Laporan Praktikum Histotehnik. Oleh: Lucia Aktalina. Jum at, 14 September WIB

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PRAKTIKUM. : Histoteknik : Selly Oktaria Tanggal Praktikum : 14 September 2012

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK

PRAKTIKUM HISTOTEKNIK

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK DASAR

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK Disusun oleh: Jekson Martiar Siahaan

TUJUAN : Latihan membuat preparat histologi jaringan masing-masing yang dapat dianalisa lanjut dengan mikroskop

LAPORAN PRAKTEK LABORATORIUM HISTOTEKNIK TISSUE PROCESSING DAN PEWARNAAN

METODE DASAR MIKROTEKNIK DAN PEWARNAAN HISTOLOGI

Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

Lampiran 1. Pembuatan Media Bakteri (SWC dan TCBS).

BAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram.

Lampiran 1. Rumus konversi dalam pembuatan media

BAB 3 METODE PENELITIAN

Lampiran 1 Analisis probit uji LC50-96 jam minyak sereh. Pengamatan Jumlah Respon

MIKROTEKNIK TIM HISTOLOGI

Nama, Spesifikasi dan Kegunaan Bahan Penelitian No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Larva ikan nilem hasil kejut panas

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Data pemberian obat kepada kelinci. Tanggal Pemberian obat ,750 1, ,650 1,500

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris in vivo pada tikus putih wistar (Ratus Norvegicus)jantan dengan. rancangan post test only control group design.

BAB III. METODE PENELITIAN

Skema Alur ekstraksi buah lerak (Sapindus rarak DC) Buah lerak 940 gram dicuci, keluarkan bijinya, daging buah dipotong kecil (±3mm).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas

PEMBUATAN PREPARAT IRISAN MELALUI METODE PARAFIN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

PEMBUATAN PREPARAT MELINTANG DENGAN METODE PARAFIN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah eksperimen dengan metode desain paralel.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

Lampiran 1. Penghitungan Dosis Pemberian Kepel.

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pemberian ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana) terhadap

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan

II. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen satu faktor dengan pola acak

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Pengambilan Sampel

TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT HISTOPATOLOGI DARI JARINGAN HEWAN DENGAN PEWARNAAN HEMATOKSILIN DAN EOSIN (H&E)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 MATERI DAN METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Ilustrasi ligasi antara GP25 dan pt-easy

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

Lampiran 1 Skema Prosedur Pembuatan Preparat Histologi Skema langkah-langkah pengujian histologi secara garis besar adalah sebagai berikut:

II. BAHAN DAN METODE 2. 1 Rancangan penelitian 2.2 Persiapan wadah 2.3 Penyediaan larva ikan patin

BAB III METODE PENELITIAN. kegiatan pengumpulan dan analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan

MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan

Lampiran 1. Prosedur Analisis Morfometrik Mikro Ileum Itik Cihateup Menggunakan Metode Paraffin Haemotoksilin Eosin

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. jantung dilaksanakan di Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan. menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Oktober Perlakuan

LAMPIRAN. Lampiran 1 prosedur pewarnaan hematoksillin-eosin (HE)

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.)

Pembuatan Preparat Utuh (whole mounts) Embrio Ayam

III. METODE PENELITIAN. test-only control group design. Menggunakan 20 ekor tikus putih yang

II. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan metode

METODE PENELITIAN. Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 6.

BAB III METODE PENELITIAN. desain The Post Test-Only Control Group (rancangan eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Payudara adalah organ yang berperan dalam proses laktasi, sedangkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design yang

Lampiran 1. Flowsheet Pembuatan Cangkang Kapsul Alginat. Alat pencetak kapsul (batang besi) Alat pencetak kapsul yang dilapisi natrium alginat

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan metode rancangan

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer

Lampiran 1. Surat Rekomendasi Persetujuan Kode Etik Penelitian Kesehatan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental murni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah, selama 8 minggu.

BAB III METODE PENELITIAN. ekstrak biji pepaya (Carica papaya, L.) terhadap ketebalan lapisan

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test-only

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Analisis Morfometrik Vili Ileum Itik Cihateup Menggunakan Metode Paraffin

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2013 di

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi 1. Materi Penelitian

Lampiran 1. Tata letak wadah percobaan dan media pemeliharaan ikan nila merah (Oreochromis sp.) PIPA INLET P1U2 P7U3 P8U2 P5U3 P9U3 P5U2 P1U3

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan hewan coba berupa tikus putih betina galur Sprague dawley.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi,

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada subjek penelitian kemudian mempelajari efek perlakuan

BAB I PENDAHULUAN. sediaan mikroteknik atau yang juga dikenal sebagai sediaan Histologi.

Transkripsi:

Laporan Praktikum Histotehnik Oleh: Lucia Aktalina Jum at, 14 September 2012 14.00 17.00 WIB Tujuan Praktikum: Melihat demo tehnik-tehnik Histotehnik,mulai dari pemotongan jaringan organ tikus sampai bloking, pemotongan, pewarnaan, mempersiapkan sampel dan penggunaan mikroskop Latihan membuat preparat histologi dari jaringan organ tikus dan kemudian melihat prerparat tersebut dengan menggunakan mikroskop Pendahuluan Adalah suatu metoda untuk membuat sajian histologi dari suatu spesimen tertentu melalui suatu rangkaian proses hingga menjasi suatu sajian yang siap dianalisis. Rangkaian proses histotehnik antara lain: Fiksasi Dehidrasi Pembeningan Pemotongan Pengecoran Pembenaman Pewarnaan Perekatan Pelabelan Mengawetkan Jaringan Cara melakukan pengawetan jaringan ada 2 macam, yaitu supravital/intravital atau merendam dalam larutan pengawet. Merendam dalam larutan pengawet adalah yang paling sederhana dan sering dilakukan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam fiksasi jaringan histologi adalah: 1. Tebal irisan. 2. Volume larutan pengawet. 3. Jenis larutan pengawet. Jenis-jenis cairan fiksasi yang digunakan: FORMALIN MULLER BOUIN CARNOY ZENKER FORMAL (CAIRAN HELLY) ETANOL ASAM ASETAT-ALKOHOL-FORMALIN (TELLYESNICZKY) PEMROSESAN JARINGAN Setelah jaringan diawetkan, jaringan harus diproses menjadi bentuk yang dapat diiris dengan mikrotom. Biasanya pengirisan dikerjakan dengan parafin (suatu jenis lilin). Langkah utama pemrosesan jaringan adalah dehidrasi dan pembeningan. Jaringan tertentu memiliki struktur yang berbeda dengan kebanyakan jaringan lainnya. Jaringan yang mengandung kalsium (tulang) atau jaringan yang keras (kulit) akan menjalani proses tertentu sebelum proses dehidrasi.. Dehidrasi (Dehydration) Dehidrasi adalah proses pengeluaran air dari jaringan agar jaringan tersebut dapat diisi oleh parafin sehingga jaringan dapat diiris tipis. Cairan dehidrasi (dehidran) dapat berupa alkohol dengan kadar yang meningkat, metanol, sukrosa, dan aseton. Alkohol dan aseton adalah yang paling sering digunakan. Alkohol: Alkohol 70%, 80%, 90%, masing-masing 1 hari; alkohol 95% 2 hari (2x ganti); alkohol 100 % 2 hari (2x ganti). Aseton: 3 x 20 menit.

Pembeningan (Clearing) Clearing adalah upaya untuk mengeluarkan zat penarik air (dehidran) dan menggantinya dengan bahan kimia yang dapat bercampur dengan dehidran maupun parafin. Bahan kimia yang dapat digunakan sebagai clearing agent yaitu kloroform, benzena (benzol), xylena (xylol), cedar wood oil, benzyl benzoate, atau methyl benzoate. Xylol adalah bahan yang sering digunakan sebagai clearing agent. Meski karsinogenik, bahan ini memberikan waktu clearing yang cepat yakni sekitar ½ - 1 jam. Pembeningan dilakukan dengan merendam jaringan dalam xylol 2 kali 15 menit hingga jaringan menjadi bening dan transparan. Pada organ yang banyak mengandung darah, organ akan tampak menghitam. Volume xylol adalah 20 kali volume jaringan. Setelah bening, jaringan dimasukkan ke dalam parafin cair panas dalam oven parafin. Pembenaman (Infiltration/Impregnation/Embedding) Impregnasi adalah proses pengeluaran clearing agent dari jaringan dan menggantikannya dengan parafin. Ada banyak jenis parafin yang digunakan untuk pembenaman. Parafin tersebut dapat berbeda dalam hal titik cair (melting point), untuk beragam kekerasan dan cara pemotongan. Untuk tujuan rutin, yang digunakan adalah parafin yang mencair pada suhu 56 59 oc. Pembenaman dilakukan dengan merendam jaringan dalam parafin cair di oven bersuhu 60 oc selama 3 x 1 jam. Hal yang perlu diperhatikan adalah clearing agent yang tersisa dapat mengkristal dalam jaringan sehingga saat dipotong dengan mikrotom, jaringan akan robek. Pengecoran (Blocking/Casting) Pengecoran adalah proses pembuatan blok parafin agar dapat dipotong dengan mikrotom. Agar mudah diiris, jaringan dibentuk dan dikeraskan dengan parafin. Alat pencetak dapat berupa besi berbentuk L (Leuckhart), atau cetakan (mold) Tuangkan parafin secukupnya pada cetakan dan letakkan jaringan pada dasar cetakan sesuai dengan keinginan saat jaringan diiris. Hindarkan terbentuknya gelembung udara (air ubble). Berilah label identitas jaringan. Mengiris Blok Parafin Sectioning adalah pengirisan blok parafin dengan mikrotom. Untuk merekatkan irisan, harus dipersiapkan perekat pada kaca benda. Zat perekat dapat berupa albumin dari putih telur. Perekat ini dibuat dengan menambahkan 50 ml albumin dengan 50 ml gliserin, lalu

diaduk dan ditambahkan sedikit timol. Simpan dalam 4 oc (refrigerator). Coated slides dapat dipergunakan segera. PEWARNAAN HAEMATOXYILIN DAN EOSIN Untuk menganalisis struktur jaringan yang telah diiris, preparat harus diwarnai. Pewarnaan rutin yang sering dikerjakan adalah haematoxylin-eosin (HE). Haematoxylin akan mewarnai nukleus sedangkan eosin mewarnai sitoplasma. Mewarnai Preparat Deparafinisasi dengan xylol (2 x 2 menit); Hidrasi dengan alkohol 100% (2x2 menit) 95% (2 menit) 90% (2 menit) 80% (2 menit) 70% (2 menit) air kran (3 menit); Inkubasi dalam larutan haematoxylin Mayer selama beberapa menit; Cuci dalam air kran mengalir selama 15-20 menit; Observasi di bawah mikroskop, bila masih terlalu biru cuci lagi di air mengalir selama beberapa menit. Bila sudah cukup warnanya, lanjutkan dengan tahap selanjutnya; Counterstaining dengan eosin working solution selama beberapa menit. Lama inkubasi bergantung pada umur eosin dan kedalaman warna yang diinginkan. Dehidrasi dalam serial alkohol dengan gradasi meningkat perlahan mulai 70% hingga 100% masing-masing selama 2 menit. Inkubasi dalam xylol 2x2 menit. Tutup (mounting) dengan entellan /balsam Kanada dan cover glass Beri label pada sajian tersebut dan biarkan hingga entelan mengering Hasil Nukleus berwarna biru. Sitoplasma berwarna kemerahan dengan adanya beberapa variasi warna pada komponen tertentu. Laporan hasil Kerja: 1. Organ atau jaringan yang akan dibuat terlebih dahulu harus melewati proses fiksasi. Proses fiksasi dilakukan dengan cara merendam organ atau jaringan didalam larutan fiksatif. Salah satu larutan fiksatif yang bisa digunakan adalah formalin. Organ atau

jaringan direndam dalam larutan formaldehid selama 24 jam. Pada praktikum proses ini tidak dilakukan. Sudah disediakan organ yang sudah difiksasi 2. Setelah proses fiksasi, dilakukan pemotongan jaringan. Yaitu bagian mana dari organ yang ingin dianalisa, dipotong sesuai penampang yang diinginkan. Pada praktikum jaringan yang dipotong adalah hepar tikus 3. Tahap selanjutnya adalah Dehidrasi. Tujuan proses dehidrasi ini untuk menghilangkan air yang terdapat didalam sel. Dilakukan dengan menggunakan alkohol dari konsentrasi yang rendah ke konsentrasi yang tinggi. Jaringan direndam di dalam alkohol 70% selama 1 jam, kemudian dipindahkan lagi ke alkohol 70 % selama 1 jam sampai sebanyak 3 kali. Hal yang sama dilakukan pada alkohol 80 % dan alkohol 100% 4. Jaringan tersebut kemudian direndam ke dalam larutan xylol. Tahap ini disebut Clearing yang bertujuan untuk menjernihkan preparat, sehingga tampak lebih transparan. Dilakukan peremdaman di larutan xylol selama 15-20 menit sebanyak 2 kali pada larutan dan konsentrasi yang sama 5. Tahap berikutnya Impregnasi yaitu proses pengeluaran cairan pembening (xylol) dari dalam sel dan menggantikannya dengan parafin. Hal ini dilakukan agar mudah dalam pemotongan dengan menggunakan mikrotom. Jaringan yang sudah melewati tahap clearing kemudian direndam kedalam parafin yang sudah dicairkan dalam suhu 56 0 C. Direndam didalam 3 wadah yang berisi parafin cair, dimana pada setiap wadah dilakukan perendaman masing-masing 1 jam. Seluruh proses tersebut diatas dilakukan di dalalam oven dengan suhu 56 0 C 6. Jaringan kemudian ditanam didalam block parafin dan diletakkan sesuai dengan proyeksi yang diinginkan. Kemudian dibiarkan selam 24 jam 7. Block parafin yang sudah mengeras kemudian dipotong dengan menggunakan mikrotom dengan ukuran 5-7 µm 8. Setelah itu slice yang sudah terpotong direndam didalam water bath dengan suhu 40-50 0 C 9. Slice tersebut diambil dari waterbath dengan menggunkan objek glass yang telah dioleskan albumin secara tegak lurus terhadap permukaan air. Albumin berfungsi untuk melekatkan slice ke objek glass. 10. Preparat yang tersebut direndam ke dalam xylol selama 5 menit dan dilakukan sebanyak 2 kali. Gunanya untuk menghilangkan parafin

11. Preparat dicuci dengan alkohol, mulai dari konsentrasi yang paling tinggi ke konsentrasi yang rendah. Masing-masing dilakukan sebanyak dua kali 12. Dilakukan pewarnaan dengan hematoksilin selama 5 menit kemudian cuci dibawah air mengalir 13. Pewarnaan berikutnya dengan menggunakan eosin selama 3 menit dan kemudian cuci dibawah air mengalir 14. Setelah pewarnaan preparat dicuci lagi dengan menggunkan alkohol,,mulai dari alkohol berkonsentrasi rendah ke alkohol berkonsentrasi tinggi. Dilakukan masingmasing 2 kali 15. Keringkan preparat, kemudian berikan balsem di atasnya kemudian tutup dengan deck glass 16. Letakkan label pada objek glass untuk penamaan 17. Lihat dibawah mikroskop, mulai dari pembesaran terendah Kekuatan Histoteknik : 1. Prosedur pembuatan preparat ini tidak terlalu rumit, sehingga mudah untuk melakukannya. 2. Preparat yang dibuat sesuai dengan prosedur yanng baik akan dengan jelas memperlihatkan struktur suatu jaringan berupa gambaran tentang bentuk, ukuran, dan susunan dari jaringan tersebut. Kelemahan Histoteknik : 1. Membutuhkan waktu yang lama untuk membuat satu buah preparat histologi yang baik, 2. Setiap proses harus benar-benar dilakukan dengan baik dan teliti untuk mendapat preparat yang bagus Saran: Langkah-langkah dalam praktikum histotehnik membutuhkan waktu yang panjang, sebaiknya waktu untuk praktikum bisa ditambah. Sehingga setiap langkah dapat dilakukan Setiap mahasiswa harus mencoba setiap langkah praktikum ini sehingga dapat diaplikasikan untuk selanjutnya