POTENSI JAMU INGGU SEBAGAI ANTIBAKTERI PENYEBAB INFEKSI SALURAN PERNAPASAN ATAS (ANTIBACTERIAL POTENTIAL OF JAMU INGGU AGAINTS SOME BACTERIA CAUSING UPPER RESPIRATORY TRACT INFECTION) Nunung Sulistyani dan Ardina Nugrahani Akademi Analisis Kesehatan Manggala Yogyakarta Jl. Bratajaya No. 25 Yogyalarta e-mail: nunungsulistyani@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi jamu inggu sebagai anti yang dapat dijadikan sumber alternatif antibiotik terhadap Staphylococcu aureus, Streptococcus pnuemoniae, S. pyogenes, dan Pseudomonas aeruginosa penyebab infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Penelitian ini dilakukan dengan metode difusi agar KirbyBauer, untuk menguji aktivitas anti jamu inggu terhadap Staphylococcu aureus, Streptococcus pnuemoniae, S. pyogenes, dan Pseudomonas aeruginosa penyebab ISPA. Kemudian diukur diameter zona hambat pertumbuhan uji yang terbentuk. Terbentuknya zona jernih di sekitar cakram menunjukkan bahwa jamu inggu memiliki senyawa kimia yang bersifat anti terhadap Staphylococcus aureus, sedangkan pertumbuhan Pseudomonas aerugenosa, Streptococcus pyogenes, dan S. pneumoniae tidak dapat dihambat oleh jamu inggu yang ditunjukkan tidak terbentuknya zona jernih di sekitar cakram. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jamu inggu dapat digunakan sebagai sumber alternatif antibiotik terhadap pertumbuhan S. Aureus. Kata kunci: anti, infeksi ISPA, jamu inggu Abstract This study aims to examine the potential of jamu inggu as an alternative antibacterial herb that can be used against Staphylococcus aureus, Streptococcus pnuemoniae, S. Pyogenes, and Pseudomonas aeruginosa that is causing Upper Respiratory Infections (URI). Antibacteria activity test of jamu inggu was using the Agar diffusion method by Kirby-Bauer. To test jamu inggu antibacterial activity against Staphylococcus aureus, Streptococcus pnuemoniae, S. Pyogenes, and Pseudomonas aeruginosa, the diameter of the test bacteria growth inhibition zone was measured. The formation of a clear zone around the disc indicates that jamu inggu has chemical compounds that are antibacterial against Staphylococcus aureus,while the Pseudomonas aerugenosa, Streptococcus pyogenes, and S. pneumoniae bacteria cannot be inhibited by jamu inggu. It was indicated by no formation of a clear zone around the disc. Result shows that jamu inggu can be used as an alternative source of antibiotics against the Staphylococcus aureus. Keywords: antibacteria, jamu inggu, Upper Respiratory Tract Infection Bacteria 1
Potensi Jamu Inggu (Sulistyani, N. & Nugrahani, A.) PENDAHULUAN satu gejala pada penyakit infeksi saluran Penggunaan antibiotik sangat banyak pernapasan atas. Infeksi saluran pernapasan dalam pengobatan infeksi di negara atas bila tidak ditangani dengan baik dapat berkembang berkembang termasuk Indonesia. Hal dan menyebabkan infeksi tersebut dikarenakan, antibiotik sintetik saluran pernapasan bawah (Depkes RI, tidak mahal dan mudah didapatkan, tetapi 25). obat tersebut memiliki efek samping yang Infeksi saluran pernapasan atas di- dapat membahayakan kesehatan manusia. sebabkan oleh beberapa mikroorganisme. Untuk mengurangi dampak resistensi yang Mikroorganisme yang umum menyebabkan ditimbulkan akibat penggunaan antibiotik, infeksi saluran pernapasan atas antara lain tanaman berkhasiat obat dalam bentuk jamu adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus dapat dijadikan sumber alternatif sebagai pnuemoniae, S. pyogenes dan Pseudomonas antibiotik. Penggunaan jamu sebagai minum- aeruginosa. Tingginya prevalensi infeksi an tradisional merupakan tradisi dan budaya tersebut menyebabkan tingginya konsumsi bagi masyarakat Indonesia khususnya Pulau antibiotik, sehingga dapat meningkatkan Jawa. Menurut Kementerian Kesehatan resistensi maupun peningkatan efek Republik Indonesia (21) menyatakan samping yang tidak diinginkan (Depkes bahwa lebih dari 5% masyarakat Indonesia RI, 25). Hal ini senada dengan Saga & meminum jamu. Yamaguchi (29) menyatakan bahwa Masyarakat Indonesia telah meng- penyakit infeksi yang disebabkan oleh gunakan jamu sebagai minuman tradisional resisten antibiotik menjadi masalah berkhasiat obat sejak sebelum abad ke-18 penting di dalam dunia kesehatan. sampai saat ini (Purwaningsih, 213). Hal Berdasarkan pengalaman empiris ini senada dengan Kementerian Kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia Republik Indonesia (21) yang menyatakan terhadap jamu inggu sebagai obat pereda bahwa 95,6% dari 85% masyarakat Indonesia batuk pilek, untuk itu penelitian ini dilakukan pengguna jamu mengakui manfaat jamu bagi untuk mengkaji potensi jamu inggu sebagai kesehatan anti. Dengan melakukan uji aktivitas Jamu inggu secara empiris dikonsumsi anti, diharapkan jamu inggu dapat oleh masyarakat Indonesia, karena khasiat dijadikan sumber alternatif antibiotik ter- yang terdapat pada jamu inggu tersebut. hadap Jamu inggu dipercaya oleh masyarakat Streptococcus pnuemoniae, S. pyogenes dan sebagai obat pereda batuk pilek pada Pseudomonas aeruginosa penyebab infeksi anak-anak. Batuk pilek merupakan salah saluran pernapasan atas. Staphylococcus aureus, 11
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 2, Nomor 2, Oktober 215 METODE PENELITIAN dalam penelitian adalah 1, 15, 2, Jamu inggu diperoleh dari Pasar 25, 5, dan 1 mg/ml. Pada penelitian Tradisional Beringharjo. Jamu inggu me- ini digunakan antibiotik sebagai kontrol rupakan getah dari tanaman inggu yang positif dan aquades sebagai kontrol negatif. dikemas dalam bentuk pasta padat. Jamu Antibiotik yang digunakan untuk semua inggu sebanyak 1 gr tersebut diasumsikan uji yaitu ciprofloxacin. dengan konsentrasi 1% dan kemudian Data hasil penelitian yang diperoleh di diencerkan menggunakan aquades menjadi uji statistik dengan taraf kepercayaan 95% berbagai konsentrasi berikut 1 mg/ml, 15 untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh mg/ml, 2 mg/ml, 25 mg/ml, 5 mg/ml, yang signifikan pemberian jamu inggu dan 1 mg/ml. terhadap Uji aktivitas anti ini dilakukan pertumbuhan Staphylococcus masing-masing aureus, Strep- dengan menggunakan metode Kirby-Bauer tococcus pneumoniae, S. pyogenes dan (Madigan & Martinko, 26). Masing- Pseudomonas aeruginosa. masing suspensi uji sebanyak 1 ml dengan konsentrasi 18 cfu/ml dimasukkan HASIL DAN PEMBAHASAN ke dalam 9 ml medium NA yang telah Uji Aktivitas Anti dicairkan pada cawan petri. Kemudian, cawan petri digoyang perlahan, Uji aktivitas anti jamu inggu agar terhadap penyebab infeksi saluran tersebar merata dan dibiarkan pernapasan atas dilakukan dengan metode sampai medium menjadi padat. Setelah itu, Kirby Bauer. Terbentuknya zona jernih di kertas cakram dimasukkan pada berbagai sekitar cakram menunjukkan bahwa jamu konsentrasi jamu inggu. Kertas cakram inggu memiliki senyawa kimia yang bersifat tersebut ditiriskan, kemudian diletakkan di anti terhadap Staphylococcus atas media yang berisi. Selanjutnya aureus, sedangkan pertumbuhan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Pseudomonas aerugenosa, Streptococcus Pengamatan dilakukan 1-5 hari dari waktu pyogenes, dan S. pneumoniae tidak dapat inokulasi dengan mengamati ada atau dihambat oleh jamu inggu yang ditunjukkan tidaknya zona bening disekitar kertas saring tudak terbentuknya zona jernih di sekitar bulat tersebut. cakram (Gambar 1). Desain yang digunakan dalam penelitian Hasil pengujian aktivitas anti ini adalah Rancangan Acak lengkap (RAL), jamu inggu pada masing-masing konsentrasi dengan kondisi setiap perlakuan homogen. dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 me- Konsentrasi jamu inggu yang digunakan nunjukkan bahwa jamu inggu hanya dapat 12
Potensi Jamu Inggu (Sulistyani, N. & Nugrahani, A.) Gambar 1. Contoh Zona Hambat Berbagai Konsentrasi Jamu Inggu sebagai Anti. Jamu Inggu pada Konsentrasi Tertinggi Dapat Menghambat Pertumbuhan Staphylococcus aureus Tabel 1. Rata-rata Diameter Zona Hambat dan KHM Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Streptococcus pyogenes, dan S. pneumoniae Diameter zona hambat (mm) Konsentrasi Jamu Inggu (mg/ml) S. aureus P. aeruginosa S. pyogenes S. pneumoniae 1 15 2 25 5 7 1 8 Aquades Ciprofloxacin 24 25 25 25 menghambat Staphylococcus aureus inggu menunjukkan aktivitas anti dengan diameter zona hambat sebesar 8 mm lebih rendah dibandingkan dengan cipro- pada konsentrasi 1mg/ml. Zona hambat floxacin, jamu inggu memiliki aktivitas pada pertumbuhan S. aureus berbeda sidal yang dapat digunakan sebagai nyata antara jamu inggu dengan antibiotik sumber alternatif antibiotik. komersial ciprofloxacin. Meskipun jamu 13
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 2, Nomor 2, Oktober 215 Menurut Dalimartha (1999) kandungan pada konsentrasi rendah adalah kimia yang terdapat pada tanaman inggu dengan merusak membran sitoplasma dan antara lain minyak atsiri dan senyawa fenol. dapat menyebabkan kebocoran inti sel, Berdasarkan kandungan senyawa tersebut sedangkan pada konsentrasi tinggi senyawa di atas, sehingga tanaman inggu dipercaya fenol berkoagulasi dengan protein seluler. memiliki sifat dan khasiat antara lain: Aktivitas tersebut sangat efektif ketika antipiretik, analgesik, antitoksik, karminatif, dalam tahap pembelahan dimana membuyarkan bekuan darah, pereda kejang, lapisan fosfolipid di sekeliling sel sedang peluruh haid, abortivum, pembersih darah, dalam kondisi yang sangat tipis sehingga stimulan pada sistem saraf dan kandungan, fenol dapat dengan mudah merusak isi sel. dan antihelmin. Berdasarkan Tabel 1, jamu inggu tidak Menurut Sabrina, Musdja, & Pratiwi memiliki aktivitas anti terhadap (211) mekanisme penghambatan dapat Pseudomonas aerugenosa. Menurut Ceylan menyebabkan kerusakan dan kebocoran & Fung (24) bahwa Gram positif membran sel uji. Minyak atsiri meng- lebih sensitif terhadap senyawa antimikrob hambat pertumbuhan dengan cara dibandingkan dengan Gram negatif. merusak dinding sel, karena Hal ini senada dengan Ibrahim, Naem, & memiliki lapisan luar yang disebut Abd-Shahib (213) aktivitas anti dinding sel yang dapat mempertahankan ekstrak kasar M. fragrans dapat menghambat bentuk dan melindungi membran Staphylococcus aureus, sedangkan protoplasma di bawahnya. P. aeruginosa tidak dapat dihambat pertum- Minyak atsiri juga memiliki kemampuan buhannya. Hal ini kemungkinan disebabkan merubah molekul protein dan asam nukleat. oleh struktur dinding sel Gram Minyak atsiri dapat mengubah keadaan negatif. ini dengan mendenaturasikan protein dan Menurut Jawetz & Adelberg (28) asam-asam nukleat sehingga merusak sel struktur dinding sel Gram negatif tanpa dapat diperbaiki lagi. Setiap enzim terdiri atas 15-2% polisakarida dan 1- yang ada di dalam sel merupakan 2% lipid, sedangkan struktur dinding sasaran potensial bagi bekerjanya suatu sel Gram positif terdiri atas 35- penghambat. dapat 6% polisakarida dan -2% lipid. Hal mengakibatkan terganggunya metabolisme ini senada dengan Celini, et al. (1996) atau matinya sel. menyatakan Penghambatan ini bahwa resistensi Menurut Volk & Wheller (1984), Gram negatif terhadap ekstrak anti mekanisme senyawa fenol sebagai anti- M.fragran disebabkan oleh kandungan poli- 14
Potensi Jamu Inggu (Sulistyani, N. & Nugrahani, A.) sakarida dan lipid dari dinding sel yang mempengaruhi permeabilitas senyawa aktif anti M.fragran. Ketiga uji yang bersifat Gram positif, hanya S. aureus yang dapat dihambat oleh jamu inggu, sedangkan Streptococcus pyogenes dan S. pneumoniae tidak dapat dihambat oleh jamu inggu. PT Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Depkes RI. 25. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan. Jakarta. Ceylan, E., & Fung, D.Y.C. 24. Antimicrobial Activity of Spices. Journal of Rapid Methods & Automation in Microbiology, 12(1), 1-55. Hal tersebut senada dengan Wahyudi, Ilmiawan, & Armyanti (214) bahwa infusa daun mangga bacang tidak dapat menghambat pertumbuhan S. pneumoniae. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oeh struktur dinding selnya. Menurut Velasco, et al. (1995) S. pneumoniae merupakan Gram positif yang memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal pada dinding selnya. Ibrahim, K.M., Naem, R.K., & Abd-Shahib, A. 213. Antibacterial Activity of Nutmeg (Myristica fragrans) Seed Extracts Againts Some Pathogenic Bacteria. Journal of Al-Nahrain University, 16(2), 188-192. Jawetz, M., & Adelberg. 28. Mikrobiologi Kedokteran. (Edisi ke-23). (Terj.: Riwati Hartanto, dkk.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG. Faktor virulensi dari ini terdapat dapat kapsul dan dinding sel, berbagai enzim (terutama enzim betalaktamase) dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 21. Riset Kesehatan Dasar 21. Jakarta. komponen intraseluler. KESIMPULAN Madigan, M.T., & Martinko, J.M. 26. Brock Biology of Microorganisms. USA: Pearson Prentice Hall. Perlakuan pemberian jamu inggu pada konsentrasi 1 mg/ml secara siginifikan mampu menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Jamu inggu dapat dijadikan sebagai sumber alternatif antibiotik. DAFTAR PUSTAKA Dalimartha, S. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. (Jilid 1). Jakarta: Purwaningsih, E.H. 213. Jamu, Obat Tradisional Asli Indonesia: Pasang Surut Pemanfaatannya di Indonesia Jamu. ejki, 1(2), 85-89. Saga, T., & Yamaguchi, K. 29. History of Antimicrobial Agents and Resistant Bacteria. JMAJ 52(2): 13-18, dari https://www.med.or.jp/english/ journal/ pdf/29_2/13_18.pdf. Diunduh 19 April 214. Sabrina, Musdja, M.Y., & Pratiwi L. 211. Uji Aktivitas dan Mekanisme 15
Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 2, Nomor 2, Oktober 215 Penghambatan Minyak Atsiri Daun Sirih dan Ekstrak Etanol Daun Sirih terhadap Beberapa Bakteri Gram Positif. Farmasains, 1(3), 117-124. Velasco, E.A., Verheul, A.F.M., Verhoef, J., & Snippe, H. 1995. Streptococcus pneumonia: Virulence Factors, Pathogenesis, and Vaccines. Microbiological Reviews, 59(4), 591-63. 16 Volk, W.A., & Wheller, M.F. 1984. Mikrobiologi Dasar. (Terj.: Soenartono Adisoemarto). Jakarta: Erlangga. Wahyudi, G., Ilmiawan, M.I., & Armyanti, I. 214. Studi Pendahuluan: Uji Aktivitas Anti Infua Daun Mangga Bacang (Magnifera foetida L.) terhadap Streptococcus pneumoniae secara Invitro. Skripsi. Fakultas Kedokteran UniversitasTanjung Pura.