PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ASETOSAL DAN KOMBINASI ASETOSAL-KLOPIDOGREL TERHADAP PASIEN STROKE ISKEMIK AKUT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cenderung meningkatkan risiko terjadinya penyakit vaskular seperti stroke

PERBANDINGAN MANFAAT ANTIPLATELET KOMBINASI ASPIRIN DAN KLOPIDOGREL DENGAN ASPIRIN TUNGGAL PADA STROKE ISKEMIK

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I. PENDAHULUAN. Pada tahun 2012, diperkirakan sebanyak 17,5 juta orang di dunia

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

TERAPI PENGGUNAAN OBAT STROKE PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan (RisKesDas, 2007).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. berkembang. Berdasarkan data WHO (2010), setiap tahunya terdapat 10 juta

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

BAB I PENDAHULUAN. otak, biasanya akibat pecahnya pembuluh darah atau adanya sumbatan oleh

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyakit jantung dan pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama sebagai

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan masalah kesehatan dunia yang

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun masyarakat. Identifikasi awal faktor risiko yang. meningkatkan angka kejadian stroke, akan memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. ke otak disebut sebagai arteri. Otak membutuhkan. suplai darah yang konstan, dimana pembuluh darah

BAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

Abstract ASSOCIATION OF ATRIAL FIBRILLATION AND ISCHEMIC STROKE ANALYSIS FROM RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dari sistem saraf pusat (SSP) oleh penyebab vaskular, termasuk infark

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penyakit kardiovaskuler pada tahun 1998 di Amerika Serikat. (data dari

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengakibatkan hampir mortalitas (Goldszmidt et al, 2013). Stroke juga

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya atau tersumbatnya pembuluh darah otak oleh gumpalan darah. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. arrhythmias, hypertension, stroke, hyperlipidemia, acute myocardial infarction.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan dan perekonomian dunia. Selama empat dekade terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. penyakit degeneratif dan man made diseases yang merupakan faktor utama masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu sindroma neurologis yang. terjadi akibat penyakit kardiovaskular.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG PENANGANANNYA DI RUMAH SAKIT PAHLAWAN MEDICAL CENTER KANDANGAN, KAB

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang

STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI ASPIRIN- CLOPIDOGREL DENGAN ASPIRIN TUNGGAL DAN CLOPIDOGREL TUNGGAL TUGAS AKHIR

GAMBARAN KADAR GULA DARAH DAN DERAJAT KEPARAHAN STROKE PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK TROMBOTIK SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler memiliki banyak macam, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB 1 PENDAHULUAN. Peningkatan pelayanan di sektor kesehatan akan menyebabkan usia harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. terutama anak-anak, lebih suka mengkonsumsi junk food yang penuh

Transkripsi:

Purnama SD. dkk, Perbandingan Efektivitas Asetol dan PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ASETOSAL DAN KOMBINASI ASETOSAL-KLOPIDOGREL TERHADAP PASIEN STROKE ISKEMIK AKUT Sari Dianita Purnama 1, Pagan Pambudi 2, Nelly Al Audhah 3 1 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 2 Bagian Saraf RSUD Ulin Banjarmasin/Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 3 Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin ABSTRACT: Acute ischemic stroke can make patients get neurology problems that show the signs of paralyze in some part of body and suddenly decrease awareness. The prevalence of acute ischemic stroke which high enough and the bad effects cause the preventing of acute ischemic stroke with right medicine becomes important. Acetosal works as an anti-thromboxane which often known as aspiryn. Clopidogrel is kind of thienophiridyn class drugs that works as an anti-platelet for acute ischemic stroke therapy so that can avoid blood cloting happened. This research aims to know if they have different effectivity or not to acute ischemic stroke therapy by acetosal and combine of acetosal-clopidogrel together. The method uses analythic observational with cohort. The research begins by counting the stroke scale use NIHSS (National Institute of Health Stroke Scale) at the first come to hospital, before patient cured by any drugs, and then repeat the NIHSS s scoring at seventh day after therapy. Research did for four months with sample that gathered 32 people. First, did normality test to data and after the normality have been proven, use unpaired T-test with interval of confidence 95% that shows the result, there s no significant difference between acetosal and combined acetosal-clopidogrel for acute ischemic stroke. Keywords: acetosal, clopidogrel, acute ischemic stroke, NIHSS ABSTRAK: Stroke iskemik akut dapat mengakibatkan defisit neurologi yang sebagian besar akan menimbulkan gejala kelumpuhan pada bagian tertentu dan atau terjadi penurunan kesadaran secara mendadak. Angka kejadian yang cukup tinggi dan efeknya terhadap penderita membuat pencegahan stroke iskemik akut dengan obat yang tepat sangat diperlukan. Asetosal adalah terapi yang bekerja sebagai antitromboksan yang sering pula dikenal dengan nama aspirin. Klopidogrel merupakan obat oral kelas tienopiridin yang berperan sebagai antiplatelet dalam terapi stroke iskemik akut sehingga mencegah terjadinya gumpalan darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan efektivitas pada terapi stroke iskemik akut menggunakan asetosal dan kombinasi asetosal-klopidogrel. Metode yang digunakan bersifat observasional analitik dengan pendekatan cohort. Penelitian dilakukan dengan cara menghitung derajat stroke pasien menggunakan NIHSS (National Institute of Health Stroke Scale) ketika hari pertama dirawat di rumah sakit sebelum mendapat terapi dan hari ketujuh setelah dilakukan terapi. Penelitian dilakukan selama empat bulan dengan jumlah sampel sebanyak 32 orang. Data pertama-tama diuji normalitas distribusinya kemudian setelah terbukti distribusi normal maka dilakukan uji T tidak berpasangan dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% yang menunjukan bahwa tidak terdapat 109

Berkala Kedokteran, Vol. 9, No. 2, Sep 2013: 109-118 perbedaan bermakna pada terapi stroke iskemik akut dengan asetosal dan kombinasi asetosal klopidogrel. Kata-kata kunci: asetosal, klopidogrel, stroke iskemik akut, NIHSS 110

Purnama SD. dkk, Perbandingan Efektivitas Asetol dan PENDAHULUAN Sesuai dengan data National Stroke Association bahwa stroke adalah penyebab kematian nomor tiga yang telah membunuh 137.000 orang setiap tahunnya, juga menyebabkan penurunan kualitas hidup dan kelumpuhan pada pasien dewasa. Penyebab dari penyakit stroke ini juga meliputi banyak penyakit lain, diantaranya hipertensi, diabetes melitus, kadar kolesterol yang tidak normal, dan fibrilasi atrial (1,2,3,4). Dua juta sel akan mati setiap menitnya ketika stroke menyerang, yang akhirnya meningkatkan kerusakan permanen, kelumpuhan, atau kematian. Buruknya efek yang terjadi pada pasien penderita stroke dan sasaran serangan yang kebanyakan pasien lanjut usia, menjadikan pencegahan dan pengobatan stroke penting untuk terus dikembangkan (3,5). Pencegahan dan pengobatan yang paling penting adalah perbaikan gaya hidup dengan mengatur aktivitas dan asupan terutama pola makan, kerja, istirahat, dan olahraga. Namun, ketika perbaikan gaya hidup sudah tidak bisa dijalankan tanpa obat-obatan, maka pengobatan farmakologis haruslah diterapkan (3,6,7). Kasus stroke sendiri meliputi dua jenis, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik, 87% dari semua kasus yang terjadi adalah stroke iskemik. Pengobatan yang masih dilakukan untuk penderita stroke iskemik akut hingga kini adalah menggunakan asetosal atau sering dikenal sebagai aspirin, serta jenis obat lain yaitu klopidogrel. Secara garis besar, kedua obat ini bekerja dengan sistem yang sama yaitu sebagai antiagregasi paletelet (1,3). Agregasi platelet memainkan peran penting dalam patogenesis stroke, dan obat-obatan yang menginterfensi fungsi platelet adalah elemen penting dalam pengobatan. Antikoagulan atau antiplatelet seperti asetosal dan klopidogrel secara umum digunakan untuk pencegahan sekunder stroke pada pasien setelah serangan stroke iskemik atau TIA (Transient Ischemic Acute) (8). Kedua obat ini dapat digunakan secara monoterapi ataupun kombinasi, tetapi pada umumnya untuk pengobatan awal diberikan monoterapi antara asetosal atau klopidogrel. Berbagai faktor diantaranya meliputi harga dan ketersediaan obat membuat asetosal lebih direkomendasikan beberapa dokter dalam mengatasi serangan stroke. Namun, terdapat pula beberapa dokter yang lebih memilih untuk memberikan klopidogrel pada tahap monoterapi ini dengan berbagai pertimbangan dari efek samping yang dimunculkan kedua obat ini (9). Beberapa penelitian mengatakan bahwa klopidogrel bekerja lebih baik daripada asetosal dan adapula yang menyatakan bahwa efektivitas kedua obat ini tidak menimbulkan perbedaan yang bermakna. Selain itu, beberapa penelitian juga telah mencoba meneliti efektivitas antara monoterapi dan kombinasi terhadap pasien stroke tersebut. Namun, Indonesia sendiri belum pernah melakukan penelitian semacam ini sebelumnya, sehingga belum benarbenar diketahui tentang efektivitas kerja antara asetosal dan klopidogrel terhadap penderita stroke iskemik akut. Karena itulah, diperlukan 111

Berkala Kedokteran, Vol. 9, No. 2, Sep 2013: 109-118 penelitian untuk menilai efektivitas obat tersebut di lapangan dan nantinya dapat diteruskan untuk menjadi pertimbangan di bidang klinis (9,10,11). METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah uji klinik dengan metode cohort. Penelitian dilaksanakan di RSUD Ulin Banjarmasin selama empat bulan mulai bulan Juni 2012 hingga September 2012. Subjek penelitian adalah seluruh pasien stroke iskemik akut yang diterapi menggunakan asetosal dan kombinasi asetosalklopidogrel di RSUD Ulin Banjarmasin yang kondisinya terukur dengan NIHSS, sepanjang periode Juni-September 2012 atau selama empat bulan, dan instrumen penelitian berupa lembar NIHSS Persiapan dilakukan dengan meminta perijinan dan kerjasama komisi etik penelitian berhubungan dengan penelitian. Penelitian dilakukan pada pasien yang didiagnosa stroke iskemik akut melalui hasil CT Scan yang telah dilakukan sebelumnya, kemudian pasien diminta kesediaannya melalui informed consent. Pasien diukur nilai NIHSS-nya untuk menentukan derajat keparahan dari stroke yang diderita saat itu. Pasien mengikuti prosedur normal dalam pengobatan selama opname dan diberikan obat sesuai indikasi. Pasien kemudian dibagi dalam dua kelompok yang masing-masing diberikan terapi farmakologis yang berbeda. Kelompok pertama dengan asetosal dosis awal 300 mg kemudian dilanjutkan dengan dosis 100 mg/hari dan kelompok kedua dengan kombinasi asetosal-klopidogrel dosis masing-masing 80 mg/hari untuk asetosal dan 75 mg/hari untuk klopidogrel. Tujuh hari kemudian, keadaan umum pasien dilihat kembali dan dihitung menggunakan skala NIHSS. Hasil perhitungan sebelum dan sesudah diterapi dibandingkan kemudian ditentukan selisih keduanya. Data yang telah didapatkan dimasukan sesuai kelompok dan dianalisis statistik. Analisis data selanjutnya adalah dengan menggunakan uji statistik dua kelompok tidak berpasangan. Sebelumnya data diuji dengan Saphiro-wilk untuk mengetahui kenormalan distribusi, jika data berdistribusi normal maka dilakukan uji T tidak berpasangan, jika data tidak berdistribusi normal maka tekhnik yang dipilih adalah uji Mann-Whitney untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang bermakna pada pasien stroke iskemik akut yang diterapi dengan asetosal dan kombinasi asetosal-klopidogrel. Interpretasi dari analisis ini adalah, jika hasil akhir didapatkan ρ< 0,05 maka dikatakan bahwa antara kedua kelompok tersebut terdapat perbedaan yang bermakna, sedangkan jika ρ>0,05 maka diinterpretasikan bahwa tidak ada perbedaan bermakna diantara keduanya. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin selama kurang lebih empat bulan berturut-turut dari bulan Juni hingga September dengan jumlah pasien stroke iskemik akut yang diamati perkembangan NIHSS 112

Purnama SD. dkk, Perbandingan Efektivitas Asetol dan sebelum dan sesudah terapi sebanyak 32 orang pasien. Total sampel tersebut meliputi 16 pasien stroke iskemik akut dengan terapi asetosal, 12 pasien stroke iskemik akut dengan terapi kombinasi asetosal dan klopidogrel, dan 4 orang yang hanya mendapatkan terapi neuroproteksi tanpa asetosal dan klopidogrel. Jumlah pasien stroke iskemik akut ini didominasi oleh pasien yang dirawat di bangsal saraf Seruni sebanyak 30 orang dan hanya dua orang yang peneliti dapatkan dirawat di ruang Wijaya Kusuma. Jumlah pasien 32 orang itu sendiri adalah jumlah pasien yang sesuai untuk menjadi sampel dan bertahan hingga penghitungan NIHSS pertama dan kedua terlaksana. Pasien yang setelah dirawat beberapa hari atau kurang dari tujuh hari kemudian meninggal serta kelompok yang oleh dokter bersangkutan tidak diberikan terapi asetosal ataupun kombinasi asetosal klopidogrel tidak akan diikutsertakan dalam uji statistik karena tidak termasuk dalam sampel yang diharapkan, sehingga total sampel yang akan dipakai sebanyak 28 orang pasien. Data pasien penderita stroke iskemik akut kemudian dibagi menjadi dua kelompok yaitu pasien dengan terapi asetosal saja dan pasien dengan terapi kombinasi antara asetosal dan klopidogrel. Tabel 1 Jumlah Pasien Stroke Iskemik Akut dengan Terapi Asetosal dan Kombinasi Asetosal- Klopidogrel Sepanjang Juni-September 2012 di RSUD Ulin Banjarmasin No Terapi 1 Asetosal - Laki-laki 8 - Perempuan 8 2 Asetosal-Klopidogrel - Laki-laki 7 - Perempuan 5 Total 28 Jumlah pasien Berdasarkan tabel di atas, pemberian asetosal pada pasien stroke iskemik akut cenderung lebih sering daripada klopidogrel. Hal ini dikarenakan pemberian klopidogrel pada pasien stroke iskemik akut masih merupakan hal baru. Awalnya asetosal selalu menjadi pilihan pertama dalam terapi stroke iskemik akut, klopidogrel dipakai ketika pasien memiliki kontraindikasi misalnya alergi terhadap asetosal. Namun, efek dari klopidogrel yang juga baik pada pasien stroke iskemik akut memicu munculnya penelitianpenelitian yang berhubungan dengan efektivitas terapi klopidogrel dan kombinasi asetosal-klopidogrel secara luas. Jumlah penderita stroke iskemik akut berdasarkan jenis kelaminnya juga menunjukan bahwa laki-laki lebih banyak menderita stroke iskemik akut daripada wanita. Berdasarkan Tabel 1 menunjukan perbedaan yang tidak terlalu spesifik antara laki-laki dan perempuan, meskipun untuk asetosal-klopidogrel laki-laki lebih banyak. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan faktor risiko 113

Berkala Kedokteran, Vol. 9, No. 2, Sep 2013: 109-118 dari stroke itu sendiri, AHA (American Heart Association) menyatakan bahwa terdapat dua jenis faktor risiko pada stroke yaitu faktor risiko yang bisa dikontrol misalnya tekanan darah, penggunaan tembakau, diabetes melitus, kolesterol tinggi, obesitas dan kurangnya aktivitas fisik, penyakit pada karotis dan arteri, TIA, atrial fibrilasi, konsumsi alkohol berlebihan, dan penggunaan obatobatan terlarang. Faktor risiko lainnya adalah faktor yang tidak bisa dikontrol seperti penuaan, jenis kelamin, hereditas dan ras. AHA menunjukan bahwa faktor risiko berupa gender atau jenis kelamin hasilnya terjadi lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan. Kemudian, penelitian dari Departemen Kesehatan Tennesse tentang penggunaan tembakau pada orang dewasa menemukan hasil bahwa laki-laki yang merokok atau mengkonsumsi tembakau ada sekitar 26,7% dan untuk perempuan 23,7%, bahkan pada jurnal dari Departemen Kesehatan Singapura menyimpulkan merokok adalah salah satu faktor risiko yang dilakukan oleh laki-laki dengan jumlah 5 kali lebih banyak dari perempuan. Maka, selain karena sifat genetik laki-laki lebih mudah terkena stroke dari perempuan, kebiasaan yang dilakukan oleh lebih banyak laki-laki yang merokok membuat prevalensi stroke meningkat pada laki-laki (12,13,14). Perbedaan jenis kelamin juga berkaitan dengan hormon. Hal ini berhubungan dengan salah satu faktor risiko stroke yaitu hipertensi, jurnal yang diterbitkan oleh IPB tentang hipertensi menerangkan bahwa penyakit hipertensi akan cenderung lebih rendah pada perempuan karena adanya peran estrogen yang melindungi perempuan dari penyakit kardiovaskuler. Selain sebagai hormon reproduksi, estrogen juga berperan sebagai antioksidan. Kolesterol LDL (Low-density Lipoprotein) lebih mudah menembus plak di dalam dinding nadi pembuluh darah apabila dalam kondisi teroksidasi. Peranan estrogen yang lain adalah sebagai vasodilatator jantung sehingga aliran darah jantung menjadi lancar dan jantung mendapat suplai oksigen yang cukup. Hal inilah yang menyebabkan secara genetik jenis kelamin perempuan akan lebih sedikit terkena stroke iskemik akut, hal ini pula yang menjelaskan bahwa kebanyakan perempuan yang tercatat sebagai pasien stroke iskemik akut dan penyakit kardiovaskular lainnya cenderung berusia lebih tua dan biasanya sudah menopause karena hormon estrogen yang melindungi telah menurun drastis (15). Selain perbedaan jenis kelamin, beberapa faktor risiko yang telah diterangkan diatas juga terjadi pada pasien stroke iskemik akut yang menjadi sampel penelitian. Faktor risiko paling banyak adalah riwayat penyakit sebelumnya yaitu hipertensi dan stroke itu sendiri yang saat pasien datang merupakan ulangan serangan dari stroke iskemik yang bertahun-tahun yang lalu pernah terjadi. Faktor lainnya adalah riwayat dislipidemia, diabetes melitus, usia, dan riwayat stroke iskemik pada keluarga pasien. 114

Purnama SD. dkk, Perbandingan Efektivitas Asetol dan Tabel 2 Faktor Risiko pada Pasien Stroke Iskemik Akut dengan Terapi Asetosal dan Kombinasi Asetosal-Klopidogrel Sepanjang Juni-September 2012 di RSUD Ulin Banjarmasin No Faktor Risiko Asetosal Jumlah Asetosal + Klopidogrel 1 Dislipidemia 4 0 4 14% 2 Diabetes Melitus 2 4 6 21% 3 Hipertensi 12 11 23 82% 4 RPK SNH (+) 6 1 7 25% 5 RPD SNH (+) 5 5 10 36% 6 Usia < 40 2 1 3 11% 40 < 60 10 5 15 53% 60 4 6 10 36% Total % Ket. 24 lainnya tidak mengalami dislipidemia 22 lainnya tidak mengalami DM 5 lainnya tanpa riwayat hipertensi 21 lainnya, keluarga tidak pernah SNH 18 lainnya, serangan pertama Kedua kelompok data ini sebelumnya dinilai efektivitasnya terhadap setiap obat. Hasil didapatkan dari melihat rerata perbaikan skor dari masing-masing obat yang dipakai. Terapi asetosal menunjukan rerata perbaikan skor sebesar 3,25 dan kombinasi asetosal klopidogrel menunjukan rerata yang sedikit lebih besar yaitu 4,41. Secara sekilas kombinasi asetosal klopidogrel memberikan perbaikan yang jauh lebih cepat dibandingkan pasien dengan terapi asetosal tunggal, tetapi perbedaan keduanya sendiri belum bisa dipastikan bermakna atau tidak. Setelah semua data didapatkan dan disusun sesuai tabel, maka dilakukan uji statistik yang sesuai untuk menentukan hasil dari data. Uji pertama yang dilakukan adalah uji normalitas, dikarenakan jumlah sampel yang kurang dari 50 orang maka uji yang dipilih untuk menilai normalitas distribusi data adalah Saphiro-wilk. Hasil pertama adalah untuk pasien dengan terapi asetosal didapatkan ρ=0,059 yang berarti distribusi data normal (ρ>0,05) sedangkan untuk kelompok kombinasi asetosal klopidogrel ρ=0,003 yang artinya distribusi data tidak normal (ρ<0,05). Sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan transformasi data. Data yang telah ditransformasi diuji kembali normalitasnya dan didapatkan hasil ρ=0,368 untuk kelompok asetosal dan ρ=0,135 untuk kelompok kombinasi asetosal klopidogrel yang berarti kedua data telah berdistribusi normal. Selanjutnya, menggunakan data yang telah ditransformasi, dilakukan analisis data menggunakan uji T tidak berpasangan. Uji Levene pada hasil uji T tidak berpasangan menunjukan ρ=0,75, karena ρ>0,05 dapat disimpulkan bahwa varian dari data adalah sama sehingga nilai yang diambil dari tabel adalah bagian Equal variances assumed dan hasilnya ρ=0,57 (ρ>0,05) yang artinya adalah antara pemberian 115

Berkala Kedokteran, Vol. 9, No. 2, Sep 2013: 109-118 asetosal dengan kombinasi asetosalklopidogrel tidak menunjukan perbedaan yang bermakna dalam perbaikan stroke iskemik akut. Hasil ini bersesuaian dengan penelitian oleh Bhat DL et al (2006) yang menyatakan bahwa klopidogrel bersama asetosal tidak memberikan efektivitas yang berbeda secara signifikan daripada pemberian asetosal tunggal dalam mereduksi derajat dari infark myocardium, stroke, atau kematian yang disebabkan oleh masalah kardiovaskuler (9). Klopidogrel secara aktif menghambat aktivasi agregasi platelet yang diinduksi oleh ADP secara selektif dan permanen menghalangi reseptor P2Y 12 sedangkan asetosal mereduksi aktivasi dari platelet dengan cara asetilasi COX-1 secara irreversible sehingga produksi TXA 2 terhambat. Keduanya bekerja pada faktor yang berbeda tetapi dengan cara yang sama, sebagai anti agregrasi platelet (10,16). Tujuan dari pemberian anti agregasi platelet kepada pasien stroke iskemik akut adalah untuk menghentikan pembentukan klot pada pembuluh darah sehingga peristiwa iskemik tidak terus berlanjut, pemberian ini ditujukan sampai titik normal viskositas darah dan kondisi tubuh kembali seperti keadaan normal. Pemberian terapi tunggal dengan asetosal saja atau klopidogrel saja sebenarnya sudah dapat mencapai titik normal yang dikehendaki. Pemberian kombinasi misalnya asetosal dan klopidogrel bersamaan hanya memberikan waktu kembali normal lebih cepat, ketika keadaan tubuh kembali ke fungsi normal maka efek anti agregasinya tidak lagi terlihat, bahkan pemberian yang berlebihan tersebut akan meningkatkan kemungkinan perdarahan. Pemberian kombinasi dapat diberikan jika memang ada indikasi tertentu dan harus dengan pemantauan yang lebih ekstra (6). Guideline dari AHA juga mendapatkan hasil primer tidak berbeda bermakna pada kedua terapi tersebut dan keduanya dapat menjadi pencegahan sekunder pada stroke iskemik dan TIA, meskipun sebenarnya penelitian itu sendiri tidak ditujukan untuk membandingkan asetosal dan klopidogrel sebagai pencegahan sekunder (17,18). Studi CAPRIE (Clopidogrel versus Aspirin in Patients at Risk of Ischemic Events) mengamati perbandingan penurunan angka kematian pada kelompok yang diterapi dengan asetosal dan klopidogrel. Hasilnya asetosal tingkat mortalitasnya 7,71% dengan klopidogrel 7,15% yang menunjukan bahwa sekilas klopidogrel sedikit lebih tinggi penurunan angka mortalitasnya, tetapi setelah uji statistik keduanya menunjukan tidak ada perbedaan yang bermakna. Meskipun begitu, CAPRIE bukanlah sebuah penelitian untuk membuktikan asetosal dan klopidogrel serupa untuk pasien stroke. Penelitian tersebut juga menyimpulkan bahwa pernyataan aspirin lebih inferior dari klopidogrel tidak terbukti sepenuhnya (17,18). Secara umum, keamanan dari klopidogrel dan asetosal hanya bisa dibandingkan dalam hal-hal minor. Diare dan ruam lebih sering muncul pada penggunaan asetosal tetapi selain diare, efek samping gastrointestinal lain dan perdarahan lebih sedikit (17). 116

Purnama SD. dkk, Perbandingan Efektivitas Asetol dan Penelitian serupa tentang efektivitas dari klopidogrel dan aspirin dibandingkan dengan klopidogrel tunggal pada studi MATCH (Management of Atherothrombosis with Clopidogrel in High-Risk Patients with Recent Transient Ischemic Attack or Ischemic Stroke) menunjukan bahwa tidak ada benefit tambahan atau khusus terhadap kombinasi dari obat yang diberikan dibandingkan dengan klopidogrel tunggal dalam menurunkan outcome primer dan sekunder. Risiko dari perdarahan mayor meningkat secara signifikan pada kombinasi kelompok (asetosal+klopidogrel) daripada klopidogrel sendirian dengan 1,3% peningkatan absolut kasus perdarahan yang dapat sembuh sendiri (17). Beberapa bukti yang telah dipublikasikan, mengindikasikan bahwa perbandingan antara terapi kombinasi asetosal klopidogrel dengan terapi tunggal hanya klopidogrel atau hanya asetosal dapat menjadi cara yang efektif dalam pencegahan sekunder stroke. Tidak ada pembelajaran kasus yang membandingkan klopidogrel dengan plasebo, dan pembanding dengan agen anti agregasi platelet lainnya yang menyatakan salah satu terapi superior atau sama satu sama lain. Pemilihan terapi ini berkaitan dengan efektivitas relatif, keamanan individu, harga, karakteristik pasien, dan latar belakang dari pasien itu sendiri (15). PENUTUP Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa rerata efektivitas asetosal pada pasien stroke iskemik akut berdasarkan selisih NIHSS adalah 3,25, dan rerata efektivitas kombinasi asetosal dan klopidogrel pada pasien stroke iskemik akut berdasarkan selisih NIHSS 4,41. Selain itu juga tedapat perbandingan efektivitas pemulihan status kesehatan melalui perhitungan NIHSS pada pasien dengan terapi asetosal dengan kombinasi asetosal klopidogrel menunjukan hasil tidak berbeda bermakna (ρ=0,57). Saran untuk penelitian ini selanjutnya dapat dilakukan penelitian di bidang yang sama dengan jumlah pasien yang lebih banyak dan waktu yang lebih panjang, juga penelitian dengan variabel lain misalnya derajat mortalitas pada pasien stroke iskemik akut, faktor risiko, pengaruh genetik, dan jenis kelamin. DAFTAR PUSTAKA 1. Aminoff MJ, Greenberg DA, et al. Clinician neurology lange 6 th ed. New York: Mc Graw-Hills, 2005. 2. Wilkinson I and Lennox G. Essential neurology 4 th ed. USA: Blackwell Publishing, 2005:25-37. 3. Setyopranoto, Ismail. Stroke : Gejala dan penatalaksanaan. CDK 2011; 185/Vol.38 no.4. 4. Lee JH, Kennedy K, White C. National institute of health stroke scale (NIHSS) should be the outcome measure of choice when utilizing the care registry. J Am Coll Cardiol 2012; 59:E2130- E2132. 5. Anonymous. Stroke facts: recovery after stroke: thinking 117

Berkala Kedokteran, Vol. 9, No. 2, Sep 2013: 109-118 and cognition. National Stroke Association, 2009. 6. Caplan, LR. Caplan s stroke : a clinical approach, 4 th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier, 2009:22-28. 7. Kent DM and Thaler DE. Stroke prevention-insight from incoherence. NEJM 2008; 359: 12. 8. Juurlink DN, Gomes T, Mandani MM, et al. The safety of proton pump inhibitors and clopidogrel in patients after stroke. Stroke 2011; 42:128-132. 9. Bhatt DL, Fox KAA, Hacke W, et al. Clopidogrel and aspirin versus aspirin alone for the prevention of atherothrombotic events. NEJM 2006; 354:1706-17. 10. Gurbel PA, Tantry US. Clopidogrel resistence?. Thrombosis Research 2007; 120, 311-321. 11. Singer E, Imfeld S, Staub D, et al. Effect of aspirin versus clopidogrel on walking exercise performance in intermittent claudication : a double-blind randomized multicenter trial. J Am Heart Assoc 2012; 1:51-56. 12. Anonymous. Let s talk about risk factor for stroke. American Heart Association/American Stroke Association, 2012. 13. Office of Policy. Prevalence of Tobacco Use in Tennessee, 1997-2007. Tennessee: Department of Health Nashville TN, Planning and Assessment (2008). 14. Anonymous. Annual Stroke Registry Report Stroke Trends in Singapore 2005-2010. Singapore: Ministry of Health Singapore NRDO (National Registry of Diseases Office, 2012: 3-4. 15. Anonymous. Arsip IPB (Institut Pertanian Bogor) Hipertensi dan faktor risikonya. Bogor: IPB. 16. Hankey GJ, Eikelboom JW. Aspirin resistence. Lancet 2006; 367: 606-17. 17. L Karen, Furie, Scott EK, et al. Guidelines for the prevention of stroke in patients with stroke or transient ischemic attack : a guideline for healthcare professionals from the American Heart Association/American Stroke Association. Stroke.2011;42:227-276. 18. Adams RJ, Greg Albers, Mark JA, et al. Update to the AHA/ASA recommendation for the prevention of stroke in patients with stroke and transient ischemic attack. Stroke.2008;39:1647-1652. 118