BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) tujuan pembangunan tersebut. Untuk mencapai pembangunan itu maka pemerintah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) (APBN) terbesar. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Praktik kerja lapangan ini adalah salah satu mata kuliah yang harus diambil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberi kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memperhatikan masalah pembiayaan dan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri. yang semula dilakukan Cuma-Cuma dan sifatnya memaksa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan

kesadaran masyarakatnya dalam mematuhi aturan-aturan yang ditentukan oleh pelayanan dan fasilitas umum maupun penyediaan biaya bagi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Dalam hal ini peran masyarakat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) Pembangun Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang masih terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pajak merupakan sumber penerimaan yang paling potensial di Indonesia.

BAB II KAJIAN TEORI. Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) tengah menggalakkan pembangunan disegala aspek kehidupan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. H. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Utara, oleh sebab itu mahasiswa/i diwajibkan untuk melakukan riset dan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dianggap mampu mencerminkan kerjasama nasional. Dalam hal pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) untuk mewujudkannya. Untuk menanggulangi dana yang cukup besar itu,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. selalu melakukan pembangunan guna kemajuan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. anggaran dana yang besar. Dana tersebut diperoleh dari penerimaan dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari hasil Pajak Daerah. Pajak

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) untuk menjembatani antara dunia pendidikan dengan dunia kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. Dimana setiap warga negara yang memenuhi syarat secara hukum, wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) langsung dapat membimbing kita kedalam dunia kerja nyata guna memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dimanfaatkan untuk melaksanakan dan meningkatkan pembangunan nasional.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengatur keseimbangan kehidupan perekonomian dan pemanfaatan dana

BAB I PENDAHULUAN. H. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) hak Negara dan hak warga Negara pembayar pajak. Hak Negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) PKLM adalah suatu kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang

BAB IV ANALISA DATA EVALUASI DATA.47. Belawan 47. Paksa Surat Paksa.57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan..59. B. Saran...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik kerja Lapangan Mandiri. memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pengalaman praktis di lapangan yang secara langsung. berhubungan dengan teori teori keahlian yang diterima di bangku

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. mengenai lingkungan kerja dan kegiatan-kegiatan suatu perkantoran khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. politik,perlu disadari pula bahwa mutu pendidikan bagi pelajar harus lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. berbagai faktor pendukung terutama stabilitas ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Untuk menyukseskan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Sebagai mahluk hidup dan juga sosial manusia memerlukan fasilitas-fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pemerintahan karena jumlahnya relatif stabil. Dari sektor pajak diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri. mahasiswa secara mandiri yang bertujuan memberikan pengalaman praktis di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada dasarnya Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. suatu usaha yang telah disusun dengan kurikulum dengan syarat-syarat untuk

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. rakyat pada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dimiliki Indonesia. Hasil dari kekayaan alam dan potensi lainnya itulah yang

BAB II LANDASAN TEORI. sudut pandang yang digunakan oleh masing-masing ahli pada saat merumuskan. Definisi pajak menurut para ahli sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dari sektor pajak diharapkan partisipasi aktif masyarakat dalam

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Penggalian potensi penerimaan dalam negeri akan terus ditingkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) kehidupan masyarakat khususnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) meningkatkan kualitas pendidikan dilingkungan kampus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) yang mampu berperan sebagai tenaga yang terampil, kritis dan siap untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan (daya pikul) masing-masing yang dapat dipaksakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pembangunan Nasional. Untuk itu perlu adanya peningkatan kesadaran dan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. belum satu satunya. Dari berbagai alasan pengenaan pajak, kebijakan pajak di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

BAB I PENDAHULUAN. Politik Universitas Sumatera Utara. Karena sifatnya untuk memberikan dan belajar keahlian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara dari sektor perpajakan merupakan sumber utama. untuk pembangunan nasional dan penyelenggaraaan pemerintahan.

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat tercapinya pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. melaksanakan kewajiban perpjakannya.setelah adanya tax reform,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PRAKTIK KERJA LAPANGAN. Dalam situasi Negara Republik Indonesia yang sedang melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Negara pada dasarnya adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau pemotongan pajak tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Negara dalam menjalankan tugas rutin dan pembangunan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

PENDAHULUAN. yang cukup besar. Salah satu cara memenuhi pembiayaan tersebut berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi Anggaran

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia memiliki tujuan pembangunan Nasional yaitu terciptanya suatu masyarakat yang sejahtera. Untuk itu sangat dibutuhkan sekali dana anggaran yang besar dalam mewujudkan tujuan pembangunan tersebut. Untuk mencapai pembangunan itu maka pemerintah berusaha meningkatkan penerimaan, khususnya penerimaan dari sektor pajak. Pajak merupakan salah satu sektor penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) terbesar setelah sektor Migas di Indonesia. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintahan yang menginginkan pembangunan nasioanal yang harus dibiayai dari sumber dana yang berasal dari masyarakat sendiri sebagai upaya untuk mengurangi tingkat ketergantungan pinjaman dari luar negeri dan meningkatkan kemandirian Negara. Pernyataan ini sesuai dengan yang ada dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1983. Sejak dilakukannya reformasi perpajakan pada tahun 1983, maka sistem perpajakan yang sebelumnya adalah official assessment system yaitu suatu sistem pemungutan yang memberikan wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak menjadi self assessment syetem yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Sistem perpajakan seperti ini memberikan kepercayaan bagi wajib pajak sendiri untuk menghitung,

memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan sendiri jumlah pajak sebenarnya terutang atau yang akan dibayar. Sesuai dengan sistem ini aparat pajak atau fiskus adalah meberikan pelayanan, pembinaan, pengawasan terhadap pembayaran pajak. Kewajiban pajak yang langsung dikenakan kepada wajib pajak yang mempunyai penghasilan disebut pajak penghasilan. Pajak penghasilan dikenakan terhadap orang pribadi atau badan yang meperoleh penghasilan berupa uang atau barang dalam jumlah tertentu, dan jumlah itu memenuhi syarat untuk dikenakan pajak. Tata cara demikian itu diistilahkan oleh undang-undang No. 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir menjadi undang-undang No. 36 tahun 2008 pasal 20 dengan sebutan pelunasan pajak dalam tahun berjalan. Tujuan dari tata cara ini adalah agar wajib pajak tidak terlalu berat membayar pajak sekaligus pada akhir tahun pajak. Sifat pelunasan dalam tahun berjalan adalah pemberian kesempatan pada wajib pajak untuk mengangsur dan menunda pembayaran pajak terutang. Pada kenyataannya masih banyak wajib pajak yang tidak mau membayar angsuran Pajak Penghasilan pasal 25 Undang-undang No. 36 tahun 2008 disebabkan karena kurang tahunya wajib pajak mengenai pengajuan pengangsuran dan penundaan angsuran pajak penghasilan dan apa saja yang diperlukan untuk melaksanakan angsuran tersebut.bila wajib pajak yang kesulitan keuangan tersebut tidak membuat permohonan penundaan pembayaraan, maka mereka akan dikenakan

sanksi sebesar 2% sebulan atas jumlah pajak yang tidak/kurang dibayar atau terlambat dibayar. Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik ingin menyajikan tugas akhir ini dengan judul PROSEDUR PERMOHONAN PENGURANGAN ANGSURAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 BADAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR. Berharap nantinya masalah yang akan dibahas dapat bermanfaat dan berguna bagi semua kalangan. B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupkan salah satu syarat yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU. Setiap kegiatan yang dilaksanakan tentunya mempunyai tujuan 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1.1 Untuk mengetahui dasar yang digunakan dalam Permohonan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan pasal 25. 1.2 Untuk mengetahui prosedur Permohonan Pengurangan Angsuran Pajak Penghasilan pasal 25 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. 1.3 Mengetahui Kendala dalam mengajukan proses pengajuan pengurangan pembayaraan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 2.1 Bagi Mahasiswa a. Dapat mempelajari tentang prosedur permohonan pengurangan angsuran pembayaran pajak khususnya Pajak Penghasilan pasal 25. b. Dapat mengetahui cara menghitung angsuran bulanan Pajak Penghasilan pasal 25. c. Sebagai media dalam mengenal dunia kerja yang merupakan wujud konkrit dari dunia pendidikan. d. Menambah kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. 2.2 Bagi Prodip III Adm. Perpajakan FISIP USU a. Menambah hubungan kerjasama antara pihak Program Studi dengan Instansi Pemerintah khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan timur, b. Mempromosikan sumber-sumber potensi dari Prodip III Adm. Perpajakan FISIP USU c. Menyediakan test dunia pekerjaan yang nyata bagi para lulusan, 2.3 Bagi Instansi Pemerintah a. Membina kerjasama antar lembaga pendidikan dengan Instansi Pemerintah b. Dapat menambah kualitas dan kuantitas Perpajakan, c. Dengan dilaksanakan praktik kerja lapangan mandiri bagi mahasiswa dituntut sumbangsihnya terhadap instansi baik berupa saran maupun kritik yang menjadi sumber masukan untuk meningkatkan kinerja instansi.

C. Uraian Teoritis 1. Pajak Secara Umum 1.1.Definisi dan Fungsi Pajak Berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Besarnya jumlah pajak juga sudah ditetapkan dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2 yang menyatakan bahwa Segala penerimaan pajak harus berdasarkan undang-undang. Beberapa ahli perpajakan juga mengemukakan pendapat yang berbeda mengenai pajak, tetapi pada dasarnya pendapat yang dikemukakan tersebut mempunyai maksud dan tujuan yang sama. Diantaranya yaitu : a) Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. (Mardiasmo, 2008:2) b) Dr. N. J. Feldman, berpendapat bahwa: Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara

umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.(resmi. 2008:2) Dari pengertian diatas dapat disimpulkan ciri-ciri yang melekat pada pengertian perpajakan diatas, yaitu : a) Pajak dipungut berdasarkan undang-undang, b) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan kontraprestasi individual oleh pemerintah, c) Pajak oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, d) Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment, e) Pajak dapat juga mempunyai tujuan yang bukan Budgeter, yaitu mengatur. Berdasarkan kesimpulan diatas terdapat dua fungsi pajak, yaitu : a) Fungsi Penerimaan (Budgeter), yaitu pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. b) Fungsi Mengatur (Reguler), yaitu pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dibiadang sosial dan ekonomi.

Pajak dapat dikelompokkan menjadi tiga (3) kelompok, (Siti Resmi, 2008 :7), yaitu : 1. Menurut Golongannya, yaitu : a) Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain. Misalnya : Pajak Penghasilan (PPh). b) Pajak Tidak Langsung, yaitu yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Misalnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN). 2. Menurut Sifatnya, yaitu : a) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan subjeknya., Misalnya : Pajak Penghasilan (PPh). b) Pajak Objektif, yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya, tanpa memerhatikan keadaan pribadi wajib pajak. Misalnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN). 3. Menurut Lembaga Pemungutannya, yaitu : a) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara. b) Pajak Daerah,yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

1.2.Tata Cara Pemungutan Pajak Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan, maka dalam pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut, yaitu ; a) Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan). Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil, maksudnya dalam mengenakan pajak harus dilakukan secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing dan memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan keberatan, penundanaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak. b) Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis). Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2 sehingga memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warganya. c) Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis) Setiap pemungutan pajak tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat. d) Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansial) Biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.

e) Sistem pemungutan pajak harus sederhana Jika dalam pemungutan sederhana, maka ini akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban membayar pajaknya. Ada beberapa jenis Sistem Pemugutan Pajak, (Mardiasmo 2008 : 7), yaitu : 1. Official Assessment System Yaitu suatu sistem pemungutan yang meberikan wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. 2. Self Assessment System Yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang. 3. With Holding System Yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menetukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. 2. Pengertian Pajak Penghasilan pasal 25 Pajak penghasilan Pasal 25 adalah angsuran Pajak Penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan. Angsuran pajak penghasilan pasal 25 ini juga dapat dijadikan sebagai kredit pajak atau pengurang dalam menghitung pajak yang terhutang atas

seluruh penghasilan wajib pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Tahunan.(Undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan) 3. Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan pasal 25 Pajak Penghasilan Pasal 25 yang terutang untuk setiap masa pajak harus dibayar selambat lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya setelah berakhir masa pajak. Apabila wajib pajak tidak/kurang dibayar, atau terlambat membayar maka wajib pajak dikenakan saksi administrasi berupa denda dan bunga sebesar 2% sebulan atas jumlah pajak yang tidak/kurang dibayar, atau terlambat dibayar dihitung sejak tanggal jatuh tempo pembayaran berakhir sampai dengan tanggal dilakukan pembayaran atas pajak yang tidak/kurang dibayar. Sedangkan penyetorannya dilakukan melalui Kantor Pos atau Bank Bank Persepsi yang ditunjuk Pemerintah dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP). SSP ini nantinya sebagai bukti bahwa Wajib Pajak sudah menbayar dan sebagai sarana untuk melaporkan pembayaran pajaknya tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama tempat Wajib Pajak terdaftar. D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam PKLM ini penulis ingin memfokuskan pada kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri tentang Prosedur Permohonan Pengurangan Pembayaraan Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25. Data yang digunakan adalah data-data tahun

terbaru pada saat ini serta kendala-kendala lain yang dihadapi oleh Wajib Pajak dalam pengajuan permohonan pengangsuran pembayaran Pasal 25. E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi sesuai dengan metode yang digunakan, maka tahapannya adalah sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan Dalam tahap ini, penulis melakukan berbagai persiapan yang menyangkut PKLM ini, mulai dari penentuan judul dan instansi tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, mencari bahan untuk membuat proposal, serta konsultasi dengan dosen pembimbing. 2. Studi Literatur Penulis mengumpulkan data yang menyangkut masalah yang akan dibahas melalui sumber bacaan seperti : buku perpajakan, Undang-undang perpajakan, artikel ilmiah maupun literatur yang berhubungan dengan PKLM. 3. Observasi Lapangan Dalam tahap ini penulis melakukan peninjauan/pengamatan secara langsung pada objek praktik kerja lapangan dan meninjau secara langsung kondisi serta keadaan objek, tempat pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui sistem kerja yang berlaku pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

4. Pengumpulan Data Pada tahap ini penulis mengumpulkan data melalui dua cara yaitu data primer dan sekunder yang bertujuan untuk pengumpulan data yang berhubungan dengan penyusunan laporan PKLM. Pengumpulan Data dalam tahap ini penulis mengumpulkan data melalui dua cara yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari pihak-pihak yang memahami dan menguasai objek kajian dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari referensi yang mendukung laporan penyajian Praktik Kerja Lapangan Mandiri. 5. Analisis Data dan Evaluasi Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisa dan mengevaluasi data secara kualitatif yang kemudian akan dipresentasikan secara objektif, jelas dan sistematis. F. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Daftar Wawancara (Interview Guide) Dalam hal ini penulis mengajukan pertanyaan langsung kepada para pegawai yang berhubungan dengan masalah yang dibahas atau bertanya langsung kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan data primer dan

informasi tentang pelaksanaan prosedur permohonan pengurangan angsuran pajak penghasilan pasal 25. 2. Daftar Observasi (Observation Guide) Dalam metode ini penulis langsung turun kelapangan untuk melakukan peninjauan, mendengar serta mencatat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam prosedur permohonan pengurangan angsuran pajak penghasilan pasal 25. 3. Daftar Dokumentasi(Optional Guide) Studi dokumentasi dengan mempelajari buku dan/atau literatur, hasil-hasil penelitian, meminta dokumen atau data-data pendukung yang berhubungan dengan PKLM. G. Sistem Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandri, Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Uraina Teoritis mengenai Pajak Penghasilan Pasal 25, Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri, dan Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Dalam bab ini penulis menguraikan sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur., Struktur Organisasi, Bidang-Bidang Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, Deskipsi kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI Dalam bab ini menguraikan tentang prosedur permohonan pengurangan pengangsuran pembayaran pajak penghasilan pasal 25 dengan menganalisis permasalahan yang dihadapi oleh Wajib Pajak dalam penyampaian permohonan. BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI Pada bab ini membahas tentang analisa dan evaluasi data yang diperoleh mengenai Prosedur Permohonan Pengurangan Pembayaran Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang kesimpulan dan saran selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). DAFTAR PUSTAKA