BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa jasa perbankan. Bank memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

I. PENDAHULUAN. perbankan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah. Indikator perbankan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Domestik Bruto (PDB) dalam jangka panjang. Demikian juga halnya pembangunan

I. PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik, prospek usaha yang selalu berkembang, dan dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setelah dua tahun sebelumnya sempat mengalami goncangan akibat krisis ekonomi

Bank Umum dan Bank Sentral

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan dana. Oleh karena itu, keberadaan lembaga keuangan dalam

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Kebijakan moneter Bank Indonesia dilaksanakan dalam rangka mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Suatu lembaga yang meningkatkan perkembangan ekonomi negara adalah

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor keuangan di Indonesia masih didominasi oleh industri perbankan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

PENDAHULUAN. memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi (Halling dan Hayden, 2006).

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. transaksi antara pihak-pihak pencari dana (emiten) dengan pihak yang kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. kembali dalam bentuk kredit. Artinya, bank memiliki fungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Perbankan Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang

1. Tinjauan Umum

Banking Sector. Kinerja Perbankan Grafik Pertumbuhan DPK Bank Umum (miliar Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ekonomi di Indonesia saat ini yang penuh persaingan dan kondisi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. global dan domestik cenderung bias ke bawah yang disebabkan oleh. pertumbuhan ekonomi dunia berjalan tidak seimbang.

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN III 2008 MASIH CUKUP EKSPANSIF

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,

BAB I PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh unit ekonomi yang surplus kepada unit-unit ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

BAB I PENDAHULUAN. kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan pembangunan ekonomi nasional. Bank berfungsi. menghimpun dana dari masyarakat (to receive deposit) dan kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang


BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan saat ini cukup pesat, dilihat dari volume

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang berubah cepat dan kompetitif dengan

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004

I. PENDAHULUAN. sektor jasa keuangan pada umumnya dan pada perbankan khususnya. Pertumbuhan ekonomi dapat terwujud melalui dana perbankan atau potensi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka

abungan, baik dalam rupiah giro valuta

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank adalah lembaga yang memiliki fungsi intermediasi yaitu, menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali pada masyarakat dalam bentuk kredit. Fungsi utama dari bank adalah intermediasi dan transformasi kewajiban menjadi aktiva produktif. Fungsi intermediasi dan transformasi kewajiban (deposit) menjadi aktiva produktif dijelaskan oleh hubungan empat neraca, yaitu neraca pemerintah, neraca rumah tangga, neraca perusahaan, dan neraca bank. Defisit neraca pemerintah pada umumnya dibiayai dengan penerbitan sekuritas dan cadangan kas atau monetary base. Sekuritas yang diterbitkan pemerintah menjadi aktiva pada neraca rumah tangga, perusahaan atau bank. Instrumen deposit yang diterbitkan oleh bank merupakan kewajiban yang ditransformasikan menjadi aktiva, yaitu cadangan dan kredit perbankan. Pinjaman atau kredit perbankan yang bersumber dari deposit rumah tangga, perusahaan dan pemerintah digunakan untuk membiayai investasi perusahaan (Bank Indonesia dan Universitas Katolik Santo Thomas SU, 2007). Dengan merosotnya penerimaan pemerintah dan sektor migas, mobilisasi dana masyarakat menjadi semakin penting guna menunjang kegiatan produksi dan

investasi. Sehubungan dengan hal itu, melalui kebijakan deregulasi 1 Juni 1983 Bank Indonesia memberikan kebebasan kepada bank-bank pemerintah untuk menetapkan sendiri suku bunga depositonya dan menentukan sendiri kebijakan perkreditannya. Kebijakan tersebut ditempuh mengingat penetapan suku bunga deposito bank-bank pemerintah serta adanya pagu kredit mengurangi hasrat bank-bank dalam mengerahkan dan memobilisasi dana masyarakat (Pohan, 2008). Dalam rangka pembiayaan kegiatan perekonomian untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, pemberian kredit perbankan mempunyai peranan yang penting. Kebijakan pemerintah yang ditempuh di bidang perkreditan diarahkan untuk membiayai sektor-sektor ekonomi yang mempunyai produktivitas tinggi sehingga alokasi dana secara makro dapat dicapai dengan lebih efisien. Pada umumnya sektor-sektor ekonomi dibagi menjadi 9 (sembilan) sektor, yaitu: 1) Pertanian, 2) Pertambangan dan Penggalian, 3) Industri Pengolahan, 4) Listrik, Gas dan Air Bersih, 5) Konstruksi, 6) Perdagangan, Hotel dan Restoran, 7) Pengangkutan dan Komunikasi, 8) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan 9) Jasa-Jasa. Alokasi kredit perbankan didasarkan pada pertumbuhan sektor-sektor ekonomi, sehingga prospek pertumbuhan sektor-sektor ekonomi merupakan pertimbangan penting dalam pengalokasian kredit. Permintaan kredit oleh pengusaha tidak akan meningkat apabila iklim investasi di daerah tidak mendukung. Dukungan terhadap iklim investasi dapat berasal dari pemerintah daerah. Saat ini banyak pengusaha yang mengeluh masalah

perizinan usaha dan peraturan-peraturan daerah. Sulitnya mendapat perizinan dan banyaknya peraturan daerah (perda) menyebabkan sektor riil mengalami hambatan. Tabel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Sumatera Utara (Juta Rupiah) No Lapangan Usaha 2004 2005 2006 2007 1. Pertanian 28,893,553 33,486,113 35,807,654 41,010,152 2. Pertambangan dan 1,382,698 1,717,538 2,039,248 2,404,921 penggalian 3. Industri pengolahan 29,946,895 35,555,030 41,192,511 45,531,177 4. Listrik, gas dan air 1,492,123 1,722,077 1,879,862 1,897,557 bersih 5. Konstruksi 6,735,748 8,128,894 9,400,428 10,548,465 6. Perdagangan, hotel 21,856,498 26,094,915 30,340,309 34,846,208 & restoran 7. Pengangkutan dan 9,478,009 11,783,137 14,339,079 16,363,685 komunikasi 8. Keuangan, 7,195,314 8,350,736 9,725,731 11,587,849 Persewaan & jasa perusahaan 9. Jasa-jasa 11,119,674 12,779,873 15,651,977 17,629,725 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2009 Dari data tersebut di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2007, sektor industri merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar untuk pendapatan domestik regional bruto di Sumatera Utara sebesar 45.531.177 juta rupiah dan sektor pertanian di urutan kedua sebesar 41.010.152 juta rupiah dan sektor perdagangan, hotel dan restoran di urutan ketiga sebesar 34.846.208 rupiah. Di samping mempunyai peranan penting dalam sektor riil, di sisi lain pemberian kredit perbankan juga mempunyai dampak moneter. Pemberian kredit perbankan yang dibiayai oleh bank sentral, baik dalam bentuk kredit likuiditas maupun kredit langsung, akan menambah jumlah uang primer (reserve money) dan

memberikan dampak inflatoir. Berkaitan dengan hal itu, pemberian kredit perbankan yang sepenuhnya dibiayai dana masyarakat yang dihimpun melalui perbankan dan dipergunakan untuk kegiatan ekonomi yang produktif akan mendorong perekonomian tanpa menimbulkan dampak inflatoir. Untuk mengatasi dampak inflatoir dan pemberian kredit perbankan, sedapat mungkin kredit perbankan dibiayai dari pengerahan dana masyarakat (Bank Indonesia, 2007). Tabel 1.2. Perkembangan BI Rate Tahun 2008 Tanggal BI Rate 4 Desember 2008 9.25% 6 Nopember 2008 9.50% 7 Oktober 2008 9.50% 4 September 2008 9.25% 5 Agustus 2008 9.00% 3 Juli 2008 8.75% 5 Juni 2008 8.50% 6 Mei 2008 8.25% 3 April 2008 8.00% 6 Maret 2008 8.00% 6 Februari 2008 8.00% 8 Januari 2008 8.00% Sumber: Bank Indonesia, 2009 Dari tabel tersebut di atas, dapat dilihat perubahan BI rate yang fluktuatif menyesuaikan dengan kondisi perekonomian Indonesia. Bank Indonesia mengambil

kebijakan menaikkan suku bunga (kontraktif) atau menurunkan suku bunga (ekspansif) dalam penyesuaian besaran BI rate sebagai instrumen kebijakan moneter. Tabel 1.3. Indikator Kinerja Bank Umum di Indonesia Tahun 2001-2008 Indikator Utama 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Total Asset (Triliun 1,099.7 1,112.2 1,196.2 1,272.3 1,469.8 1,693.5 1,986.5 2,310.6 Rp) DPK (Triliun Rp) 797.4 835.8 888.6 963.1 1,127.9 1,287.0 1,510.7 1,753.3 Kredit (Triliun Rp) 358.6 410.3 477.2 595.1 730.2 832.9 1,045.7 1,353.6 LDR (%) 45.0 49.1 53.7 61.8 64.7 64.7 69.2 77.2 ROA (%) 1.4 1.9 2.5 3.5 2.6 2.6 2.8 2.3 NPL Gross (%) 12.1 8.1 8.2 5.8 8.3 7.0 4.6 3.8 NPL Net (%) 3.6 2.1 3.0 1.7 4.8 3.6 1.9 1.5 CAR (%) 20.5 22.5 19.4 19.4 19.5 20.5 19.2 16.2 Sumber: Bank Indonesia, 2009 Peranan kredit yang diberikan oleh perbankan di dalam pertumbuhan ekonomi dapat berarti penciptaan lapangan kerja, baik melalui perluasan produksi dan kegiatan usaha lainnya maupun melalui pengaruhnya dalam mendorong munculnya unit-unit usaha baru. Selain itu, kredit perbankan dapat diarahkan untuk pemerataan kesempatan berusaha yang antara lain melalui alokasi pemberian kredit menurut prioritas pembangunan dan golongan ekonomi sehingga pada gilirannya dapat memperluas pemerataan hasil-hasil pembangunan. Dari Tabel 1.3 dapat diketahui bahwa kinerja perbankan Indonesia terus mengalami pertumbuhan dan semakin baik, dapat dilihat dari total asset, jumlah DPK, kredit yang terus tumbuh dari tahun ke tahun. Loan to deposit ratio perbankan nasional juga terus meningkat yang mengindikasikan semakin membaiknya fungsi intermediasi perbankan nasional. Non performing loan (NPL) perbankan Indonesia juga mengalami perbaikan. Pada tahun 2008 NPL gross perbankan Indonesia sebesar

3,8 dan NPL nett sebesar 1,5%. Kualitas kredit tetap terpelihara baik, sebagaimana tercermin pada Non Performing Loan (NPL) tahun 2008, baik gross maupun nett, yang berhasil mencatat angka terendah semenjak krisis keuangan Asia tahun 1997/1998 di bawah benchmark yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu sebesar 5%. Namun CAR pada tahun 2007 dan 2008 terus menurun, hal tersebut berarti modal bank tergerus akibat cepatnya pertumbuhan aktiva tidak mampu diimbangi dengan pertumbuhan modal. Tabel 1.4. Posisi, Pertumbuhan dan Pangsa Kredit Perbankan Indonesia Keterangan Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi Posisi (triliun Rp) 2003 231.2 94.5 109.4 2004 289.6 118.7 181.1 2005 354.5 134.4 206.7 2006 414.7 151.2 226.3 2007 533.2 186.2 282.6 2008 684.7 255.9 367.1 Pertumbuhan (%) Pangsa (%) 2003 11.9 12.0 36.8 2004 25.3 25.6 38.1 2005 22.4 13.2 36.8 2006 17.0 12.5 9.5 2007 28.6 23.2 24.9 2008 28.4 37.4 29.9 2003 53.1 21.7 25.1 2004 51.8 21.2 27.0 2005 51.0 19.3 29.7 2006 52.3 19.1 28.6 2007 53.2 18.6 28.2 2008 52.4 19.6 28.1 Sumber: Bank Indonesia, 2009

Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat pertumbuhan total jumlah kredit terus meningkat. Pada tahun 2008 pertumbuhan meningkat paling besar selama enam tahun terakhir yaitu sebesar 30,5 persen. Kredit investasi mengalami pertumbuhan terbesar pada tahun 2008 yaitu sebesar 37,4 persen diikuti kredit konsumsi dengan 29.9 persen dan kredit modal kerja sebesar 28,4 persen. Namun dilihat dari nominal jumlah kredit yang diberikan, kredit modal kerja masih mendominasi di struktur kredit perbankan nasional diikuti oleh kredit konsumsi dan kredit investasi. Pada saat ini walaupun suku bunga kredit memiliki kecenderungan menurun, namun sebagian besar suku bunga aktual bank masih lebih tinggi dibandingkan dengan hasil estimasi. Apabila dihitung secara rata-rata selisihnya minimal sebesar 2-3% yang dapat pula digambarkan sebagai ruang bagi bank untuk menurunkan suku bunganya. Krisis keuangan global yang sedang terjadi telah berpengaruh terhadap perekonomian seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Dari sisi industri perbankan, fenomena ini berpotensi menurunkan kemampuan dan keinginan bank untuk memberikan kredit, mempersulit perbankan dalam mempertahankan kualitas aset, menurunkan profitabilitas dan pada gilirannya dapat mengurangi kecukupan modal bank untuk menjamin sustainabilitas operasional bank. Sehubungan dengan itu pada awal tahun 2009 ini, Bank Indonesia menyiapkan serangkaian langkah-langkah kebijakan di bidang perbankan. Langkah kebijakan tersebut diharapkan dapat memperkuat ketahanan Bank dalam mendukung kestabilan sistem keuangan, sekaligus menjadi stimulus pertumbuhan perekonomian ditengah kondisi perekonomian dunia yang masih belum kondusif (Bank Indonesia, 2009).

Di tengah kondisi perekonomian global yang kian memburuk, serta seiring dengan melemahnya tekanan inflasi, Bank Indonesia tetap mengarahkan perhatian pada upaya menjaga pertumbuhan ekonomi dan menghindari terjadinya penurunan daya beli masyarakat yang semakin dalam. Berbagai kebijakan moneter Bank Indonesia ditempuh dalam rangka mendukung bangkitnya sektor riil, khususnya UMKM, guna mendukung pertumbuhan ekonomi negeri. Selain melakukan pelonggaran kebijakan moneter, paket suplemen kebijakan Bank Indonesia lainnya yang dapat dilakukan adalah mempercepat penyaluran kredit perbankan dan menurunkan risiko kredit. Beberapa paket tambahan dilakukan oleh Bank Indonesia berupa early restructuring perbankan, meminta adanya penjaminan Pemerintah terhadap kredit untuk proyek-proyek strategis seperti air minum, listrik, perumahan, serta infrastruktur jalan dan jembatan, yang pembangunannya dibiayai oleh APBN, serta memfasilitasi pertemuan perbankan dengan sektor-sektor yang berpotensi mendorong peningkatan intermediasi perbankan. Upaya memfokuskan kegiatan usaha bank ke UMKM dan linkage program antara bank umum dan bank perkreditan rakyat (BPR), atau lembaga keuangan mikro, seperti koperasi dan baitul maal wa tamwil (BMT), terus dilakukan dengan gencar. Hal tersebut diharapkan dapat mendukung kehidupan masyarakat dan mencegah terjadinya perlambatan lebih dalam pada perekonomian (Bank Indonesia, 2009). Kredit mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Secara garis besar, fungsi kredit di dalam perekonomian, perdagangan dan keuangan dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) kredit dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal/uang,

(2) kredit meningkatkan utility (daya guna) suatu barang, (3) kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, (4) kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat, (5) kredit sebagai alat stabilisasi ekonomi, (6) kredit sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional, (7) kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional (Rivai dan Veithzal, 2006). Sehubungan dengan pentingnya peranan kredit perbankan dalam perekonomian, perlu dilakukan suatu kajian ilmiah terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kredit sektoral pada bank umum di Sumatera Utara. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dirumuskan beberapa masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh produk domestik regional bruto sektoral terhadap jumlah kredit sektoral di Sumatera Utara? 2. Bagaimana pengaruh jumlah kantor bank terhadap jumlah kredit sektoral di Sumatera Utara? 3. Bagaimana pengaruh tingkat bunga deposit terhadap jumlah kredit sektoral di Sumatera Utara? 4. Bagaimana pengaruh tingkat bunga kredit terhadap jumlah kredit sektoral di Sumatera Utara? 5. Bagaimana pengaruh tingkat giro wajib minimum terhadap jumlah kredit sektoral di Sumatera Utara?

1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas maka disusun tujuan dilakukannya penelitian ini, sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis pengaruh produk domestik regional bruto sektoral terhadap jumlah kredit sektoral di Sumatera Utara. 2. Untuk menganalisis pengaruh jumlah kantor bank terhadap jumlah kredit sektoral di Sumatera Utara. 3. Untuk menganalisis pengaruh tingkat bunga deposit terhadap jumlah kredit sektoral di Sumatera Utara. 4. Untuk menganalisis pengaruh tingkat bunga kredit terhadap jumlah kredit sektoral di Sumatera Utara. 5. Untuk menganalisis pengaruh tingkat giro wajib minimum terhadap jumlah kredit sektoral di Sumatera Utara. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dilakukannya penelitian ini diharapkan antara lain: 1. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi manajemen perbankan di Sumatera utara dan pemerintah dalam rangka pemberian kredit kepada masyarakat. 2. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana, serta menambah pengetahuan dan wawasan penulis.

3. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang berminat melakukan kajian di bidang perkreditan.