ANALISIS DAMPAK LETUSAN GUNUNG SINABUNG KAITANNYA DENGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KABUPATEN KARO PROPINSI SUMATERA UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkaran gunung api (ring of fire). Posisi tersebut menyebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berada di dalam wilayah Ring of Fire. Ring

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi

BAB I PENDAHULUAN. faktor alam dan non alam yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

BAB I PENDAHULUAN. api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik secara materi atau secara spiritual. Bencana sering terjadi

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB I PENDAHULUAN. daratan. Salah satu kenampakan alam yang meliputi wilayah perairan ialah sungai.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor tanaman, bahan makanan,

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara

BAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara

LAPORAN EVALUASI AWAL BENCANA TANAH LONGSOR DESA BANARAN, KECAMATAN PULUNG, KABUPATEN PONOROGO

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur.

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. individu membutuhkannya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.3. linier. effusif. sentral. areal. eksplosif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur

Beda antara lava dan lahar

DAMPAK DEBU VULKANIK LETUSAN GUNUNG SINABUNG TERHADAP KADAR Cu, Pb, DAN B TANAH DI KABUPATEN KARO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat

6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.1. G. PUET SAGOE, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB I PENDAHULUAN. geografis Indonesia yang demikian menempatkan Indonesia di posisi silang,

BAB I PENDAHULUAN. samudra Hindia, dan Samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur

Telepon: , , Faksimili: ,

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan negara kepulauan terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur

5.5. G. LAWARKAWRA, Kepulauan Banda, Maluku

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

Letusan Gunung Agung bisa menghasilkan tanah tersubur

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,

Jenis Bahaya Geologi

Letusan Gunung Sinabung Tingkatkan Kesuburan Tanah

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Gunung Kelud merupakan salah satu gunung api aktif yang ada di

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik secara materi atau secara spiritual. Bencana sering terjadi

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

DANAU SEGARA ANAK. Gambar 1. Lokasi Danau Segara Anak di Pulau Lombok. Gambar 2. Panorama Danau Segara Anak Rinjani dengan kerucut Gunung Barujari.

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar, yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng. menjadi negara yang rawan terhadap bencana alam.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Peta sebaran gunungapi aktif di Indonesia (dokumen USGS).

KONDISI TANAH DAN TEKNIK REHABILITASI LAHAN PASCA-ERUPSI GUNUNG MERAPI. Deddy Erfandi, Yoyo Soelaeman, Abdullah Abas Idjuddin, dan Kasdi Subagyono

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara, dengan luas 2.127,25 Km 2 atau 2,97% dari luas

ERUPSI G. SOPUTAN 2007

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Penelitian ini berangkat dari kejadian bencana alam yang terjadi di Kabupaten Karo

BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008

BAB I PENDAHULUAN. serta hilangnya pekerjaan masyarakat. Aset natural, finansial, fisik, manusia, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan permukiman sehingga muncul larangan bermukim. Merapi terletak antara dua provinsi yakni Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. wisata pendakian Gunung Sinabung yang memberikan pesona alam tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif

Kemampuan Tampungan Sungai Code Terhadap Material Lahar Dingin Pascaerupsi Gunungapi Merapi Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

Transkripsi:

ANALISIS DAMPAK LETUSAN GUNUNG SINABUNG KAITANNYA DENGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KABUPATEN KARO PROPINSI SUMATERA UTARA Oleh: Supriyono Mahasiswa Magister Pendidikan Geografi (M.Pd.) Supri.yono29@yahoo.co.id ABSTRACT This study aims to determine how the characteristics of the eruption of Mount Sinabung, and relation to socioeconomic conditions and government policies in emergency response, the eruption of Mount Sinabung. Description of the research method of direct observation to the slopes of Mount Sinabung disaster area and purposive sampling. Based on the results of the study (1) From the results of the study 41,501% classified Volcanic ash, in the short term, volcanic ash has a negative effect on the environment. However, in the long run, volcanic ash has benefits for human life, especially in agriculture and the volume of material Sinabung eruption about 50 million m 3 to 300 m thick can be used as a good C class mining for building materials, (2) Economic Activity From the society recorded the whole region is threatened because of crop failure in 2,666 ha was cropland, 1.8853 ha is land horticulture and plantation land area of 5,402 ha, (3) Policies of the Government is to provide incentives for refugees in a radius of 5 km and housing compensation society stricken with Rp148,25 billion budget funds Keywords: Impact Sinabung Eruption, Social Economic and Government Policy PENDAHULUAN Salah satu gunungapi aktif yang beru-baru ini menunjukkan aktifitasnya adalah Gunungapi Sinabung. Masyarakat sekitar Gunungapi sinabung menyebutnya dengan bahasa daerah yaitu deleng. Gunung Sinabung adalah gunungapi di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Gunung Sinabung dan gunung Sibayak adalah gunung api yang masih aktiv di daerah Sumatera Utara. Aktiv gunung sinabung yang terjadinya erupsi pada tahun 2013 yang lalu. Gunungapi Sinabung menjadi puncak tertinggi di daerah tersebut yaitu dengan ketinggian puncak pegunungan yaitu 2.460 meter.

Gunungapi Sinabung tercatat dalam puluhan tahun ini tidak ada aktivitas vulkanik sejak erakhir meletus pada 1.600 tahun yang lalu, tetapi aktiv kembali dan munculnya erupsi gunug api yang terjadi letusan pada tanggal 27 Agustus 2010. Letusan gunung api mengeluarkan material vulkanik yang sangat berbahaya karena mengeluarkan lahar dan awan panas. Pada tanggal 29 Agustus 2010 yaitu pukul 00.15 WIB waktu dini hari, Gunung sinabung menggeluarkan magma dan lava. Sehingga PVMBG Status menaikkan status gunung Sinabung dari siaga menjadi Awas. Penduduk sekitar 12.000 diungsikan dan di tampung di 8 tempat pengungsian tenda-tenda tanggab darurat. Suara letusan ini terdengar sampai jarak 8 kilometer. Debu vulkanis ini tersembur hingga 5.000 meter di udara. Abu Gunung Sinabung cenderung meluncur dari arah barat daya menuju timur laut. Sebagian Kota Medan juga terselimuti abu dari Gunung Sinabung. Bandar Udara Polonia di Kota Medan dilaporkan tidak mengalami gangguan perjalanan udara. Satu orang dilaporkan meninggal dunia karena gangguan pernapasan ketika mengungsi dari rumahnya. Hasil dari erupsi Gunung Sinabung tersebut Mengeluarkan Kabut asap yang tebal berwarna hitam disertai hujan pasir dan abu vulkanik yang menutupi ribuan hektar tanaman petani yang berjarak dibawah radius 6 km. Debu Vulkanik mengakibatkan tanaman petani yang berada di lereng gunung banyak yang mati dan rusak. Diperkirakan seluas 15.341 Ha tanaman pertanian terancam gagal panen. Debu vulkanik berwarna putih keabuan telah menutupi hutan, desa, dan lahan pertanian disekitarnya sehingga tiba-tiba muncul pikiran penulis untuk meneliti apakah ada bahaya debu vulkanik tersebut terhadap kesehatan warga setempat tanaman pertanian dan ternak warga setempat (Alekxander, 2010)

Abu vulkanik adalah bahan mineral adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan keudara saat terjadi letusan. Erupsi terdiri dari batuan yang ukuran besar sampai berukuran halus yang berukuran besar biasanya jatuh dilereng disekitar sampai radius + 5-7 km dari kawah. Sedangkan ukuran halus dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan hingga ribuankilometer (Sudaryo dan Sucipto,2009). Mengingat begitu sangat meresahkannya aktifitas Gunung Sinabung yang telah mengeluarakan bahan-bahan letusannya, maka perlu dilakukan penelitian dilapangan dengan judul Analisis Dampak Letusan Gunung Sinabung Kaitanya dengan Kondisi Soaial Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi langsung ke daerah bencana yaitu kaki gunung sinabung dengan pengambilan sampel purposive sampling. Data yang diambil dari bahan letusan yang ditemukan (timbunan bahan letusan) baik di daerah ujung lava maupun yang mengendap di pemukiman masyarakat. Bahan letusan dikelompokkan berdasarkan ukuranya dan mineral batuan, selanjutnya dianalisis dan ditimbang berdasarkan berat untuk menentukan prosentase (%) bahan letusan. Serta untuk mendukung data yang terkait dengan sosial ekonomi dengan melakukan wawancara. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat yang sederhana, hal ini dikarenakan keterbatasan alat yang dimiliki dan karena terbatasnya fasilitas yang ada serta jauhnya lokasi penelitian yang akan dilakukan. Alat-alat tersebut adalah: 1.Cangkul atau sekop pengambil sampel, 2. Mistar atau alat pengukur panjang/kedalaman, 3. Ayakan pasir/bahan letusan gunung merapi, 4. Wadah untuk menyimpan sampel material, 5. Camera, 6. GPS (alat penentu posisi koordinat wilayah), 7. Palu geologi, 8. kompas geologi, 9. Lup, 10. Timbangan digital atau Analitik

PEMBAHASAN Gunung Sinabung merupakan tipe gunung Strato Volcano. Starto Vulcano dikenal sebagai gunung api komposit, merupakan sebuah gunung berapi yang tinggi kerucut dibangun oleh banyak lapisan (Strata) dari lava mengeras, tephra, batu apung dan abu vukanik. Gunung ini mempunyai tinggi +2460 dpl. Sebelum tahun 2010 Gunung Sinabung berada pada tipe B karna tidak pernah memperlihatkan aktifitasnya semenjak tahun 1600, namun setelah tahun 2010 Gunung Sinabung menampakan aktifitasnya dengan letusan yang mengakibatkan +30 ribu penduduk harus di ungsikan, dan gunung sinabung mengalami perubahan status menjadi gunung api Starto Vulkano yang bertipe A. Gunung Sinabung, merupakan pegunungan yang muncul dari sub.blok sesar patahan Sumangko(great foult zone Sumatera) yang berada di daerah Kabupaten Karo yang segaris dengan Danau Toba (foult blok mountains). Pegunungan blok Sesar merupakan tipe pegunungan pada wilayah geologi structural, aktifitas magmanya muncul didaerah bidang sesar (patahan).berdasarkan data dari pengamatan dan pengukuran letusan Gunung Sinabung dapat di uraikan sebagai berikut a. Karakteristik Bahan Letusan Gunung Sinabung Setelah dilakukan pengamatan dan pengkuruan yang dilakukan dapat dikatogorikan dalam beberapa ukuran berdasarkan table berikut : Tabel 1. Karakteristik bahan letusan gunung sinabung (tekstur, kekerasan, Berat jenis) No Karakteristik Tekstur Ke Berat Prosentase (mm) kerasan (gram) (%) 1 Tuff Kurang dari 125,825 41,501 5 0,002 2 Lapili 1) Pasir Sangat Kasar/Very 2,00 1,00 33,330 10,994 Coarse Sand 5 2) Pasir Kasar/Coarse Sand 1,00 0,50 76,410 25,202 3) Pasir Sedang/Medium Sand 0,50 0,25 14,424 4,757

4) Pasir Halus/Fine Sand 5) Pasir Sangat Halus/Very Fine Sand 6) Debu/silt 0,25 0,10 0,10 0,05 22,349 29,569 7,371 9,753 0,05 0,002 1,279 Jumlah 303,189 100 % (Sumber : Pengolahan Data 27 Agustus 2014) 0,422 Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa bahwa prosentase karakteristik bahan letusan Gunung Sinabung karakteristif tuff dengan tekstur kurang dari 0.002mm memiliki prosentase yang paling banyak yaitu 41,501 %. Abu vulakanik hasil letusan gunung api memiliki akibat/dampak yang buruk pada lingkungan sekitar. Namun dalam memiliki dampak positif pada jangka waktu yang cukup panjang dan memiliki manfaat yang baik bagi kehidupan manusia yaitu menambahnya kesuburan tanaman khususnya pada bidang pertanian. Dampak yang buruk terhadap lingkungan adalah material abul vulkanik secara kimiawi akan menyebabkan tanaman kehilangan kesuburan tanah. Abu vulkanik memiliki kadar keasaman (Ph) sekitar 4 4,3. Dengan kadar keasamannya, tanah yang terkena abu vulkanik akan memiliki kadar keasaman (Ph) tanah sebesar 5 5,5. Padahal normalnya suatu tanah dikatakan subur jika memiliki tingkat keasaman (Ph) sebesar 6 7. Turunnya kadar keasaman (Ph) tanah ini akan turut menurunkan tingkat kesuburan tanah. Sehingga tanah yang terkena abu vulkanik akan mengalami penurunan produktivitas lahan jika dimanfaatkan untuk bidang pertanian

Gambar 1. Material Hasil Erupsi Letusan Sinabung (Sumber : Dokumentasi 27 Agustus 2014) Sedangkan ukuran Bom Berdasarkan informasi dari badan pengawas gunung api vulkanologi jumlah timbunan lidah larva ini panjang radiusnya 3 km dengan volume materil lidah 50 juta kubik dengan tebal 300 m. Jika material ini meluncur kearah perkampungan dapat menutupi daerah-daerah yang dilewatinya. Sehingga daerah ini tetap menjadi daerah zone merah. Sehingga oleh masyrakat dapat dijadikan sebagai bahan tambang golongan C yang baik untuk bahan bangunan b. Sosial Ekonomi Masyarakat Secara Sosial ekonomi letusan gunung Sinabung menyebabkan sebagian kerusakan tanaman palawija dan tanaman keras. Tanaman palawija yang terdampak yaitu sayur-mayur seperti kol, tomat, cabe, jagung, kacang dan lain sebagainya mengalami rusak sehingga tidak dapat untuk dipanen. Hal ini terjadi diakibatkan oleh letusan gunung sinabung membawa awan panas yang menjadi debu melintasi pada radius areal pertanian penduduk. Kondisi itu akan terus terulang jika terjadi letusan gunung berapi. Untuk itulah diperlukan langkah konkret yang bisa

melindungi penduduk dan ladang pertanian. Berdasarkan keterangan kementerian pertanian bahwa luas lahan yang mengalami kerusakan adalah sebagai berikut Tabel 5 : Tabel 2. Luas Lahan No Ketrangan Kerusakan 1 Tanaman pangan 2.666 ha 2 Lahan holtikultura 1.885 ha 3 Lahan perkebunan 5.402 ha Jumlah 9.953 ha Sumber : Kementrian Pertanian, 2014 Kondisi sebagian warga masih banyak mengungsi di pos-pos pengungsia yang disediakan pemerintah. BNPB mencatat bahwa ada wilayah 6 Desa yang sampai sekarang masih di dalam tenda pengungsia. Karna pemukiman berada pada radius 3 km yang merupakan Zona bahasa Letusan gunung sinabung. Berikut data pengungsi yang dari BNPB : Tabel 3. Jumlah Pengungsi Pada Zona 3 km No Desa Jumlah Prosentae (jiwa) (%) 1 Bekerah 310 6.093 2 Simacem 415 8.156 3 Sigarang-Garang 1489 29.265 4 Gember 450 8.844 5 Sukameriah 408 8.019 6 Guru Kinayan 2016 39.623 Jumlah 5088 100% (Sumber :BNPB, 2014) Dari hasil identifikasi di lapang, tingkat kerusakan yang disebabkan erupsi gunung sinabung terhadap pertanaman kopi di daerah ini termasuk kategori ringan. Gangguan erupsi gunung sinabung terhadap tanaman kopi secara fisik dapat terlihat pada bagian daun, bunga dan buah. Seluruh daun kopi tertutup oleh debu vulkanik yang menyebabkan tanaman kopi terlihat tidak segar dan pucat.. Sedang tanaman kopi yang sedang berbunga tampak jelas terlihat

terganggu oleh pengaruh abu vulkanik akibat erupsi, yang mana bunga-bunga kopi berguguran akibat pengaruh erupsi gunung sinabung. Gambar 2. Lereng kaki vulkanik yang tampak terbakar dilihat dari dataran Vulkanik yang menjadi lahan Perkebunan (Sumber : Dokumentasi 27 Agustus 2014) Dari gamabar diatas buah kopi yang ada ditutupi oleh debu vulkanik, sehingga terlihat tanaman buah kopi berwarna kusam dan tidak segar. Namun pengaruhnya tidak begitu buruk tehadap buah, dibandingkan dengan bunganya, karena hampir semua bunga mengalami berguguran akibat pengaruh abu vulkanik. c. Kebijakan Pemerintah terhadapap tangap darurat bencana letusan Gunung Sinabung Pemerintah akan memberikan insentif bagi pengungsi di radius 5 km yang diperbolehkan pulang ke rumahnya yang telah aman. Mereka yang tidak mengungsi dan bertempat tinggal di radius 5 km juga akan mendapat bantuan. Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, dalam acara konferensi pers Bencana Awas Panas Gunung Sinabung di kantor BNPB mengatakan, pemberian insentif oleh pemerintah tersebut bukan cuma-cuma. Insentif diberikan agar mereka lebih bermartabat. Jadi, kita berikan, meskipun hanya membersihkan rumah sedikit saja, kita berikan insentif, jadi bukan cuma-cuma, kata Sutopo. Ada 16 desa dan 2 dusun yang warganya diperbolehkan kembali,

karena wilayahnya ditetapkan sebagai zona aman. Namun, adanya kesepakatan antara petugas dengan para pengungsi, pengembalian pengungsi ke rumah masing-masing untuk sementara ditunda. Tapi, mereka tetap dapat atau mengikuti cash for work atau padat karya dari BNPB dengan mendapat insentif Rp50 ribu per KK setiap hari selama 2 bulan, jelasnya. Pemerintah, tambahnya, melalui Kementerian Sosial juga akan memberikan jaminan hidup Rp6 ribu per orang setiap hari dan 400 gram beras per orang setiap hari. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : Bahwa hasil penelitian menunjukan 41,501 % terggolong abu Vulkanik, =hasil letusan gunung api memiliki akibat/dampak yang buruk pada lingkungan sekitar. Namun memiliki dampak positif pada jangka waktu yang cukup panjang dan memiliki manfaat yang baik bagi kehidupan manusia yaitu menambahnya kesuburan tanaman khususnya pada bidang pertanian. Sehingga dari segi ekonomi dari keseluruhan wilayah tersebut terancam gagal panen di karenakan 2.666 ha merupakan lahan tanaman pangan, 1.8853 ha adalah lahan hortikultura, dan lahan perkebunan seluas 5.402 ha serta Kebijakan yang dilakukan Pemerintah adalah memberikan insentif bagi pengungsi di radius 5 km dan ganti rugi perumahan masyarakat yang dilanda bencana dengan dana anggaran Rp148,25 miliar DAFTAR PUSTAKA Fianet. 2014. Sejarah Letusan Gunung Sinabung. Blogspot, Februari 2014 (Online) http://fianetmu.com/2014/02/sejarah-letusan-gunung-sinabung-di-kabupaten-karo.html) diakses 27 Agustus 2014 http://www.waspada.co.id/sinabung-bencana-nasional. Diakses tanggal 16 September 2014 http://infopublik.org/read/67003/pemerintah-beri-insentif-padat-karya-bagipengungsi-sinabung. Diakses pada tanggal 16 September 2014 Karo dalam Angka 2011-2012 Maryati, Enok. 2008. Model Sosialisasi Mitigasi pada Masyarakat Daerah Rawan Bencana di Jawa Barat. Makalah. Pp 1-18

Mulyana, A.R., 2010, Pemetaan Kawasan Rawan Bencana G. Sinabung, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi; Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Prambada, O., 2010, Pemetaan Geologi G. Sinabung, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi; Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Santoso, M. S., 1992, Berita Berkala Vulkanologi, G. Sinabung (B), Direktorat Vulkanologi; Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral; Departemen Pertambangan dan Energi. Sadisun Imam, A. 2009. Pemahaman Karakteristik Bencana: Aspek Fundamental dalam Upaya Mitigasi Bencana dan Penanganan Tanggap Darurat Bencana. pp 1-11 UCAPAN TERIMA KASIH Dalam penyelesaian laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan dorongan baik secara moril maupun materil, oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepda Dosen Pembimbing dan Teman-Teman peneliti karena motivasinya penulis dapat menyelesaikan laporan ini. BIOGRAFI PENULIS Supriyono, dilahirkan di Giri Kencana pada tanggal 30 Juli 1987. Penulis merupakan mahasiswa Program Magister Pendidikan Geografi semester 2 yang tengah menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial. Penulis adalah anak pertama dari Bapak Parmin dan Ibu Surati. Penulis menyelesaikan Program Sarjana di Universitas Prof.Dr.Hazairin,S.H Bengkulu pada tahun 2010.