PROSEDUR TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

dokumen-dokumen yang mirip
Definisi dan Tujuan keselamatan kerja

MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

PERALATAN PERLINDUNGAN DIRI

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI

Alat Pelindung Diri Kuliah 8

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. identifikasi kebutuhan dan syarat APD didapatkan bahwa instalasi laundry

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ALAT-ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI LABORATORIUM

Hirarki Pengendalian Potensi Bahaya K3

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

KESELAMATAN KERJA PADA PENGERJAAN BENGKEL

BAB I KONSEP PENILAIAN

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

TINJAUAN TENTANG KAWASAN PESISIR ALAT PELINDUNG DIRI KASUS DI KEPULAUAN TUPABIRING KAB. PANGKEP ZAENAB P ZAENAB

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PT X LAMPUNG TENGAH

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PEKERJA TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI SEBUAH PABRIK KIMIA DI TANGERANG.

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

No. kuesioner. I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Pendidikan : 4. Lama Bekerja : 5. Sumber Informasi :

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI

Secara sederhana yang dimaksud dengan APD adalah :

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

1. Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai APD yang kurang tepatdan perawatannya yang tidak baik

PERLINDUNGAN KEPALA. Helmet yang retak, getas, kadaluarsa, penyok tidak boleh digunakan lagi. Tanggal Produksi (sept. 2004)

JUDUL UNIT : Bekerja Aman Sesuai dengan Prosedur Kebijakan

Kata Pengantar. Daftar Isi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB I PENDAHULUAN. kerja karyawan. Di samping itu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah


AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan ( ) Widya Fiqra ( ) Yulia Endah Permata ( )

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN. Responden yang saya hormati,

Keselamatan Kerja di Laboratorium

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI

PROSEDUR PENANGANAN BAHAN BERACUN DAN BERBAHAYA. Pengertian. Tujuan. 1. Bahan Beracun dan Berbahaya

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. Upaya, kesehatan kerja. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.

SPESIFIKASI PERALATAN KESELAMATAN KERJA PT. SAAG UTAMA

Petunjuk Keselamatan Umum Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro Pedoman berikut dibuat untuk meminimalkan atau menghilangkan bahaya di

Keselamatan kerja (work safety) pada setiap pekerjaan dalam suatu perusahaan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap pe

189. Setiap kuantitas yang lebih besar dari 50 liter harus dihapus dari ruang ketika tidak digunakan dan disimpan di toko yang dirancang dengan baik

Panduan pelindung mata dan wajah bermanfaat untuk membantu para pekerja dalam mengidentifikasi dan memilih jenis alat pelindung diri (APD) sesuai

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

SANITASI DAN KEAMANAN

Informed Consent. Pesetujuan menjadi Responden

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

KUISIONER PENELITIAN PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN PTPN II KWALA MADU DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM K3 DAN PENANGANAN HAZARD. Pengantar

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap

Proteksi Bahaya Kebakaran Kebakaran Kuliah 11

Keselamatan Kerja. Garis Besar Bab Bab ini menjelaskan dasar-dasar pengoperasian yang aman. Keselamatan Kerja

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MEMPELAJARI TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. COCA-COLA BOTLING INDONESIA. Disusun Oleh :

Vincentius Lulu NRP

FORMULIR PROSEDUR OPERASI STANDAR RISIKO TINGGI

PROSEDUR PERLENGKAPAN PEMADAM KEBAKARAN. A. Perlengkapan Pemadam Kebakaran 1. Sifat api Bahan bakar, panas dan oksigen harus ada untuk menyalakan api.

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3

BAB I KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY (OH&S) 1. Prosedur Mengenali Sumber Bahaya di Tempat Kerja

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar.

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

ANALISIS KESELAMATAN KERJA (JOB SAFETY ANALYSIS)/PROSEDUR JSA

PERTEMUAN #6 PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

BUKU PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PRAKTEK MAHASISWA

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Pengenalan Bahan Kimia

PT. BINA KARYA KUSUMA

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

A. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat menjelaskan menguji/memeriksa baterai. 2. Siswa dapat menjelaskan prosedur pemeriksaan visual baterai.

Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU

Pada banyak kasus pekerjaan dilakukan pada pipa atau alat yang salah. Contoh:

MODUL 3 KESELAMATAN KERJA (Kebijakan dan Prosedur K3)

BAB I PENDAHULUAN. tentang ketenaga kerjaan yakni penyegelan asset perusahaan jika melanggar

Peralatan Perlindungan Pekerja

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN

PETUNJUK PENGGUNAAN. Chest freezer EFE EFI EFL

Transkripsi:

PROSEDUR TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

1. TUJUAN & PENDAHULUAN 1.1 Pedoman ini antara lain menguraikan tanggung jawab, evaluasi bahaya, jenis alat pelindung diri dan pemilihannya, kualifikasi fisik, pengujian kesesuaian, pelatihan dan pemeliharaan alat pelindung diri yang diperlukan untuk mencegah dan mengendalikan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. 1.2 Tersedianya Alat Pelindung Diri (APD) di tempat kerja harus diper-timbangkan sebagai metode pengendalian untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. 1.3 Dalam menggunakan pedoman ini, perlu selalu diingat bahwa penggu-naan alat pelindung diri yang tepat saat bekerja merupakan usaha terakhir untuk mengurangi atau menghilangkan resiko di tempat kerja. 1.4 Alat pelindung diri hanya dipergu-nakan jika pengendalian teknis yang dapat mengurangi bahaya (seperti isolasi, ventilasi, penggan-tian atau perubahan proses) dan kontrol administratif (seperti pro-sedur kerja) tidak dapat diterapkan. 2 CAKUPAN DAN TUJUAN 2.1 Pedoman ini memberikah arahan langkah-langkah yang harus diterapkan di lingkungan kerja 3 TANGGUNG JAWAB 3.1 Manajemen HSE 3.1.1 Mendapatkan dan meninjau informasi Alat Pelindung Diri (APD) dengan dibantu oleh Tim Keselamatan Kerja, menentukan alat pelindung diri yang paling layak dipergunakan dalam operasi. 3.1.2 Membantu Bagian Operasi mengadakan program evaluasi bahaya di masingmasing area sebelum diadakan pemilihan APD. 3.1.3 Membantu pemakai APD dalam memilih APD yang tepat bagi operasinya. 3.1.4 Melaksanakan Progam Pela-tihan APD yang akan men-cakup pemilihan, pemakai-an, pemeriksaan, pember-sihan dan perawatan APD yang tepat. 3.1.5 Memberikan rekomendasi pada seluruh pemakai tentang APD tertentu lain yang tepat untuk pekerjaan yang mereka lakukan. 3.1.6 Melakukan tes untuk meyakinkan bahwa APD sesuai bagi pemakai. 3.1.7 Memperoleh dan menelaah informasi yang ada dan memutuskan apakah pengendalian teknis atau cara kerja aman dapat dilakukan serta dengan biaya yang efektif sebelum merekomendasikan APD. 3.1.8 Melakukan inspeksi berkala untuk memastikan bahwa pemakaian APD dilakukan sebagaimana mestinya dengan rnengamati apakah APD yang tepat

telah digu-nakan, dipelihara dengan baik dan secara admini-stratif didokumentasikan. 3.2 Fungsi Operasi 3.2.1 Mengadakan program evaluasi bahaya secara internal atau bersama Grup HSE sebelum melakukan pemilihan APD. 3.2.2 Menyediakan APD yang tepat untuk pekerjanya, sementara jenis atau model APD yang dibutuhkan harus didasarkan pada analisa bahaya tempat kerja masing - masing. 3.2.3 Melatih penggunaan APD yang tepat yang akan dila-kukan bersama Grup HSE sesuai kebutuhan. 3.2.4 Menyimpan APD (setelah dibersihkan) di lokasi yang sesuai, bersih dan sehat (misalnya di dalam kantong plastik, di dalam lemari/locker yang aman). 3.2.5 Memelihara catatan pema-kai APD yang meliputi nama karyawan, nomor identitas, bagian, jenis APD, tanggal, dll. 3.2.6 Superintendent Operasi atau karyawan lain yang ditunjuk secara berkala memeriksa penggunaan APD untuk me-mastikan bahwa peralatan tersebut dipergunakan sebagaimana mestinya. 4 EVALUASI BAHAYA 4.1 Sebelum dilaksanakannya Program Alat Pelindung Diri (APD), sifat dasar dari bahaya dan hubungan-nya dengan keseluruhan lingkung-an kerja harus dipahami sepenuhnya. 4.2 Pemahaman tersebut meliputi jenis, komposisi, besar dan konsentrasi bahaya; termasuk bahaya fisik, biologis serta kimiawi di tempat kerja. 4.3 Proses evaluasi bahaya sangat penting dan harus diselesaikan sebelum melangkah pada pemilihan APD yang tepat. 4.4 Penilaian bahaya dapat dilakukan dengan menggunakan cara-cara berikut : Observasi, dan/atau Pengukuran kuantitatif.

5 PEMILIHAN 5.1 Dengan tujuan untuk mengenda-likan paparan bahaya terhadap pekerja secara efektif, tersedianya alat tersebut di tempat kerja harus diseleksi dengan cermat. 5.2 Langkah pertama dari aktifitas pemilihan alat ini adalah evaluasi bahaya di tempat kerja. 5.3 Hasil evaluasi harus ditinjau ulang untuk menentukan jenis bahaya dan tingkat bahan pencemar yang ada selama dilakukan pekerjaan rutin maupun pemeliharaan. 5.4 Kriteria lain yang harus dipertim-bangkan dalam pemilihan alat pelindung diri adalah kebutuhan pemakai dan derajat perlindungan yang diberikan oleh peralatan. 5.5 Selanjutnya alat pelindung diri yang telah dipilih harus dirancang agar memenuhi persyaratan standar atau peraturan dari : ANSI, OSHA, NFPA, UL, NIOSH, dan SNI bagi sepatu pelindung dan sarung tangan kanvas. 6 KETENTUAN MENGENAI ALAT PELINDUNG DIRI 6.1 Alat pelindung diri harus disediakan bagi pekerja secara cuma-cuma dan harus dikenakan saat bekerja. 6.2 Alat pelindung diri harus disimpan dalam kondisi yang bersih dan sehat seperti dalam lemari loker khusus atau sejenisnya. 6.3 Setiap pekerja yang diharuskan mengenakan alat pelindung diri akan diberikan APD dalam ukuran dan model yang sesuai sehingga dapat dikenakan dengan baik. 7 INSPEKSI DAN PEMELIHARAAN 7.1 Alat pelindung diri dapat menga-lami degradasi kemampuan secara bertahap yang disebabkan oleh penggunaan sehari-hari maupun akibat kondisi yang ekstrim, maka pemeliharaan harus dilaksanakan dengan seksama. 7.2 Sebelum dan setelah digunakan, seluruh alat pelindung diri harus diperiksa apakah ada kerusakan. 7.3 Bila terdeteksi adanya kerusakan pada alat pelindung diri, alat terse-but harus ditarik dari penggunaan sampai selesai dilakukan perbaikan atau diganti dengan alat baru.

7.4 Setelah dipakai, baju pelindung kimia dan peralatan (bila bukan peralatan yang sekali pakai) harus diperiksa dan disuci hamakan seperlunya. Jika pemakaiannya hanya sekali saja, baju pelindung kimia dan peralatan tersebut harus dibuang sesuai prosedur yang benar. 8 PELATIHAN 8.1 Pekerja yang menggunakan alat pelindung diri harus memahami perlunya perlindungan dan alasan penggunaan peralatan tersebut selain (atau sebagai tambahan dari) metode kontrol lain yang te-lah diterapkan dan manfaat yang diperoleh dengan penggunaan alat tersebut. 8.2 Konsekuensi apabila tidak memakai alat pelindung yang bersangkutan harus dengan jelas diterangkan, demikian juga pemahaman bila peralatan tidak berfungsi dengan baik. 8.3 Pelatihan penggunaan alat pelin-dung diri harus diberikan pada seluruh pekerja yang karena tugas-nya diharuskan memilih dan/atau menggunakan alat tersebut. 8.4 Pelatihan penggunaan alat pelin-dung diri antara lain harus menca-kup topik-topik sebagai berikut : a. Tugas yang mengharuskan penggunaan alat pelindung diri. b. Pemilihan alat pelindung diri. c. Cara penyimpanan, pemeliharaan dan perawatan yang tepat. d. Pemeriksaan alat pelindung diri. e. Praktek latihan langsung menggunakan alat pelindung diri. f. Pelatihan lanjutan diperlukan bila alat pelindung diri baru diperke-nalkan di tempat kerja atau bila pekerja tidak lagi menunjukkan kesiagan yang cukup dalam penggunaan dan pengetahuan tentang penggunaan dan keterbatasan alat pelindung diri. g. Seluruh catatan pelatihan harus didokumentasikan sesuai ketentuan. 9 MITRA BISNIS 9.1 Mitra Bisnis harus menggunakan alat pelindung diri untuk melindungi diri dari bahaya yang mereka hadapi. 9.2 Mitra Bisnis harus menyediakan sendiri peralatan perlindungan diri sesuai dengan persyaratan alat pelindung diri Perusahaan.

10 TAMU 10.1 Tamu harus menggunakan alat pelindung diri yang tepat bila memasuki area yang membutuh-kan peralatan tersebut. 10.2 Perusahaan akan menyediakan alat pelindung diri tersebut dengan cara meminjamkan. Alat Pelindung Diri 1.0 Pelindung Mata dan Wajah 1.1 Pelindung mata dan wajah harus dikenakan saat tugas pekerjaan mengindikasikan perlunya perlindungan. Pelindung mata dan wajah harus dikenakan bila ada kemungkinan luka karena: a. Partikel yang beterbangan b. Logam yang meleleh c. Bahan kimia: padat, cair, gas, uap d. Radiasi 1.2 Kacamata pelindung termasuk (akan tetapi tidak terbatas pada): a. Kacamata pelindung dari percikan bahan kimia b. Kacamata las c. Kacamata pelindung dari benturan d. Respirator penuh e. Pelindung wajah 1.3 Kacamata pelindung dari benturan harus dikenakan saat memahat, mengikis, menggiling, memalu atau semua aktifitas yang melibatkan beterbangannya atau jatuhnya benda atau partikel. 1.4 Kacamata pelindung dari cipratan bahan kimiawi harus dikenakan saat menangani cairan kimia yang berbahaya atau saat operasi apapun dimana mata dapat terekspos pada bahan kimiawi yang berbahaya baik dalam bentuk cair atau padat. 1.5 Kacamata las dan plat mata untuk helm tukang las memiliki beberapa nomor gradasi warna lensa untuk Menyaring sinar ultraviolet. Nomor gradasi warna lensa menan-dakan tingkatan filter.

Berikut ini adalah nomor gradasi warna lensa yang disarankan sebagai perlindungan saat mengelas: Jenis pengelasan Nomor gradasi warna lensa Pengelasan karbon 12 yang memancarkan bunga api 12 Pemotongan 4 sampai 6 sedang sampai berat Pengelasan logam 12 gas yang memancarkan bunga api Pengelasan logam 10 sampai 14 terlindung yang memancarkan bunga api Pengelasan dengan gas 4 sampai 8 1.6 Pelindung wajah dimaksudkan untuk melindungi wajah dari puing, percikan atau debu. 1.7 Bila terjadi cipratan bahan kimia, timbulnya gas yang berbahaya, uap atau kabut, pelindung wajah harus dikenakan bersama jenis pelindung mata yang tepat untuk menghadapi kemungkinan bahaya, seperti mengenakan kacamata pelindung dari percikan bahan kimia. 2.0 Pelindung Kepala 2.1. Helm pengaman atau helm dapat melindungi kepala saat bekerja di area yang memungkinkan terjadinya benturan di kepala atau terlukanya kepala karena benda jatuh atau beterbangan. 2.2. Sebagai tambahan, pelindung kepala yang dirancang untuk mengurangi bahaya kejutan listrik harus dikenakan oleh pekerja saat ia berada dekat konduktor listrik yang dapat mengenai kepala. 2.3. Area hard hat (wajib menggunakan helm pengaman tertentu) termasuk lapangan eksplorasi dan produksi, ruang mesin, dermaga, dll. 2.4. Permukaan luar dari helm pengaman tidak boleh dilem, dibor, dipotong, rusak atau dimodifikasi dengan cara apapun yang dapat mempengaruhi kesatuan strukturnya. 2.5. Sistem suspensi (plastik penyangga yang berada di dalam helm pengaman) tidak boleh dilepas dari topi. 2.6. Bila rusak, helm pengaman dan/atau system suspensi harus diganti. 2.7. Helm pelindung yang akan dipergunakan saat bekerja mengikuti standar ANSI Z89-11986.

3.0 Pelindung Kaki 3.1. Pelindung kaki harus dikenakan oleh pekerja saat bekerja di area dimana terdapat bahaya cedera kaki yang disebabkan karena benda jatuh atau menggelinding atau benda yang menembus sol, serta area dimana kaki pekerja terpapar oleh potensi bahaya listrik. 3.2. Saat bereaksi pada tumpahan atau buangan zat-zat yang berbahaya, sepatu yang tahan pada bahan kimia harus dikenakan. 3.3. Sepatu keselamatan harus tersedia dalam jenis yang sangat beragam dengan berbagai keistimewaan termasuk baja pelindung jari, sol tahan oli, pelindung kaki dan bahan yang tidak menimbulkan percikan api. 3.4. Semua sepatu pelindung kaki akan mengikuti ANSI Z41-1991 atau Standar Nasional Indonesia. 4.0 Pelindung Tangan 4.1. Pelindung tangan harus dikenakan saat tangan pekerja terpapar bahaya, seperti : a. Kulit terkena zat-zat seperti korosif (perusak), cairan pelarut, pestisida atau bahan kimia'. b. Luka parah, luka goresan, luka lecet, atau luka tusuk. c. Sengatan listrik d. Luka bakar dari bahan kimia atau suhu panas. e. Bahaya pengelasan (percikan api, ampas bijih logam). f. Suhu yang ekstrim (panas atau dingin). 4.2. Tugas pekerjaan mungkin mengha-ruskan penggunaan pelindung tangan yang tepat seperti : a. Sarung tangan kulit atau bertelapak kulit saat bekerja menangani tali kawat. b. Sarung tangan kanvas saat menangani pipa. c. Sarung tangan butyl, nitrile atau karet neoprene saat menangani asam, soda api, abu soda, calcium chloride, dll. d. Sarung tangan karet yang tepat saat melakukan pekerjaan listrik. e. Sarung tangan tahan panas saat menangani. selang uap atau peralatan panas. f. Sarung tangan tahan Hydrocarbon, seperti sarung tangan nitrile saat menggunakan minyak tanah, mineral spirit, cairan pelarut standar, atau alat pembersih lain.

5.0 Pelindung Telinga 5.1. Pekerja yang terpapar oleh kebisingan 85 db(a) atau lebih harus mengenakan pelindung telinga. 5.2. Pekerja harus diberi kesempatan untuk memilih pelindung pendengaran mereka dari berbagai jenis pelindung pendengaran yang sesuai. 5.3. Perusahaan akan menyediakan pelatihan tentang penggunaan dan perawatan semua pelindung pendengaran yang tersedia bagi pekerja. 6.0 Pakaian Pelindung 6.1. Pakaian pelindung terhadap bahan kimia harus digunakan untuk memberikan perlindungan dari paparan bahan-bahan berbahaya atau beracun. 6.2. Agar efektif dalam melindungi diri dari bahaya bahan kimia, pakaian pelindung terhadap bahan kimia harus dikenakan sebagai bagian dari kesatuan perlengkapan yang juga meliputi pelindung tangan yang tepat, sepatu dan peralatan lain yang dibuat sesuai dengan karakteristik bahan kimia dan situasi setempat. 6.3. Pakaian pelindung terhadap bahan kimia harus dipilih berdasarkan pertimbangan dari faktor- faktor berikut ini : a. Potensi bahaya yang terkait dengan bahan kimia yang mungkin akan ditemui (contoh : korosif, racun atau reaksi alergi). b. Lama dan karakteristik kontak yang mungkin terjadi (contoh : berapa lama kontak terjadi dan bagaimana terjadinya). c. Bagian tubuh yang mungkin terkena (tangan, kaki, lengan, dada, wajah, dl1) d. Karakteristik daya tembus, degradasi dan penetrasi dari kain. e. Sifat fisik dari kain pelindung (kelenturan, ketahanan terhadap tusukan dan goresan, berat, perlindungan, suhu, dll). f. Dapat dibuang (sekali pakai) atau tidak dapat dibuang (pemakaian berulang-ulang). 7.0 Alat Pernapasan 7.1. Respirator dengan penyaring udara. Respirator dengan penyaring udara mengalirkan udara sekitar ke elemen pembersihan udara yang menghilangkan bahan pencemar.

Alat bantu pernapasan dengan penyaring udara terdiri dari dua jenis. a. Alat bantu pernapasan untuk menyaring beberapa partikel (debu, uap, asap). b. Respirator dengan Katrid Kimia 7.2. Respirator dengan Udara Pasok Respirator dengan Udara Pasok memberikan udara untuk bernapas pada penggunanya dari luar atau dari sumber yang disimpan sendiri : a. Alat Bernapas dengan Udara Pasok b. Alat Bernapas dengan Udara Gendong 8.0 Alat Pelindung Jatuh 8.1. Peralatan pelindung saat jatuh termasuk, tapi tidak terbatas pada, tali pengaman, tali penolong, tali penyandang atau alat lain Yang serupa. 8.2. Spesifikasi tali pengaman, tali peno-long dan tali penyandang adalah sebagai berikut: a. Tali penolong harus berukuran minimum 2 cm tali manila atau setara dengan itu, dengan minimum kekuatan menahan beban 2 250 kg. b. Tali pengaman dan tali penyandang harus berukuran minimum 1 cm nilon atau yang setara dengan itu dengan maksimum panjang tidak lebih dari 1.8 meter ketika jatuh. Tali harus memiliki kekuatan minimum menahan beban 2250 kg 9.0 Jaring Pengaman 9.1. Jaring pengaman harus disediakan bila tempat bekerja berada di ketinggian 7.5 meter (atau lebih) dari atas tanah, air atau permukaan lain dimana penggunaan anjungan kerja dengan pagar pengaman atau tangga, perancah, lantai sementara, tali pengaman atau tali penolong tidak mungkin digunakan. 9.2. Jaring pengaman harus dibentangkan 2.4 meter lebih dari tepi permukaan kerja dimana pekerja berada dan harus dipasang sedekat mungkin dibawah permukaan tempat bekerja dengan praktis. Tapi tidak lebih dari 7.5 meter dibawah tempat kerja. 9.3. Spesifikasi dari jaring pengaman termasuk hal-hal berikut ini : a. Ukuran lubang tidak lebih dari 15 cm kali 15 cm. b. Jaring pengaman harus memenuhi standar kinerja yang telah disetujui, yaitu ketahanan benturan minimum 17.500 foot pounds sesuai ketentuan yang dinyatakan oleh pabrik dan harus memiliki label bukti pengujian. c. Tepi tali-tali harus memiliki kekuatan minimum dapat menahan beban sebesar 2.270 kg

10.0 Pakaian Tahan Api 10.1. Pakaian tahan api harus dikenakan di tempat kerja dimana terdapat bahaya udara yang bisa terbakar dan/atau secara mendadak, atau terjadi nyala api. 10.2. Pakaian tahan api dibuat dari bahan yang sudah diolah lagi sehingga tidak mendukung nyala api dan tidak terbakar bila terkena api.