkan volume komoditi yang di fumigasi. Peralatan Pendukung Pelaksanaan Fumigasi Standar Untuk melengkapi kegiatan fumigasi, diperlukan peralatan yang memadai. Peralatan tersebut antara lain adalah : 1. Interferometer (Alat Pengukur Konsentrasi Gas) 2. Gas Leak Detector (Alat Pendeteksi Kebocoran Gas) 3. Coversheet (Penutup Container) 3 / 8

4. Masker Full Face 5. Canister 6. Topi Keselamatan / Helm 7. Safety Shoes 8. Gas Methyl Bromide 9. Timbangan 10. Tangga Lipat 11. Hazard Tape / Police Line 12. Tanda Awas Bahaya Racun / Sticker Danger 13. Pemanas / Evaporizer 14. Selang Monitor 15. Sarung Tangan Katun 4 / 8

16. Kunci Inggris 17. Nozzles 18. Meteran 19. Termometer (Alat pengukur Suhu) 20. Selang Gas Fumigan 21. Seal Tape 22. Tali / Tambang 23. Kain pel 24. Kipas Angin 25. Sand Snake 26. Alat Bantu Penempatan Selang 5 / 8

27. Tiang Police Line 28. Belalai 29. Klem 30. Lakban Putih 31. Lakban Hitam 32. Kabel Rol 33. Troli 34. Tangga Lipat 35. Obeng 36. Blower 37. Tube Detector International Standart for Phytosanitary Measures 1. ISPM # 15 adalah standar perlakuan / pengobatan yang berlaku secara internasional terhadap setiap kemasan kayu (box, peti, palet, dunnage, dsb.) yang akan digunakan sebagai bahan pendukung ekspor. Kesepakatan tersebut tertuang dalam berbagai ketentuan yang diatur oleh Badan Dunia setingkat IPPC (International Plant Protection Convention) yang disepakati Badan Perdagangan 6 / 8

Dunia (WTO). 2. Ada dua jenis tindakan perlakuan yang diperbolehkan, yaitu Fumigasi dan Heat Treatment tergantung permintaan negara tujuan. 3. Setiap produk kemasan kayu yang sudah diberi perlakuan, akan diberi tanda atau marking dan labelling. 4. ISPM # 15 dilaksanakan oleh suatu perusahaan produk kemasan kayu (provider) yang sudah teregistrasi resmi pemerintah (ID Number). Perusahaan ini terlepas dari perusahaan fumigasi. 5. Tarif biaya produksi kemasan kayu disesuaikan dari jenis, volume, serta ukuran kemasan kayu yang akan diproduksi. Biaya ini terlepas dari biaya fumigasi. 6. Untuk kemasan kayu yang dibuat oleh pelanggan sendiri, akan direcek oleh petugas ISPM # 15 dan hanya dikenakan biaya marking/labelling sesuai tarif standar yang berlaku. 7. Seperti halnya fumigasi, maka setiap tindakan ISPM # 15 juga akan diterbitkan sertifikat ISPM # 15 PHYTO SANITARY 1. Phytosanitary Certificate adalah Surat Keterangan Kesehatan Tanaman (produk yang berasal dari tumbuhan seperti kayu/palet/box, biji2an, umbi, dsb.) yang menyatakan bahwa produk tersebut bebas dari hama/penyakit tumbuhan berbahaya. 2. Diterbitkan oleh UPT Karantina Tumbuhan setempat (untuk Jakarta, Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Priok-Badan Karantina Pertanian-Dep.Pertanian). 3. Biaya yang dipungut merupakan tarif resmi pemerintah sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Biaya tersebut adalah murni biaya penerbitan PC dan terpisah dari biaya fumigasi. 7 / 8

TENTANG FUMIGASI FUMIGASI PRESHIPMENT Dasar Hukum 8 / 8