EVALUASI KINERJA PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN DALAM PEMBERDAYAAN LANSIA TAHUN 2016

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI KINERJA PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN DALAM PEMBERDAYAAN LANSIA TAHUN 2016

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soekanto (1982: 243) berpendapat bahwa peranan adalah. seseorang dalam suatu masyarakat.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AGAMA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Panti Sosial Tresna Werdha Bhakti Yuswa Natar, Kabupaten Lampung Selatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penitipan orang tua ke panti jompo menjadi alternatif pilihan

BAB I PENDAHULUAN. Hanna, 2004, p Prapti Nitin, Buku Lustrum ke-25 Panti Wreda Hanna dalam Pendampingan Para Lanjut Usia di Panti Wreda

BAB IV PENUTUP. Unit Budi Luhur Yogyakarta. Dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang

BAB III KONDISI OBJEKTIF PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR LUBUKLINGGAU. A. Latar Belakang Sejarah Berdirinya

BAB II DESKRIPSI WILAYAH. A. Deskripsi Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan. 1. Deskripsi Dinas Sosial Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

Jurnal FamilyEdu 50 Ester Elisabeth Sipayung et al

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Umum UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul

BAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa.

PELAYANAN SOSIAL TERHADAP LANJUT USIA

g. pengelolaan sarana dan prasarana Balai; h. pelaksanaan urusan ketatausahaan; i. pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai dengan tu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. gambaran pengalaman psikososial remaja yang tinggal di panti asuhan.

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 126 TAHUN 2007 TENTANG

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sadar. Keberhasilan pencapaian tujuan organisasi sangat dipengaruhi oleh peran

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dihindari karena sebagai masa periode terakhir yang dilewati oleh

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR SUMATERA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara

USULAN TENTANG PELAYANAN KESEHATAN LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. membagi lansia ke dalam 3 tahapan yaitu young old, old-old, dan oldest old.

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan suatu rangkaian sistem yang terdiri dari beberapa

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-H

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

2016 MOTIF MASYARAKAT MELAKUKAN JENIS AKTIVITAS OLAHRAGA DILAPANGAN SABUGA BERDASARKAN USIA

PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL PSIKOTIK DI PANTI SOSIAL BINA LARAS HARAPAN SENTOSA 3 CEGER

BAB IV. PROFIL PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar. A. Sejarah Berdirinya PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar

2 Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP1) PADA KLIEN DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA. No. MR : 60xxxx RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. upaya memperbaiki taraf hidupnya.

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN Masalah : Isolasi sosial Pertemuan : I (satu)

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. yang di sebut dengan proses menua (Hurlock, 1999 dalam Kurniawan,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. waktu mengingat pakaian merupakan salah satu kebutuhan primer manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan di era globalisasi semakin tajam, sehingga

I. UMUM. menjadi...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1

Analisis Relevansi Program Dan Pelaksanaan Pelayanan Lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Bandung

I. PENDAHULUAN. pembangunan yang bersifat sentralistik ke arah desentralistik yang. masing-masing Provinsi dan Kabupaten/ Kota. Tujuan pembangunan di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan terkait

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. perkembangan pada masa dewasa akhir. Kehidupan pada fase perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu,

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN BAGI LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2004 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL LANJUT USIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

Jurnal Ekonomi Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Papalia, 2008). Berkembangan manusia tidak hanya secara fisik tetapi juga secara

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 04 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN KHUSUS TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian Aspek Sosial Ekonomi TKI dengan Life History

BAB IV PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA ISLAM DAN FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT BIMBINGAN AGAMA ISLAM BAGI PARA LANJUT USIA

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM ASISTENSI SOSIAL LANJUT USIA TELANTAR

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan karena penyakit degeneratif. Perubahan struk-tur demografi ini

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menjadikan Indonesia semakin maju. Maksud dari otonomi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Drs. BUNYAMIN, M.Pd. KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA SEMARANG

PENDAHULUAN. A. Kondisi Umum

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA. No Tanggal Waktu Jenis Kegiatan Lokasi Kendala Solusi Hasil 1 Minggu, 24 Juli 2016

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan ekonomi Menurut (BKKBN 2006). WHO dan Undang-

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PSTW GAU MABAJI GOWA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG

KEBIJAKAN PROGRAM LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai, seperti makanan,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 26 TAHUN 2O16 TENTANG

KESENDIRIAN & KESEPIAN DALAM MASA TUA Rohani, Februari 2013, hal Paul Suparno, S.J.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 5 TAHUN 2O17 TENTANG DISIPLIN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

Transkripsi:

EVALUASI KINERJA PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN DALAM PEMBERDAYAAN LANSIA TAHUN 2016 (Studi Kasus Pusat Pelayanan Sosial Lanjut Usia Mappakasunggu Kota Parepare) Andi Nur Pratiwi Fatmala UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Abstrak Dengan adanya Undang - Undang No 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia dan Peraturan Pemerintah No 43 Tahun 2004 tentang upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia, maka akan mendukung upaya mengidentifikasi para lanjut usia maksudnya adalah ketika fungsi dan wewenang masyarakat ataupun keluarga tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya maka Pusat Pelayanan Sosial Lanjut Usia adalah pilihan terakhir untuk menyantuni para lanjut usia atau orang tuanya. Pusat Pelayanan Sosial Lanjut Usia Mappakasunggu di Kota Parepare Sulawesi Selatan, yang dimana Pusat Pelayanan Lanjut Usia ini bukan dibawah koordinasi Kementerian Sosial melainkan dibawah koordinasi Gubernur dan Pemerintah Sulawesi Selatan dan salah satu bentuk pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah dapat memberdayakan lansia. Jenis penilitian yang digunakan yaitu kualitatif dan penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendalami fenomena yang ada secara rinci, sistematis dan fakta. Dengan penelitian ini tergali informasi mendalam mengevaluasi kinerja pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam memberdayakan lansia dalam penelitian ini dapat menekankan pentingnya kedekatan dengan orang-orang dan situasi penelitian agar peneliti memperoleh pemahaman jelas tentang realitas dan 1

kondisi kehidupan nyata yang ada di Pusat Pelayanan Sosial Lanjut Usia Mappakasunggu di Parepare. Dari hasil penelitian Evaluasi Kinerja Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Pemberdayaan Lansia Mappakasunggu di Kota Parepare, antara pihak Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan dan Unit Pelaksana Teknis Daerah Mappakasunggu dalam memberdayakan lansia masih belum terlaksana secara penuh, karena masih ada pelayanan pemberdayaan 4 pelayanan yang telah tercapai, 4 pelayanan belum optimal tercapai, dan 3 pelayanan tidak tidak tercapai sama sekali. Suatu mutu pekerjaan tidak hanya dapat dilihat dari segi telah memberikan lansia fasilitas seperti tempat tinggal, pakaian, makanan, minuman namun yang harus diperhatikan adalah cara memperlakukan lansia sangat berpengaruh terhadap mutu atau kualitas pekerjaan karena keadaan, kemampuan, kondisi fisik, kondisi kesehatan lansia yang berada di PPSLU Mappakasunggu Parepare berbeda beda, tidak semuanya bisa ``diperlakukan secara sama`` Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam memberikan pemberdayaan kepada lansia belum optimal. Kata kunci : Evaluasi Kinerja, Pemberdayaan Lansia, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. A. Pendahuluan Kinerja di dalam suatu organisasi Wibowo (2007 : 16) dalam bukunya menjelaskan tergantung dengan kompetensi sumber daya manusia yang ada di dalamnnya baik sebagai individu maupun sebagai suatu tim dan sumber daya manusia adalah merupakan merupakan aset bagi suatu organisasi, Kinerja dari suatu pemerintah telah dikatakan berhasil apabila suatu kinerja yang diterapkan tersebut sesuai dengan tujuan memberdayakan masyarakat yang dapat dituangkan dalam pelayanan-pelayanan yang direalisasikan dimasyarakat. Dengan adanya 2

pusat pelayanan untuk para lansia maka akan mendukung upaya mengidentifikasi para lanjut usia ini, maksudnya adalah ketika fungsi dan wewenang masyarakat ataupun keluarga tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya maka Pusat Pelayanan Sosial Lanjut Usia adalah pilihan terakhir untuk menyantuni para lanjut usia atau orang tuanya, menyikapi dengan adanya kemunduran yang terjadi pada lansia maka pemerintah wajib dalam menyediakan fasilitas dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia yang masih potensial dan tidak potensial termasuk dengan adanya Pusat Pelayanan Sosial Lanjut Usia Mappakasunggu Di Kota Pare Pare Sulawesi Selatan, yang dimana Pusat Pelayanan Lanjut Usia ini bukan dibawah koordinasi Kementerian Sosial melainkan dibawah koordinasi Gubernur dan Pemerintah Sulawesi Selatan. Melalui Surat Kementrian Sosial Repubik Indonesia (RI) Nomor : 50 / TU-SAM/IX/2011 Perihal : Pemberitaan TV One Tentang Provinsi Panti Tresna Werda Parepare Sulawesi Selatan tentang pelayanan rehabilitasi sosial yang kurang layak pada pelayanan lanjut usia yang menjadi urusan pemerintah menjadikan pemberitaan tersebut kurang utuh, seimbang dan kurang proporsional dalam kondisi otonomi daerah. Dari kejadian menimbulkan suatu pertanyaan besar mengenai ada apakah yang sebenarnya terjadi di Pusat Pelayanan Lanjut Usia Mappakasunggu Parepare apalagi jarak antara Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan dengan Unit Pelaksna Teknis Daerah jaraknya kurang lebih mencapai tiga sampai empat jam, oleh karena itu penulis ingin membahas lebih dalam lagi mengenai ``Evaluasi Kinerja Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Pemberdayaan Lansia (Studi Kasus Pada Pusat Pelayanan Sosial Lanjut Usia (PPSLU) Mappakasungggu di Kota Parepare) tahun 2016 `` B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana evaluasi kinerja yang diterapkan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam pemberdayaan lansia di Pusat Pelayanan Sosial Lanjut Usia Mappakasunggu Kota Parepare tahun 2016? 3

C. Kerangka Dasar Teori Adapun kinerja yang baik yang dapat diukur dalam suatu penilaian menurut Hussein Umar dalam Mangkunegara (2014 : 18) meliputi beberapa indikator yaitu: 1) Mutu pekerjaan 2) Kejujuran 3) Inisiatif 4) Komunikasi 5) Kehandalan 6) Tanggung jawab 7) Pemanfaatan waktu kerja Ada beberapa kebutuhan yang harus dicapai dalam memberdayakan lansia: 1) Kebutuhan Spritual Sebagai manusia yang mempunyai Tuhan harus lebih mendekatkan diri kepada sang Pencipta, lebih banyak bersyukur kepada Allah SWT, rajin sholat dan berzikir, berdoa,karena lansia harus lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT untuk bekal diakhirat. Gumelar (2014 : 33) 2) Kebutuhan Psikososial Pemenuhan kebutuhan ini bisa dalam bentuk ingin diperhatikan, serta didengar nasihat dan ceritanya.sebagaimana mereka senang bercerita tentang masa lalu dan ingin ada yang mendengarkan karena lansia biasanya akan merasa kesepian jika tidak ada yang menemani bicara. Gumelar (2014 : 33) 3) Kebutuhan fisik jamani dan biologis Wijayanti (2008 : 3) a. Kebutuhan Fisik Jasmani Kebutuhan fisik jasmani seperti olahraga. 4

b. Kebutuhan Fisik Biologis Kebutuhan fisik biologis seperti pangan, sandang, papan, dan fasilitas kesehatan. D. Medode Penelitan 1. Jenis penelitian Jenis penilitian yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif yang dimana menurut Sugiyono (2012:222) bertujuan untuk memahami dan mendalami fenomena yang ada secara rinci, dalam penelitian kualitatif seberapa jauh peneliti kualitatif siap melaakukan penelitian selanjutnya kelapangan. Dengan penelitian ini tergali informasi mendalam mengevaluasi kinerja pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam memberdayakan lansia dan dalam penelitian ini dapat menekankan pada pentingnya kedekatan dengan orang-orang dan situasi penelitian, agar peneliti memperoleh pemahaman jelas tentang realitas dan kondisi kehidupan nyata yang ada Di Pusat Pelayanan Sosial Lanjut Usia Mappakasunggu Kota Parepare. E. Pembahasan 1. Pelayanan Fisik (Pengasramaan, permakanan dan pakaian) Pelayanan Sosial Mappakasunggu Parepare dalam melaksanakan pelayanan fisik (Pengasramaan, permakanan dan pakaian) belum efektif karena apabila dari hasil konsep yang telah dibuat UPTD yang disetujui oleh Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan. Sebagaimana tujuan yang diharapkan dapat tercapai pada pelayanan ini adalah terlaksananya pendampingan dan bimbingan fisik para lansia secara 5

efisien dan efektif sehingga dapat meningkatkan kebersihan para lansia, tetapi dari pihak Unit Pelaksana Teknis Daerah belum dapat menerapkan pelayanan pemberdayaan yang baik antara lansia yang masih dapat mengurus dirinya sendiri dan lansia yang sudah tidak dapat mengurus dirinya sendiri padahal kapisitas tubuh dan kemampuan lansia yang berada diruang wisma dan di ruang isoslasi sangat berbeda. 2. Pelayanan Kesehatan (Pemeriksaan rutin dari petugas puskesmas dan pemberian obat ringan) Pelayanan Sosial Mappakasunggu Parepare dalam pelayanan kesehatan (Pemeriksaan rutin dari petugas puskesmas dan pemberian obat ringan) dapat dikatakan berhasil, karena telah sesuai dengan yang diharapakan oleh lansia di PPSLU Mappakasunggu dan telah tercapainya tujuan dari hasil kegiatan yang sesuai dengan konsep perencanaan yang dibuat oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Mappakasunggu. 3. Pelayanan Sosial (Bimbingan individu dan kelompok) Pelayanan Sosial Mappakasunggu Parepare dalam pelayanan sosial bimbingan individu dan kelompok tidak optimal karena sebenarnya tujuannya dalam melaksanakan pekerjaan yang baik akan menghasilkan kinerja yang baik, tidak hanya dilihat dari berapa jumlah pelayanan yang telah dibuat tetapi sejauh mana tujuan dan dampak tingkat keberhasilan dari pelayanan tersebut ingin dicapai dan ciri khas dari pelayanan kegiatan tersebut yang dapat membedakan dengan pelayanan pelayanan kegiatan yang lain. Jika suatu pelayanan hanya sekedar berjalan tanpa memiliki arti dan makna yang jelas maka tujuan yang direncanakan 6

akan sulit tercapai atau bahkan output kegiatan yang dibuat sudah tidak sesuai maka kinerjanya juga akan mengikuti dari konsep kegiatan yang tidak sesuai dalam memberdayakan lansia. 4. Pelayanan Keagamaan (Bimbingan rohani, tuntutan beribadah) Pelayanan Sosial Mappakasunggu Parepare dalam pelayanan Keagamaan (Bimbingan rohani, tuntutan beribadah) tidak berjalan dengan baik. Bagaimana bisa pelayanan tersebut dapat terlaksana dengan baik apabila penerapan kinerja dari pihak UPTD tidak begitu serius dalam menerapakan pelayanan keagamaan ini, sehingga dari hasil kegiatan yang direncanakan melalui konsep pelayanan keagamaan yang telah dibuat tidak mencapai tujuan yang diharapkan. 5. Pelayanan Pendampingan (Mendampingi khususnya kegiatan sehari - hari baik di dalam maupun di luar panti) Hasil kinerja yang dicapai dalam Pelayanan Pendampingan (Mendampingi khususnya kegiatan sehari - hari baik di dalam maupun di luar panti) telah berjalan apabila hanya sekedar ingin melihat berjalannya kegiatan tersebut sesuai konsep output kegiatan yang telah dibuat, tetapi Pihak UPTD mengetahui kekurangan dalam pemberian pelayanan yang mereka berikan salah satunya dikarenakan tidak adanya standar pada pelayanan piket dalam mendampingi khususnya dimalam hari, tetapi yang namanya pelayanan 24 jam tidak ada yang dikatakan waktu pagi, siang, malam mereka harus tetap siap 7

memberikan pelayanan dengan bagaimana cara mereka untuk mengatur, mengolah dan melaksanakan dengan baik karena itu komitmen awal yang dibuat oleh pemerintah Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan dan Unit Pelaksana Teknis Daerah Mappakasunggu. 6. Pelayanan Psikologis (Konsultasi dan terapi kelompok) Pelayanan Sosial Mappakasunggu Parepare dalam pelayanan psikologis (konsultasi dan terapi kelompok) telah tercapai karena terlaksananya pendampingan dan bimbingan psikologis secara efisien dan efektif sehingga meningkatkan kemampuan para lansia dalam mengatasi masalahnya dan dapat membawa efek positif bagi psikologis lansia. Maka dampak dari pelayanan psikologis (konsultasi dan terapi kelompok) adalah lansia dapat (merasa aman dan nyaman maksudnya adalah ketika lansia telah terlantar atau diterlantarkan oleh anak, keluarga, kerabat. Lansia tersebut setidaknya merasa aman, nyaman berada di PPSLU Mappakasunggu karena disana mereka mendapat tempat tinggal, makanan, minum. 7. Pelayanan Merawat, Menjaga Kebersihan Wisma dan Ruang Isolasi Pelayanan Sosial Mappakasunggu Parepare dalam pelayanan merawat dan menjaga kebersihan wisma dan ruang isolasi belum maksimal sesuai yang diharapkan, apabila diukur melalui konsep yang telah dibuat oleh UPTD yaitu 8

dapat menjadikan wisma para lansia menjadi bersih, terawat, tertata dan nyaman, sehingga para lansia merasa nyaman dan betah tinggal di wisma dan begitu pula dengan orang yang berkunjung di wisma dapat merasa nyaman, tetapi secara nyata yang telah diterapkan belum dapat menjaga sesuai dengan apa yang diharapkan khususnya penerepan pelayanan bagi lansia yang berada di ruang isolasi 1. 8. Pelayanan Keterampilan (Kegiatan penyaluran bakat, hobi atau waktu pengasian luang) Pelayanan Sosial Mappakasunggu Parepare dalam pelayanan keterampilan (kegiatan penyaluran bakat, hobi atau waktu pengasian luang) tidak tercapai karena jika hanya mengandalkan biaya untuk melakukan kegiatan keterampilan dan jika alasan biaya sehingga untuk tidak melakukan tugas dalam mencapai suatu kinerja yang baik, maka pelayanan kegiatan keterampilan tersebut tidak akan terlaksana apalagi tidak semua para lansia juga mempunyai inisiatif untuk melakukan kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh lansia lansia yang telah dijelaskan sebelumnya. 9

9. Pelayanan Rekreasi (Darmawisata) Hasil kinerja yang dicapai dari pelayanan rekreasi yang dilaksanakan oleh Pusat Pelayanan Sosial Mappakasunggu Parepare yang memiliki konsep output kegiatan yaitu mengajak dan membawa lansia untuk melihat alam dan lingkungan sekitar, agar tidak bosan berada di wisma serta dapat menyenangkan hati para lansia dalam kegiatan ini tidak terlaksana dengan baik, dari hasil observasi tidak berstruktur yang telah dilakukan tidak ada pelayanan rekreasi (Darmawisata) yang diterapkan oleh UPTD Mappakasunggu. Maka hasil yang dicapai dalam memberdayakan lansia di Pusat Pelayanan Sosial Mappakasunggu Parepare dalam pelayanan Rekreasi (Darmawisata) tidak tercapai yang dimana bukan hanya pelayanannya yang tidak terlaksana tetapi karena kurangnya pendampingan lansia mengakibatkan lansia yang ingin pergi untuk jalan-jalan sehingga terkena musibah karena tidak ada yang mendampingi. 10. Pelayanan Pemakaman (Pengurusan jenazah) Pelayanan Sosial Mappakasunggu Parepare dalam pelayanan pemakaman (pengurusan jenazah) telah tercapai, karena walaupun dari pihak Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan hanya menanggung 5 orang lansia yang meninggal setiap tahunnya tetapi dari pihak Unit Pelaksana Teknis Daerah tetap melaksanakan kewajiban memberikan pelayanan pemakaman (pengurusan jenazah) lansia yang ada Di PPSLU Mappakasunggu Parepare. 10

11. Pelayanan Terminasi (Kembali kepada keluarga) Pelayanan Sosial Mappakasunggu Parepare dalam pelayanan terminasi (kembali kepada keluarga) yang diterapkan telah tercapai. Maka dampak dari pelayanan terminasi (kembali kepada keluarga) adanya kesempatan bagi lansia PPSLU Mappakasunggu Parepare dapat bertemu dan berkumpul kembali bersama anak, keluarga dan kerabat. F. Kesimpulan Berdasarkan data yang telah diperoleh dan diolah pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa : Kinerja dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam melaksanakan pelayanan untuk memberdayakan lansia yang berada di PPSLU Mappakasunggu Parepare belum optimal karena dari beberapa pelayanan yang diterapkan melalui kinerja, ada beberapa pelayanan pemberdayaan yang sudah tercapai, belum tercapai maksimal dan ada pelayanan pemberdayaan yang sama sekali tidak tercapai dikarenakan hal-hal berikut: 1. Kurangnya aspek komunikasi dan transparan antara pihak Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan dan UPTD Mappakasunggu Parepare sebagaimana yang telah disepakati sehingga mengakibatkan kurangnya penerapan kinerja yang baik dalam memberikan pelayanan pemberdayaan kepada lansia. 11

2. Kurangnya semangat kinerja dalam menerapkan pelayanan pemberdayaan yang baik antara lansia yang masih dapat mengurus dirinya sendiri dan lansia yang sudah tidak dapat mengurus dirinya sendiri karena kapisitas tubuh dan kemampuan lansia yang berada di ruang wisma dan di ruang isoslasi sangat berbeda. G. Saran 1. Kepada Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan Dalam memberdayakan lansia bukan hanya tanggung jawab dari pegawai UPTD tetapi Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan tetap memiliki peranan penting dalam memantau dan mengevaluasi kegiatan yang dilakukan oleh pihak UPTD, jika kinerja hanya sekedar formalitas tetapi tidak memperhatikan hasil yang harus dicapai dalam memberdayakan maka suatu penerapan kinerja akan kurang maksimal. 2. Kepada Unit Pelaksana Teknis Daerah Parepare Lebih meningkatkan mutu pekerjaan karena jika suatu kinerja tercapai maka kualitas kerjanya juga akan baik, suatu kinerja yang diterapkan dilapangan sangat berpengaruh dalam memberikan pelayanan yang adil untuk memberdayakan lansia. 12

Daftar Pustaka 1. Buku Eka, S. (1998). Publication Information Edisi 1. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara. Indriana, Y. (2012). Gerontologi dan Progeria. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mangkunegara, A. P. (2014). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT Rafika Aditama. Mangkunegara, A. P. (2014). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT Redaksi Refika. Rahardi, D. R. (2010). Manajemen Kinerja Sumber Daya Manusia. Tunggal Mandiri Publishing: Malang. Soetomo. (2015). Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Dan R & D. Bandung: CV, Alfabeta. Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Winarno, B. (2014). Kebijakan Publik Teori,Proses dan Studi Kasus. Jakarta: PT.Buku Seru. 13

2. Jurnal Widjajanti, K. (2011). Model Pemberdayaan Masyarakat, 2. Wijayanti. (2008). Hubungan Kondisi Fisik RTT Lansia Terhadap Kondisi Sosial Lansia, 3. 3. Undang - Undang UU No 13 tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. (1998). Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia Tahun 1998. 4. Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah No 43 Tahun 2004 Tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia. (2004). 5. Surat Dinas Surat Kementrian Sosial Repubik Indonesia (RI) Nomor : 50 / TU-SAM/IX/2011 14

6. Internet Badan Pusat Statistik. (2015, November). Statistik Penduduk Lanjut Usia. Retrieved Sepember Senin,16.00 wib, 2015, from http://www.bappenas.go.id Gumelar, R. (2014). Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lansia. Retrieved Oktober Kamis,17.51, 2016, from http://digilib.uin-suka.ac.id Hubeis, D. I. (2014). Pembangunan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan Masyarakat. Retrieved Oktober Selasa,13.30 Wib, 2016, from http://p2sdm.ipb.ac.id Puspitasari, R. B. (2015, September Rabu). Peran Pemerintah Dalam Pemberdayaan Lanjut Usia Di Kabupaten Sidoarjo. Retrieved September Rabu 20.05 wib, 2016, from http://fisip.umsida.ac.id Pusat data dan Informasi, Kementrian Kesehatan RI. (2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia Di Indonesia. Retrieved Oktober Senin,22.00 Wib, 2016, from http://www.depkes.go.id Widyatama. (n.d.). Syarat - Syarat Kinerja. Retrieved Oktober Kamis, 08.48 Wib, 2016, from http://repository.widyatama.ac.id 15