BAB 3 METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 UMUM Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kajian eksperimental yang dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil dan Laboratorium di P4TK. Secara umum urutan tahap penelitian ini meliputi: a. Penyediaan bahan penyusun beton b. Pemeriksaan bahan c. Perencanaan campuran beton (mix design) d. Pembuatan benda uji e. Pemeriksaan nilai slump f. Pengujian kuat tekan beton umur 28 hari Jumlah benda uji yang akan dibuat akan dijelaskan pada tabel 3.1 benda uji berbentuk silinder dan memiliki diameter 150 mm dan tinggi 300 mm Tabel 3.1 Jumlah benda uji silinder Benda Uji Benda Uji Kuat Tekan Jumlah 28 hari Beton Konvensional 5 5 Beton + CFRP 5 5 Beton + GFRP 5 5 Σ = 15 Untuk metode penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1.

2 Mulai Penyediaan Data Penyediaan dan Pemeriksaan Benda Uji Perencanaan Beton (Mix Design) Pembuatan Benda Uji Beton Konvensional Beton dengan CFRP Beton dengan GFRP Pengujian Kuat Tekan Benda Uji pada Umur 28 Hari Analisa dan pengolahan data Secara Teoritis : Analisa perbandingan kuat tekan Analisa dan pengolahan data hasil pengujian : Analisa perbandingan kuat tekan Penarikan Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian

3 3.2 PENYEDIAAN DAN PEMERIKSAAN BAHAN PENYUSUN BETON Bahan penyusun beton yang direncanakan terbagi atas 3, yaitu bahan penyusun untuk beton konvensional, beton dengan CFRP, dan beton dengan GFRP. Bahan-bahan penyusun masing-masing benda uji meliputi : a. Semen Portland b. Batu Pecah (Split) c. Pasir (Sand) d. Air (Water) Masing-masing tipe beton terdiri komponen penyusun utama yang berbeda. Bahan penyusun untuk beton konvensional adalah beton tanpa FRP, bahan penyusun untuk beton dengan CFRP adalah beton dengan Wrapping Carbon Fiber Reinforcement Polymer, sedangkan untuk beton dengan GFRP adalah beton dengan Wrapping Glass Fiber Reinforcement Polymer. Agregat penyusun adalah Batu Pecah (Split). Perencanaan campuran beton normal yang berbeda dimaksudkan untuk menjadi varibel pembanding antara kedua beton untuk mengetahui kinerja dari beton normal dengan bahan penyusun CFRP dan GFRP Semen Portland Semen yang dipakai dalam penelitian ini adalah semen Ordinary Portland Cement (OPC) tipe I yaitu Semen Padang dalam kemasan 1 zak 50 kg Agregat Halus Dalam penelitian ini agregat halus yang digunakan malalui tahapan pembersihan lumpur dan liat melalui penyucian dengan ayakan no.200. Agregat halus (pasir) yang dipakai dalam campuran beton melalui pemeriksaan, meliputi: Analisa Ayakan Pasir a. Tujuan: Untuk memeriksa penyebaran butiran (gradasi) dan menentukan nilai modulus kehalusan pasir (FM) b. Hasil pemeriksaan: Modulus kehalusan pasir (FM) : 2.92

4 Pasir dapat dikategorikan pasir halus. c. Pedoman: FM % Komulatif tertahan hingga 100 ayakan 0.15 mm (3.1) Berdasarkan nilai modulus kehalusan (FM), agregat halus dibagi dalam beberapa kelas, yaitu : Pasir halus : 2.20 < FM < 2.60 Pasir sedang : 2.60 < FM < 2.90 Pasir kasar : 2.90 < FM < Pemeriksaan Kadar Lumpur (Pencucian Pasir Lewat Ayakan No.200) a. Tujuan : Untuk memeriksa kandungan lumpur pada pasir. b. Hasil pemeriksaan : Kandungan lumpur : 4,3%< 5%, memenuhi persyaratan. c. Pedoman : Kandungan Lumpur yang terdapat pada agregat halus tidak dibenarkan melebihi 5% (dari berat kering). Apabila kadar lumpur melebihi 5% maka pasir harus dicuci Pemeriksaan Kandungan Organik a. Tujuan : Untuk memeriksa kadar bahan organik yang terkandung di dalam pasir. b. Hasil pemeriksaan : Warna kuning terang (standar warna No.3), memenuhi persyaratan. c. Pedoman : Standar warna No.3 adalah batas yang menentukan apakah kadar bahan organik pada pasir lebih kurang dari yang disyaratkan.

5 Pemeriksaan Clay Lump Pada Pasir a. Tujuan : Untuk memeriksa kandungan liat pada pasir. b. Hasil pemeriksaan : Kandungan liat 1,3%< 1%, tidak memenuhi persyaratan (pasir dicuci) c. Pedoman : Kandungan liat yang terdapat pada agregat halus tidak boleh melebihi 1% (dari berat kering). Apabila kadar liat melebihi 1% maka pasir harus dicuci Pemeriksaan Berat Isi Pasir a. Tujuan : Untuk menentukan berat isi (unit weight) pasir dalam keadaan padat dan longgar. b. Hasil pemeriksaan : Berat isi keadaan rojok / padat : 1725,503 kg/m 3 Berat isi keadaan longgar : 1654,168 kg/m 3 c. Pedoman : Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa berat isi pasir dengan cara merojok lebih besar daripada berat isi pasir dengan cara menyiram, hal ini berarti bahwa pasir akan lebih padat bila dirojok daripada disiram. Dengan mengetahui berat isi pasir maka kita dapat mengetahui berat pasir dengan hanya mengetahui volumenya saja Pemeriksaan Berat Jenis dan Absorbsi Pasir a. Tujuan : Untuk menetukan berat jenis (specific gravity) dan penyerapan air (absorbsi) pasir. b. Hasil pemeriksaan : Berat jenis SSD : kg/m 3 Berat jenis kering : kg/m 3 Berat jenis semu : kg/m 3 Absorbsi : 5.04 %

6 c. Pedoman : Berat jenis SSD merupakan perbandingan antara berat pasir dalam keadaan SSD dengan volume pasir dalam keadaan SSD. Keadaan SSD (Saturated Surface Dry) di mana permukaan pasir jenuh dengan uap air sedangkan dalamnya kering, keadaan pasir kering di mana pori-pori pasir berisikan udara tanpa air dengan kandungan air sama dengan nol, sedangkan keadaan semu di mana pasir basah total dengan pori-pori penuh air. Absorbsi atau penyerapan air adalah persentase dari berat pasir yang hilang terhadap berat pasir kering di mana absorbsi terjadi dari keadaan SSD sampai kering. Hasil pengujian harus memenuhi : Berat jenis kering < berat jenis SSD < berat jenis semu Agregat Kasar Agregat kasar yang digunakan dalam perencanaan beton yaitu batu pecah. Untuk mencapai tujuan dari penelitian, ukuran diameter agregat kasar (Batu Pecah) yang digunakan adalah agregat lolos ayakan no.15. Pencucian agregat juga terlebih dahulu dilakukan demi mencapai index properties yang baik dari material yang digunakan. Pencucian dimaksudkan untuk meminimalisasi lumpur maupun liat yang mungkin terdapat pada material dan dapat menurunkan mutu rencana dari beton. Pemeriksaan yang dilakukan pada agregat kasar meliputi: Analisa Ayakan Batu Pecah a. Tujuan : Untuk memeriksa penyebaran butiran (gradasi) dan menentukan nilai modulus kehalusan(fineness modulus / FM) kerikil. b. Hasil pemeriksaan : FM : <6.01< 7.5, memenuhi persyaratan. c. Pedoman : 1. FM % kumulatif tertahan hingga 100 ayakan mm

7 2. Agregat kasar untuk campuran beton adalah agregat kasar dengan modulus kehalusan (FM) antara 5.5 sampai Pemeriksaan Kadar Lumpur (Pencucian Kerikil Lewat Ayakan No.200) a. Tujuan : Untuk memeriksa kandungan lumpur pada kerikil. b. Hasil pemeriksaan : Kandungan lumpur : 0.95%< 1%, memenuhi persyaratan. c. Pedoman : Kandungan Lumpur yang terdapat pada agregat kasar tidak dibenarkan melebihi 1% (ditentukan dari berat kering). Apabila kadar lumpur melebihi 1% maka pasir harus dicuci Pemeriksaan Keausan Dengan Mesin Los Angeles a. Tujuan : Untuk memeriksa ketahanan aus agregat kasar. b. Hasil pemeriksaan : Persentase keausan : 30,50< 50% c. Pedoman : berat awal berat akhir 1. % keausan x 100% berat awal 2. Pada pengujian keausan dengan mesin pengaus Los Angeles, persentase keausan tidak boleh lebih dari 50% Pemeriksaan Berat Isi Batu Pecah a. Tujuan : Untuk memeriksaan berat isi (unit weight) agregat kasar dalam keadaan padat dan longgar. b. Hasil pemeriksaan : Berat isi keadaan rojok / padat : kg/m 3 Berat isi keadaan longgar : 1557,368 kg/m 3

8 c. Pedoman : Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa berat isi batu pecah dengan cara merojok lebih besar daripada berat isi dengan cara menyiram, hal ini berarti bahwa kerikil akan lebih padat bila dirojok daripada disiram. Dengan mengetahui berat isi batu pecah maka kita dapat mengetahui berat batu becah dengan hanya mengetahui volumenya saja Pemeriksaan Berat Jenis dan Absorbsi Batu Pecah a. Tujuan : Untuk menentukan berat jenis (specific gravity) dan penyerapan air (absorbsi) batu pecah. b. Hasil pemeriksaan : Berat jenis SSD : kg/m 3 Berat jenis kering : kg/m 3 Berat jenis semu : kg/m 3 Absorbsi : 1.216% c. Pedoman : Berat jenis SSD merupakan perbandingan antara berat batu pecah dalam keadaan SSD dengan volume batu pecah dalam keadaan SSD. Keadaan SSD (Saturated Surface Dry) di mana permukaan batu pecah jenuh dengan uap air, keadaan batu pecah kering di mana pori batu pecah berisikan udara tanpa air dengan kandungan air sama dengan nol, sedangkan keadaan semu di mana pasir basah total dengan pori penuh air. Absorbsi atau penyerapan air adalah persentase dari berat batu pecah yang hilang terhadap berat batu pecah kering, di mana absorbsi terjadi dari keadaan SSD sampai kering. Hasil pengujian harus memenuhi : Berat jenis kering < berat jenis SSD < berat jenis semu Air Air yang digunakan dalam pembuatan sampel adalah air yang berasal dari sumber air yang bersih. Secara pengamatan visual air yang dapat pembuatan beton yaitu air yang jernih, tidak berwarna dan tidak mengandung kotoran-

9 kotoran seperti minyak dan zat organik lainnya. Dalam penelitian ini air yang dipakai adalah berasal dari PDAM Tirtanadi, di Laboratorium Bahan Rekayasa Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU Fiber Reinforcement Polymer (FRP) FRP (Fiber Reinforcement Polymer) yang digunakan Carbon Fiber Reinforcement Polymer dan Glass Fiber Reinforcement Polymer. Spesifikasi dari CFRP 231C Memiliki tebal 0.35 mm, kuat tarik 2.6 GPa, modulus elastisitas 231 GPa, dan regangan 1%. Spesifikasi dari GFRP Tipe E CR (Corrosion Resistant) Memiliki tebal 0.35 mm, kuat tarik 2.35 GPa, modulus elastisitas 72 GPa, dan regangan 2% 3.3 Perencanaan Campuran Beton (Mix Design) Perencanaan campuran beton dimaksudkan untuk mengetahui komposisi atau proporsi bahan-bahan penyusun beton. Proporsi bahan-bahan penyusun beton ini ditentukan melalui sebuah perencanaan beton (mix design). Hal ini dilakukan agar proporsi campuran dapat memenuhi syarat teknis. Dalam menentukan proporsi campuran dalam penelitian ini digunakan metode yang berdasarkan pada SNI 2847:2002. Kriteria dasar perancangan beton dengan menggunakan metode ini adalah minimalisasi penggunaan agregat halus (pasir) dalam campuran beton.sehingga beton akan di dominasi oleh agregat bergradasi lebih kasar dan mineral filler pasir akan lebih minimum. Perencanaan campuran beton pada penelitian ini. Dari hasil perhitungan mix design diperoleh perbandingan campuran, seperti tabel 3.2. Tabel 3.2 Perbandingan Campuran Beton Normal. Semen Pasir Air Kerikil 1, ,

10 Perhitungan mix design secara lengkap dapat dilihat pada lampiran Pembuatan Benda Uji Pembuatan benda uji campuran untuk percobaan, yaitu campuran beton normal. Setelah semua bahan selesai disediakan, hidupkan mesin molen dan masukkan air kedalamnya yang berfungsi untuk membasahi mesin tersebut supaya adukan beton yang sebenarnya tidak berkurang. Setelah ±30 detik, air didalam molen dibuang. Pertama yang dilakukan adalah memasukkan pasir, dan semen biarkan selama ±3 menit supaya pasir, dan semen tercampur dengan merata. Kemudian air dimasukkan secukupnya (10% dari total air) ke dalam molen secara menyebar, dengan tujuan agar campuran agregat halus, dan semen tidak menimbulkan abu yang mengepul dan keluar dari molen. Selanjutnya masukkan batu pecah dan biarkan mesin molen ±7 menit sampai campuran beton benar-benar tercampur secara merata. Setelah itu masukkan air secara bertahap tiap 1 liter sehingga terlihat campuran mulai mengalami penggumpalan. Setelah itu tunggu campuran beton hingga mencapai kondisi beton segar. Adukan yang sudah tercampur merata, dituangkan ke dalam sebuah pan besar yang tidak menyerap air, dan kemudian adukan diukur kekentalannya dengan menggunakan metode slump test dari kerucut Abrams-Harder. Setelah pengukuran nilai slump, campuran beton dimasukkan ke dalam cetakan silinder yang berukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 dengan cara dibagi dalam tiga tahapan, dimana masing-masing tahapan diisi 1/3 bagian dari cetakan silinder dan lalu dipadatkan dengan menggunakan alat vibrator. Setelah umur beton 24 jam, cetakan silinder dibuka dan mulai dilakukan perawatan beton (curing) dengan cara direndam dalam bak perendaman sampai pada masa yang direncanakan untuk melakukan pengujian. Ketika mau dilakukan pengujian beberapa beton dilapisi dengan CFRP dan GFRP. 3.5 Pemeriksaan nilai slump Adapun tahapan pengujian slump adalah: 1. Kerucut diletakkan terpancung pada alas yang rata yang tidak menyerap air

11 2. Adukan beton dimasukkan kedalam kerucut hingga 1/3 tinggi kerucut lalu dirojok 25 kali 3. Adukan beton dimasukkan lagi kedalam kerucut hingga 2/3 tinggi kerucut lalu dirojok 25 kali 4. Adukan beton ditambah lagi hingga penuh lalu dirojok 25 kali. 5. Permukaan kerucut diratakan 6. Kerucut diangkat perlahan-lahan vertikal ke atas 7. Penurunan adukan diukur dengan mistar dengan cara meletakkan kerucut terpancung disamping adukan beton maka penurunan diukur dari tinggi permukaan kerucut terpancung hingga ke tinggi permukaan adukan beton tersebut Pemasangan FRP Untuk Carbon Fiber Reinforcement Polymer menggunakan Sikadur 330 A dan Sikadur 330 B dengan perbandingan 4:1. Pertama kita campurkan Sikadur 330 A dan B, lalu kita letakkan pada FRP. Sebelum ditempelkan beton terlebih dahulu digrenda agar permukaan kasar, sehingga FRP dapat melekat dengan baik, jika tidak digrenda maka permukaan akan licin dikarenakan waktu pembuatan beton menggunakan minyak, selanjutnya kita tempelkan FRP pada beton lalu di roller. Untuk Glass Fiber Reinforcement Polymer menggunakan MAPE Wrap 1 SP A dan MAPE Wrap 31 SP B dengan perbandingan 3:1. Pertama kita campurkan MAPEWRap 1 SP A dan MAPEWrap 31 SP B, lalu letakkan campuran pada FRP. Sebelum ditempelkan beton terlebih dahulu digrenda agar permukaan kasar sehingga FRP dapat melekat dengan baik, jika tidak digrenda maka permukaan akan licin dikarenakan waktu pembuatan beton menggunakan minyak, selanjutnya kita tempelkan FRP pada beton lalu di roller. Gambar 3.2 Sketsa Beton saat Diroller

12 3.7. Pengujian Kuat Tekan Silinder Beton Pengujian yang dilakukan terhadap tiap benda uji yaitu pengujian kuat tekan beton (Compressive Test) pada Laboratorium P4TK. Gambar 3.3. Compression Test Machine GOTech U60 di Lab P4TK Pengujian dilakukan pada umur beton 28 hari untuk tiap variasi beton masing-masing sebanyak 5 buah. Sehari sebelum pengujian sesuai dengan umur rencana, silinder beton dikeluarkan dari bak perendaman dan dikeringkan kurang lebih 24 jam. Beberapa beton dilapisi CFRP dan GFRP. Adapun tahap-tahap pengujian kuat tekan silinder beton adalah 1. Keluarkan benda uji silinder yang akan diuji kekuatan tekannya dari bak perendaman untuk tiap benda uji yang akan diuji kuat tekannya berdasarkan umur beton kemudian diamkan 1 hari agar benda uji berada dalam kondisi kering saat pengujian. Setelah itu beberapa beton dilapisi oleh CFRP dan GFRP. Gambar 3.4. Foto Benda Uji 2. Lelehkan mortar belerang dan letakkan kedalam cetakan pelapis. 3. Letakkan permukaan atas benda uji ke dalam cetakan pelapis secara tegak lurus dan diamkan selama beberapa detik sampai mortar belerang mengeras

13 dan menempel pada permukaan atas benda uji. Lakukan pengapingan untuk kedua sisi penampang beton. 4. Timbang benda uji 5. Letakkan benda uji pada mesin tekan compression machine secara centris. Gambar 3.5. Benda Uji pada Compression Machine 6. Hidupkan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan. 7. Lakukan pembebanan sampai jarum penunjuk beban tidak naik lagi dan menunjukkan bahwa beton tidak lagi memberi perlawanan terhadap kuat tekan yang diberikan. ambil grafik dimana arah y adalah pembebanan, arah x adalah deformasi vertical. dan catat angka max load yang ditunjukkan pada komputer. Gambar 3.6. Grafik yang dihasilkan oleh Compression Machine

14 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. KUAT TEKAN DAN REGANGAN SILINDER BETON KUAT TEKAN DAN REGANGAN BETON DENGAN TEORITIS Sebelum pengujian diperlukan sebuah analisa agar eksperimen tersebut tidak meleset, maka dari itu kita memerlukan perhitungan analisa dari kuat tekan dan regangan dari beton tersebut, analisa tersebut dilakukan dengan oleh metode (ACI Committee 440R-02, 2008) dan Richarts Model. Tabel 4.1. Hasil Kuat Tekan dan Regangan Beton dengan Teoritis Benda Uji Kuat Tekan Regangan (MPa) Beton Konvensional 30 0,001 Beton dangan CFRP 54,15 0,006 Beton dengan GFRP 35,04 0,003 Maka dari hasil di atas kita dapat membuatkan grafik kuat tekan secara teoritis pada Gambar tanpa FRP dengan CFRP 20 dengan GFRP 10 0 Gambar 4.1. Grafik Kuat Tekan Secara Teoritis Maka dari itu penambahan dengan CFRP meningkatkan kuat tekan beton sebesar 44.6% yang diakibatkan oleh modulus elastisitas CFRP yang besar,

15 sedangkan dengan GFRP meningkatkan kuat tekan sebesar 14,384% dikarenakan modulus elastisitas yang dimiliki GFRP lebih kecil dibandingkan dengan CFRP. Dan regangan yang terjadi < 0.01 sehingga memenuhi syarat (ACI Committee 440R-02, 2008) KUAT TEKAN DAN REGANGAN BETON DENGAN EKSPERIMEN Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kuat tekan beton konvesional, beton dengan CFRP, dan beton dengan GFRP, dimana benda uji berbentuk silinder melalui proses pembuatan dan perawatan yang dilaksanakan di Laboratorium Beton USU. Pengujian dilakukan pada umur 28 hari. Pengujian dilakukan berdasarkan SNI 1974 : 2011, Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder. Hasil pengujian kuat tekan untuk ketiga variasi beton dapat dilihat pada tabel dibawah. Tabel 4.2. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton No Benda Uji Umur Beton (Hari) Berat (kg) Beban Tekan Aktual (kn) Luas Penampang (cm2) Kuat Tekan Aktual (MPa) Kuat Tekan Rata-rata (MPa) 1 BK BK BK BK BK BC BC BC BC BC BG BG BG BG BG Hasil kuat tekan yang tertera pada tabel merupakan hasil kuat tekan yang telah dikalikan dengan faktor bentuk untuk silinder normal dengan ukuran

16 diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Faktor bentuk untuk benda uji silinder normal adalah 1 sesuai dengan SNI 1974 : Tabel 4.3. Hasil Regangan Beton Secara Eksperimental No Benda Uji Umur Beton (Hari) Regangan (%) Regangan Rata-rata (%) 1 BK BK BK BK BK BC BC BC BC BC BG BG BG BG BG Dari tabel hasil pengujian kuat tekan diatas, terlihat bahwa dengan penggunaan FRP kuat tekan beton semakin meningkat dengan CFRP maupun dengan GFRP.

17 Elastis Plastis Elastis Plastis Elastis Plastis Gambar 4.2. Grafik Hubungan Pembebanan dan Deformasi vertikal untuk beton Konvensional

18 Elastis Plastis Elastis Plastis Elastis Plastis Gambar 4.3 Grafik Hubungan Pembebanan dan Deformasi vertikal untuk beton dengan CFRP

19 Elastis Plastis Elastis Plastis Elastis Plastis Gambar 4.4 Grafik Hubungan Pembebanan dan Deformasi vertikal untuk beton dengan GFRP Dari hasil pengujian kuat tekan ketiga jenis benda uji dapat disimpulkan bahwa beton dengan CFRP memiliki kuat tekan yang lebih tinggi di bandingkan dengan kuat tekan beton dengan GFRP dan beton konvensional. Dengan kuat tekan beton dengan CFRP pada umur 28 hari adalah MPa, kuat tekan beton dengan GFRP sebesar MPa, dan kuat tekan beton konvensional sebesar MPa. Peningkatan kuat tekan beton dengan CFRP, kuat tekan beton dengan GFRP berada antara %, % dari beton konvensional.

20 Dalam mendesain beton ini perlu diketahui bahwa kuat tarik, regangan, dan modulus elastisitas dari tiap FRP akan memberikan hasil yang berbeda terhadap kuat tekan dari beton yang direncanakan. Beton dengan CFRP, akan menghasilkan beton yang memiliki kuat tekan yang tinggi dikarenakan kuat tarik dari CFRP yang tinggi sebesar 2.6 GPa, regangan yang kecil sebesar 1 %, dan modulus elastisitas tinggi sebesar 210 GPa, dibandingkan dengan beton dengan GFRP dan konvensional POLA RETAK PADA PENGUJIAN KUAT TEKAN Pola retak pada pengujian kuat tekan benda uji silinder beton yang kerap terjadi adalah keruntuhan pola retak kerucut, retak total dan retak geser. Pola retak beton berdasar pada SNI 1974 : Gambar 4.5. Pola Retak (SNI 1974 : 2011) Pola keretakan dapat di amati melalui Gambar 4.5 Gambar 4.6. Pola retak pada pengujian kuat tekan silinder beton

21 4.4. DISKUSI Fiber Reinforcement Polymer (FRP) adalah salah satu material perkuatan struktur yang dapat memperkuat struktur secara eksternal. Dalam penelitian ini FRP dijadikan sebagai bahan pelapis beton. FRP merupakan material yang dapat berbentuk lembaran, pelat, atau tulangan. Umumnya FRP ini dapat diperoleh dari PT MAPE, PT. SIKA, dll. Pada penelitian ini, trial mix sebanyak tiga kali, demi mencapai mutu rencana. Trial Mix dan dapat dilihat pada daftar berikut : 1. Trial Mix I pada tanggal 28 Maret 2017 Mix Design diperoleh perbandingan bahan penyusun beton untuk 3 benda uji sebagai berikut : Semen : 7.76 kg Pasir : kg Kerikil : kg Air : 3.54 L Pada Trial Mix ini diameter dari agregat kasar yang di gunakan adalah lolos ayakan diameter 19 mm. Pengujian benda uji trial mix I (pada umur 3 hari ) Tabel 4.4. Pengujian Benda Uji Trial Mix I Kuat Tekan Sampel Berat (Kg) kn MPa Sampel I Sampel II Mutu beton yang direncanakan dapat tercapai.

22 Dari hasil pengujian kuat tekan ketiga jenis benda uji dapat disimpulkan bahwa beton dengan CFRP memiliki kuat tekan yang lebih tinggi di bandingkan dengan kuat tekan beton dengan GFRP dan beton konvensional. Dengan kuat tekan beton dengan CFRP pada umur 28 hari adalah MPa, kuat tekan beton dengan GFRP sebesar MPa, dan kuat tekan beton konvensional sebesar MPa. Peningkatan kuat tekan beton dengan CFRP, kuat tekan beton dengan GFRP berada antara %, % dari beton konvensional. Dalam mendesain beton ini perlu diketahui bahwa kuat tarik, regangan, dan modulus elastisitas dari tiap FRP akan memberikan hasil yang berbeda terhadap kuat tekan dari beton yang direncanakan. Beton dengan CFRP, akan menghasilkan beton yang memiliki kuat tekan yang tinggi dikarenakan kuat tarik dari CFRP yang tinggi sebesar 2.6 GPa, regangan yang kecil sebesar 1 %, dan modulus elastisitas tinggi sebesar 210 GPa, dibandingkan dengan beton dengan GFRP dan konvensional. Maka dari itu perbandingan penelitian saya dengan yang telah dilakukan peneliti yang lain hanya berbeda sedikit. Seperti dengan penelitian Remi Eid dan Patrick Paultre kenaikan yang terjadi sebesar 25% untuk CFRP, Taufikrahman kenaikan terjadi 20% untuk CFRP dan Penelitian I Ketut Sudarsana dan A.A Gede Sutapa kenaikan terjadi sebesar 11.86% %. untuk GFRP.

23 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Kuat tekan beton dengan CFRP secara teoritis adalah Mpa. Kuat tekan beton dengan GFRP secara teoritis adalah MPa. Sedangkan kuat tekan beton normal secara teoritis adalah 30 MPa. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa beton dengan adanya CFRP dan GFRP secara teoritis dapat meningkatkan kuat tekan sebesar 44.6%, % dari beton konvensional. 2. Kuat tekan beton rata-rata dengan CFRP secara eksperimental pada umur 28 hari adalah Mpa. Kuat tekan beton rata-rata dengan GFRP pada umur 28 hari adalah MPa. Sedangkan kuat tekan beton normal rata-rata pada umur 28 hari adalah MPa. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa beton dengan adanya CFRP dan GFRP secara eksperimental dapat meningkatkan kuat tekan sebesar 26.89%, 14,89% dari beton konvensional 3. Kuat tekan yang terjadi yang secara teoritis dengan eksperimental hanya terdapat perbedaan di beton dengan CFRP SARAN 1. Melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh CFRP dan GFRP untuk perkuatan beton. 2. Meneliti perbandingan jumlah lapisan untuk melihat kinerja struktur beton yang berbeda. 3. Meneliti perbandingan dengan menambahkan tulangan pada beton dengan CFRP dan GFRP pada perkuatan kolom. 4. Meneliti penggunaan FRP pada beton poros

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Metode campuran beton yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Lampiran. Universitas Sumatera Utara

Lampiran. Universitas Sumatera Utara Lampiran Analisa Ayakan Pasir Berat Fraksi (gr) Diameter Rata-rata % Sampel Sampel % Rata-rata Ayakan (mm) (gr) Kumulatif I II 9,52 30 15 22,5 2,25 2,25 4,76 21 18 19,5 1,95 4,2 2,38 45 50 47,5 4,75

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek Holcim, didapatkan dari toko bahan bangunan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN ANALISA AYAKAN PASIR UNTUK MATERIAL BETON (ASTM C 136-84a) Nama Nim Material Tanggal : Rumanto : 8 44 153 : Pasir : 12 Maret 214 9.5 (3/8 - in) 4.75 (No.4) 2.36 (No.8) 1.18

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Semen Semen adalah bahan pembentuk beton yang berfungsi sebagai pengikat butiran agregat dan mengisi ruang antar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Adapun kerangka metode penelitian adalah sebagai berikut : Mulai Penyediaan Dan Pemeriksaan Bahan Agregat Kasar semen air Agregat Halus Mix Design Beton Normal Beton

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Adapun diagram alir metodologi penelitian adalah sebagai berikut : MULAI PENGUJIAN BAHAN AGREGAT KASAR AGREGAT HALUS MIX DESIGN BETON NORMAL BETON CAMPURAN KACA 8%

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Alat-alat yang Digunakan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini mulai dari pemeriksaan bahan susun beton, pembuatan benda uji, perawatan benda uji, dan sampai dengan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram) Lampiran 1 Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI 03-1968-1990) 1. Berat cawan kosong = 131,76 gram 2. Berat pasir = 1000 gram 3. Berat pasir + cawan = 1131,76 gram Ukuran Berat Tertahan Berat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 51 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Bahan Pembuatan Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton dilakukan di laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di 26 BAB III METODE PENELITIAN Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di Laboratorium Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam penelitian

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN xviii ANALISA AYAKAN PASIR UNTUK MATERIAL BETON (ASTM C 136 84a) Nama NIM : 130404107 Material : Fadel Muhammad Patra : Pasir Tanggal : 22 Maret 2017 Diameter BeratFraksi (gr)

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan bahan material harus dilakukan sebelum direncanakannya perhitungan campuran beton (mix design). Adapun hasil pemeriksaanpemeriksaan agregat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu dengan melakukan percobaan untuk mendapatkan hasil yang menunjukkan hubungan antara

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bahan Fakultas Teknik Universitas Negeri Sebelas Maret

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN ANALISA AYAKAN PASIR UNTUK MATERIAL BETON (ASTM C 136-84a) Nama : M. Hafiz Nim : 08 0404 081 Material : Pasir Tanggal : 11 Januari 2014 Diameter Ayakan. () (No.) Berat Fraksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup yang akan diteliti adalah penggantian sebagian semen Portland dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara yang digunakan dalam sebuah penelitian, sehingga dalam pelaksanaan dan hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Umum Penelitian ini adalah menggunakan metode studi eksperimental yaitu dengan melakukan langsung percobaan di laboratorium. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengauh

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 ANALISA AYAKAN AGREGAT HALUS. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1 ANALISA AYAKAN AGREGAT HALUS. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 ANALISA AYAKAN AGREGAT HALUS ANALISA AYAKAN AGREGAT HALUS Diameter Ayakan (mm) Berat Fraksi (gr) Sampel I Sampel II Rata-rata (gr) % Rata-rata % Kumulatif Tertahan 9,52 0 0 0 0 0 4,76 2 1 1,5

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pemilihan Metode Desain Campuran Ada beberapa metode desain pencampuran beton sebagai dasar untuk mendapatkan beton yang sesuai dengan rencana dan mempunyai sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB V HASIL PEMBAHASAN

BAB V HASIL PEMBAHASAN BAB V HASIL PEMBAHASAN A. Umum Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang dilaksanakan di laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil, dalam pelaksanaan eksperimen

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi Lampiran 1 PENGUJIAN PENELITIAN TUGAS AKHIR A. Pemeriksaan Gradasi Butiran Agregat Halus ( Pasir ) Bahan : Pasir Merapi Asal : Merapi, Yogyakarta Jenis Pengujian : Gradasi Butiran Agregat Halus (Pasir)

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Metode penelitian merupakan langkah-langkah penelitian suatu masalah, kasus, gejala atau fenomena tertentu dengan jalan ilmiah untuk menghasilkan jawaban yang rasional

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dalam perancangan beton bertulang dengan variasi panjang sambungan lewatan. Penelitian ini

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON Jeffry 1), Andry Alim Lingga 2), Cek Putra Handalan 2) Abstrak Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton dilakukan di Laboratorium Struktur dan Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Uraian Umum Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari Cisauk, Malingping, Banten, dan untuk Agregat kasar (kerikil) diambil dari

Lebih terperinci

Berat Tertahan (gram)

Berat Tertahan (gram) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Pendahuluan Penelitian ini merupakan penelitian tentang kemungkinan pemakaian limbah hasil pengolahan baja (slag) sebagai bahan subfistusi agregat kasar pada TB sebagai lapis

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 42 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Pendahuluan Pengujian pendahuluan merupakan pengujian yang dilaksanakan untuk mengetahui karateristik material yang akan digunakan pada saat penelitian.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%) BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Persen Lolos Agregat (%) A. Hasil Pemeriksaan Bahan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian mengenai kuat tekan awal beton ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit merek Holcim, didapatkan dari toko bahan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4.1. HASIL PENGUJIAN MATERIAL Sebelum membuat benda uji dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan berbagai pengujian terhadap material yang akan digunakan. Tujuan pengujian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium, Laboratorium yang digunakan pada penelitian ini adalah Laboratorium Teknologi Bahan, Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN BAB III PERENCANAAN PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Penelitian mengenai pengaruh perawatan beton terhadap kuat tekan dan absorpsi beton ini bersifat aplikatif dan simulatif, yang mencoba untuk mendekati

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang peneliti lakukan adalah dengan cara membuat benda uji di laboratorium Teknik Bahan Konstruksi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dimana penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan melakukan pembuatan benda uji di laboratorium dengan berbagai variasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian adalah urutan-urutan kegiatan yang meliputi pengumpulan data, proses rekayasa, pengujian sampel, dan diteruskan penarikan kesimpulan. Tahapan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland Composite Cement) Merek Holcim, didapatkan

Lebih terperinci

PENGARUH LUBANG DALAM BETON TERHADAP KEKUATAN MEMIKUL BEBAN AKSIAL

PENGARUH LUBANG DALAM BETON TERHADAP KEKUATAN MEMIKUL BEBAN AKSIAL PENGARUH LUBANG DALAM BETON TERHADAP KEKUATAN MEMIKUL BEBAN AKSIAL SAFRIN ZURAIDAH 1, HANDO 2, K BUDIHASTONO Jurusan Teknik Sipil-UNITOMO Surabaya Email : safrini@yahoo.com Abstrak Dunia usaha properti

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini mengenai perbandingan hasil uji

III. METODE PENELITIAN. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini mengenai perbandingan hasil uji 21 III. METODE PENELITIAN Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini mengenai perbandingan hasil uji tekan, uji tarik belah dan uji modulus elatisitas antara benda uji tanpa perkuatan GFRP dan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya beton digunakan sebagai salah satu bahan konstruksi yang sering dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material penyusunnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI JUDUL i PENGESAHAN ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii ABSTRAK iv ABSTRACT v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL xii DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN xvii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode pengujian dilakukan dengan menguji material beton yaitu agregat kasar dan agregat halus yang akan menjadi bahan pembentuk beton yang kemudian akan dilanjutkan dengan pengujian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Metode penelitian merupakan langkah-langkah penelitian suatu masalah, kasus, gejala atau fenomena tertentu dengan jalan ilmiah untuk menghasilkan jawaban yang rasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 RENCANA PENELITIAN Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penambahan cacahan polypropylene pada beton normal, maka dilakukan beberapa pengujian, antara lain terhadap kuat tekan

Lebih terperinci

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar 4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus Pengujian terhadap agregat halus yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengujian kadar

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental yang dilaksanakan di Laboratorium Bahan Fakultas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Dalam penelitian ini akan mencari hubungan antara faktor air semen dengan kuat tekan menggunakan bahan lokal. Disini akan dipelajari karakteristik agregat baik

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penilitian ini adalah : 1). Semen Portland jenis I merk Semen Gersik 2). Agregat kasar berupa krikil, berasal dari Sukoharjo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental di Laboratorium Bahan Rekayasa Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Dalam suatu penelitian agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai, maka dilaksanakan suatu metode. Metode penelitian merupakan langkah-langkah penelitian suatu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA LABORATORIUM DAN DATA HASIL PENGUJIAN

BAB IV ANALISIS DATA LABORATORIUM DAN DATA HASIL PENGUJIAN BAB IV ANALISIS DATA LABORATORIUM DAN DATA HASIL PENGUJIAN 4.1 ANALISIS DATA LABORATORIUM 4.1.1 Agregat Halus Pada penelitian ini, yang pertama kali dilakukan di lab adalah pengujian agregat halus dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental, dimana percobaan dilakukan untuk mendapatkan kumpulan data, yang kemudian akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metoda Pelaksanaan Penelitian Mulai Studi literatur Persiapan alat dan bahan Pengujian material pembentuk mortar (uji pendahuluan) : - Uji berat jenis semen - Uji berat

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA PASIR. Volume (cc) 1 Pasir Nomor 2. 2 Larutan NaOH 3% Secukupnya Orange

PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA PASIR. Volume (cc) 1 Pasir Nomor 2. 2 Larutan NaOH 3% Secukupnya Orange L. 1 PEMERIKSAAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA PASIR Hasil penelitian : No Jenis Bahan Volume (cc) Volume Total (cc) Warna Larutan yang terjadi 1 Pasir 130 200 Nomor 2 2 Larutan NaOH 3% Secukupnya Orange

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, dan benda uji balok beton dengan panjang

III. METODE PENELITIAN. diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, dan benda uji balok beton dengan panjang 37 III. METODE PENELITIAN A. Umum Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen di Laboratorium Struktur dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji pada penelitian

Lebih terperinci

IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV. 1. Tanah Tulakan Dari hasil anilisis kimia yang dilakukan di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), didapatkan hasil : Tabel IV.1. Kandungan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 MIX DESIGN (ACI ) Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1 MIX DESIGN (ACI ) Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 MIX DESIGN (ACI 211.2-98) Mix Design Beton Ringan dengan Metode ACI Mix design beton ringan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ACI 211.2-98. Sesuai prosedur pada metode ACI 211.2-98,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Variabel bebas yaitu variasi perbandingan agregat kasar, antara lain : Variasi I (1/1 : 1/2 : 2/3 = 3 : 1 : 2) Variasi II (1/1 : 1/2 : 2/3 = 5 : 1 : 3) Variasi

Lebih terperinci

STUDI ESKPERIMENTAL SETTING TIME BETON MUTU TINGGI MENGGUNAKAN ZAT ADIKTIF FOSROC SP 337 & FOSROC CONPLAST R

STUDI ESKPERIMENTAL SETTING TIME BETON MUTU TINGGI MENGGUNAKAN ZAT ADIKTIF FOSROC SP 337 & FOSROC CONPLAST R STUDI ESKPERIMENTAL SETTING TIME BETON MUTU TINGGI MENGGUNAKAN ZAT ADIKTIF FOSROC SP 337 & FOSROC CONPLAST R Oleh : Arman. A. 1, Herix Sonata 1, Kartika Ananda 2 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISA AYAKAN PASIR (ASTM C a)

ANALISA AYAKAN PASIR (ASTM C a) LAMPIRAN I - PEMERIKSAAN MATERIAL ANALISA AYAKAN PASIR (ASTM C 136-84a) Nama : Muhammad Fauzi NIM : 10 0404 170 Diuji oleh : Muhammad Fauzi Diameter ayakan Berat Tertahan Berat Berat Total Kumulatif (mm)

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Persen Lolos (%) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Agregat Halus (Pasir) 1. Gradasi agregat halus (pasir) Dari hasil pemeriksaan gradasi agregat halus pada gambar 5.1, pasir Merapi

Lebih terperinci

Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir)

Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Lampiran Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Uraian Sampel Sampel Pasir jenuh kering muka ( ) 500 gr 500 gr Pasir setelah keluar oven ( ) 489,3

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). B. Peralatan Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mortar Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Bahan Penyusun Pemeriksaan bahan penyusun beton dilakukan di laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT 137 DAFTAR PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS, AGREGAT KASAR 1. Analisa Ayak Agregat Halus 2. Analisa Ayak Agregat Kasar 3. Berat Jenis dan Absorbsi Agregat Halus 4. Berat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam

III. METODE PENELITIAN. Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam III. METODE PENELITIAN A. Umum Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Struktur Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam penelitian ini adalah silinder beton dengan

Lebih terperinci

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200) PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200) Asri Mulyadi 1), Fachrul Rozi 2) Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Palembang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Metode penelitian adalah urutan-urutan kegiatan penelitian, meliputi pengumpulan data, proses rekayasa, pengujian sample, dan diteruskan penarikan kesimpulan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, JurusanTeknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi yang dilakukan adalah dengan cara membuat benda uji di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi yang dilakukan adalah dengan cara membuat benda uji di BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi yang dilakukan adalah dengan cara membuat benda uji di Laboraturium Bahan Konstruksi Teknik Universitas Mercu Buana, kemudian menguji kuat tekan pada umur

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metodelogi penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental laboratorium. Pengujian dilakukan untuk menguji perbandingan kuat lekat bambu petung bertakikan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Metode penelitian adalah langkah-langkah atau metode yang dilakukan dalam penelitian suatu masalah, kasus, gejala, issue atau lainnya dengan jalan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan suatu percobaan secara langsung untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** *Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan **

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta,merupakan suatu pencarian data yang mengacu pada

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN berikut. BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan atau Material Penelitian Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada uraian 1. Agregat halus yang berupa pasir Merapi, 2. Agregat kasar yang

Lebih terperinci

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH BETON SEBAGAI AGREGAT KASAR DAN AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL Oleh: Mulyati*, Arman A* *Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Air Air yang digunakan dalam penelitian ini mempergunakan air yang tersedia di Sub Laboratorium Bahan Bangunan, Laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN <

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN < > NORMAL CONCRETE MIX DESIGN < Soal : Rencanakan campuran beton untuk f c 30MPa pada umur 28 hari berdasarkan SNI 03-2834-2000 dengan data bahan sebagai berikut : 1. Agregat kasar yang dipakai : batu pecah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian Pengaruh Substitusi Pasir Dengan Bottom Ash Terhadap Kuat Tekan, dilakukan di Laboratorium Material dan Struktur DPTS FPTK UPI,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN MATERIAL DAN KUAT TEKAN BETON

BAB IV PENGUJIAN MATERIAL DAN KUAT TEKAN BETON BAB IV PENGUJIAN MATERIAL DAN KUAT TEKAN BETON Umum Analisa data dilakukan dengan melakukan pengujian material di laboratorium. Dengan melakukan pekerjaan ini, akan didapatkan karakteristik bahan yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton diartikan sebagai campuran semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Penggunaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton PT. Pionir Beton

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton PT. Pionir Beton BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Sampel penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton PT. Pionir Beton Cimareme, Padalarang, Bandung. Sampel dalam penilitian menggunakan benda uji

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK CANGKANG LOKAN SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK CANGKANG LOKAN SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK CANGKANG LOKAN SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL Oleh: Mulyati Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil serta analisa dari pengujianpengujian yang telah dilakukan. 4.1. HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN TERHADAP AGREGAT 4.1.1. Hasil dan Analisa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bahan dan Struktur Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana di Kampus Bukit Jimbaran. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN A.

BAB IV METODE PENELITIAN A. BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Peralatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian yang dilakukan dimulai dengan mengidentifikasi permasalahan apa saja yang terdapat dalam referensi-referensi dan makalah-makalah tentang beton

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan, teknis pelaksanaan, dan pada tahap analisa hasil, tidak terlepas dari peraturan-peraturan maupun referensi

Lebih terperinci

Lampiran A Berat Jenis Pasir. Berat pasir kondisi SSD = B = 500 gram. Berat piknometer + Contoh + Air = C = 974 gram

Lampiran A Berat Jenis Pasir. Berat pasir kondisi SSD = B = 500 gram. Berat piknometer + Contoh + Air = C = 974 gram Lampiran A Berat Jenis Pasir Berat Piknometer = A = 186 gram Berat pasir kondisi SSD = B = 500 gram Berat piknometer + Contoh + Air = C = 974 gram Berat piknometer + Air = D = 665 gram Berat contoh kering

Lebih terperinci