PERLAKUAN AKUNTANSI AKTIVA TETAP BERWUJUD SERTA PENYAJIANNYA DALAM LAPORAN KEUANGAN PADA CV TANTERI KERAMIK DI KABUPATEN TABANAN TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Perlakuan Akuntansi Atas Aset Tetap Berdasarkan SAK ETAP Pada CV. Sekonjing Ogan Ilir

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam penyajian laporan keuangan. Didalam mencapai tujuan

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika

ANALISIS PENERAPAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP DAN KETERKAITANNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PG. TOELANGAN SIDOARJO

ANALISIS PENERAPAN PENYUSUTAN AKTIVA TETAP BERWUJUD DAN PENGARUHNYA PADA LAPORAN KEUANGAN PTPN X PG WATOETOELIS SIDOARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA CV. KRUWING INDAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 Aktiva Tetap Berwujud (Tangible - Assets)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS. atau mempertanggungjawabkan. bersangkutan dengan hal-hal yang dikerjakan oleh akuntan dalam

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Menurut PSAK No.16 (Revisi 2011) di RSU Pancaran Kasih Manado

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan juga mempunyai tujuan yang ingin dicapai.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya tujuan itu, setiap perusahaan mempunyai aktiva (harta/asset) tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah :

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS AKTIVA TETAP PADA PT RAK PRIMA PATAMPANUA KABUPATEN PINRANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entitas pada tanggal tertentu. Halim (2010:3) memberikan pengertian bahwa

BAB III PEMBAHASAN. Aktiva tetap memiliki pengertian yang berbeda-beda tapi pada prinsipnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PENERAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET TETAP BERDASARKAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.16 PADA PT.WAHANA WIRAWAN MANADO

EVALUASI PENERAPAN PSAK 16 MENGENAI ASET TETAP PADA PENCATATAN TANAH, BANGUNAN, DAN MESIN DI PT DONG BANG INDO TENGARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Pada Pt.XYZ Tanjungpinang Adelyana Agness Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK

Implementasi PSAK 16 Tentang Aset Tetap pada PT. SBP

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AKUNTANSI ASET TETAP PADA PT FAST FOOD INDONESIA, Tbk

AKTIVA TETAP BERWUJUD (FIXED ASSETS)

PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS AKTIVA TETAP BERWUJUD PT. GEMA KARYA ABADI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Akuntansi dan Perlakuan Akuntansi. Pengertian akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari sudut

ANALISIS DEPRESIASI KENDARAAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA DHARMA DI SAMARINDA

PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP SERTA PENYAJIANNYA DALAM LAPORAN KEUANGAN (Studi Pada CV Miulan Semarang)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan tentu pada dasarnya selalu berusaha untuk mencapai. tujuan didirikannya perusahaan tersebut. Untuk menunjang agar

AKTIVA TETAP (FIXED ASSET)

BAB II LANDASAN TEORI. Akuntansi yang mengatur tentang aset tetap. Aset tetap adalah aset berwujud yang

AKTIVA TETAP BERWUJUD

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (SAK) DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DI PT KOMUGI BALI

REVALUASI & PELEPASAN ASET TETAP

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian akuntansi Menurut Accounting Principle Board (ABP) Statement

BAB III SISTEM PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN ASET TETAP PADA PENGADILAN NEGERI MEDAN

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar sesuai dengan kebutuhan, sehingga investasi yang dilakukan terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk dipergunakan dalam operasional perusahaan bukan untuk diperjualbelikan,

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I

BAB II LANDASAN TEORI. adalah bahasa bisnis(business language). Akuntansi menghasilkan informasi yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbentuk CV Hasjrat Abadi, berdiri pada tanggal 31 Juli 1952 bertempat di

BAB XVIII AKUNTANSI ASET TETAP

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas penerapan perencanaan pajak terhadap

AKUNTANSI & LINGKUNGANNYA. Dasar Akuntansi 1

BAB II LANDASAN TEORI. keharusan untuk berhubungan dengan pihak pihak lain yang terkait dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP BERWUJUD PADA PT HERFINTA FRAM AND PLANTATION

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai

BAB II LANDASAN TEORI

LEBIH JAUH MENGENAI PSAK No. 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP

ANALISIS PENERAPAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP DAN DAMPAKNYA TERHADAP LABA PERUSAHAAN PADA PT. ARTHA KINDO PERKASA PALEMBANG

BAB II LANDASAN TEORITIS. informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI AKTIVA TETAP DAN PENYAJIANNYA PADA LAPORAN KEUANGAN PT HAKA UTAMA SEJAHTERA SAMPANG

BAB II BAHAN RUJUKAN

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI UNIT DESA AMERTHA BUANA BERDASARKAN PSAK NO. 27

ANALISIS PERHITUNGAN PENYUSUTAN AKTIVA TETAP BERWUJUD DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA RUGI PADA PT. GENDARIN INDONESIA CABANG PALEMBANG

ANALISA PERLAKUAN AKUNTANSI AKTIVA TETAP BERWUJUD PADA UD. PANCA BAKTI MARTAPURA KALIMANTAN SELATAN

BAB II KAJIAN TEORI. jangka waktu kurang dari 1 tahun (seperti tagihan) modal, semua milik usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jasa. Menurut PSAK No.16 (2004:5) aktiva tetap adalah : Aktiva berwujud yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan. Melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan operasional sebuah perusahaan banyak faktor yang

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari benda bergerak dan benda tidak bergerak baik yang berwujud maupun yang

BAB II TINJAUAN PENELITIAN. 1. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap. milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dipercaya mengenai transaksi-transaksi yang terjadi dalam perusahaan. Akuntansi

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap perusahaan pada umumnya memiliki aset tetap dalam

Transkripsi:

PERLAKUAN AKUNTANSI AKTIVA TETAP BERWUJUD SERTA PENYAJIANNYA DALAM LAPORAN KEUANGAN PADA CV TANTERI KERAMIK DI KABUPATEN TABANAN TAHUN 2013 Ni Luh Wayan Desi Handayani1, Made Ary Meitriana1, Anjuman Zukhri2 Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {desihandayani63@yahoo.co.id1,ary.meitriana@yahoo.co.id1, anjumanzukhri09@gmail.com2}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) perlakuan akuntansi aktiva tetap berwujud serta penyajiannya dalam laporan keuangan pada CV Tanteri Keramik, (2) perlakuan akuntansi aktiva tetap berwujud serta penyajiannya dalam laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK, dan (3) dampak dari perlakuan akuntansi aktiva tetap berwujud yang sesuai dengan PSAK terhadap laba rugi perusahaan pada CV Tanteri Keramik. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Data dikumpulkan dengan metode wawancara dan dokumentasi, yang selanjutnya dianalisis dengan teknik analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan (1) CV Tanteri Keramik memberlakukan atau mencatat aktiva tetap berwujud hanya didasarkan pada harga perolehan saja tanpa memperhatikan biaya-biaya yang mempengaruhinnya (2) berdasarkan PSAK No.16 bahwa pencatatan aktiva tetap berwujud seharusnya dicatat sebesar biaya perolehan, yaitu harga beli ditambah dengan biaya-biaya yang mempengaruhinya (3) dampak dari diterapkannya perlakuan akuntansi aktiva tetap berwujud yang sesuai dengan PSAK No.16 terhadap laba rugi CV Tanteri Keramik ialah dimana laba yang diperoleh oleh perusahaan mengalami penurunan sebesar Rp.8.333,00. Kata kunci: aktiva tetap, laporan keuangan. Abstract The purpose of this research was to determine (1) the accounting treatment of tangible fixed assets as well in the financial statements report CV Tanteri Ceramics, (2) the accounting treatment of tangible fixed assets as well of the financial statements report in accordance with the statement of accounting standards, and (3) the impact of treatment tangible fixed assets accounting in accordance with accounting standards towards statement of income on CV Tanteri Ceramics company. This research was descriptive quantitative research. Data were collected through by interviews and documentation. The data were analysed using descriptive analysis with a quantitative approach. The results of this research showed that (1) CV Tanteri Ceramics impose or record only tangible fixed assets based on acquisition price without regard to the costs that affect it (2) based on SFAS 16 that the recording of tangible fixed assets should be recorded at cost, which is the purchase price plus costs influencing (3) the impact of the application of the accounting treatment of tangible fixed assets in accordance with SFAS 16 against income CV Tanteri Ceramics is where the profits derived by the company decreased by Rp.8.333, 00. Keywords: fixed assets, financial statements.

PENDAHULUAN Dalam suatu perusahaan, selalu memiliki aktiva tetap untuk menjalankan operasinya, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Jenis aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan satu dengan yang lainnya berbeda. Menurut Harahap (1999:20) peranan aktiva tetap ini sangat besar dalam perusahaan baik ditinjau dari segi fungsinya, dari segi jumlah dana yang diinvestasikan, dari segi pengelolaannya yang melibatkan banyak orang, dari segi pembuatannya yang jangka panjang, maupun dari segi pengawasannya yang agak rumit. Lebih lanjut Harahap (1999:19) menjelaskan bahwa dalam menghasilkan produk peranan aktiva tetap sangat besar, seperti lahan untuk tempat berproduksi, bangunan sebagai tempat pabrik dan kantor, mesin dan peralatan sebagai alat untuk berproduksi, kendaraan sebagai alat untuk mengangkut hasil produksi, investasi berupa inventaris kantor sebagai alat yang mendukung kegiatan perusahaan semuanya, maka dari itu setiap perusahaan penting memiliki aktiva tetap karena dengan adanya aktiva tetap maka kegiatan operasi perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Aktiva tetap merupakan aktiva yang secara fisik dapat dilihat keberadaannya dan sifatnya relatif permanen serta memiliki masa kegunaan yang panjang. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.16 yang merupakan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang mengatur tentang perlakuan akuntansi aktiva tetap. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah organisasi profesi akuntan di Indonesia. PSAK No.16 (dalam Juan dan Wahyuni,2012: 340) memberi definisi aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Maka dari itu aktiva tetap harus mendapat perhatian yang memadai dari pimpinan serta segala perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap harus sesuai dengan PSAK yang merupakan dasar atau konsep yang menjadi pedoman dalam menilai, mencatat dan menyajikan harta, kewajiban serta modal perusahaan. PSAK No.16 (IAI,2011:01) bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi aktiva tetap, agar pengguna laporan keuangan dapat memahami informasi mengenai investasi entitas di aktiva tetap, dan perubahan dalam investasi tersebut. Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia (dalam Harahap, 1999:21) mendefinisikan aktiva tetap berwujud sebagai berikut, aktiva tetap berwujud adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Munawir (2007:17) mendefinisikan aktiva tetap berwujud sebagai kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya nampak (konkrit). Menurut Soemarsono (2005:20) aktiva tetap berwujud adalah aktiva berwujud (tangible fixed assets) yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun digunakan dalam kegiatan perusahaan dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan, serta nilainya cukup besar. Menurut Sugiri (2001:84) aktiva tetap berwujud adalah aktiva berwujud yang tujuan pemilikannya adalah untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Dari enam definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap berwujud adalah aktiva yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus menerus dalam kegiatan menghasilkan barang dan jasa perusahaan. Proses perolehan aktiva tetap berwujud memerlukan suatu perencanaan yang berdasarkan pertimbangan yang tepat bagi para pengambil keputusan tentang kebijakan apa yang perlu diambil untuk memperoleh aktiva tetap. Menurut Subroto (1991:117) aktiva tetap yang dimiliki perusahaan cara perolehannya bermacammacam, ada yang diperoleh dengan cara membeli tunai, membeli kredit jangka

panjang, dibuat sendiri, ditukar dengan surat berharga, dan dapat juga diperoleh dari sumbangan atau donasi. PSAK No.16 (dalam Juan dan Wahyuni,2012: 341) menyatakan penentuan harga perolehan aktiva tetap tidak dilihat dari sudut harga belinya, tetapi mencangkup seluruh pengeluaran sampai aktiva tersebut siap untuk dioperasikan perusahaan. Aktiva tetap yang telah dimiliki perusahaan tentunya mempunyai batas waktu tertentu untuk beroperasi, serta memerlukan perbaikan yang kadangkala juga membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya, disamping biaya pemeliharaan rutin agar dapat menunjang kegiatan operasi perusahaan. Dalam hal ini perlu penetapan apakah pengeluaran yang berhubungan dengan aktiva tetap masuk kepada pengeluaran modal (capital expenditure) ataupun pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) (Hery,2012:168). Pengeluaran modal (capital expenditure) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh aktva tetap, meningkatkan efisiensi operasional dan kapasitas produktif aktiva tetap, serta memperpanjang masa mannfaat aktiva tetap (Hery, 2012:168). Pengeluaran modal merupakan pengeluaran yang tidak dibiayakan langsung sebagai biaya dalam laporan laba rugi, melainkan dikapitalisasi terlebih dahulu sebagai aktiva tetap berwujud di neraca, karena pengeluaran-pengeluaran ini akan memberikan manfaat bagi perusahaan di masa mendatang. pengeluaran-pengeluaran dalam kategori ini akan dicatat dengan cara mendebet akun aktiva tetap berwujud terkait. Hery (2012:168) menyatakan bahwa pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) merupakan biaya yang hanya akan memberi manfaat dalam periode berjalan, sehingga biaya yang dikeluarkan tidak akan dikapitalisasi sebagai aktiva tetap di neraca, melainkan akan langsung dibebankan sebagai beban dalam laporan laba rugi periode berjalan di mana biaya tersebut terjadi. Pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan untuk mempertahankan aktiva tetap berwujud agar selalu berada dalam kondisi operasional yang baik dikenai sebagai biaya pemeliharaan. Pengeluaran untuk biaya pemeliharaan ini adalah hal yang biasa, terjadi berulang biasanya dalam jumlah yang kecil (tidak rnaterial), dan tidak akan meningkatkan efisiensi, kapasitas, atau memperpanjang masa manfaat dari aktiva tetap berwujud terkait, oleh karena itu akan segera dicatat sebagai biaya ketika terjadi. Aktiva tetap yang dimanfaatkan oleh perusahaan lama-kelamaan akan mengalami penyusutan. Penyusutan aktiva tetap adalah suatu cara pengalokasian sebagian dari harga perolehan aktiva tetap menjadi biaya pada setiap periode akuntansi (Hery,2012:171). Menurut Soemarsono (2005:24) penyusutan adalah pengakuan adanya penurunan nilai aktiva tetap berwujud berwujud. Menurut Sugiri (2001:94) penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu asset selama umur manfaatnya. Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya (IAI,2011:16.03). Dari tiga definisi tersebut dapat disimpulkan penyusutan adalah proses pengalokasian harga perolehan aktiva tetap berwujud. Santoso (2009:52) menyebutkan ada beberapa metode yang digunakan untuk penghitung penyusutan diantaranya, metode garis lurus, metode jumlah angka tahun, metode saldo menurun berganda, metode jam jasa dan metode unit produksi. Ada tiga faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan beban penyusutan yaitu, harga perolehan, nilai residu, taksiran umur ekonomis (Hery,2012:173). Pengakuan atas penyusutan aktiva tetap berwujud tidak berakibat adanya pengumpulan kas untuk mengganti aktiva lama dengan aktiva yang baru. Saldo rekening akumulasi penyusutan menggambarkan jumlah penyusutan yang dibiayakan sebagai biaya, bukan menggambarkan dana yang telah dihimpun. Menurut Hery (2011:173) ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan besarnya biaya penyusutan setiap periode yaitu sebagai berikut.harga perolehan yaitu uang yang dikeluarkan atau hutang yang timbul dan biaya-biaya yang

terjadi dalam perolehan suatu aktiva dan menempatkannya agar dapat digunakan. Nilai sisa suatu aktiva yang didepresiasi adalah jumlah yang diterima bila aktiva tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi, dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat menjual atau menukarnya. Taksiran umur kegunaan aktif dipengaruhi oleh cara-cara pemeliharaan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dianut dalam reparasi. Taksiran umur ini biasanya dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil produksi atau satuan jam kerjanya. Penghentian proses pemakaian aktiva tetap bisa terjadi akibat dari penjualan aktiva tetap kepada pihak lain atau dengan cara ditukarkan dengan aktiva lain baik sejenis maupun tidak sejenis (Santoso,2009:76). Apabila aktiva tetap tersebut dihapuskan dengan cara dijual maka selisih antara harga jual dengan nilai buku dicatat sebagai laba atau rugi pendapatan perusahaan (Santoso, 2009:76). Penanganan aktiva tetap bertujuan untuk memperoleh efisiensi dan pengamanan terhadap aktiva tetap agar dana yang diinvestasikan ke dalam aktiva tetap memperoleh manfaat yang maksimum sesuai dengan jangka waktu pemakaiannya, serta untuk menghindari ketidakwajaran pelaporan biaya dalam suatu periode akuntansi (Santoso, 2009:02). Aktiva tetap juga erat kaitannya dengan umur ekonomis dari aktiva tersebut sehingga perusahaan perlu menerapkan suatu sistem informasi akuntansi aktiva tetap untuk dapat mengestimasikan secara akurat umur ekonomis aktiva tetap tersebut. Hal ini sangat penting karena dengan estimasi umur ekonomis yang akurat, perusahaan dapat mentaksir masa penggunaan aktiva tetap tersebut secara lebih efektif. CV.Tanteri merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri keramik. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1987, perusahaan ini berbentuk badan usaha Commanditare Vennootschap yang lebih sering disingkat CV yang merupakan persekutuan yang didirikan atas dasar kepercayaan. Perusahaan ini baru terdaftar tahun 1991 dengan Nomor :19/22.07/TDUP/V/1991. Pada awal berdirinya perusahaan ini masih menggunakan alat alat yang sederhana seperti meja putar. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan perusahaan yang semakin maju, perusahaan ini terus berusaha meningkatkan produk yang dihasilkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Untuk mewujudkan hal tersebut perusahaan sampai saat ini telah menggunakan mesin mesin dan peralatan modern menggunakan tenaga listrik. Selama satu tahun perusahaan dapat menghasilkan keramik sebanyak 12.000-18.000 buah keramik yang nantinya akan diekspor kebeberapa negara seperti, Jepang,Amerika, Perancis dan Jerman. Pada tahun 2013 perusahaan memiliki aktiva tetap yang sangat besar dengan jumlah nominal Rp 1.100.000.000,00, oleh karena itu diperlukan perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap berwujud yang sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum. Perusahaan dalam memperlakukan suatu transaksi aktiva tetap belum sesuai dengan standar yang berlaku umum, dimana kesalahan yang dilakukan oleh perusahaan dalam hal pembelian aktiva tetap. Pada saat pembelian aktiva tetap hanya harga perolehannya saja yang dicatat sebagai harga perolehan aktiva tetap, sedangkan untuk biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap tersebut tidak dimasukkan sebagai harga perolehan dari aktiva tetap yang dibeli. Kesalahan tersebut akan mempengaruhi relevansi laporan keuangan sehingga laporan keuangan yang disusun menjadi tidak layak dan tidak sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul PERLAKUAN AKUNTANSI AKTIVA TETAP BERWUJUD SERTA PENYAJIANNYA DALAM LAPORAN KEUANGAN PADA CV TANTERI KERAMIK DI KABUPATEN TABANAN TAHUN 2013 METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.

Penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang bertujuan menggambarkan fenomena yang terjadi dengan menggunakan angka-angka (Sugiyono,2012:07). Data yang dikumpulkan berupa laporan keuangan CV.Tanteri Keramik tahun 2013 dan daftar aktiva tetap CV.Tanteri Keramik. Data yang diperoleh dianalisis untuk membantu CV.Tanteri Keramik dalam menggambarkan perlakuan akuntansi aktiva tetap berwujud serta penyajiannya dalam laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK dan melihat dampak dari perlakuan akuntansi aktiva tetap berwujud yang sesuai dengan PSAK terhadap perolehan laba rugi pada CV.Tanteri Keramik. Lokasi yang dijadikan tempat penelitian ini adalah di CV.Tanteri Keramik di Desa Pejaten, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Subjek penelitian ini adalah CV Tanteri Keramik. Obyek dari penelitian ini adalah perlakuan akuntansi aktiva tetap berwujud serta penyajiannya dalam laporan keuangan pada CV Tanteri Keramik. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif yang diperoleh melalui dokumen perusahaan seperti data aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan dan laporan keuangan CV Tanteri Keramik. Ditinjau dari sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara yang tidak berstruktur dengan bagian keuangan pada CV Tanteri Keramik Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan menelaah data yang didapat dari bagian keuangan CV Tanteri Keramik yang berupa data aktiva tetap berwujud dan laporan keuangan CV Tanteri Keramik. Berdasarkan rumusan masalah serta tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi dan metode wawancara.metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data laporan keuangan dan daftar aktiva tetap pada CV Tanteri Keramik selama tahun 2013. Laporan keuangan tersebut berupa neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan modal tahun 2013 dan daftar aktiva tetap yang dibuat oleh bagian keuangan CV Tanteri Keramik. Wawancara digunakan untuk memperoleh data berupa penjelasan dari bagian keuangan mengenai cara perolehan aktiva tetap, metode penyusutan aktiva tetap, serta pencatatannya didalam laporan keuangan CV Tanteri Keramik. Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan wawancara tak berstruktur yang dilakukan dengan bagian keuangan. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan data yang telah terkumpul dan membuat kesimpulannya (Sugiyono, 2012:147). Dari terkumpulnya data yang diperoleh dari laporan keuangan serta daftar aktiva tetap yang dimiliki oleh CV Tanteri Keramik, selanjutnya data dianalisis dan dilakukan perhitungan mengenai perlakuan akuntansi aktiva tetap yang di dalamnya terdapat pengukuran aktiva tetap dan juga melakukan perhitungan untuk penyajian laporan keuangan pada CV Tanteri Keramik sehingga dapat dilihat laba yang diperoleh setelah diterapkannya perlakuan akuntansi aktiva tetap berwujud yang sesuai dengan PSAK pada CV Tanteri Keramik. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Aktiva tetap mempunyai peranan besar dalam menunjang dan memperlancar aktivitas produksi serta merupakan kekayaan utama perusahaan selain aktiva lancar perusahaan. CV Tanteri Keramik mengakui aktiva tetap berwujud hanya diakui sebesar harga perolehannya saja, biaya-biaya yang terkait dengan aktiva tetap berwujud hingga aktiva tetap tersebut siap untuk digunakan tidak dimasukkan sebagai harga perolehan, namun dimasukkan sebagai biaya lain-lain. Kendaraan dan mesin yang dimiliki oleh perusahaan diperoleh dengan cara membeli secara tunai. Kendaraan yang dibeli oleh perusahaan harga perolehan yang dicatat hanya sebesar Rp 50.000.000,00, sedangkan untuk biaya

pengiriman dan juga biaya komisi sebesar Rp 250.000,00 dan Rp 200.000,00 tidak dimasukkan sebagai harga perolehan kendaraan namun dicatat ke dalam biaya lain-lain. Begitu juga dengan mesin yang dimiliki oleh perusahaan hanya dicatat sebesar harga mesin yaitu sebesar Rp 240.000.000,00, biaya pemasangan sebesar Rp 800.000,00 dan biaya pengiriman sebesar Rp 300.000,00 tidak dimasukkan sebagai biaya perolehan mesin yang dibeli oleh perusahaan namun dicatat sebagai biaya lain-lain. Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut yaitu sebagai berikut. Kendaraan Rp 50.000.000,00 Kas Rp 50.000.000,00 Mesin Rp 240.000.000,00 Kas Rp 240.000.000,00 Biaya lain-lain Rp 1.450.000.,00 Kas Rp 1.450.000.,00 CV Tanteri Keramik tahun 2013 mengeluarkan biaya seperti biaya pemeliharaan kendaraan, biaya pemeliharaan mesin, dan biaya perbaikan gedung dan toko (Showroom), untuk memelihara aktiva tetap berwujud tersebut agar aktiva tetap berwujud selalu dalam kondisi yang baik. Dimana untuk setiap bulannya dikeluarkan biaya pemeliharaan kendaraan seperti ganti oli dan service kendaraan sebesar Rp 200.000,00 per bulan sehingga menjadi Rp 2.400.000,00 per tahun, biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan kendaraan tersebut dimasukkan ke dalam biaya lain-lain dan dicatat ke dalam jurnal sebagai berikut. Biaya lain-lain Rp 2.400.000,00 Kas Rp 2.400.000,00 Pada tahun 2013 juga terdapat pengeluaran biaya untuk perbaikan mesin yang mengalami kerusakan dengan biaya sebesar Rp 1.000.000,00, biaya perbaikan gedung pabrik yang mengalami kebocoran sebesar Rp 500.000,00 dan biaya perbaikan toko yang dicat ulang dengan biaya sebesar Rp 650.000,00. Biaya tersebut semuanya dicatat oleh CV Tanteri Keramik ke dalam biaya lain-lain dengan jurnal : Biaya lain-lain Rp 2.150.000,00 Kas Rp 2.150.000,00 Dalam melakukan penyusutan terhadap aktiva tetap yang dimiliki oleh CV Tanteri Keramik, metode penyusutan yang diterapkan untuk semua aktiva tetap yang dimiliki oleh CV Tanteri Keramik menggunakan metode garis lurus. Perusahaan melakukan penyusutan setiap bulan. Gedung pabrik dan toko (showroom) yang dimiliki perusahaan pada saat melakukan penyusutan tidak memperhitungkan nilai residu,sedangkan untuk kendaraan dan mesin memperhitungkan nilai residu sebesar Rp 500.000,00, sehingga biaya penyusutan gedung sebesar Rp 1.000.000,00, biaya penyusutan toko sebesar Rp 500.000,00, biaya penyusutan mesin Rp 997.917,00, dan biaya penyusutan kendaraan Rp 412.500,00. Berdasarkan data yang telah diuraikan diatas mengenai perlakuan akuntansi aktiva tetap pada CV.Tanteri Keramik disajikan dalam laporan keuangan masih mencatat kendaraan dan mesin hanya sebesar harga belinya saja yaitu kendaraan sebesar Rp 50.000.000,00 dan mesin sebesar Rp 240.000.000,00. Menurut PSAK aktiva tetap berwujud diakui sebesar biaya perolehan untuk memperoleh aktiva tetap berwujud siap untuk digunakan. Semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap berwujud harus dimasukkan sebagai biaya perolehan aktiva tetap berwujud. Pada CV Tanteri Keramik kendaraan yang dibeli dengan harga Rp 50.000.000,00, untuk memperoleh kendaraan tersebut ada biaya yang dikeluarkan seperti biaya pengiriman dan juga biaya komisi sebesar Rp 250.000,00 dan Rp 200.000,00, untuk mencatat transaksi pembelian kendaraan yang sesuai dengan PSAK dapat disajikan sebagai berikut. Harga Kendaraan Rp 50.000.000,00 Biaya Pengiriman Rp 250.000,00 Biaya Komisi Rp 200.000,00 + By Perolehan KendaraanRp 50.450.000,00 Kendaraan Rp 50.450.000,00 Kas Rp 50.450.000,00 Perusahaan membeli mesin sebesar Rp 240.000.000,00, biaya pemasangan sebesar Rp 800.000,00 dan biaya pengiriman sebesar Rp 300.000,00.

Harga mesin Rp 240.000.000,00 Biaya pemasangan Rp 800.000,00 Biaya Pengiriman Rp 300.000,00 + By perolehan mesin Rp 241.100.000,00 Menurut PSAK untuk mencatat pembelian mesin tersebut adalah sebagai berikut. Mesin Rp 241.100.000,00 Kas Rp 241.100.000,00 Perusahaan tahun 2013 ada biayabiaya yang dikeluarkan untuk memelihara aktiva tetap berwujud. Dimana untuk setiap bulannya dikeluarkan biaya pemeliharaan kendaraan seperti ganti oli dan service kendaraan. Biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan kendaraan sebesar Rp 2.400.000,00 pertahun, biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan kendaraan tersebut dimasukkan ke dalam biaya lainlain. Menurut PSAK biaya yang dikeluarkan untuk biaya pemelihaaan kendaraan dicatat tersendiri dengan akun biaya pemeliharaan kendaraan bukan dimasukkan sebagai biaya lain-lain sebab pengeluaranpengeluaran yang dilakukan untuk mempertahankan aktiva tetap agar selalu berada dalam kondisi operasional yang baik dikenai sebagai biaya pemeliharaan, sehingga nantinya dalam laporan laba-rugi lebih terperinci. Biaya pemeliharaan kendaraan dicatat dalam jurnal: Biaya Pemeliharaan Kendaraan Rp 2.400.000,00 Kas Rp 2.400.000,00 Pada tahun 2013 juga terdapat pengeluaran biaya untuk perbaikan mesin yang mengalami kerusakan dengan biaya sebesar Rp 1.000.000,00, biaya perbaikan gedung pabrik yang mengalami kebocoran sebesar Rp 500.000,00 dan biaya perbaikan toko yang dicat ulang dengan biaya sebesar Rp 650.000,00. Biaya tersebut semuanya dicatat oleh perusahaan kedalam biaya lain-lain. Sama halnya dengan kendaraan yang dimiliki oleh perusahaan, biaya perbaikan mesin, perbaikan gedung dan perbaikan toko yang terjadi tahun 2013, semestinya dicatat dengan akun biaya perbaikan mesin, biaya perbaikan gedung dan biaya perbaikan toko bukan dengan akun biaya lain-lain, sehingga jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah : Biaya perbaikan mesin Rp 1.000.000,00 Biaya perbaikan gedung Rp 500.000,00 Biaya perbaikan toko Rp 650.000,00 Kas Rp 2.150.000,00 Dalam melakukan penyusutan, metode penyusutan yang diterapkan untuk semua aktiva tetap yang dimiliki oleh CV Tanteri Keramik menggunakan metode garis lurus. Perusahaan melakukan penyusutan setiap tahun. Gedung pabrik dan toko (showroom) yang dimiliki CV.Tanteri pada saat melakukan penyusutan tidak dikurangi dengan nilai residu. Adapun daftar penyusutan aktiva tetap menurut PSAK yaitu biaya penyusutan gedung sebesar Rp 1.000.000,00, biaya penyusutan toko sebesar Rp 500.000,00, biaya penyusutan mesin Rp 1.002.500,00, dan biaya penyusutan kendaraan Rp 416.250,00. Berdasarkan PSAK penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan pada CV Tanteri Keramik mencatat kendaraan dan mesin yang dimiliki sebesar Rp 50.450.000,00 dan Rp 241.100.000,00 hal ini disebabkan karena harga perolehan dari mesin dan kendaraan dicatat sebesar harga beli ditambah dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap tersebut. Perlakuan akuntansi aktiva tetap berwujud yang sesuai dengan PSAK memberikan dampak terhadap laba pada CV Tanteri Keramik. Berdasarkan hasil perhitungan laba dari CV Tanteri Keramik sebelum menerapkan perlakuan akuntansi aktiva tetap berdasarkan PSAK No 16 memperoleh laba sebesar Rp 124.069.377,00. Setelah diterapkannya PSAK No 16 di dapat laba sebesar Rp 124.061.044,00, dapat dilihat bahwa dengan diterapkannya perlakuan akuntansi aktiva tetap, laba yang diperoleh menurun sebesar Rp 8.333,00. Hal ini terjadi karena beban penyusutan mesin dan kendaraan mengalami peningkatan, beban penyusutan mesin pertama hanya sebesar Rp 997.917,00 meningkat menjadi Rp 1.002.500,00, begitu juga dengan beban penyusutan kendaraan dari Rp 412.500,00 meningkat menjadi Rp 416.250,00 yang disebabkan harga perolehan dari mesin dan kendaraan berubah. Meskipun penurunan laba hanya Rp 8.333,00 dan tidak signifikan

terhadap laporan keuangan namun, pada saat pengakuan awal aktiva tetap dinilai sebesar harga perolehan. Biaya-biaya setelah pengakuan awal aktiva diakui sebagai bagian dari nilai tercatat aktiva tetap dan biaya perolehan aktiva tetap dapat diukur dengan handal. Biaya perbaikan dan pemeliharaan dibebankan ke dalam laporan laba rugi dalam periode dimana biaya-biaya tersebut terjadi dan biaya perbaikan dan pemeliharaan lebih terperinci dalam laporan laba rugi. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian mengenai perlakuan akuntansi aktiva tetap berwujud serta penyajiannya dalam laporan keuangan pada CV Tanteri Keramik yang telah dikemukakan diatas maka dapat dilihat bahwa aktiva tetap berwujud yang dimiliki oleh CV Tanteri Keramik belum sesuai dengan PSAK No.16. Menurut PSAK No 16 (IAI,2011:16.5) menyebutkan suatu aktiva tetap berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aktiva harus diakui sebesar biaya perolehannya. Pada CV Tanteri Keramik pengukuran awal dilakukan hanya dengan menghitung harga beli dari aktiva tetap tersebut, sedangkan untuk biaya-biaya yang terkait dengan perolehan aktiva tetap tersebut tidak dimasukkan sebagai biaya perolehan dari aktiva tetap, sehingga di dalam neraca harga kendaraan dicatat hanya sebesar Rp 50.000.000 dan mesin dicatat sebesar Rp 240.000.000,00 dimana seharusnya harga perolehan kendaraan yang dicatat dalam neraca sebesar Rp 50.450.000,00 dan harga perolehan mesin dicatat sebesar Rp 241.100.000,00. Selain itu untuk biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjaga kelangsungan aktiva tetap, seperti pemeliharaan kendaraan dimasukkan sebagai akun biaya lain-lain, semestinya untuk pemeliharaan aktiva tetap dibuatkan akun tersendiri sehingga laporan keuangan menjadi lebih terperinci. Penyusutan aktiva yang dilakukan oleh CV Tanteri Keramik menggunakan metode garis lurus. Perhitungan besarnya penyusutan untuk gedung dan toko (showroom) dihitung berdasarkan harga perolehan dibagi dengan umur ekonomis dari aktiva tetap tersebut. Nilai residu tidak diperhitungkan oleh perusahaan, sedangkan untuk mesin dan kendaraan diperhitungkan nilai residu sebesar Rp 500.000,00. Penyusutan yang dilakukan perusahaan dilakukan setiap bulan. Beban penyusutan untuk aktiva tetap telah diakui sebesar beban pada periode yang bersangkutan, hal ini telah sesuai dengan PSAK No 16. Dalam pengungkapan aktiva tetap berwujud pada CV Tanteri Keramik belum diungkapkan secara eksplisit dalam laporan keuangan. Perusahaan belum mengungkapkan dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto, metode penyusutan yang digunakan serta umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan. Berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat dampak dari diterapkannya perlakuan akuntansi aktiva tetap terhadap laba perusahaan, dimana laba perusahaan mengalami penurunan, hal ini disebabkan dari beban penyusutan yang bertambah, karena harga perolehan dari aktiva tetap ditambah dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap tersebut, hal ini sejalan dengan PSAK No 16 (IAI, 2011:16.7) yang menyatakan bahwa aktiva tetap berwujud harus diakui sebesar biaya perolehannya. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Asri (2011) dan Ismawati (2013) yang menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan samasama menunjukkan bahwa perlakuan akuntansi aktiva tetap belum sesuai dengan PSAK No 16. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan CV Tanteri Keramik memberlakukan atau mencatat aktiva tetap berwujud hanya didasarkan pada harga perolehan saja tanpa memperhatikan biaya-biaya yang mempengaruhinya, seperti saat pencatatan harga perolehan kendaraan hanya dicatat sebesar harga belinya saja yaitu Rp 50.000.000,00, untuk biaya pengiriman dan biaya komisi tidak dicatat sebagai harga

perolehan dari kendaraan, namun biaya pengiriman dan biaya komisi dicatat ke dalam biaya lain-lain sebesar Rp 450.000,00. Mesin yang dimiliki oleh perusahaan hanya dicatat sebesar harga belinya yaitu Rp 240.000.000,00, untuk biaya pemasangan dan biaya pengiriman tidak dimasukkan sebagai harga perolehan mesin, namun biaya pemasangan dan biaya pengiriman dicatat dalam biaya lainlain sebesar Rp 1.100.000,00. Pengeluaran untuk perbaikan kendaraan, mesin, gedung dan toko (Showroom) dicatat ke dalam biaya lainlain. Selain itu, perusahaan juga tidak memperhitungkan nilai residu untuk gedung dan toko (showroom). Berdasarkan PSAK No 16 bahwa pencatatan aktiva tetap berwujud seharusnya dicatat sebesar biaya perolehan, yaitu harga beli ditambah dengan biaya-biaya yang mempengaruhinya, seperti halnya saat perolehan kendaraan harga beli dari kendaraan sebesar Rp 50.000.000,00 biaya pengiriman sebesar Rp 250.000,00 dan biaya komisi sebesar Rp 200.000,00, sehingga harga perolehan kendaraan dicatat sebesar Rp 50.450.000,00 dan mesin yang dimiliki oleh perusahaan harga belinya sebesar Rp 240.000.000,00, biaya pengiriman sebesar Rp 300.000,00, biaya pemasangan sebesar Rp 800.000,00, sehingga harga perolehan mesin dicatat sebesar Rp 241.100.000,00. Pengeluaran untuk perbaikan kendaraan, mesin, gedung dan toko (Showroom) dicatat ke dalam biaya pemeliharaan. Pada penyajian aktiva pada laporan keuangan nilai dari kendaraan dan mesin telah disesuaikan dengan harga perolehan setelah ditambah dengan biayabiaya yang dikeluarkan. Dampak dari diterapkannya perlakuan akuntansi aktiva tetap berwujud yang sesuai dengan PSAK No.16 terhadap laba rugi CV Tanteri Keramik ialah dimana laba yang diperoleh oleh perusahaan mengalami penurunan sebesar Rp 8.333,00. Hal ini terjadi karena beban penyusutan mesin dan kendaraan mengalami perubahan, yang disebabkan harga perolehan dari mesin dan kendaraan berubah. Saran Setelah menganalisis permasalahan yang ada mengenai perlakuan akuntansi aktiva tetap pada CV. Tanteri Keramik, maka penulis memberikan saran yaitu sebaiknya CV Tanteri Keramik dalam memperlakukan akuntansi aktiva tetap berwujud menyesuaikan dengan standar akuntansi yang ditetapkan yaitu PSAK No 16 yang mengatur mengenai aktiva tetap. Setiap aktiva tetap yang dimiliki perusahaan hendaknya dicatat dalam masing-masing biaya aktiva tetap tersebut. Contoh biaya pemeliharaan kendaraan, biaya pemeliharaan mesin, dengan demikian perusahaan dapat mengontrol setiap biaya yang dikeluarkan untuk masing-masing kelompok aktiva tetap. Selain itu, hal ini dimaksudkan agar dalam menyusun laporan keuangan dapat menghasilkan laporan keuangan yang sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya dan dapat memberikan informasi yang tepat dan akurat bagi para pengguna laporan keuangan. CV Tanteri Keramik sebaiknya memperhitungkan nilai residu untuk gedung dan toko, sehingga dapat memperkirakan jumlah yang dapat direalisasikan pada saat aktiva tersebut tidak digunakan lagi. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian mengenai perlakuan akuntansi aktiva tetap diharapakan tidak hanya berpedoman pada PSAK No 16 namun juga bisa menambahkan variabel lain seperti ketentuan perpajakan, penyusutan menggunakan metode penyusutan komersial dan metode penyusutan fiskal. Selain itu, diharapkan penelitian yang akan datang dapat menganalisis pada subjek selain CV (Comanditaire Venootschap) sehingga dapat melakukan perbandingan. DAFTAR PUSTAKA Harahap,Sofyan Syafri.1999. Akuntansi Aktva Tetap. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hery.2011. Akuntansi Aktiva,Utang Dan Modal.Gava Media:Yogyakarta. -------.2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ikatan Akuntansi Indonesia.2011. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat:Jakarta. Juan, Ng Eng, dan Wahyuni, Ersa Tri. 2012. Panduan Praktis Standar Akuntansi Keuangan, Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat. Munawir.2007.Analisa Laporan Keuangan.Yogyakarta.Liberty Santoso, Iman.2009.Akuntansi Keuangan Menengah (Intermediate Accounting). Bandung: Reflika Aditama. Soemarsono, S R. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Lima. Jakarta: Salemba Empat. Subroto, Bambang.1991. Akuntansi Keuangan Intermediet.Yogyakarta: BPFE. Sugiri, Slamet. 2001. Akuntansi Pengantar 2. Yogyakarta: AMP-YKPN. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta