I. PENDAHULUAN. pelepah dasar terbentuknya kepribadian seorang anak. Kedudukan dan fungsi

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK. PENGARUH PERSEPSI ORANG TUA TENTANG KEKERASAN FISIK TERHADAP PEMBENTUKAN PERILAKU ANAK (Dionanita, Adelina Hasyim, Hermi Yanzi)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak

BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BULLYING. I. Pendahuluan

BAB V PEMBAHASAN. mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat

BAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS DATA. dikumpulkan, diklasifikasikan dan dianalisis. mewawancarai secara mendalam kepada responden.

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir :

CENDEKIA Jurnal Ilmu Administrasi Negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

#### Selamat Mengerjakan ####

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear family

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanah dari Allah SWT, Setiap orang tua menginginkan anakanaknya

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Juanita Sari, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat

I. PENDAHULUAN. Kata kekerasan sebenarnya sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan sebuah lembaga atau tempat yang dirancang untuk

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan secara tertib dan terencana yang bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Mendengar terjadinya sebuah kekerasan dalam kehidupan sehari-hari

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. problematika individu di lingkungan keluarga, tidak terkecuali dalam

I. PENDAHULUAN. Tentunya siswa banyak mengalami interaksi yang cukup leluasa dengan. yang dihuni oleh beberapa suku dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Banyak orangtua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar. Mereka beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak.

(25,5%), di sekolah (10%), tempat umum (22%), tempat kerja (5,8%), dan tempat lainnya (3 6,6%). Sedangkan berdasarkan kategori usia, kekerasan fisik t

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan, bukan hanya terjadi ketika seseorang

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. menetap dari hasil interaksi dan pengalaman lingkungan yang melibatkan proses

PERILAKU AGRESIF ORANGTUA TERHADAP ANAK DITINJAU DARI RELIGIUSITAS

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena remaja akan berpindah dari anak-anak menuju individu dewasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB III KONDISI PSIKIS DAN BEHAVIORAL REMAJA SULUNG DENGAN STATUS SEBAGAI ANAK SULUNG DALAM KELUARGA

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi keluarga yang utama ialah mendidik anak-anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 KONTRIBUSI POLA ASUH ORANG TUA DI DALAM KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SD KELAS III

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.

I. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa. dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II IBU DAN ANAK. Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah,

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana seseorang bertindak dan berprilaku. moral. Etika pergaulan perlu di terapkan misalnya (1) Berpakaian rapi di

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga memegang peran penting dalam membentuk watak dan kepribadian anak. Karena pendidikan dikeluarga menjadi risalah awal sekaligus sebagai pelepah dasar terbentuknya kepribadian seorang anak. Kedudukan dan fungsi keluarga dalam kehidupan manusia bersifat primer dan fundamental. Karena keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan anak. Sejak anak terlahir hingga dewasa dengan pengawasan orang tua, dan anak dibesarkan, dididik dan dibimbing oleh keluarga. Pertemuan dengan ibu, ayah dan lingkungan dalam keluarga itu sendiri menjadi subjek sosial yang nantinya akan membentuk dasar anak dengan orang lain. Hubungan anak dengan keluarga merupakan hubungan yang pertama yang ditemui anak. Hubungan anak dengan orangtua dan anggota keluarga lainnya dapat dianggap sebagai suatu sistem yang saling berinteraksi. Sistem-sistem tersebut berpengaruh pada anak baik secara langsung maupun tidak, melalui sikap dan cara pengasuhan anak oleh orangtua.

2 Banyak yang dipelajari anak dalam keluarga, terutama hubungannya dengan orangtua. Kasih sayang dan cinta kasih yang anak kembangkan dalam hubungan sosialnya, erat hubungannya dengan apa yang anak terima dan rasakan dalam keluarganya. Ketika anak merasa disayangi, anak belajar juga untuk berbagi kasih sayang dengan temannya. Sebaliknya jika pengasuhan yang anak terima selalu menyalahkan anak, anak akan belajar mengembangkan perilaku yang sama ketika ia bermain dengan temantemannya, Begitu Juga Ketika anak diajarkan kekerasan di dalam keluarga maka anak pun akan melakukan itu seperti apa yang dia terima di rumah atau lingkungan keluarga. Setiap orang tua selalu menginginkan yang terbaik bagi anak-anak mereka. Perasaan ini kemudian mendorong orangtua untuk memiliki perilaku tertentu dalam mengasuh anak-anak mereka. Yang pada dasarnya orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Perilaku mengasuh dan mendidik anak sudah menjadi pola yang sadar tidak sadar keluar begitu saja ketika menjadi orangtua. Apa yang diinginkan orang tua terkadang disalah artikan oleh anak atau bahkan sebaliknya apa yang diinginkan anak tidak tersampaikan karena orang tua yang merasa menguasai atau lebih tahu akan kemauan anak tersebut. Disinilah konflik akan timbul. Biasanya hal-hal kecil dalam keluarga yang memicu timbulnya konflik. Seperti kesalah fahaman antara anak dan orang tua. Akibat kesalah fahaman orang tua dan anak, terjadi adu argumen antara orang tua dan anak, karena merasa dibantah perkataannya orang tua sering kali

3 menampar seorang anak dengan tidak sewajarnya, tujuannya pendidikan agar seorang anak tidak mengulangi kesalahannya lagi. Namun tanpa disadari dengan dididik kasar seperti itu justru akan membuat anak semakin membangkang dan kurang patuh. Iya justru benci melihat orang tuanya bukan malah segan dan patuh pada orang tuanya. Banyak cara yang diterapkan oleh orang tua dalam mendidik anak. Ada yang mengutamakan kasih sayang, komunikasi yang baik dan pendekatan yang lebih bersifat afektif, ada pula yang menggunakan kekerasan sebagai salah satu metode dalam menerapkan kepatuhan dan pendisiplinan anak. Kekerasan pada anak, baik fisik maupun psikis dipilih sebagai cara untuk mengubah perilaku anak dan membentuk perilaku yang diharapkan. Kekerasan Terhadap Anak terbagi kedalam tiga bentuk menurut Terry E. Lawson, psikiater internasional yaitu, kekerasan secara fisik, kekerasan emosional, kekerasan verbal, kekerasan seksual. Kekerasan Fisik terjadi ketika orang tua atau pengasuh dan pelindung anak memukul anak (ketika anak sebenarnya memerlukan perhatian). Pukulan akan diingat anak itu jika kekerasan fisik itu berlangsung dalam periode tertentu. Kekerasan yang dilakukan seseorang berupa melukai bagian tubuh anak. Kemudian kekerasan emosional (emotional abuse) terjadi ketika orang tua/pengasuh dan pelindung anak setelah mengetahui anaknya meminta perhatian, mengabaikan anak itu. Ia membiarkan anak basah atau lapar karena ibu terlalu sibuk atau tidak ingin diganggu pada waktu itu. Ia boleh jadi mengabaikan kebutuhan anak untuk dipeluk atau dilindungi. Anak akan mengingat semua kekerasan emosional jika kekerasan emosional itu berlangsung konsisten. Orang tua yang secara

4 emosional berlaku keji pada anaknya akan terus menerus melakukan hal sama sepanjang kehidupan anak itu. Berdasarkan bentuk-bentuk kekerasan diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai kekerasan fisik terhadap anak yang sedang marak terjadi. Seperti yang dijelaskan diatas bahwa kekerasan fisik adalah Segala bentuk penyiksaan fisik terjadi ketika orang tua frustrasi atau marah, kemudian melakukan tindakan-tindakan agresif secara fisik, dapat berupa cubitan, pukulan, tendangan, menyulut dengan rokok, membakar, dan tindakan - tindakan lain yang dapat membahayakan anak. Sulit dibayangkan bagaimana orang tua dapat melukai anaknya. Sering kali penyiksaan fisik adalah hasil dari hukuman fisik yang bertujuan menegakkan disiplin, yang tidak sesuai dengan usia anak. Banyaknya orang tua yang ingin menjadi orang tua yang baik, tapi lepas kendali dalam mengatasi perilaku seorang anak. Berdasarkan data KPAI yang dikutip dari internet Tingkat kekerasan terhadap anak tercatat kekerasan fisik tercatat sebanyak 294 kasus atau 28%, kekerasan psikis 203 kasus 20%, dan kekerasan seksual 535 kasus 52%. Angka kekerasan yang mencapai ribuan itu hanya berdasar data yang dilaporkan. Sesungguhnya, kasus-kasus yang tidak dilaporkan bisa mencapai tiga kali lipatnya dalam masyarakat. Ironisnya, kekerasan-kerasan tersebut sering terjadi dalam ruang yang seharusnya menjadi tempat yang aman untuk anak. Dilakukan orang-orang yang dekat dengan anak. Terbukti, kekerasan anak SD di Bukittinggi terjadi di sebuah musala sekolah dasar, oleh teman-teman

5 sekolahnya lagi. Terlepas dari banyaknya kasus kekerasan terhadap anak, sejatinya amanat konstitusi sudah jelas, negara mempunyai kewajiban untuk melindungi seluruh warganya, termasuk anak-anak. Negara mempunyai kewajiban untuk memberikan pengasuhan yang layak bagi anak-anak. Memberikan ruang dan atmosfer yang nyaman bagi tumbuh kembang anak. Baik fisik maupun psikologis. Sebab, tindak kekerasan pada anak, apa pun bentuknya, akan mengganggu perkembangan fisik, mental, moral, dan spiritual anak. Anak-anak akan tumbuh secara tidak normal. Anak akan mengalami trauma, depresi, kehilangan kepercayaan diri, maupun cacat secara fsikis. Ini juga berdampak pada pembentukan perilaku anak. Kekearasan fisik terhadap anak akan menyebabkan anak menjadi penakut, tidak berani mengambil keputusan karena selalu berada dibawah tekanan, menjadi tertutup, tidak banyak bicara, sulit berkomunikasi dengan orang lain. banyaknya kasus kekerasan terhadap anak menunjukkan bahwa negara lalai akan amanat konstitusi. Kebijakan-kebijakan pemerintah belum sepenuhnya menyentuh akar masalah. Sebab, anak hanya dianggap sebagai ladang basah untuk proyek dalam berbagai sektor. Belum sebagai hal penting yang tidak sekadar menjadi subbagian. jika mengacu pada pasal 3 Konvensi Hak Anak (KHA), Kepentingan anak harus menjadi pertimbangan utama. Bukan sebagai latar belakang dalam proses pembangunan, yaitu kesejahteraan anak akan naik bila pembangunan berjalan dengan baik. Anak juga tidak hanya menjadi indikator pembangunan, seperti angka kematian bayi, angka kematian balita dan anak, serta derajat partisipasi dalam pendidikan.

6 Melihat banyaknya masalah kekerasan fisik yang sedang marak terjadi pada anak. Ada beberapa orang tua yang beranggapan bahwa pola asuh atau pendidikan anak didalam keluarga tidak selalu dilakukan dengan tindak kekerasan. Ada beberapa anak yang memang sulit didik tanpa kekerasan, akan tetapi, seharusnya orang tua tidak mendidik dengan tindakan fisik.. Mendidik anak dengan mencubit sampai biru, menampar bahkan memukul hingga memar justru membuat anak akan semakin membenci orang tuanya. Hal itu berakibat pada pembentukan pola fikir anak bahwa pola asuh atau pola didik orang tua yang mendidik anak dengan kekerasan fisik sah-sah saja dilakukan dengan tujuan mendidik dan mendisiplinkan anak, sehingga iya pun bisa menerapkannya pada anaknya dikemudian hari. Hal ini sangat disayangkan jika terjadi secara terus menerus. Orang tua yang seharusnya memberikan contoh kepada anaknya dikemudian hari mlah disalah artikan oleh seorang anak. Berdasarkan hal itu pula ada beberapa orang tua menganggap bahwa kekerasan fisik merupakan hal yang wajar. Karena jika anak dibiarkan dan tidak diberikan sangsi tegas seperti dpukul maka anak bisa saja melakukan hal itu lagi dkemudian hari. Dalam hal ini orang tua merasa tidak akan disalahkan sebagai orang tua yang tidak bisa mendidik anak. Persepsi ini tidak dibenarkan oleh salah satu orang tua yang saya wawancarai, yaitu bapak kanto. Beliau mengatakan bahwasanya pola asuh orang tua yang benar adalah pola asuh yang menjadikan anak itu segan dan patuh bukan menjadikan anak takut kepada orang tuanya. Seperti menasehati dengan cara memberi hukuman atas apa yang iya lakukan namun masih dalam konteks mendidik. Atau menegur

7 dan mencari tahu penyebabnya sebelum melimpahkan kesalahan pada anak, karena pada umunya persepsi orang tua jika anak itu melakukan kesalahan maka hal itu murni dari seorang anak. Orang tua terkadang menghukum anak tanpa mencari tahu penyebab dan mencoba mendekati anak agar tahu masalah yang sebenarnya. Kebanyakan orang tua hanya melihat anak-anaknya secara kasat mata saja. Apa yang terlihat saat itu, itulah yang sebenarnya terjadi. Artinya pola didik dengan melakukan kekerasan fisik yang berlebihan seperti mencubit hingga biru, memukul anak hingga memar. Merupakan pola didik yang dianggap berlebihan, Jika orang tua paham akan fungsi dan peran orang tua sebagai pelindung dan pendidik yang baik maka tentu tidak akan melakukan hal seperti itu. Sehingga pendidikan dengan kekerasan fisik bisa dihindari. Dalam mendidik anak seharusnya orang tua juga memperhatikan etika dalam mendidik seperti Tidak Selalu berteriak jika sedang berbicara dalam jarak dekat, membiasakan makan dan minum selalu duduk, Berpamitan Kemanapun akan pergi agar tidak ada kesalahpahaman antara orang tua dan anak. pamit salaman sebelum bepergian. Hal ini memang terkadang dianggap hal yang wajar dan terkadang terabaikan, namun jika ini diterapkan maka ini memberikan contoh membangun komunikasi dan etika yang baik sebelum keluar dan pulang ke rumah. Selain itu menghormati orang yang lebih tua, membiasakan mematikan televisi setelah digunakan dan membiasakan membagi waktu antara belajar dan menonton televise, sehingga anak tetap dapat menikmati menonton televisi tetapi tetap mendapat ilmu dengan belajar, anak pun tidak lupa akan kewajibannya sebagai seorang anak, membiasakan

8 berbicara sopan terhadap orang yang lebih tua sehingga rumah pun menjadi lebih hangat dan bersahabat. Berdasarkan keterangan diatas terdapat kesenjangan antara fungsi orang tua dengan perilaku yang dilakukan orang tua terhadap anak. Anak kurang bisa menerapkan keinginan yang dimaksut oleh orang tuanya. Disiplin yang diinginkan oleh orang tua terkadang membuat anak tertekan dengan perlakuan orang tua yang selalu memaksakan kehendaknya. Anak Merupakan sosok unik yang membutuhkan kehidupan yang damai. Sistem yang kondusif. Anak-anak memiliki fantasi dan idealisasi yang bertumbuh seiring dengan lingkungan dimana dia berada. Sehingga anak akan tumbuh menjadi pribadi yang utuh. Pribadi yang nantinya mampu menjadi penyangga kehidupan berbangsa dan bernegara di masa mendatang. Sehingga anak tak lagi menjadi korban kekerasan. Diketahui bahwa tingkat Kekerasan fisik pada anak semakin meningkat setiap tahunnya (data KPAI). Melihat banyaknya tindak kekerasan terjadi, peran orang tua sangat dibutuhkan, dimana orang tua adalah media yang paling penting dalam menangani kasus anak meskipun sudah ada Komnas Perlindungan Anak, akan tetapi peran orang tua sangat lah penting, karena orang tua adalah objek atau model yang menjadi panutan bagi seorang anak. Orang tua seharusnya memberikan perlindungan dan perhatian yang banyak terhadap anak. Orangtua yang seharusnya melindungi anak, mengayomi, mendidik, serta memberikan rasa nyaman justru melakukan hal-hal yang bisa mengganggu psikologi anak serta mengarah kepada perubahan perilaku anak.

9 Orang tua juga sudah selayaknya mendidik tidak lagi dengan kekerasan fisik karena ini akan membuat psikologi anak menjadi tidak stabil. Orang tua memberikan kontribusi terbesar terhadap tumbuh kembang dan sifat seorang anak. Anak pasti akan merasa nyaman jika orang tua mendidiknya dengan nyaman pula. Hal ini berkebalikan dengan yang terjadi di Kelurahan Pasar Liwa Kecamatan Balik-Bukit Kabupaten Lampung Barat. Orang tua justru menjadikan anaknya sebagai alasan untuk melampiaskan amarah mereka. Anak sering mengalami kekerasan fisik. Khususnya di daerah pasar liwa. Masih banyak tindak kekerasan fisik yang terjadi terhadap anak Sebanyak 24 orang tua yang melakukan tindak kekerasan fisik. 3 diataranya seringkali memukul anak dengan benda tumpul yang menyebabkan luka memar dibagian tubuh anak. Seperti data yang diperoleh oleh peneliti Tabel 1.1 Data Kekerasan fisik di Kelurahan Pasar Liwa Kecamatan Balik-Bukit Kabupaten Lampung Barat. No. Jenis Kekerasan Fisik Ada Tidak Ada Jumlah yang melakukan 1. Dipukuli Dengan Benda Tumpul 3 2. Ditendang 7 3. Dijewer 6 4. Dilukai dengan Puntung Rokok 5. Ditampar 5 6. Dicubit Hingga Memar 3 Jumlah 24 Sumber : Data Administrasi Kelurahan Pasar Liwa tahun 2014

10 Dalam hal ini Penyebabnya pun beragam. Mulai dari anak dipaksa mandi dengan cara kekerasan fisik, anak ditendang dan ditampar karena tidak sekolah, anak dipaksa melakukan hal-hal yg dikendalikan orang tuanya, ada pula anak dipukul hingga terjadi memar hanya karena bertengkar mulut dengan sang adik. Hal itu terjadi secara terus-menerus dan semakin banyak diterapkan kekerasan fisik yang dilakukan oleh orangtua itu sendiri terutama di lingkungan pasar Liwa ini. Dengan permasalahan tersebut, pembentukan perilaku anak akan terpengaruh baik secara langsung ataupun tidak langsung. Sehingga yang terjadi, anak-anak di lingkungan pasar Liwa lebih berperilaku aktif, namun lebih kearah negatif seperti berperilaku brutal dan menjadi pribadi yang lebih kasar serta ada juga anak yang justru cenderung lebih pendiam dan lebih menutup diri dari lingkungan sosialnya. Atas dasar hal tersebutlah peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut terkait persepsi orang tua tentang kekerasan fisik terhadap pembentukan perilaku anak di Kelurahan Pasar Liwa Kecamatan Balik-Bukit Kabupaten Lampung Barat. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka didapatkan suatu identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Pola Asuh, fungsi dan peran orang tua dalam memberi pembelajaran terhadap anak. 2. Dampak kekerasan fisik yang diterapkan dikeluarga. 3. Perubahan perilaku yang terjadi pada anak. 4. Persepsi orangtua terhadap kekerasan fisik kepada anak

11 C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini dibatasi pada persepsi orangtua tentang kekerasan fisik terhadap pembentukan perilaku anak pada satu lingkungan saja yaitu Lingkungan Sukanegeri di Kelurahan Pasar Liwa, Kecamatan Balik-Bukit Kabupaten Lampung Barat. D. Perumusan Masalah Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalahnya adalah apakah ada pengaruh persepsi orangtua tentang kekerasan fisik terhadap pembentukan perilaku anak di Kelurahan Pasar Liwa Kecamatan Balik-Bukit Kabupaten Lampung Barat? E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan menganalisis Pengaruh Persepsi Orangtua tentang kekerasan fisik terhadap pembentukan perilaku anak di Kelurahan Pasar Liwa, Kecamatan Balik- Bukit Kabupaten Lampung Barat. 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis Secara Teoritis penelitian ini mengembangkan konsep Pendidikan Kewarganegaraan khususnya dalam kajian Hukum dan Kemasyarakatan yang mana dalam hal ini membahas persepsi orangtua tentang kekerasan fisik kepada anak serta kaitanya dengan pembentukan perilaku anak. Karena anak dan orang tua merupakan

12 bagian dari masyarakat pelaksana hukum yang harus taat dan patuh akan hukum maupun peraturan-peraturan yang berlaku. b. Kegunaan Praktis Secara praktis penelitian ini berguna untuk: 1. Menambah pengetahuan tentang bentuk kekerasan dan Dampak dari kekerasan. 2. Sebagai sarana refleksi bagi orang tua dalam mendidik anak. 3. Sebagai bahan pedoman perbaikan hubungan anak dan orang tua. 4. Cara mendidik anak berkaitan dengan Persepsi Orang Tua Tentang Kekerasan Fisik 5. Suasana rumah tangga yang kurang kondusif berpengaruh pada pembentukan perilaku 6. Tindakan Over protektif orang tua berkaitan dengan pembentukan perilaku anak dalam keluarga 7. Kondisi emosional orang tua berkaitan dengan tindakan / pola asuh orang tua terhadap anak 8. aspirasi orang tua yang terlalu tinggi berkaitan dengan kesiapan anak di dalam bersikap dan bergaul dengan lingkungan F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini berada dalam lingkup kajian ilmu pendidikan kewarganegaraan khususnya dalam wilayah kajian Hukum dan Kemasyarakatan yang mana dalam hal ini membahas pengaruh persepsi

13 orang tua tentang kekerasan fisik kepada anak serta kaitanya dengan pembentukan perilaku anak. Karena anak dan orang tua merupakan bagian dari masyarakat pelaksana hukum yang harus taat dan patuh akan hukum maupun peraturan-peraturan yang berlaku. 2. Ruang Lingkup Objek Objek pada penelitian ini adalah Persepsi Orang tua tentang kekerasan fisik terhadap pembentukan perilaku anak di Kelurahan Pasar Liwa, Kecamatan Balik-Bukit Kabupaten Lampung Barat. 3. Ruang Lingkup Subjek Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di Lingkungan Sukanegeri Kelurahan Pasar Liwa Kecamatan Balik-Bukit Kabupaten Lampung Barat yang memiliki anak. 4. Ruang Lingkup Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Lingkungan Sukanegeri Kelurahan Pasar Liwa Kecamatan Balik-Bukit Kabupaten Lampung Barat. 5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian ini dilaksanakan sejak dikeluarkannya surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada tanggal 16 Oktober 2014 sampai dengan selesai.