BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISA DATA. Sipil Politeknik Negeri Bandung, yang meliputi pengujian agregat, pengujian beton

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MIX DESIGN Agregat Halus

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN <

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran A Berat Jenis Pasir. Berat pasir kondisi SSD = B = 500 gram. Berat piknometer + Contoh + Air = C = 974 gram

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir. Berat. Berat. Tertahan Tertahan Tertahan Komulatif

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN BETON DAN PEMBAHASAN HASIL PENGUJIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran. Universitas Sumatera Utara

BAB V HASIL PEMBAHASAN

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB III LANDASAN TEORI

LABORATORIUM BAHAN STRUKTUR JURUSAN TEKNIK SIPIL P0LITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea Makassar 90245

Berat Tertahan (gram)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Mix Design Metode (ACI,SNI,PCA,DOE)

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PECAHAN BETON RECYCLE SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA BETON DENGAN MUTU RENCANA f c = 25 MPa

Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir)

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH VARIASI KADAR LIGHTWEIGHT EXPANDED CLAY AGGREGATE (LECA) TERHADAP KARAKTERISTIK BETON SERAT BAGU

TEKNIKA VOL.3 NO.1 APRIL_

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTACT. iii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN. xii DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL. xvi DAFTAR GRAFIK I-1

diperlukan adanya komposisi pasir dan kerikil yang tepat dengan menggunakan mesin Pengaus Los Angeles, yang mana

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH BAHAN TAMBAHAN PLASTICIZER TERHADAP SLUMP DAN KUAT TEKAN BETON Rika Sylviana

PENJELASAN PENGISIAN DAFTAR ISIAN ( FORMULIR )

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

BAB IV PENGUJIAN MATERIAL DAN KUAT TEKAN BETON

Pengujian agregat dan kuat tekan dilakukan di Laboratorium Bahan

4. Perhitungan Proposi Campuran menurut SNI

CONTOH 1 PERENCANAAN CAMPURAN BETON Menurut SNI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA CAMPURAN BETON NORMAL. SNI By Yuyun Tajunnisa

BAB 3 METODOLOGI. penelitian beton ringan dengan campuran EPS di Indonesia. Referensi yang

Laporan Tugas Akhir Kinerja Kuat Lentur Pada Balok Beton Dengan Pengekangan Jaring- Jaring Nylon Lampiran

ALTERNATIF PENGGUNAAN BATU KORAL UNTUK BETON DENGAN KUAT TEKAN fc 30 MPa

BAB 4 RANCANG PROPORSI CAMPURAN BETON

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Heri Sujatmiko Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi ABSTRAKSI

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

BAB II DASAR TEORI 2.1. UMUM. Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat, air

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. air. Untuk mengurangi berat jenis beton dapat menggunakan material ringan yaitu

CONTOH 2 PERENCANAAN CAMPURAN BETON Menurut SNI

Viscocrete Kadar 0 %

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian, analisis data, dan. pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

TINJAUAN KUAT TEKAN DAN KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR. Naskah Publikasi

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH...

: Pengujian Campuran Beton No. Uji : 10. Materi : Perancangan Campuran Beton Mutu Tinggi Metode BW Shacklock Halaman :

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat

BAB 3 METODE PENELITIAN

PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA PASIR. Volume (cc) 1 Pasir Nomor 2. 2 Larutan NaOH 3% Secukupnya Orange

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI PERTEMUAN KE-6 BETON SEGAR

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1 Metodologi Metode yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini terdiri dari peneletian laboratorium dan analisa data laboratorium 3.1.1 Penelitian laboratorium Dilakukan dengan cara mendapatkan data-data secara langsung dari hasil pengujian Laboratorium bahan Politeknik Negeri Bandung JL Gegerkalong hilir ds Ciwaruga Bandung 40012 Jawa Barat. Fasilitas laboratorium meliputi: Lab. Beton. Metode pelaksanaan penelitian laboratorium uji bahan dilakukan dengan cara pengujian agregat kasar dan agregat halus serta pengujian beton dengan menggunakan bahan tambah styrofoam PT. Beton Elemenindo Putra. Pengujian agregat kasar dan agregat halus meliputi, pengujian berat jenis dan penyerapan air, pengujian berat isi agregat, pengujian analisa ayak, pengujian kadar lumpur agregat, pengujian kadar air agregat, pengujian organik impuritis pada agregat halus dan pengujian kekerasan pada agregat kasar. III-1

3.1.2 Studi terdahulu Pada penelitian terdahulu oleh Ida Bagus Dharma Giri', I Ketut Sudarsana, dan Ni Made Tutarani dalam Tulisan KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTIS BETON DENGAN PENAMBAHAN STYROFOAM bahwa dalam Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai kuat tekan dan modulus elastisitas beton dengan penambahan butiran styrofoam serta hubungan antara kuat tekan dan modulus elastisitas beton dengan persentase penambahan butiran styrofoam. Butiran styrofoam ini digunakan dengan pertimbangan dapat menjadikan beton lebih ringan namun memiliki kekuatan yang cukup untuk memikul beban yang bekerja. Komposisi campuran yang digunakan adalah 1:2:3 (semen : pasir : batu pecah) dalam perbandingan berat dengan fas sebesar 0,50, dan ukuran agregat maksimum 25 mm. Variasi persentase penambahan butiran styrofoam sebanyak 0%, 10%, 20%, 30%, 40% terhadap volume campuran. Butiran styrofoam yang dipakai memiliki diameter antara 3-10 mm dengan berat satuan 22,89 kg/m 3. Untuk mengetahui nilai kuat tekan dan madulus elastisitas beton dengan penambahan butiran styrofoam, maka dibuat benda uji berbentuk kubus dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm sebanyak 7 buah untuk masing-masing persentase penambahan butiran styrofoam dimana 5 buah benda uji dilakukan pembacaan perpendekan untuk mendapatkan nilai modulus elastisitasnya. Pengujian dilakukan pada umur benda uji 28 hari. Hasil penelitian menunjukkan kuat tekan beton dan modulus elastisitas yang dihasilkan mengalami penurunan dengan bertambahnya persentase butiran styrofoam yang ditambahkan pada carnpuran beton. Nilai kuat tekan dengan variasi persentase butiran styrofoam sebesar 0%, 10%, 20%, 30%, 40% berturutt-turut sebesar 32,395 MPa, 24,144 MPa, 17,994 MPa, 13,411 MPa, 9,995 MPa. III-2

Penurunan nilai modulus elastisitas dengan penambahan 10%, 20%, 30%, dan 40% berdasarkan ASTM C 469 berturut-turut 0,278%, 5,797%, 16,555%, dan 32,553%, dan berdasarkan kemiringan kurva tegangan-regangan 0,587%, 6,256%,17,006%, dan 32,83%. 3.2 Waktu & Tempat Penelitian Waktu pengujian : Bulan april s/d mei 2010 Tempat pengujian : Laboratorium Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung 3.3 Bahan-Bahan Penelitian. - Air yang digunakan adalah air yang tersedia di laboratorium - Semen yang digunakan, adalah semen portland. Merek gresik PC type1 - Agregat halus yang digunakan, adalah agregat dari Batujajar - Agregat kasar yang digunakan adalah agregat dari Galunggung - Bahan tambah Styrofoam dari hasil fabrikasi III-3

3.4 Metode Pengujian 3.4.1 Pengujian Pendahuluan A.AGREGAT KASAR Tabel 3.1 Batas Standar Pengujian Agregat Kasar JENIS PENGUJIAN 1 Berat jenis 2 Gradasi 3 Abrasi STANDAR PENGUJIA N ASTM C- 127 2.56 ASTM C- 33 90-100 ASTM C- 33 max 50% BATAS 4 5 kadar zat organik Kadar butir lolos ayakan no 200 ASTM C- 33-95 Lebih muda (negatif), organik rendah sehingga tidak membahayakan pada saat beton segar dan beton kering. Lebih tua (positif), organik tinggi sehingga membahayakan pada saat beton segar dan beton kering (dicuci). ASTM C- 33-95 maksimum 1 % III-4

B. AGREGAT HALUS Tabel 3.2 Batas Standar Pengujian Agregat Halus JENIS PENGUJIAN STANDAR PENGUJIAN BATAS 1 Berat jenis Bina marga 2.5 2 GRADASI ASTM C-33 95-100 3 4 kadar zat organik ASTM C-33-95 Lebih muda (negatif), organik rendah sehingga tidak membahayakan pada saat beton segar dan beton kering. Lebih tua (positif), organik tinggi sehingga membahayakan pada saat beton segar dan beton kering (dicuci). 5 Kadar butir lolos ayakan no 200 ASTM C-33-95 maksimum 1 % C. SEMEN Tabel 3.3 Batas Standar Pengujian Bahan Bersifat Semen JENIS PENGUJIAN STANDAR PENGUJIAN BATAS 1 Berat jenis ASTM C. 188 3,00 3,20 III-5

3.5 MIX DESAIN 3.5.1 Faktor air semen Faktor air semen adalah persentase berat air terhadap berat semen, dimana agregat dalam keadaan jenuh permukaan kering (S.S.D = Saturated surface Dry) Tabel 3.4 F.a.s Maksimum untuk Tipe Struktur dan Lingkungan yang Berbeda Kekuatan Tekan 28 hari* (Mpa)** 41.4 34.5 27.6 20.7 13.8 Beton Airentrained 0.41 0.48 0.57 0.68 0.62 FAS Beton Non Airentrained - 0.4 0.48 0.59 0.74 3.5.2 Kemudahan Pengerjaan (Workability) Kemudahan pengerjaan dapat dilihat dari nilai slump yang identik dengan tingkat keplastisan beton. Semakin plastis beton, semakin mudah pengerjaannya. Unsur unsure yang mempengaruhi antara lain : 1. Jumlah air pencampur Semakin banyak air semakin mudah untuk dikerjakan. 2. Kandungan semen Jika FAS tetap, semakin banyak semen berarti semakin banyak kebutuhan air sehingga keplastisaannya akan tinggi. 3. Gradasi campuran pasir-kerikil Jika memenuhi syarat dan sesuai dengan standar, akan lebih mudah dikerjakan. 4. Bentuk butiran agregat kasar III-6

Tabel 3.5. Slump Agregat berbentuk bulat bulat lebih mudah dikerjakan. Tipe konstruksi slump cm max min tembok &pondasi plat &sumuran 7.5 2.5 lantai, balok & dinding, kolom 10 2,5 lantai jembatan 7.5 5 pavement 5 2.5 trotoir 10 5 bendungan, konstruksi masa besar 5 2.5 Max slump 15 cm, min 2.5 cm Tabel 3.6 Perkiraan Air Campuran dan Persyaratan Kandungan Udara untuk Berbagai Slum dan Ukuran Nominal Agregat Maksimum Slump (mm) 9.5 mm a) Air (lt/m3) 12.7 mm a) 19.1 mm a) 25.4 mm a) 38.1 mm a) 50.8 mm ab) 76.2 mm bc) 152.4 mm bc) 25.4 s/d 50.8 76.2 s/d 127 152.4 s/d 177.8 Mendekati jumlah kandungan udara dalam beton airentrained (%) 25.4 s/d 50.8 76.2 s/d 127 152.4 s/d 177.8 Kandungan udara total rata-rata yang disetujui d) (dalam persen) Diekspose sedikit Diekspose menengah Sangat akspose 210 231 246 3.0 183 204 219 4.5 6.0 7.5 201 219 231 2.5 177 195 207 4.0 5.5 7.0 189 204 216 2.0 168 183 195 3.5 5.0 6.0 180 195 204 1.5 162 177 168 3.0 4.5 6.0 165 180 189 1.0 150 165 174 2.5 4.5 5.5 156 171 180 0.5 144 159 168 2.0 4.0 5.0 132 147 162 0.3 123 135 156 1.5 ef) 3.5 ef) 4.5 ef) 114 126-0.2 108 120-1.0 ef) 3.0 ef) 4.0 ef) Keterangan : a) Banyaknya air campuran disini dipakai untuk menghitung faktor air semen untuk suatu campuran percobaan (trial batch). Harga-harga ini adalah III-7

maksimal butirnya 1.5 in ( 40 mm), untuk suatu agregat kasar bentuk dan gradasinya cukup baik dan dalam batas yang diterima oleh spesifikasi. b) Nilai slump untuk beton yang mengandung agregat dengan ukuran maksimum 1.5 inch (38.1 mm atau 40 mm) ini adalah berdasarkan percobaan-percobaan yang dibuat setelah membung partikel agregat yang lebih besar dari 38 atau 40 mm c) Banyaknya air campuran disini dipakai untuk menghitung faktor air semen untuk suatu campuran percobaan (trial batch). Jika digunakan butiran maksimum agregat 3 inch (76.2 mm) atau 6 inch (152.4 mm). Harga-harga ini adalah maksimal untuk suatu agregat kasar bentuk dan gradasinya cukup baik dari halus sampai kasar. d) Rekomendasi lainnya tentang kandungan air dan toleransi yang diperlukan untuk control di lapangan tercantum dalam sejumlah dokumen ACI, seperti ACI 201, 345, 318, 301, dan 302. Batas-batas kandungan air dalam beton juga diberikan oleh ASTM C-94 untuk beton ready mix. Persyaratan-persyaratan ini bias saja tidak sama untuk masing-masing peraturan, sehingga perancangan beton perlu ditinjau lebih lanjut dalam menentukan kandungan air yang memenuhi syarat untuk pekerjaan yang juga memenuhi syarat peraturan. e) Untuk beton yang menggunakan agregat lebih besar dari 1.5 inch (40mm) dan tertahan di atasnya, prosentase udara yang diharapkan pada 1.5 inch. Dikurangi material ditabelkan dikolom 38.1. Akan tetapi, dalam perhitungan komposisi awal seharusnya kandungan udara juga ada sebagai suatu persen keseluruhan. f) Jika menggunakan agregat besar pada beton dengan FAS besar, gelembung udara yang ada bias saja tidak mengurangi kekuatan. Dalam banyak hal, persyaratan air campuran akan berkurang jika FAS bertambah, artinya pengaruh reduksi kekuatan akibat air entrained akan berkurang. g) Harga-harga ini berdasarkan criteria 9% udara di perlukan pada fase mortar. Jika volume mortar sangat berbeda dengn yang ditentukan dalam III-8

rekomendasi praktis ini, besarnya dapat dihitung dengan mengambil 9% dari volume mortar sesungguhnya. Tabel 3.7 Volume Agregat Kasar Per Satuan Volume Beton Ukuran Agregat Maks (mm) 9.5 12.7 19.1 25.4 38.1 50.8 76.2 152.4 Volume Agregat kasar kering* persatuan volume untuk berbagai modulusa halus butir 2.40 2.60 2.80 3.00 0.50 0.59 0.66 0.71 0.75 0.78 0.82 0.87 0.48 0.57 0.64 0.69 0.73 0.76 0.80 0.85 0.46 0.55 0.62 0.67 0.71 0.74 0.78 0.83 0.44 0.53 0.60 0.65 0.69 0.72 0.76 0.81 *) Volume ini didasarkan atas agregat kasar kondisi kering oven (dry-rodded) sesuai dengan ASTM C-29, Satuan Berat Agegat. Volume ini dihasilkan dari hubungan empiris yang menghasilkan beton dengan tingkat kemudahan pengerjaan yang tinggi, cocok untuk beton biasa. Untuk beton yang kurang mudah dikerjakan dalam syarat konstruksi maka nilai ini dapat dinaikan sekitar 40%. Untuk beton yang lebih mudah dikerjakan kandungan agregat kasarnya dapat dikurangi sekitar 10%, apabila nilai slump dan FAS telah dipenuhi. Tabel 3.8 Estimasi Berat Awal Beton Segar* (kg/m 3 ) Ukuran Agregat Maks (mm) 9.5 12.7 19.1 25.4 38.1 50.8 76.2 152.4 Beton Air-entrained 2,304 2,334 2,376 2,406 2,442 2,472 2,496 2,538 Beton Non Air-entrained 2,214 2,256 2,304 2,340 2,376 2,400 2,424 2,472 III-9

3.6 Pengujian Beton 3.6.1 Kuat tekan beton Kekuatan tekan beton merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Walaupuun dalam beton terdapat tegangan tarik yang kecil, diasumsikan bahwa semua tegangan tekan didukung oleh beton tersebut. Penentuan kekuatan tekan dapat dilakukan dengan menggunakan alat uji tekan dan benda uji berbentuk silinder dengan prosedur uji ASTM c-39 atau kubus dengan prosedur BS-1881 part 116 pada umur 28 hari. Kuat tekan beton = (kg/cm 2 ) atau N/mm 2 atau MPa P = Gaya Tekan [gaya maksimum yang diberikan oleh mesin kepada benda uji sampai benda uji hancur, Newton(N) atau kilogram(kg)] A = luas penampang benda uji [cm 2 atau mm 2 ] Jika benda uji silinder A= luas lingkaran =0,25 x x D 2 Contoh utk D = 15 cm = 0,25 x 3,14 x 15 2 = 176,7 cm 2 Jika benda uji kubus A=luas bujur sangkar = H x L Contoh utk D=H=L=15 cm = 15 x 15 = 225 cm 2 III-10

III-11

Contoh perhitungan manual mix desain menggunakan sistem ACI Diketahui kuat rencana beton = 40 mpa BJ semen tipe 1 = 3.06 ( diketahui dari hasil uji pendahuluan) Agregat halus o Angka kehalusan = 3.09 ( hasil uji pendahuluan) o Berat Jenis Kering (BDG dry) = 2.64 (hasil uji pendahuluan) III-12

o Penyerapan Air = 6.32% (hasil uji pendahuluan) o Bobot isi padat kering = 1679 kg/cm3 (hasil uji pendahuluan) Agregat kasar o Max butir = 19 mm o Berat Jenis Kering (BDG dry) = 2.54 o Penyerapan Air = 3.6% (hasil uji pendahuluan) o Bobot isi padat kering = 1528 kg/cm3 Slump = 25 s/d 50 mm Kuat tekan rata rata target, fcr = = 55.2 Mpa Max butir > 55.2 Mpa = 19 mm Kadar Opimum Agregat kasar = Vol Padat Kering x Bobot isi padat kering = 0.72 x 1528 kg/m3 = 1100 kg /m3 Volume Padat kering agregat ( Tabel 2.7 ) untuk agregat kasar 19 mm = 0.72 Perkiraan Kadar air dalam meter kubik = 169 liter / m3 (tabel 2.8) Menentukan W/(c+p) Koreksi pelaksanaan dilapangan, maka = 0.9 x 55.2 Mpa = 49.7 Mpa Dalam untuk 49.7 Mpa = 0.386 ( hasil Interpolasi) III-13

Kebutuhan bahan semen Untuk 1m3 beton = Kadar air dalam meter kubik / (w/c+p) = 169 / 0.386 = 437.6 kg/m3 Proporsi kebutuhan bahan beton (m3) o Semen = (keb semen /m3) / (bj semen x 1000) = = 0.143 m3 o Aggregate kasar = kadar optimum aggregate kasar / (bj agg kasar x 1000) = = 0.418 m3 o Air = perkiraan air dalam / 1000 = = 0.169 m3 o Kadar udara = 2 % x1000 / 1000 = 0.02 m3 ( table ) o Volume aggregate halus = 1 komulatif volume bahan tanpa aggregate halus = 1 0.706 = 0.250 m3= 622 kg Jadi proporsi campuran dasar beton o Semen = 437.6 kg/m3 o Aggregate kasar = 1100 kg/m3 o Aggregate halus = 622 kg/m3 o Air = 169 kg/m3 Total = 2328.72 kg/m3 III-14

Kadar air lapangan = aggregate halus = 6.4 % Aggregate kasar = 0.5 % Dengan mempertimbangkan kadar air lapangan, maka kebutuhan bahan (1m3): a. Semen 437.6 kg b. Agregat Halus =(556) x (1.064) 661.8 kg c. Agregat Kasar =(1100) x (1.005) 1105.7 kg d. Air =(136.93)-[(1100)x(0.036+0.005)] Total + [(688)x(0.0632-0.064)] 123.4 kg 2328.42 kg Pembuatan benda uji : Dimensi kubuh x keb benda uji = 15 cm x 15 cm x 15 cm x 24 buah = 0.081 m3 + 30 %( factor keamanan) = 0.1053 m3 Kebutuhan bahan untuk benda uji kubus dengan komposisi 0,1053 m3 III-15

(sebelum koreksi kadar air lapangan) SEMEN (kg) 46.079 SEMEN (m3) AIR (kg) 17.796 AIR (m3) KASAR (kg) 115.847 KASAR (m3) HALUS (kg) 65.493 HALUS (m3) 0.015 1 0.017 8 0.044 0 0.026 3 kebutuhan bahan pada campuran Styrofoam 0 % = Semen = 46.079 / 4 (tipe campuran) = 11.520 kg Air = 17.796 / 4 (tipe campuran) = 4.441 kg Aggregate kasar = 115.847 / 4 (tipe campuran) = 28.962 kg Aggregate halus = 65.493 / 4 (tipe campuran) = 16.373 kg Styrofoam = 0 kg kebutuhan bahan pada campuran Styrofoam 5 % = Semen = 46.079 / 4 (tipe campuran) = 11.520 kg Air = 17.796 / 4 (tipe campuran) = 4.441 kg Aggregate kasar = 115.847 / 4 (tipe campuran) = 28.962 kg Aggregate halus = 16.373 (5 % x agg halus) = 15.554 kg Styrofoam (5 % ) = x 5%x bj sterofoam = x 5% x 12 kg/m3 = 0.0039 kg kebutuhan bahan pada campuran Styrofoam 10 % = III-16

Semen = 46.079 / 4 (tipe campuran) = 11.520 kg Air = 17.796 / 4 (tipe campuran) = 4.441 kg Aggregate kasar = 115.847 / 4 (tipe campuran) = 28.962 kg Aggregate halus = 16.373 (10 % x agg halus) = 14.736 kg Styrofoam (10% ) = x 10%x bj sterofoam = x 10% x 12 kg/m3 = 0.0079 kg kebutuhan bahan pada campuran Styrofoam 15 % = Semen = 46.079 / 4 (tipe campuran) = 11.520 kg Air = 17.796 / 4 (tipe campuran) = 4.441 kg Aggregate kasar = 115.847 / 4 (tipe campuran) = 28.962 kg Aggregate halus = 6516.373 (15 % x agg halus) = 13.917kg Styrofoam (15 % ) = x 5%x bj sterofoam = x 15% x 12 kg/m3 = 0.0118 kg III-17

III-18