PENGARUH STRES PANAS TERHADAP PERFORMA PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI PERAH BATURRADEN

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai

STUDI PENGARUH UNSUR CUACA TERHADAP RESPON FISIOLOGIS DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PFH DI DESA DESA CIBOGO DAN LANGENSARI, LEMBANG, BANDUNG BARAT

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

Penyusunan Faktor Koreksi Produksi Susu Sapi Perah

PENGARUH KOMBINASI PENGKABUTAN DAN KIPAS ANGIN TERHADAP KONDISI FISIOLOGIS SAPI PERAH PERANAKAN FRIESIAN HOLLAND

KAJI KOMPARATIF PENDAPATAN USAHA TERNAK SAPI PERAH BERDASARKAN SKALA PEMILIKAN TERNAK DI KABUPATEN REJANG LEBONG

PENGARUH PENYIRAMAN DAN PENGANGINAN TERHADAP RESPON TERMOREGULASI DAN TINGKAT KONSUMSI PAKAN SAPI FRIES HOLLAND DARA SKRIPSI

PERBANDINGAN PERFORMA PRODUKSI SAPI PERAH FRIES HOLLAND IMPOR DENGAN KETURUNANNYA (Studi Kasus di PT. UPBS Pangalengan)

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

PENGARUH NAUNGAN TERHADAP RESPONS TERMOREGULASI DAN PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETTAWA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian

Evaluasi Penerapan Aspek Teknis Peternakan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Sistem Individu dan Kelompok di Rejang Lebong

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk di Indonesia selalu menunjukkan peningkatan dari tahun ke

konsentrat dengan kandungan TDN berbeda. Enam ekor sapi dara FH digunakan pada penelitian ini. Sebanyak enam perlakukan yang digunakan merupakan

PERFORMANS PERTUMBUHAN DAN BOBOT BADAN SAPI PERAH BETINA FRIES HOLLAND UMUR 0-18 Bulan

Faktor Koreksi Lama Laktasi Untuk Standarisasi Produksi Susu Sapi Perah

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Lokasi BBPTU-SP Baturraden, Purwokerto

IMBANGAN HIJAUAN-KONSENTRAT OPTIMAL UNTUK KONSUMSI RANSUM DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH HOLSTEIN LAKTASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos

II. TINJAUAN PUSTAKA. jantan dengan kambing Peranakan Etawa betina (Cahyono, 1999). Kambing

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai

Moch. Makin, dan Dwi Suharwanto Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Respon Fisiologi Sapi FH Laktasi dengan Substitusi Pakan Pelepah Sawit dengan Jumlah yang Berbeda

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

KAJIAN TERMOREGULASI SAPI PERAH PERIODE LAKTASI DENGAN INTRODUKSI TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS PAKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah FH berasal dari Belanda bagian utara, tepatnya di Provinsi Friesland,

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

PENGGUNAAN TAKSIRAN PRODUKSI SUSU DENGAN TEST INTERVAL METHOD (TIM) PADA EVALUASI MUTU GENETIK SAPI PERAH DI BBPTU SAPI PERAH BATURRADEN

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT... PERIODE LAKTASI TERHADAP BERAT JENIS, KADAR LEMAK DAN KADAR BAHAN KERING SUSU SAPI

EVALUASI PERFORMA PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIESHOLLAND (FH) KETURUNAN SAPI IMPOR (Studi Kasus di PT. UPBS, Pangalengan, Jawa Barat)

RESPON KONSUMSI TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERBAU YANG DIBERI KONSENTRAT DENGAN FREKUENSI YANG BERBEDA

RESPON FISIOLOGIS AYAM JANTAN TIPE MEDIUM DI KANDANG PANGGUNG DENGAN KEPADATAN BERBEDA

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

Konsep Bangunan Sehat Pada Kandang Sapi Studi Kasus UPTPT dan HMT Kota Batu

EFEK SUPLEMEN PAKAN TERHADAP PUNCAK PRODUKSI SUSU SAPI PERAH PADA LAKTASI PERTAMA

KAJIAN KEPUSTAKAAN. menghasilkan susu. Terdapat beberapa bangsa sapi perah yaitu Ayrshire,

Pengaruh Iklim Mikro terhadap Respons Fisiologis Sapi Peranakan Fries Holland dan Modifikasi Lingkungan untuk Meningkatkan Produktivitasnya (ULASAN)

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

Pengaruh Waktu Pemerahan dan Tingkat Laktasi terhadap Kualitas Susu Sapi Perah Peranakan Fries Holstein

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Berasal dari Belanda dan mulai dikembangkan sejak tahun 1625 (Makin, 2011). Sapi FH memiliki karakteristik sebagai berikut :

IDENTIFIKASI DAYA TAHAN PANAS SAPI PASUNDAN DI BPPT CIJEUNGJING KECAMATAN CIJEUNGJING KABUPATEN CIAMIS

Hubungan Produksi Susu Berdasarkan Grade MPPA dengan Performa Reproduksi

TATALAKSANA PEMELIHARAAN PEDET DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK (BBPTU HPT) BATURRADEN, JAWA TENGAH TUGAS AKHIR

Jurnal Zootek ( Zootrek Journal ) Vol. 35 No. 2 : (Juli 2015) ISSN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan balai pusat pembibitan sapi perah di bawah

Gambar 1. Produksi Susu Nasional ( ) Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2011)

PENGARUH PENGGUNAAN PROBIOTIK PADA COMPLETE FEED TERHADAP KUANTITAS DAN KUALITAS PRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak

Analisis ragam rataan pengaruh perlakuan pakan terhadap rata-rata denyut jantung sapi selama penelitian

JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN Volume 14, Nomor 1, Juni 2016

Korelasi Genetik dan Fenotipik Produksi Susu Laktasi Pertama dengan Daya Produksi Susu Sapi Fries Holland

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah secara umum merupakan penghasil susu yang sangat dominan

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

RESPON FISIOLOGIS KAMBING BOERAWA JANTAN FASE PASCASAPIH DI DATARAN RENDAH DAN DATARAN TINGGI

PERFORMA REPRODUKSI SAPI DARA FRIESIAN-HOLSTEIN PADAPETERNAKAN RAKYAT KPSBU DAN BPPT SP CIKOLE DI LEMBANG

HUBUNGAN STRES DAN BIOKIMIA NUTRISI PADA TERNAK OLEH : NOVI MAYASARI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAD PADJADJARAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA

PERFORMA PRODUKSI SUSU DAN REPRODUKSI SAPI FRIESIAN-HOLSTEIN DI BPPT-SP CIKOLE LEMBANG SKRIPSI YUNI FITRIYANI

KAJIAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIES HOLLAND BERDASARKAN PEMERAHAN PAGI DAN SORE DI WILAYAH KERJA KPSBU LEMBANG

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI FH

TAMPILAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH YANG MENDAPAT PERBAIKAN MANAJEMAN PEMELIHARAAN

PENINGKATAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI MELALUI PERBAIKAN PAKAN SKRIPSI. Disusun oleh: DEDDI HARIANTO NIM:

PENAMPILAN PRODUKSI SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN (FH) PADA BERBAGAI PARITAS DAN BULAN LAKTASI DI KETINGGIAN TEMPAT YANG BERBEDA

TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Iklim dan Cuaca Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

BAHAN DAN METODE. Tabel 7 Karakteristik sapi dara No Kode ternak Umur (bulan) Lingkar dada (cm) Bobot Badan (kg) 1.

HUBUNGAN ANTARA INDEKS LUAS DAUN DENGAN IKLIM MIKRO DAN INDEKS KENYAMANAN

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

1. PENDAHULUAN. akan daging sebagai salah satu sumber protein. Pemenuhan akan daging

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI MELALUI PERBAIKAN PAKAN DAN FREKUENSI PEMBERIANNYA

ANALISIS KUALITAS AIR MINUM SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Rakyat di Ciater Peternakan rakyat di Ciater Kabupaten Subang merupakan peternakan yang

PENDAHULUAN. (KPBS) Pangalengan. Jumlah anggota koperasi per januari 2015 sebanyak 3.420

Endang Sulistyowati, Siwitri Kadarsih, Lobis Sutarno, dan Gilbert Tampubolon

THE HTC VALUE (Heat Tolerance Coefficient) OF ONGOLE CROSSBREED CATTLE (PO) HEIFERS BEFORE AND AFTER CONCENTRATING IN LOW- LAND AREAS ABSTRACT

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE

HASIL DAN PEMBAHASAN. Mekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Lokasi

PENGARUH PENJEMURAN TERHADAP KENYAMANAN DAN KINERJA PRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE

PENDAHULUAN. dari sapi betina yang telah melahirkan. Produksi susu merupakan salah satu aspek

Transkripsi:

PENGARUH STRES PANAS TERHADAP PERFORMA PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI PERAH BATURRADEN (Effects of Heat Stress on Milk Production Performance of Friesian Holstein Cows at Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Sapi Perah Baturraden) PITA SUDRAJAD 1 dan ADIARTO 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, PO Box 101 Bukit Tegalepek, Ungaran, Jawa Tengah 2 Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Jl. Fauna No.1 Bulaksumur, Yogyakarta ABSTRACT Tropical climate in Indonesia provide challenges for dairy farming, one of which is heat stress. It is important to improve the quality of feed and management, and selection of the dairy cow that is easy to adapt. Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Sapi Perah (BBPTU-SP) Baturraden as the Indonesian Governmentowned agency is expected to apply standards of management so it can be an example in dairy farming. This study aims to evaluate the environmental aspects in BBPTU-SP Baturraden and its influence on milk production of Friesian Holstein cows that are kept. The results found that the average temperature of 25.26 C and humidity of 93.16% with a low air movement, and the value of Temperature Humidity Index (THI) between 73 to 82 which means that dairy cows has the potential to stress. Indications of stress can be seen from the frequency of respiration, which reached 50.71 times/min. While the pulsus of 62.84 times/min and rectal temperature of 37.63 C is the optimal physiological conditions for reducing heat load in the body. Heat stress effect on milk production of an average of only 4302.74 liters/head/lactation. Key Words: Heat Stress, Milk Production, Friesian Holstein Cows, BBPTU-SP Baturraden ABSTRAK Iklim tropis yang melingkupi wilayah Indonesia memberikan tantangan tersendiri bagi usaha budidaya sapi perah, salahsatunya adalah adanya stres panas. Oleh karena itu sangat penting untuk meningkatkan kualitas pakan, melakukan manajemen budidaya yang benar, dan pemilihan bangsa sapi perah yang mudah beradaptasi. Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Sapi Perah (BBPTU-SP) Baturraden sebagai instansi milik Pemerintah Indonesia diharapkan menerapkan manajemen yang standar sehingga dapat menjadi contoh dalam budidaya sapi perah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi aspek lingkungan di BBPTU-SP Baturraden dan pengaruhnya terhadap performa produksi susu sapi Friesian Holstein yang dipelihara. Hasilnya diketahui bahwa rata-rata temperatur 25,26 C dan kelembaban 93,16% dengan pergerakan udara yang rendah, serta nilai Temperature Humidity Index (THI) antara 73 hingga 82 yang berarti sapi perah yang dipelihara di daerah tersebut berpotensi mengalami stres. Indikasi stres terlihat dari frekuensi respirasinya yang mencapai 50,71 kali/menit. Sedangkan frekuensi pulsus 62,84 kali/menit dan temperatur rektal 37,63 C adalah kondisi fisiologis yang optimal untuk mengurangi beban panas dalam tubuh. Stres panas berpengaruh terhadap performa produksi susu sapi perah yang rata-rata hanya 4302,74 liter/ekor/laktasi. Kata Kunci: Stres panas, produksi susu, sapi Friesian Holstein, BBPTU-SP Baturraden PENDAHULUAN Sapi Friesian Holstein adalah bangsa sapi perah yang diminati di Indonesia karena jumlah produksi susu yang dihasilkan lebih banyak dengan kadar lemak yang rendah sehingga sangat cocok dengan permintaan pasar. Selain itu, sapi Friesian Holstein mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. Aspek produksi susu dan faktor-faktor yang mempengaruhinya menjadi bahasan serius di Indonesia, terutama karena produksi susu yang 341

ada belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi dalam negeri dan cenderung mengalami pertumbuhan negatif (APRIYANTONO, 2007). Berbagai manajemen peternakan yang selama ini dilakukan perlu dikembangkan. Penentuan kebijakan manajemen yang dilakukan terutama untuk sapi perah betina hendaknya harus memperhatikan catatan produksi yang ada, sehingga harapannya sebuah peternakan sapi perah akan mendapatkan total produksi susu seperti yang diharapkan dari setiap sapi perah yang dipelihara. Pemerintah Indonesia berupaya memacu peningkatan produksi susu dengan menambah populasi sapi perah dan memperbaiki produktivitasnya. Dibandingkan dengan negara maju, saat ini persentase peningkatan populasi sapi perah di Indonesia memang lebih cepat. Akan tetapi, di negara maju jumlah produksi yang sama dapat dihasilkan dari jumlah sapi yang lebih sedikit. Kondisi tersebut bisa terjadi karena di negara maju yang paling utama diusahakan adalah peningkatan produktivitasnya dan bukan populasinya (PRIHADI, 1997). Iklim tropis di Indonesia menjadi tantangan terbesar dalam upaya optimalisasi produksi susu tersebut. Hal ini dikarenakan kenyataan bahwa sapi perah akan dapat berproduksi dengan baik apabila dipelihara pada kondisi lingkungan yang nyaman dengan batas maksimum dan minimum temperatur dan kelembaban lingkungan berada pada thermo neutral zone (ZTN). Diluar kondisi tersebut sapi perah akan mudah mengalami stres. Stres panas terjadi ketika temperatur dan kelembaban berada di atas ZTN (RUMETOR, 2003). Lebih lanjut, WAGNER (2001) menjelaskan bahwa stres panas akan terjadi ketika panas yang masuk ke dalam tubuh ternak tidak seimbang dengan panas yang dapat dikeluarkan oleh tubuh. Parameter yang sering digunakan di berbagai negara untuk mengetahui potensi stres panas pada ternak adalah dengan Temperature Humidity Index (THI). Apabila induk sapi perah berada pada kondisi lingkungan dengan THI kritis akan mengalami gangguan fisiologis dan produktivitas (RUMETOR, 2003). Tulisan ini akan membahas mengenai kondisi lingkungan BBPTU-SP Baturraden dimana sapi Friesian Holstein dibudidayakan oleh Pemerintah Indonesia. Dari hasil analisis akan diketahui mengenai tingkat stres panas yang dialami oleh sapi perah dan pengaruhnya terhadap produktivitas susunya. MATERI DAN METODE Data kondisi lingkungan di BBPTU-SP Baturraden diperoleh dari pengamatan secara langsung didukung data dari petugas. Data tersebut meliputi rata-rata, nilai maksimum, dan nilai minimum dari temperatur dan kelembaban lingkungan. Nilai THI diketahui dengan menggunakan tabel perbandingan antara temperatur dan kelembaban yang disusun oleh MORAN (2005) seperti pada Gambar 1. Nilai THI digunakan untuk mengidentifikasi tingkat kenyamanan lingkungan bagi sapi perah laktasi di BBPTU- SP Baturraden. Data fisiologis yang meliputi frekuensi pulsus, frekuensi respirasi, dan temperatur rektal juga diamati. Hasil analisis terhadap data fisiologis menjadi indikator utama untuk menentukan ada tidaknya stres panas pada sapi perah. Produktivitas sapi perah dilihat dari catatan produksi susu laktasi pertama dari 100 ekor sapi Friesian Holstein asal Selandia Baru di BBPTU-SP Baturraden. Catatan produksi tersebut telah disesuaikan dengan metode faktor koreksi ke arah pemerahan selama 305 hari, umur induk dewasa, dan pemerahan 2 kali/hari. Catatan produksi yang telah terkoreksi kemudian dibandingkan dengan data produksi susu induk yang telah tercatat pada birsa induk guna mengetahui tingkat optimalitas produksi susu sapi perah yang diteliti. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi lingkungan BBPTU-SP Baturraden Lokasi kandang sapi perah milik BBPTU- SP Baturraden berada pada ketinggian 561 sampai 750 meter di atas permukaan laut dengan intensitas hujan yang tinggi yaitu sebesar 4.000 sampai 9.000 milimeter/tahun. Kisaran temperatur lingkungan antara 22 sampai 31 C dengan rata-rata sebesar 25,26 C dan kelembaban udara antara 68 sampai100% 342

Gambar 1. Temperature humidity index (THI) dengan rata-rata sebesar 93,16%. Pada saat temperatur udara rendah maka kelembaban tinggi dan pada saat temperatur udara meningkat maka kelembaban udara turun. Dari perbandingan antara temperatur dan kelembaban udara tersebut diketahui bahwa nilai THI berkisar antara 73 sampai 82 (THI > 72). Kondisi temperatur dan kelembaban disajikan pada Gambar 2. % Kelembaban (%) C o C Suhu ( C) Waktu waktu Gambar 2. Grafik perubahan temperatur dan kelembaban lingkungan BBPTU-SP Baturraden 343

Pada kondisi tersebut, sapi perah berada di lingkungan yang kurang nyaman dan berpotensi mengalami stres panas. Sebab, stres panas dapat terjadi apabila temperatur lingkungan lebih tinggi dari ZTN. WILLIAMSON dan PAYNE (1993) menyatakan bahwa temperatur kritis pada sapi Friesian Holstein adalah 21 sampai 27 C. Kondisi kelembaban lingkungan kandang terlihat sangat tinggi. Kelembaban udara yang sangat tinggi sangat mungkin terjadi karena intensitas hujan yang tinggi. SOETARNO (2003) menyebutkan bahwa kelembaban ideal bagi sapi perah adalah antara 60 sampai 80%. GWATIBAYA et al. (2007) menjelaskan bahwa kelembaban udara yang tinggi dengan sedikit pergerakan udara akan menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya stres panas pada sapi perah. MORAN (2005) menyebutkan bahwa nilai THI yang ideal bagi sapi perah adalah kurang dari 72, apabila nilai THI melebihi 72, maka sapi perah FH akan mengalami stres ringan (72 THI 79), stres sedang (80 THI 89) dan stres berat ( 90 THI 97). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sapi Friesian Holstein di BBPTU-SP Baturraden rata-rata mengalami stres ringan. Status fisiologis sapi perah Pengamatan terhadap status fisiologis sapi perah menunjukkan bahwa frekuensi respirasi berkisar antara 25,33 hingga 80,00 kali/menit dengan rata-rata 50,71 kali/menit, frekuensi pulsus antara 46,00 hingga 84,00 kali/menit dengan rata-rata 62,84 kali/menit, dan temperatur rektal antara 35,63 hingga 39,13 C dengan rata-rata 37,63 C. Frekuensi respirasi terlihat lebih tinggi dari kisaran normal yang disebutkan oleh FRANDSON (1996) yaitu antara 24 sampai 32 kali/menit. Tingginya frekuensi respirasi ini bisa terjadi karena 2 faktor penyebab, yaitu ketidaknyamanan saat datangnya petugas pengamat, dan ketidaknyamanan akibat perubahan kondisi temperatur dan kelembaban. RUMETOR (2003) menjelaskan bahwa naiknya frekuensi respirasi merupakan salah satu tanda sapi perah mengalami stres panas. Tujuan dari repirasi ini adalah untuk memaksimalkan pengeluaran panas karena sapi perah berada di kandang dengan kelembaban tinggi. Frekuensi pulsus menggambarkan kuat lemahnya kerja jantung dalam tubuh. Hasil pengamatan terhadap frekuensi pulsus diketahui bahwa nilai rata-ratanya masih berada pada kisaran normal seperti yang disebutkan oleh WILLIAMSON dan PAYNE (1993) yaitu antara 54 sampai 84 kali/menit. Hal ini sangat baik mengingat frekuensi pulsus merupakan mekanisme dari tubuh sapi untuk mengurangi atau melepaskan panas yang diterima dari luar tubuh ternak. Peningkatan frekuensi pulsus merupakan respon dari tubuh ternak untuk menyebarkan panas yang diterima ke dalam organ-organ yang lebih dingin (ANDERSON, 1983). Pengukuran temperatur rektal dimaksudkan untuk mengetahui temperatur dalam tubuh ternak. BLAKELY dan BADE (1991) menjelaskan bahwa temperatur rektal akan meningkat apabila ternak tidak dapat menjaga kondisi tubuhnya melalui pernafasan dan denyut jantung pada saat terjadi perubahan temperatur dan kelembaban lingkungan. Dari hasil pengamatan, temperatur rektal sapi perah yang dipelihara masih dalam kisaran normal seperti yang disebutkan oleh WILLIAMSON dan PAYNE (1993) yaitu antara 38 sampai 39,3 C. Hal ini menandakan bahwa indikasi stres panas yang dialami sapi perah belum parah, kemungkinan stres panas telah cukup diantisipasi dengan sistem pengurangan panas oleh tubuh ternak. CHURNG (2002) merinci tentang beberapa upaya pengurangan panas yang dapat dilakukan oleh sapi perah antara lain berteduh, mengurangi konsumsi pakan, memperbanyak minum, peningkatan frekuensi respirasi, meningkatkan produksi saliva dan keringat, serta mengeluarkan urin. Produktivitas sapi perah laktasi Produktivitas susu sapi Friesian Holstein di BBPTU-SP Baturraden dapat digambarkan dari total produksi susu selama satu masa laktasi yaitu berkisar antara 1.725,90 liter hingga 5.470,56 liter dengan rata-rata sebesar 4.302,74 liter. Nilai rata-rata produksi susu tersebut masih lebih rendah dari kisaran yang disebutkan oleh SOETARNO (2003) yaitu bahwa 344

rata-rata produksi susu dasar ME berkisar antara 4602,94 liter hingga 5888,99 liter. Apabila produksi susu sapi Friesian Holstein yang dipelihara di BBPTU-SP Baturraden lebih dicermati, maka akan terlihat bahwa capaian total produksi susunya lebih rendah dari produksi susu induknya. Dalam hal ini, capaian total produksi induk berlaku sebagai gambaran mengenai potensi total produksi susu yang bisa dicapai oleh keturunannya. Beberapa contoh perbandingan produksi susu antara sapi-sapi Friesian Holstein yang dipelihara di BBPTU-SP Baturraden dengan produksi susu induknya dapat dilihat pada Tabel 1. Faktor paling besar yang mempengaruhi produksi susu sapi Friesian Holstein yang dipelihara di BBPTU-SP Baturraden adalah lingkungan, mengingat faktor lain semisal genetik sudah dipilih sapi Friesian Holstein unggul yang berasal dari Selandia Baru, serta pemberian pakan dan manajemen pemeliharaan sudah didasarkan pada standar yang baik. SOETARNO (2003) menjelaskan bahwa faktor lingkungan memang lebih dominan mempengaruhi produksi susu daripada faktor genetik. Tabel 1. Perbandingan produksi susu beberapa sapi Friesian Holstein yang dipelihara di BBPTU-SP Baturraden dengan produksi susu induknya Nomor sapi 008 009 013 016 049 066 081 129 139 Produksi susu (liter) 3.526,44 1.725,90 2.650,89 4.825,95 4.723,29 5.470,56 4.265,72 4.814,82 4.097,94 Produksi susu Induk (liter) 5.389,11 5.391,05 6.781,13 7.042,80 6.518,48 7.127,43 4.988,33 5.754,86 3.576,85 Seperti yang telah dibahas di awal, bahwa kondisi temperatur dan kelembaban lingkungan di BBPTU-SP Baturraden belum ideal untuk pemeliharaan sapi perah laktasi. BATH et al. (1985) menegaskan apabila temperatur udara di atas 23,9 C dan kelembaban tinggi maka akan terjadi efek negatif terhadap produksi susu, baik secara kuantitas maupun kualitas. Pada penelitian yang dilakukan oleh TALIB et al. (2002) diketahui bahwa di Indonesia, temperatur lingkungan yang mencapai 29 C menurunkan produksi susu menjadi 10,1 kg/ekor/hari dari produksi susu 11,2 kg/ekor/hari jika temperatur lingkungan hanya berkisar 18 20 C. Pengaruh langsung dari temperatur dan kelembaban terhadap produksi susu adalah disebabkan meningkatnya kebutuhan sistem tubuh untuk menghilangkan kelebihan beban panas, pengurangan laju metabolik, dan menyusutnya konsumsi pakan (RUMETOR, 2003). Selain itu, penurunan produksi susu pada sapi perah yang menderita stres panas terjadi karena adanya pengurangan pertumbuhan kelenjar mammae (ANDERSON et al., 1985). KESIMPULAN Kondisi lingkungan BBPTU-SP Baturraden yang memiliki nilai THI lebih dari 72 dengan temperatur dan kelembaban yang tinggi serta peredaran udara yang rendah dianggap belum ideal untuk pemeliharaan sapi Friesian Holstein. Kondisi tersebut memungkinkan terjadinya stres panas sehingga berpengaruh negatif terhadap produktivitas susu sapi perah yang dipelihara. DAFTAR PUSTAKA ANDERSON, B.E. 1983. Temperature regulation and environmental physiology. In: Duke s Physiology of Domestic Animal 10 th Ed. SWENSON, M.J. (Ed). Comstock Publishing, Association and Division of Coernell University Press, Ithaco, London. ANDERSON R.R., R.J. COLLIER, A.J. GUIDRY, C.W HEALD, R. JENNESS, B.L. LARSON and H.A. TUCKER. 1985. Lactation. The Iowa University Press, Ames, Iowa. APRIYANTONO, A. 2007. Politik pangan pemerintahan SBY-Kalla. Media Inovasi. 16(2): 6 15. BATH, D.L., F.N. DICKINSON, H.A. TUCKER and R. D. APPLEMAN. 1985. Dairy Cattle: Principles, Practices, Problems, Profits 3 rd Ed. Lea & Febiger, Philadelphia. 345

BLAKELY, J. dan D.H. BADE. 1991. Ilmu Peternakan. Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. CHURNG-FAUNG LEE. 2002. Feeding management and strategies for lactating dairy cows under heat stress. International Training on Strategies for Reducing Heat Stress in Dairy Cattle. Taiwan Livestock Research Institute (TLRI-COA) August 26 th 31 th, 2002, Tainan, Taiwan, ROC. FRANDSON, R.D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. GWATIBAYA, S., E. SVOTWA and D. JAMBWA. 2007. Potential Effects and Management Options for Heat Stress in Dairy Cows in Zimbabwe: A Review. EJEAFChe 6(5): 2066 2074. MORAN, J. 2005. Tropical Dairy Farming: Feeding Management for Small Holder Dairy Farmers in the Humid Tropics. Landlinks Press, USA. PRIHADI, S. 1997. Dasar Ilmu Ternak Perah. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. RUMETOR, S.D. 2003. Stres panas pada sapi perah laktasi. Makalah Falsafah Sains. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor. SOETARNO, T. 2003. Manajemen Budidaya Sapi Perah. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. TALIB, CH., T. SUGIARTI and A.R. SIREGAR. 2002. Friesian Holstein and their adaptability to the tropical environment in Indonesia. International Training on Strategies for Reducing Heat Stress in Dairy Cattle. Taiwan Livestock Research Institute (TLRI-COA) August 26 th 31 th, 2002, Tainan, Taiwan, ROC. WAGNER, P.E. 2001. Heat Stres on Dairy Cows. Dairy Franklin Country Publishers. WILLIAMSON, G. dan W.J.A. PAYNE. 1993. Pengantar Ilmu Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 346