BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. 1. Bagian-bagian dalam proses perhitungan pajak penghasilan PPh

dokumen-dokumen yang mirip
3 Tipe Perhitungan Pajak Penghasilan

BAB I PENDAHULUAN. didapatkan melalui iuran wajib dari warga negaranya yang disebut pajak.

b. PPh 21 seminggu = PPh 21 sebulan dibagi empat

BAB I PENDAHULUAN. dukungan dana terutama yang berasal dari penerimaan dalam negeri. dari sektor pajak disajikan pada Tabel I di bawah ini:

Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TARIF DAN PENERAPANNYA

Surat Keterangan Penelitian

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Penghitungan Pajak Penghasilan ( PPh ) pasal 21 PT. Lucky Indah

Kasus : A. Pegawai Tetap

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 UNTUK PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KANTOR DIREKTORAT JENDERAL KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 pegawai tidak tetap adalah:

Peraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Perbedaan pelakuan pajak penghasilan

PENERAPAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) Pasal 21 Pada PT. XYZ. : Dedi Sudjana NPM : Dosen Pembimbing : Riyanti SE., MM.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari dana publik yang harus dikelola

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Terhadap Dosen Tetap Pada Universitas Krisnadwipayana. Meitri Megawati DA03

CONTOH PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS PENGHASILAN PEKERJA PADA KATEGORI USAHA TERTENTU

PT. Munirah adalah PKP yang bergerak di bidang penjualan elektronik di Makassar. Selama bulan Juli 2014 melakukan transaksi sebagai berikut :

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI TETAP DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA TAHUN 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pemotongan PPH Pasal 21. Tata Cara Pemotongan.

Pengurangan: 1. Biaya jabatan: 5% x Rp ,00 Rp150, luran Pensiun 2% x Rp 60,000. Rp2,790,000.00

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN. II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan

PPh 21 UNTUK PEGAWAI TETAP DENGAN AGEN PADA PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA NAMA : TICHA BUNGA.R NPM : PEMBIMBING : EMMY INDRAYANI, Dr.

DAFTAR PUSTAKA. Anastasia Diana dan Lilis Setiawati Perpajakan Indonesia, Andi, Yogyakarta.

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Universitas Kristen Maranatha

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 486/KMK.03/2003 TENTANG

SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM DIRJEN PAS EDI WAHYUDI /

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2009 TENTANG

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

PENGHASILAN. Oleh Iwan Sidharta, MM.

Copyright (C) 2000 BPHN

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-32/PJ/2009 TANGGAL : 25 MEI 2009

Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Bagi Dokter

MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)

BAB IV EVALUASI ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 KARYAWAN PADA PT ADIMITRA KARYA

Subject 2 Income Tax Article 21

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 31/PJ/2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2015 TENTANG

Pajak Penghasilan Pasal 21/26

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perencanaan Pajak melalui Pajak Penghasilan Pasal 21 yang. diterima karyawan dengan menggunakan Metode Net

Fransisca Hanita Rusgowanto S,Kom. M,Ak

Pemotongan yang bersifat final Objek pemotongan (Pasal 2, PP Nomor 68 Tahun 2009) Pemotong (Pasal 1 angka 9, PP Nomor 68 Tahun 2009)

BAB II URAIAN TEORITIS

PENGHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

Pertemuan 3 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (G + P)

LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1

Magdalena Judika Siringoringo. Oloan Simanjuntak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Untuk Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Imigrasi Kelas II Depok

SOAL LATIHAN: JAWABLAH SOAL SOAL BERIKUT INI, TERKAIT DENGAN: PER - 16 / PJ / 2016 (Terlampir)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/2012

PPh Pasal 26. Pengantar

Subject 2 Income Tax Article 21

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

I. PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 UNTUK PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR SETIAP BULAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan tercapainya pembangunan yang

BAB IV PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN UNTUK MENGEFISIENKAN BEBAN PAJAK PADA PT BPR WS

MAKALAH PERPAJAKAN II PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK PEGAWAI, PEGAWAI LEPAS, DAN PENERIMA HONORARIUM

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI Ekonomi. Pajak Penghasilan. Pesangon. Langsung. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 169)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 EVALUASI PERHITUNGAN PPh PASAL 21 KARYAWAN. karyawannya dan PT. pelangi elasindo menanggung semua PPh Pasal 21 yang

Dosen: Adhi Prakosa, M. Sc

PERHITUNGAN PPH 21 PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA JAKARTA KOJA. : Rezha Riski Ria NPM : Program Studi : DIII Manajemen Keuangan

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2009 TENTANG

HUTANG JANGKA PENDEK DAN AKUNTANSI UNTUK GAJI DAN UPAH

BAB I PENDAHULUAN. namun dengan meningkatnya daya beli masyarakat, permintaan akan suatu barang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPH. Pemotongan. Dibayarkan sekaligus.

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN KARYAWAN DI PT. ASTINAPUTERA EKAPERKASA SANGASANGA. Gunawan, Titin Ruliana, Eka Yudhyani ABSTRAKSI

BAB II ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2012 TENTANG

Makalah Perpajakan. Perhitungan PPh 21

ANALISIS PELAKSANAAN PEMOTONGAN, PENYETORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS PEGAWAI TETAP PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri (Waluyo,

Pengertian Pajak Penghasilan 21

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PETUNJUK UMUM

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA KARYAWAN SMA SUMBANGSIH. Nama : Tri Astuti NPM : Kelas : 3EB17

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAGIAN PERTAMA: PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21. I. PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 UNTUK PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR SETIAP BULAN

21 KARYAWAN TETAP PADA PT MULTI AREA DESENTRALISASI PEMBANGUNAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

EVALUASI MEKANISME PERHITUNGAN, PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) 21 PADA KOPERASI JASA MARGA BAKTI 5

Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung yang beralamat di Gd. Pepadun. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh restoran/rumah makan yang

Prosedur Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada PT. ICO ASIA PASIFIK INDONESIA. Nama : Ratna Juwita NPM : Pembimbing : Dr.

Soal Kasus Pembukuan atau Pencatatan( contoh ini menggunakan aturan lama untuk ptkpnya lebih baik lihat aturan terbaru)

Contoh perhitungan PPh Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS dan Para Pensiunan.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER- -1 /PJ/2012 TENTANG

Nama : Siti Rismaini NPM : Kelas : 3 DA 03

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lainnya dengan nama

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Hasil dan Pembahasan 1. Bagian-bagian dalam proses perhitungan pajak penghasilan PPh pasal 21. Perhitungan pajak PPh 21 tidak akan terlepas dari bagian-bagian yang merupakan bagian dari biaya-biaya yang dapat memberi tambahan penghasilan dan biaya-biaya yang dapat mengurangi penghasilan karyawan itu sendiri. Penelitian ini dilakukan dengan proses analisa terhadap perhitungan pajak PPh pasal 21 yang dilakukan penulis pada 138 karyawan tetap yang belum memiliki NPWP dan beberapa orang diantaranya telah melebihi syarat PTKP. Proses analisis data tersebut terlebih dahulu dilakukan proses klasifikasi data karyawan yang telah melebihi PTKP dan belum memiliki NPWP dan jenis-jenis pengurang penghasilannya adalah sebagai berikut: a. Data mengenai karyawan tetap yang belum memiliki NPWP. 1) Karyawan tetap yang telah melebihi PTKP dan belum memiliki NPWP berjumlah 3 orang karyawan. 2) Status karyawan yang belum menikah dan telah melebihi PTKP berjumlah 1 orang karyawan. b. Jenis penghasilan 1) Gaji pokok, gaji yang dibayarkan bulanan secara rutin oleh rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul. 2) Tunjangan 37

38 3) Bonus/ pengganti cuti besar. c. Jenis pengurang Jenis-jenis pengurang yang disajikan pada data perhitungan yang dilakukan oleh Rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan No.36 tahun 2008. 1), yaitu 5% dari gaji bruto yang diterima karyawan, setinggi-tingginya Rp.6.000.000,00 setahun dan Rp.500.000,00 sebulan. 2) Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), yaitu pengurang pajak yang besarnya sesuai dengan status wajib pajak dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku per 1 januari 2015. 3) Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan atau badan penyelenggara tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkkan oleh menteri keuangan. 2. Analisis perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan PPh 21 terhadap karyawan tetap sesuai dengan undang-undang No.36 Tahun 2008. a. Penerapan perhitungan pajak penghasilan PPh 21 terhadap karyawan tetap sesuai dengan undang-undang No.36 Tahun 2008 sebagai berikut: Penghasilan neto karyawan tetap adalah hasil yang diperoleh dari penghasilan bruto dikurangi:

39 1), sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp 500.000,00 (lima ratus riburupiah) sebulan atau Rp 6.000.000,00 (enam juta rupiah) setahun. 2) Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh menteri keuangan atau badan penyelenggara tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkkan oleh menteri keuangan. b. Besarnya penghasilan neto bagi penerima pensiun berkala yang dipotong PPh pasal 21 adalah seluruh jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan biaya jabatan, sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp 500.000,00 (lima ratus riburupiah) sebulan atau Rp 6.000.000,00 (enam juta rupiah) setahun. c. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), yaitu pengurang pajak yang besarnya sesuai dengan status wajib pajak dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku per 1 januari 2015 yaitu: 1) Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam jutarupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi; 2) Rp3.000.000,00 (tiga jutrupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin; dan 3) Rp3.000.000,00 (tiga jutarupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan

40 lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga. d. Bagi penerima penghasilan yang PPh pasal 21 yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 dengan tarif lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang memiliki NPWP. Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar 120% (seratus dua puluh persen) dari jumlah PPh Pasal 21 yang seharusnya dipotong dalam hal yang bersangkutan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. 3. Analisis perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan PPh 21 terhadap karyawan tetap dengan NPWP dan karyawan yang tidak memiliki NPWP antara rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul dengan peraturan perpajakan. Perhitungan pajak penghasilan PPh pasal 21 karyawan tetap dihitung berdasarkan data yang didapatkan di rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul yang terdiri dari data karyawan sebagai berikut : a. Perhitungan pajak karyawan dengan NPWP Karyawan tetap secara keseluruhan di rumah sakit PKU Muhammadiayah berjumlah 441 karyawan. Karyawan dengan NPWP terdiri dari 248 karyawan. Perhitungan pajak untuk karyawan yang telah memiliki NPWP secara keseluruhan telah sesuai dengan peraturan perpajakan. Perhitungan yang mewakili perhitungan pajak

41 keseluruhan karyawan yang memiliki NPWP dan telah melakukan perhitungan pajak yang benar yaitu: 1) Bapak Anwar Siswanto karyawan rumah sakit PKU Muhammadiyah yang bersatus K/1, telah memiliki NPWP dengan memperoleh gaji Rp. 1.612.048, tunjangan Rp. 2.541.827 besarnya pajak yang dikenakan adalah: Penghasilan bruto setahun Rp. 49.846.500 (5%x Rp. 49.846.500) Rp. 2.492.325 Iuran pensiun Rp. 1.278.677 Jumlah netto setahun Rp. 46.075.498 PTKP (K/1) Rp. 42.000.000 PKP Setahun Rp. 4.075.498 PPh pasal 21 terhutang: 5% x Rp. 4.075.498 Rp. 203.775 Berdasarkan perhitungan tersebut untuk PPh 21 terutang bapak anwar siswanto telah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. 2) Ibu siti zubaidah karyawan PKU Muhammadiyah Bantul yang bersetatus TK/0 dengan gaji Rp. 1.706.635, tunjangan Rp. 1.840.187 besarnya pajak yang dikenakan adalah: Penghasilan bruto setahun Rp. 42.561.864 (5% x Rp. 42.561.864 ) Rp. 2.128.093

42 Iuran pensiun Rp. 1.169.894 Jumlah netto setahun Rp. 39.263.877 PTKP (TK/0) Rp. 36.000.000 PKP setahun Rp. 3.263.877 PPh pasal 21 terutang: 5% x Rp. 3.263.877 Rp. 163.194 Berdasarkan data tersebut perhitunganyang dilakukan telah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. b. Perhitungan pajak Karyawan tanpa NPWP berdasarkan perhitungan rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul. Karyawan tetap yang belum memiliki NPWP di rumah sakit PKU Muhammadiayah terdiri dari 193 karyawan. Karyawan yang belum memiliki NPWP dan telah memperoleh honorarium yang melebihi PTKP sebanyak 3 orang. Perhitungan pajak untuk karyawan yang belum memiliki NPWP secara keseluruhan telah sesuai dengan peraturan perpajakan namun dalam penerapan tarif pajak masih terdapat kekeliruan. Perhitungan pajak untuk karyawan tetap yan belum memiliki NPWP dan telah melebihi PTKP antara lain: 1) Agus marsudi raharjo adalah karyawan tetap rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul, belum memiliki NPWP dengan status K/2 dengan memperoleh gaji sebesar Rp 1.346.492, tunjangan sebesar Rp 1.155.506, bonus / pengganti cuti besar sebesar Rp 1.765.283 besarnya pajak yang dikenakan adalah:

43 Penghasilan bruto setahun Rp 52.972.655 (5% x Rp 52.972.655) Rp 2.648.633 Iuran pensiun Rp 1.169.894 Penghasilan netto setahun Rp 49.154.128 PTKP (K/2) Rp 45.000.000 PKP setahun Rp 4.154.128 PPh pasal 21 terutang: 5% x Rp 4.154.128 Rp 207.706 2) Perhitungan yang dilakukan penulis berdasarkan data yang sama dan dihitung sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku adalah sebagai berikut: Penghasilan bruto setahun Rp 52.972.655 (5% x Rp 52.972.655) Rp 2.648.633 Iuran pensiun Rp 1.169.894 Penghasilan netto setahun Rp 49.154.128 PTKP (K/2) Rp 45.000.000 PKP setahun Rp 4.154.128 PPh pasal 21 terutang: (5% x 20% x Rp 4.154.128) Rp. 249.248

44 Hasil perhitungan diatas menunjukan perbedaan jumlah PPh pasal 21 terutang menurut perhitungan rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul dan perhitungan penulis berdasarkan ketentuan Undang-undang. Perhitungan pajak yang didapatkan oleh rumah sakit PKU Muhammadiyah sebesar Rp 207.706 dan perhitungan penulis sebesar Rp 249.248, selisih yang didapat sebesar Rp 41.541. 3) Dr. nurcholid umam kurniawan adalah karyawan tetap rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul, belum memiliki NPWP dengan status K/1 dengan memperoleh gaji sebesar Rp 1.433.695, tunjangan sebesar Rp 2.411.784 besarnya pajak yang dikenakan adalah: Penghasilan bruto setahun Rp 46.145.748 (5% x Rp 46.145.748) Rp 2.307.287 Iuran pensiun Rp 1.029.408 Penghasilan netto setahun Rp 42.809.053 PTKP (K/1) Rp 42.000.000 PKP setahun Rp 809.053 PPh pasal 21 terutang: 5% x Rp 809.053 Rp 40.453 4) Perhitungan yang dilakukan penulis berdasarkan data yang sama dan dihitung sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku adalah sebagai berikut:

45 Penghasilan bruto setahun Rp 46.145.748 (5% x Rp 46.145.748) Rp 2.307.287 Iuran pensiun Rp 1.029.408 Penghasilan netto setahun Rp 42.809.053 PTKP (K/1) Rp 42.000.000 PKP setahun Rp 809.053 PPh 21 terutang: (5% x 20% x Rp 809.053) Rp. 48.543 Hasil perhitungan diatas menunjukan perbedaan jumlah PPh pasal 21 terutang menurut perhitungan rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul dan perhitungan penulis berdasarkan ketentuan Undang-undang. Berdasarkan perhitungan diatas jumlah dari rumah sakit PKU Muhammadiyah sebesar Rp 40.453 dan perhitungan penulis sebesar Rp 48.543, selisih yang didapat sebesar Rp. 8.091. 5) Ika sulistya utami adalah karyawan tetap rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul, belum memiliki NPWP dengan status TK/0 dengan memperoleh gaji sebesar Rp 1.393.748, tunjangan sebesar Rp 2.446.882 besarnya pajak yang dikenakan adalah: Penghasilan bruto setahun Rp 46.087.560 (5% x Rp 46.087.560) Rp 2.304.378

46 Iuran pensiun Rp 1.007.933 Penghasilan netto setahun Rp 42.775.249 PTKP (TK/0) Rp 36.000.000 PKP setahun Rp 6.775.249 PPh pasal 21 terutang: 5% x Rp 6.775.249 Rp 338.762 6) Perhitungan yang dilakukan penulis berdasarkan data yang sama dan dihitung sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku adalah sebagai berikut: Penghasilan bruto setahun Rp 46.087.560 (5% x Rp 46.087.560) Rp 2.304.378 Iuran pensiun Rp 1.007.933 Penghasilan netto setahun Rp 42.775.249 PTKP (TK/0) Rp 36.000.000 PKP setahun Rp 6.775.249 PPh 21 terutang: (5% x 20% x Rp 6.775.249) Rp. 406.515 Hasli perhitungan diatas menunjukan perbedaan jumlah PPh pasal 21 terutang menurut perhitungan rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul dan perhitungan penulis berdasarkan ketentuan Undangundang. Berdasarkan perhitungan diatas jumlah dari rumah sakit PKU

47 Muhammadiyah sebesar Rp 338.762 dan perhitungan penulis sebesar Rp 406.515, selisih yang didapat sebesar Rp 67.752. Perhitungan pajak yang dilakukan diatas menunjukan selisih yang cukup besar yang disebabkan karena adanya kekeliruan dalam penetapan tarif perhitungan yang dilakukan oleh rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul. Perhitungan pajak tersebut tidak sesuai dengan Undang-Undang pajak No.36 Tahun 2008 dalam pasal 21 dan 22 yang menyatakan bahwa wajib pajak yang tidak memiliki NPWP wajib dikenakan tarif lebih tinggi yaitu sebesar 120% Lebih tinggi dari tarif wajib pajak dengan NPWP. Jika hal ini dibiarkan, maka hal tersebut akan menjadi kerugian tidak hanya bagi karyawan yang bersangkutan, namun hal tersebut juga menjadi kerugian bagi pemerintah.