MENGENAL AKUNTANSI PERSEDIAAN BERBASIS AKRUAL

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN AKUNTANSI PERSEDIAAN

Kebijakan Akuntansi Persediaan. Presented by Your Name

Implementasi Penggunaan Akun sesuai dengan Bagan Akun Standar

BAB VIII AKUNTANSI PERSEDIAAN

AKUNTANSI PERSEDIAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 05 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB VIII AKUNTANSI PERSEDIAAN

PSAP NO 05 AKUNTANSI PERSEDIAAN

BAB 10 AKUNTANSI PERSEDIAAN

Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI. keakuratan data dan penelitian yang dilakukan saat ini. Dalam penelitian

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 05 AKUNTANSI PERSEDIAAN

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 05 AKUNTANSI PERSEDIAAN

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

AKUNTANSI PERSEDIAAN

CATATAN RINGKAS BARANG MILIK NEGARA TA. 2016

EVALUASI LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2015 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 07 AKUNTANSI PERSEDIAAN

MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL AKUNTANSI PERSEDIAAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH

KERTAS KERJA TELAAH LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN Tingkat Satker (Non BLU)

2. NERACA Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana sampai dengan 31 Desember 2016.

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

MODUL PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH PUSAT ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Realisasi Belanja Negara pada TA 2014 adalah senilai Rp ,00 atau mencapai 90,41% dari alokasi anggaran senilai Rp ,00.

BAB VII SISTEM AKUNTANSI PERSEDIAAN

MODUL PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH PUSAT

KEBIJAKAN AKUNTANSI PERSEDIAAN

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA /ESELON I/SATUAN KERJA...

Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun Anggaran 2015 (Audited)

Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2013 dan 2012 dapat disajikan sebagai berikut:

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN, BELANJA DAN TRANSFER

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

KERTAS KERJA TELAAH LAPORAN KEUANGAN. TINGKAT ESELON 1 SEMESTERAN/TAHUNAN TA 20xx

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN

BUPATI JAYAPURA PROVINSI PAPUA

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

No. Uraian 30 Juni TA Juni TA Aset Lainnya Belum Diregister Adapun rincian ATB per 30 Juni 2017 adalah sebagai berikut:

KERTAS KERJA TELAAH LAPORAN KEUANGAN TINGKAT KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA SEMESTERAN/TAHUNAN TA 20xx

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KLATEN PERIODE 31 Desember 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1343, 2012 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Persediaan. Penatausahaan. Pencabutan.

DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA

Peraturan Menteri Keuangan No 177/PMK.05/2015 Pedoman Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga

Laporan Barang Kuasa Pengguna Balai Besar Logam dan Mesin Tahun Anggaran 2017

BAB VII AKUNTANSI BELANJA YANG MASIH HARUS DIBAYAR

BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan

BAB VII KEBIJAKAN AKUNTANSI PERSEDIAAN

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA SANGGAU. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Jend. Sudirman km 7 No.14A

Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun Anggaran 2016 Audited

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/MENHUT-II/2012 TENTANG

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA BANGGAI. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. Ki Hajar Dewantara, Timbong

tedi last 04/17 Kebijakan Akuntansi Jurnal Standar Ilustrasi

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

RALAT MODUL Halaman 16 Modul 3 BAB I (Kebijakan Akuntansi Pendapatan) huruf B angka 4 huruf a angka 1) huruf d), tertulis: Jurnal LO atau Neraca

I. RINGKASAN. Tabel 1 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Realisasi terhadap Anggaran

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA SANGGAU. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Jend. Sudirman km 7 No.14A


Petunjuk Update Aplikasi SAIBA dan Referensi SAIBA Versi 3.4

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA DUMAI. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Putri Tujuh. Telp. Dumai Riau Fax.

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA BANGGAI. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Ki Hajar Dewantara, Timbong

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA BANGGAI. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. Ki Hajar Dewantara, Timbong

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2016 DAN 2015

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 12 AKUNTANSI PERSEDIAAN

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA AMUNTAI. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun 2015

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA DUMAI. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Putri Tujuh. Telp. Dumai Riau Fax.

BATAM, MEI 2017 BIRO KEUANGAN DAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA DUMAI. Untuk Periode yang Berakhir 30 September Tahun Jl. Putri Tujuh

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA SANGGAU. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. Jend. Sudirman km 7 No.14A

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

B A B V PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ASET T ETAP

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA TAHUNAN SEKRETARIAT KOMISI INFORMASI PUSAT KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TAHUN 2013

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Magetan

BAGIAN ANGGARAN 089 NOMOR : LAP-323/IP/3/2016 TANGGAL : 21 APRIL 2016 JALAN PRAMUKA, NOMOR 33 JAKARTA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN DIREKTORAT AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN

SIMULASI PENGARUH TRANSAKSI ANTAR ENTITAS DALAM LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI MAKASSAR. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jln. R.A. Kartini No. 18/23

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA BANGGAI. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun Jl. Ki Hajar Dewantara, Timbong

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 214/PMK.05/2013 TENTANG BAGAN AKUN STANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RI N GK A SA N L A P ORA N K EU A N GA N

C. PENJELASAN ATAS POS- POS NERACA

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN TINGGI AGAMA SEMARANG. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jl. Hanoman No. 18 Semarang

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN NEGERI MAKASSAR. Untuk Periode yang Berakhir 30 Juni Tahun Jln. R.A. Kartini No. 18/23

LAPORAN KEUANGAN PENGADILAN AGAMA AMUNTAI. Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember Tahun 2016

Transkripsi:

MENGENAL AKUNTANSI PERSEDIAAN BERBASIS AKRUAL Oleh: Muhammad Teguh Pramesti Pendahuluan Akuntansi Persediaan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam kegiatan pelaporan keuangan pemerintah. Salah satu fungsi akuntansi persediaan adalah untuk membedakan peruntukan suatu aset. Misalnya pengadaan kendaraan bermotor yang akan dihibahkan kepada masyarakat akan dicatat sebagai persediaan, sedangkan jika pengadaan kendaraan bermotor tersebut akan digunakan dalam kegiatan normal pemerintah (sebagai kendaraan dinas) maka akan dicatat sebagai aset tetap. Tahun 2015 Pemerintah menerapkan basis akrual penuh dalam pelaporan keuangan. Penerapan tesebut sangat berpengaruh pada pencatatan akuntansi persediaan. Terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara pencatatan basis kas menuju akrual dengan basis akrual. Menurut basis akrual, pemerintah diharuskan menyajikan jumlah pemakaian barang persediaan sebagai beban yang akan mengurangi ekuitas/nilai kekayaan bersih dan disajikan dalam laporan operasional. Pada artikel ini penulis akan mencoba untuk mengupas akuntansi persediaan berbasis akrual pemerintah pusat. Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut PMK No. 219/PMK. 05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barangbarang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa suatu aset diklasifikasikan sebagai persediaan tergantung pada tugas dan fungsi masing-masing entitas pada pemerintahan. Pada entitas pemerintahan yang bertugas menyediakan perumahan dan berniat memberikan kepada masyarakat, rumah yang belum dibagikan dapat PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 1

diklasifikasikan sebagai persediaan. Namun jika entitas pemerintah tersebut menyediakan perumahan bagi rumah dinas PNS dan tidak ada niat untuk diberikan kepada PNS maka rumah tersebut tidak diklasifikasikan sebagai persediaan melainkan dicatat sebagai aset tetap. Pengakuan Persediaan Penyajian laporan keuangan dengan basis akrual memerlukan pengakuan terhadap persediaan dan beban persediaan. Pengakuan persediaan dan beban persediaan sebagaimana tertuang dalam PMK No. 219/PMK.05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat, adalah a. Persediaan, diakui pada saat: 1. Potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Biaya tersebut didukung oleh bukti/dokumen yang dapat diverifikasi dan di dalamnya terdapat elemen harga barang persediaan sehingga biaya tersebut dapat diukur secara andal, jujur, dapat diverifikasi, dan bersifat netral; dan/atau 2. Pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan /atau kepenguasaannya berpindah. Dokumen sumber yang digunakan sebagai pengakuan perolehan persediaan adalah faktur, kuitansi, atau Berita Acara Serah Terima (BAST). b. Beban Persediaan, diakui pada akhir periode pelaporan berdasarkan perhitungan dari transaksi penggunaan persediaan, penyerahan persediaan kepada masyarakat atau sebab lain yang mengakibatkan berkurangnya jumlah persediaan. Pengukuran Persediaan Salah satu masalah utama terkait akuntansi persediaan adalah mengukur nilai persediaan. Nilai persediaan disajikan sebesar biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian. Nilai persediaan juga dinilai sebesar harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri, dan dapat dinilai dengan nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan. PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 2

Secara umum dalam akuntansi persediaan dikenal ada dua macam sistem pencatatan persedian yang dapat digunakan, yaitu sistem periodik dan sistem perpetual. Sistem periodik merupakan sistem pencatatan persediaan dimana nilai dan kuantitas persediaan ditentukan secara periodik yaitu hanya pada saat perhitungan fisik yang biasanya dilakukan secara stock opname. Sedangkan sistem perpetual merupakan sistem pencatatan persediaan dimana pencatatan terkini terhadap barang persediaan selalu dilakukan setiap terjadi perubahan nilai persediaan. Metode yang digunakan oleh pemerintah adalah perpetual sebagaimana tertuang dalam PMK No. 219/PMK.05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat. Jika terjadi perbedaan antara pencatatan persediaan dengan hasil inventarisasi fisik maka dilakukan pencatatan untuk menyesuaikan nilai pencatatan dengan hasil inventarisasi fisik. Penentuan nilai persediaan akan dipengaruhi oleh harga beli persediaan tersebut. Hal ini disebabkan oleh banyaknya transaksi yang terkait dengan pembelian persediaan dalam waktu yang berbeda. Permasalahan yang timbul adalah penentuan biaya persediaan yang didasarkan pada harga yang mana pembelian persediaan tersebut. Idealnya entitas menggunakan harga yang spesifik yang terkait dengan barang yang akan ditentukan nilai persediaannya. Namun demikian hal tersebut sangat sulit dilakukan karena mungkin entitas akan melakukan pembelian dalam jumlah yang besar dan frekuensi yang tinggi dan mungkin beragam harga beli, jenis dan macam dari barang persediaan tersebut. Untuk mengatisipasi permasalahan tersebut dikenal adanya asumsi aliran biaya dalam mengukur nilai persediaan. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor 5 mengenai Akuntansi Persediaan terdapat beberapa alternatif dalam mengukur nilai persediaan seperti metode nilai pembelian terakhir, masuk pertama keluar pertama (FIFO) dan rata-rata tertimbang. Kebijakan akuntansi pemerintah pusat sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 219/PMK. 05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat, terkait pengukuran nilai persediaan menggunakan dua metode yaitu masuk pertama keluar pertama (FIFO) dan pembelian terakhir. Metode FIFO yaitu barang yang masuk terlebih dahulu dianggap barang yang pertama keluar, sehingga saldo persediaan dihitung berdasarkan harga perolehan persediaan terakhir. Beban persediaan adalah pemakaian barang persediaan oleh entitas selama periode PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 3

pelaporan. Pengukuran pemakaian persediaan dapat dihitung dengan cara memperhitungkan saldo awal persediaan ditambah pembelian atau perolehan persediaan dikurangi dengan saldo akhir persediaan yang hasilnya dikalikan nilai per unit sesuai dengan metode penilaian yang digunakan. Beberapa barang persediaan yang menggunakan metode ini adalah a. Tanah/bangunan untuk diserahkan/dijual kepada masyarakat/pemda b. Peralatan dan mesin untuk diserahkan/dijual kepada masyarakat/pemda c. Jalan, irigasi dan jaringan untuk diserahkan/dijual kepada masyarakat/pemda d. Aset tetap lainnya untuk diserahkan/dijual kepada masyarakat/pemda e. Hewan dan tanaman untuk diserahkan/dijual kepada masyarakat/pemda Sedangkan metode harga pembelian terakhir digunakan untuk menghitung saldo barang persediaan yang tidak metarial dan jenisnya bermacam-macam. Beberapa klasifikasi barang persediaan yang menggunakan metode harga pembelian terakhir antara lain: a. Barang konsumsi b. Amunisi c. Bahan untuk pemeliharaan d. Suku cadang e. Persediaan untuk tujuan strategis dan berjaga-jaga f. Pita cukai dan leges g. Bahan baku h. Barang dalam proses/setengah jadi Pencatatan dengan menggunakan metode harga pembelian terakhir relatif lebih mudah dan sederhana dibandingkan dengan metode FIFO. Entitas/satker pemerintah cukup mencatat nilai persediaan akhir yang diperoleh dari hasil opname PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 4

fisik pada akhir periode pelaporan dan harga pembelian terakhir dari barang persediaan. Berbeda dengan metode FIFO entitas/satker diharuskan melakukan perhitungan pada setiap terjadi pembelian, pemakaian dan nilai persediaan akhir. Dengan memperhatikan hal tersebut maka sistem akuntansi pemerintah pusat secara umum masih mengunakan metode harga pembelian terakhir untuk menghitung nilai persediaan sebagai tahap awal dalam implementasi SAP berbasis akrual. serta untuk mempermudah satker dalam penghitungan beban persediaan dalam aplikasi komputer. Untuk lebih memahami perbedaan antara metode FIFO dan metode harga pembelian terakhir, berikut ini contoh ilustrasi perhitungan nilai persediaan dengan mengunakan metode FIFO dan metode harga pembelian terakhir. 1. Metode FIFO Satker XYZ merupakan entitas pemerintahan yang memiliki tupoksi menyediakan hewan ternak sapi dan menjual hewan ternak tersebut kepada kelompok tani dengan harga yang lebih murah. Beberapa transaksi pembelian sapi selama tahun 20x5 antara lain: a. Tanggal 1 Januari Saldo hewan sapi tahun sebelum sebesar 10 ekor dengan nilai perolehan Rp 10.000.000 per ekor. b. Tanggal 4 Februari pembelian 5 ekor sapi dengan harga Rp 12.000.000 per ekor. c. Tanggal 6 Februari, dijual 12 ekor sapi kepada kelompok tani di kabupaten ABC. d. Tanggal 20 Maret, dibeli 8 ekor sapi dengan harga Rp 14.000.000 per ekor. e. Tanggal 2 April, dibeli 7 ekor sapi dengan harga Rp 13.000.000 per ekor. f. Tanggal 9 Agustus, dijual 11 ekor sapi kepada kelompok tani. g. Tanggal 10 November, dijual 5 ekor sapi kepada kelompok tani h. Tanggal 31 Desember, sapi yang masih tersisa yang belum dijual sejumlah 3 ekor. PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 5

Dari transaksi tersebut nilai persediaan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tanggal Kuantitas Harga per ekor Nilai Keterangan Persediaan 1 Januari 10 ekor Rp 10.000.000 Saldo awal 4 Februari 5 ekor Rp 12.000.000 Pembelian 6 Februari 12 ekor Rp 10.000.000 x 10 Rp 124.000.000 Penjualan Rp 12.000.000 x 2 6 Februari 3 ekor Rp 12.000.000 Saldo setelah penjualan 20 Maret 8 ekor Rp 14.000.000 Pembelian 2 April 7 ekor Rp 13.000.000 Pembelian 9 Agustus 11 ekor Rp 12.000.000 x 3 Rp 148.000.000 Penjualan Rp 14.000.000 x 8 9 Agustus 7 ekor Rp 13.000.000 Saldo setelah penjualan 10 November 5 ekor Rp 13.000.000x 5 Rp 65.000.000 Penjualan 10 November 2 ekor Rp 13.000.000 Saldo setelah penjualan 31 Desember 2 ekor Rp 13.000.000 Rp 26.000.000 Saldo akhir Dari data di atas dapat diketahui: - Saldo awal Rp 100.000.000 - Pembelian selama satu periode pelaporan Rp 263.000.000 - Saldo akhir (opname fisik) = 2 ekor, Nilai Persediaan = Rp 26.000.000 - Penjualan selama satu periode pelaporan Rp 337.000.000, - Beban Persediaan = (saldo awal + pembelian saldo akhir) = ( Rp.100.000.000 + Rp. 263.000.000) Rp.26.000.000 PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 6

= Rp.337.000.000 2. Metode Pembelian Terakhir Satker XYZ melakukan beberapa transaksi terkait pembelian dan pemakaian ATK berupa kertas folio, antara lain: a. Tanggal 1 Januari Saldo kertas folio sebesar 10 rim dengan nilai perolehan Rp 36.000 per rim. b. Tanggal 2 Februari pembelian 5 rim dengan harga Rp 37.000 per rim c. Tanggal 6 Februari, pemakaian kertas folio sebanyak12 rim d. Tanggal 24 Maret, dibeli 8 rim kertas folio dengan harga Rp 38.000 per rim. e. Tanggal 2 April, dibeli 10 rim dengan harga Rp 37.000 per rim. f. Tanggal 15 Agustus, pemakaian kertas folio sebanyak 15 rim g. Tanggal 20 November, pemakaian kertas folio sebanyak 5 rim h. Tanggal 31 Desember, setelah diadakan opname fisik di gudang, kertas yang tersisa adalah 1 rim. Dari transaksi tersebut nilai persediaan dapat dilihat pada tabel berikut: Tanggal Kuantitas Harga per rim Nilai Keterangan Persediaan 1 Januari 10 rim Rp 36.000 Rp.360.000 Saldo awal 2 Februari 5 rim Rp 37.000 Pembelian 6 Februari 12 rim Pemakaian 6 Februari 3 rim Saldo setelah pemakaian 24 Maret 8 rim Rp 38.000 Pembelian 2 April 10 rim Rp 37.000 Pembelian 15 Agustus 15 rim Pemakaian 15 Agustus 6 rim Saldo PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 7

setelah pemakaian 20 November 5 rim Pemakaian 20 November 1 rim Saldo setelah pemakaian 31 Desember 1 rim Rp 37.000 Saldo akhir Dari data di atas dapat diketahui: - Saldo awal Rp 360.000 - Pembelian selama satu periode pelaporan Rp 859.000 - Saldo akhir (opname fisik) Rp 37.000, Persediaan = Rp 37.000 - Beban persediaan= (saldo awal + pembelian) saldo akhir (opname fisik) = (Rp 360.000 + Rp 859.000) Rp.37.000 = Rp 1.182.000 Penatausahaan Akuntansi Persediaan dengan Sistem Informasi Sejak tahun 2005 Direktorat Jenderal Perbendaharaan telah mengembangkan sistem informasi berupa aplikasi persediaan yang bertujuan untuk memudahkan penatausahaan akuntansi persediaan oleh kementerian dan lembaga. Sistem informasi tersebut terintegrasi dengan sistem informasi barang milik kekayaan negara (SIMAK BMN) dan sistem informasi untuk pelaporan keuangan (SAKPA) untuk CTA sedangkan untuk akrual menggunakan aplikasi SAIBA. Pada prinsipnya tidak ada perbedaan alur data dan proses pelaporan menggunakan ketiga sistem informasi tersebut pada basis akrual maupun basis CTA. Secara garis besar proses alur data pada sistem informasi tersebut dapat dilihat pada bagan di bawah ini: PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 8

Data Flow Diagram Pencatatan Persediaan dengan Sistem Informasi Penatausahaan akuntansi persediaan dimulai dengan meng-input data pada aplikasi persediaan berupa input persediaan masuk, persediaan keluar, koreksi, hasil opname fisik, penghapusan dan konversi hasil migrasi. Data yang di-input pada persediaan masuk dapat berupa saldo awal, pembelian, transfer masuk, hibah masuk dan rampasan. Sedangkan data yang di-input pada persediaan keluar berupa habis pakai, dijual, transfer keluar, hibah keluar, usang, rusak dan penghapusan lainnya. Data hasil transaksi persediaan tersebut disimpan dalam data base yang terintegrasi dengan aplikasi persediaan. Laporan yang dihasilkan oleh aplikasi persediaan dalam suatu perode berupa buku persediaan yang memuat persediaan per jenis barang persediaan dan laporan mutasi persediaan dan laporan posisi persediaan di neraca. Setelah satker menatusahakan transaksi persediaan dalam satu periode pelaporan, data hasil transaksi aplikasi persediaan dikirim ke aplikasi SIMAK BMN, karena Persediaan merupakan salah satu komponen dalam BMN (Barang Milik Negara) dan merupakan salah satu komponen pada Laporan BMN. Data hasil transaksi SIMAK BMN disimpan dalam data base yang terintegrasi dengan aplikasi SIMAK BMN. Proses selanjutnya adalah pengiriman data transaksi SIMAK BMN ke aplikasi SAIBA. Salah satu fungsi pengiriman data transaksi SIMAK BMN ke aplikasi SAIBA adalah dalam rangka mengkonsolidasikan penerimaan data persediaan dari SIMAK BMN dengan pembelian barang persediaan melalui SPM/SP2D. Data yang di-input pada aplikasi SAIBA adalah SPM/SP2D terkait pembelian barang persediaan. Jika tidak PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 9

ada proses kirim data persediaan dari aplikasi SIMAK BMN maka Aplikasi SAIBA akan menghasilkan akun Persediaan yang belum diregister pada neraca. Namun dalam keadaan tertentu pengguna aplikasi SAIBA juga dapat meng-input data persediaan tanpa melalui aplikasi persediaan/simak BMN dengan menu penyesuaian dan jurnal neraca pada aplikasi SAIBA. Data hasil transaksi pada aplikasi SAIBA tersebut disimpan dalam data base yang terintegrasi dengan aplikasi SAIBA. Laporan yang dihasilkan aplikasi SAIBA adalah akun Persediaan pada neraca dan akun Beban Persediaan pada laporan Operasional. Penutup Artikel ini diharapkan dapat memperluas dan memperdalam pemahaman terkait akuntansi persediaan berbasis akrual dimana ada perbedaan yang cukup signifikan antara akuntansi persediaan berbasis CTA dan berbasis akrual. Proses akuntansi persediaan melalui sistem informasi/aplikasi akan menghasilkan nilai persediaan yang disajikan dalam neraca dan beban persediaan yaitu jumlah persediaan yang dikonsumsi/dipakai/diserahkan/dijual dalam suatu periode pelaporan. Daftar Pustaka PP No. 71 tahun 2010 tentang SAP berbasis Akrual PMK No. 219/PMK.05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat Martani, Dwi, dkk.2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Jakarta: Penerbit Salemba Empat Hendriksen, Eldon S., Michael F van Breda. Tanpa Tahun. Teori Akunting Buku 1. Tangerang: Penerbit Interaksa Hendriksen, Eldon S., Michael F van Breda. Tanpa Tahun. Teori Akunting Buku 2. Tangerang: Penerbit Interaksa Riahi, Ahmed., Belkaoui. 2006. Teori Akuntansi Buku 1. Jakarta: Penerbit Salemba Empat Stice, James D., Earl K. Stice, dan Fred. Skousen.2004. Akuntansi Intermediate Edisi Kelimabe PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 10

PANDUAN TEKNIS AKUNTANSI PERSEDIAAN Oleh : Cahya Wisnu Ardi Menurut PSAP 05 tentang Akuntansi Persediaan dan PMK Nomor 219/PMK.05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. A. JENIS-JENIS PERSEDIAAN Berdasarkan peruntukan dan jenis belanja pembentuknya, barang persediaan terdiri dari: 1. Barang Persediaan Operasional, yaitu barang perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan operasional pemerintah, seperti ATK, bahan cetakan, alat-alat rumah tangga, amunisi, pita cukai dan leges, meterai, dll. Barang persediaan ini dihasilkan dari jenis belanja pada kelompok akun 5218 Belanja Barang Persediaan. 2. Barang Persediaan untuk Pemeliharaan, yaitu barang perlengkapan yang digunakan dalam rangka pemeliharaan aset pemerintah, seperti suku cadang, bahan bakar, dll. Barang persediaan ini dihasilkan dari jenis belanja pada kelompok akun 523 Belanja Barang Pemeliharaan. 3. Barang Persediaan untuk Diserahkan kepada Masyarakat/ Pemerintah Daerah, yaitu barang persediaan yang dimaksudkan untuk diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat/ Pemerintah Daerah. Barang persediaan ini dapat berupa: a. hewan, tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat/pemda; b. tanah/bangunan/peralatan dan mesin/aset tetap lainnya untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat/pemda. Barang persediaan ini dihasilkan dari belanja pada kelompok akun 526 Belanja Barang untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/ Pemerintah Daerah, dan kelompok akun 527 Belanja Barang untuk Diserahkan kepada Mantan Presiden/ Mantan Wakil Presiden. PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 11

4. Barang Persediaan dalam Rangka Bantuan Sosial, yaitu barang persediaan yang dimaksudkan untuk diserahkan kepada masyarakat dalam rangka bantuan sosial dalam bentuk barang. Barang persediaan ini dihasilkan dari belanja pada kelompok akun 57 Belanja Bantuan Sosial dalam Bentuk Barang/Jasa. 5. Barang Persediaan untuk Tujuan Berjaga-Jaga atau Strategis, yaitu barang persediaan yang dimaksudkan untuk berjaga-jaga dalam keadaan darurat atau untuk keperluan strategis, seperti cadangan minyak dan cadangan beras. Barang persediaan ini dihasilkan dari belanja pada kelompok akun 58 Belanja Lain-lain. Apabila persediaan diperoleh dengan proses produksi, maka apabila sampai dengan akhir periode pelaporan proses produksi belum selesai atau masih berbentuk bahan baku disajikan dalam neraca sebagai Persediaan dalam Proses/ Bahan Baku. Suatu barang dapat digolongkan sebagai barang persediaan apabila perencanaan pengadaan barang tersebut bersifat kontinu atau berkelanjutan, tidak hanya untuk satu kali kegiatan saja. B. PENGAKUAN 1. Pengakuan Persediaan Persediaan diakui pada saat: a. potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Biaya tersebut didukung oleh bukti/dokumen yang dapat diverifikasi dan di dalamnya terdapat elemen harga barang persediaan sehingga biaya tersebut dapat diukur secara andal, jujur, dapat diverifikasi, dan bersifat netral; dan/atau b. pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/ atau kepenguasaannya berpindah. Dokumen sumber yang digunakan sebagai pengakuan perolehan persediaan adalah faktur, kuitansi, atau Berita Acara Serah Terima (BAST). PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 12

Pencatatan persediaan dilakukan setiap terjadi transaksi yang mempengaruhi persediaan. Namun demikian, pada akhir periode pelaporan, catatan persediaan disesuaikan dengan hasil inventarisasi fisik. Inventarisasi fisik dilakukan atas barang yang belum dipakai, baik yang masih berada di gudang/tempat penyimpanan maupun persediaan yang berada di unit pengguna. Pencatatan barang persediaan dilakukan berdasarkan satuan barang yang lazim dipergunakan untuk masing-masing jenis barang atau satuan barang lain yang dianggap paling memadai dalam pertimbangan materialitas dan pengendalian pencatatan. Pada aplikasi persediaan, satker dapat menentukan sendiri satuan barang persediaan. Persediaan dalam kondisi usang atau rusak tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi diungkapkan dalam CaLK. Untuk itu, laporan keuangan dilampiri dengan daftar persediaan barang rusak atau usang. Penghapusan persediaan rusak atau usang dilakukan dengan persetujuan Kuasa Pengguna Barang. 2. Pengakuan Beban atas Pemakaian Persediaan Beban atas pemakaian persediaan diakui pada akhir periode pelaporan berdasarkan perhitungan atas transaksi pemakaian persediaan berupa penggunaan persediaan, penyerahan persediaan kepada masyarakat, transfer persediaan, atau sebab lain yang mengakibatkan berkurangnya jumlah persediaan, seperti adanya persediaan yang masih ada di gudang dengan kondisi rusak atau usang, walaupun secara fisik persediaan masih ada, namun tidak diperhitungkan sebagai saldo persediaan. Pembentukan beban atas pemakaian persediaan pada aplikasi SAIBA terbentuk pada saat dilakukan pengiriman data dari aplikasi Persediaan ke aplikasi SIMAK-BMN, untuk kemudian dilakukan pengiriman data ke aplikasi SAIBA. Selain itu, dalam rangka menyesuaikan nilai persediaan berdasarkan hasil opname fisik, beban persediaan juga dapat terbentuk dari menu jurnal penyesuaian pada aplikasi SAIBA. Persediaan rusak/usang diakui sebagai beban kerugian persediaan usang/rusak dan tidak dimasukkan ke dalam perhitungan beban atas pemakaian persediaan. PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 13

C. PENGUKURAN 1. Pengukuran Persediaan Persediaan disajikan sebesar: a. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian. Biaya perolehan persediaan meliputi: 1) harga pembelian; 2) biaya pengangkutan; 3) biaya penanganan; 4) biaya lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Dikurangi dengan: 1) potongan harga, 2) rabat, dan lainnya yang serupa. b. Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri. Harga pokok produksi dapat terdiri dari biaya langsung yang terkait dengan persediaan yang diproduksi dan biaya tidak langsung yang dialokasikan secara sistematis. Dalam menghitung harga pokok produksi, dapat digunakan biaya standar dalam hal perhitungan biaya riil sulit dilakukan. c. Nilai wajar apabila persediaan diperoleh dari cara lainnya contoh: proses pengembangbiakan hewan dan tanaman, donasi, rampasan dan lainnya. d. Persediaan yang dimaksudkan untuk diserahkan kepada masyarakat, biaya perolehannya meliputi harga pembelian serta biaya langsung yang dapat dibebankan pada perolehan persediaan tersebut, misalnya biaya transportasi dalam rangka penyerahan barang persediaan tersebut kepada masyarakat. Persediaan dapat dinilai dengan menggunakan 2 (dua) metode: a. Metode FIFO, yaitu persediaan yang pertama kali masuk itulah yang pertama kali dicatat sebagai barang yang dipakai. Klasifikasi persediaan yang menggunakan metode ini adalah persediaan dengan nilai yang material. PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 14

b. Harga perolehan terakhir, digunakan untuk unit persediaan yang nilainya tidak material dan jenisnya bermacam-macam maka saldo persediaan dihitung berdasarkan harga perolehan terakhir. Apabila terdapat selisih antara perhitungan nilai pembelian terakhir persediaan dengan belanja persediaan, maka dilakukan koreksi nilai persediaan. 2. Pengukuran Beban atas Pemakaian Persediaan Dalam rangka penyajian beban atas pemakaian persediaan pada Laporan Operasional, beban dicatat sebesar pemakaian persediaan (use of goods). Pengukuran pemakaian persediaan dihitung berdasarkan inventarisasi fisik, yaitu dengan cara memperhitungkan saldo awal persediaan ditambah pembelian atau perolehan persediaan lainnya seperti hibah masuk atau transfer masuk, dikurangi dengan hibah keluar, transfer keluar, nilai persediaan usang/rusak, dan nilai saldo akhir persediaan hasil inventarisasi fisik. Selisih atas nilai persediaan hasil inventarisasi fisik dengan pencatatan persediaan pada aplikasi persediaan diperlakukan sebagai penambah/pengurang beban atas pemakaian persediaan pada periode bersangkutan. Beban Pemakaian Persediaan = Saldo Awal + Pembelian + Hibah Masuk + Transfer Masuk - Hibah Keluar - Transfer Keluar Persediaan Rusak/Usang - Saldo Akhir Hasil Inventarisasi Fisik D. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN 1. Penyajian dan Pengungkapan Persediaan Persediaan disajikan di neraca pada Pos Aset Lancar. Dalam rangka penyajian persediaan di neraca, satuan kerja melaksanakan inventarisasi fisik persediaan setiap semester. Untuk selanjutnya berdasarkan hasil inventarisasi fisik tersebut dilakukan penyesuaian data nilai persediaan pada aplikasi SAIBA. 2. Penyajian dan Pengungkapan Beban atas Pemakaian Persediaan Beban atas pemakaian persediaan disajikan dalam Laporan Operasional sebagai berikut: PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 15

a. Beban atas pemakaian barang persediaan operasional disajikan pada Laporan Operasional dalam pos beban persediaan. b. Beban atas pemakaian barang persediaan untuk pemeliharaan disajikan pada Laporan Operasional dalam pos beban pemeliharaan. c. Beban atas pemakaian barang persediaan untuk diserahkan kepada masyarakat/pemerintah Daerah disajikan pada Laporan Operasional dalam pos beban barang untuk diserahkan kepada masyarakat/ Pemerintah Daerah. d. Beban atas pemakaian barang persediaan dalam rangka bantuan sosial disajikan pada Laporan Operasional dalam pos beban bantuan sosial. e. Beban atas pemakaian barang persediaan untuk tujuan berjaga-jaga atau strategis disajikan pada Laporan Operasional dalam pos beban lain-lain. f. Kerugian Persediaan Usang/Rusak disajikan ke pada Pos Defisit Kegiatan Non Operasional Lainnya. Catatan atas Laporan Keuangan untuk persediaan dan beban atas pemakaian persediaan mengungkapkan: 1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan; 2. Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat; 3. Penjelasan atas selisih antara pencatatan dengan hasil inventarisasi fisik; dan 4. Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak atau usang, dan penyebab persediaan tersebut usang/rusak. Untuk kehandalan laporan keuangan, daftar mutasi persediaan yang dihasilkan dari aplikasi Persediaan dilampirkan pada laporan keuangan pendukung. Contoh CaLBMN menurut Surat Direktur Jenderal Kekayaan Negara, Nomor S- 2/KN/2014 tanggal 02 Januari 2014 hal Tindak Lanjut dan Monitoring Penyusutan BMN dan Penyusunan Laporan Barang Pengguna Tahun 2013 : PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 16

Barang Persediaan Saldo Persediaan pada Satker ABC per 31 Desember 201X sebesar Rp ZZZ (ZZZ Rupiah), jumlah tersebut terdiri dari saldo awal sebesar Rp XXX (XXX Rupiah) dan total mutasi persediaan selama periode laporan sebesar Rp YYY. (YYY Rupiah). Jumlah tersebut dapat dirinci sebagai berikut: Uraian Saldo Awal Mutasi Saldo Akhir (Rp) (Rp) (Rp) 117111- Barang Konsumsi XXX YYY ZZZ JUMLAH XXX YYY ZZZ Total nilai barang persediaan yang dalam kondisi rusak dan usang adalah sebesar Rp CCC (CCC Rupiah) yang terdiri dari barang persediaan dengan kondisi rusak senilai Rp AAA (AAA Rupiah) dan kondisi usang senilai Rp BBB (BBB Rupiah). E. PERUBAHAN AKUN BELANJA PERSEDIAAN PADA BAGAN AKUN STANDAR Untuk kebutuhan pengembangan sistem dalam rangka pelaksanaan akuntansi Pemerintah Pusat berbasis akrual, terdapat beberapa perubahan akun terkait dengan belanja persediaan yang dikarenakan: 1. Diperlukan perbedaan antara akun belanja yang menghasilkan barang persediaan dan akun belanja yang tidak menghasilkan barang persediaan. 2. Pada buku besar akrual aplikasi SAIBA membedakan posting rule untuk belanja yang menghasilkan barang persediaan dan belanja yang tidak menghasilkan belanja barang persediaan. Perubahan-perubahan tersebut telah ditetapkan dalam Kepdirjen Perbendaharaan Nomor Kep-311/PB/2014 tentang Kodefikasi Segmen Akun pada Bagan Akun Standar. Akun yang digunakan khusus untuk belanja persediaan adalah sbb: 1. Belanja Barang Persediaan Operasional a. Contoh Mapping Akun Belanja Barang Persediaan Operasional PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 17

521111 521116 521119 521211 521219 Menghasilkan Barang Persediaan 5218xx Tidak menghasilkan Barang Persediaan, tetap menggunakan akun dimaksud. b. Daftar Akun Belanja Barang Persediaan Operasional Dalam Kepdirjen Perbendaharaan Nomor Kep-311/PB/2014, daftar akun yang digunakan untuk belanja barang persediaan dalam rangka operasional sbb: Kode Akun Uraian Akun 521811 Belanja Barang Persediaan Barang Konsumsi 521812 Belanja Barang Persediaan Amunisi 521813 Belanja Barang Persediaan Pita Cukai, Meterai dan Leges 521821 Belanja Barang Persediaan Bahan Baku 521822 Belanja Barang Persediaan Barang Dalam Proses Akun 521811 Belanja Barang Persediaan Konsumsi digunakan untuk mencatat Belanja Barang Persediaan Konsumsi yang direncanakan pengadaannya secara kontinyu/ berkelanjutan, tidak habis dalam sekali kegiatan, dan disimpan dalam gudang penyimpanan, seperti: ATK, bahan cetakan, buku-buku peraturan, alat-alat rumah tangga. Tidak termasuk barang persediaan yang direncanakan pengadaannya hanya untuk satu kali kegiatan saja/ tidak berkelanjutan, dan habis dalam sekali kegiatan, seperti: seminar kit, spanduk, penggandaan dokumen, konsumsi rapat, dll. Untuk belanja barang persediaan tersebut, dicatat menggunakan akun PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 18

521211 Belanja Bahan. Namun demikian apabila sampai dengan kegiatan tersebut berakhir masih terdapat sisa persediaan, maka dicatat dalam aplikasi persediaan sebagai persediaan usang. 2. Belanja Barang Persediaan untuk Pemeliharaan a. Contoh Mapping Akun Belanja Barang Persediaan untuk Pemeliharaan 523111 523119 523121 523129 523131 523132 523133 Menghasilkan Barang Persediaan 523112 523122 523134 523135 523136 523191 Tidak menghasilkan Barang Persediaan untuk Pemeliharaan, tetap menggunakan akun dimaksud. Daftar Akun Belanja Barang Persediaan untuk Pemeliharaan Dalam Kepdirjen Perbendaharaan Nomor Kep-311/PB/2014, daftar akun yang digunakan untuk belanja barang persediaan untuk pemeliharaan sbb: Kode Akun Uraian Akun 523112 Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Gedung dan Bangunan 523119 Belanja Pemeliharaan Gedung dan Bangunan Lainnya 523122 Belanja Bahan Bakar Minyak dan Pelumas (BMP) dan Pelumas Khusus Non Pertamina 523123 Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Peralatan dan Mesin 523129 Belanja Pemeliharaan Peralatan dan Mesin Lainnya 523134 Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan 523135 Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Irigasi PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 19

523136 Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Jaringan 523191 Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Lainnya Akun tersebut di atas digunakan untuk mencatat Belanja Barang Persediaan untuk pemeliharaan yang tidak habis dalam sekali pakai, sifatnya cadangan atau berjaga-jaga, dan disimpan dalam gudang penyimpanan, seperti: suku cadang, oli pelumas, BBM, alat-alat untuk perbaikan gedung, dll. 3. Belanja Barang untuk Diserahkan kepada Masyarakat/ Pemerintah Daerah Dalam Kepdirjen Perbendaharaan Nomor Kep-311/PB/2014, daftar akun yang digunakan untuk belanja barang untuk diserahkan kepada masyarakat/ Pemerintah Daerah sbb: Kode Akun Uraian Akun 526111 Belanja Tanah Untuk Diserahkan kepada Masyarakat/Pemda 526112 Belanja Peralatan Dan Mesin Untuk Diserahkan kepada Masyarakat/Pemda 526113 Belanja Gedung Dan Bangunan Untuk Diserahkan kepada Masyarakat/Pemda 526114 Belanja Jalan, Irigasi Dan Jaringan Untuk Diserahkan kepada Masyarakat/Pemda 526115 Belanja Barang Fisik Lainnya Untuk Diserahkan kepada Masyarakat/Pemda 526211 Belanja Barang Penunjang Kegiatan Dekonsentrasi Untuk Diserahkan Kepada Pemerintah Daerah 526212 Belanja Barang Penunjang Tugas Pembantuan Untuk Diserahkan Kepada Pemerintah Daerah 526311 Belanja Barang Lainnya Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda 527111 Belanja Tanah untuk Diserahkan kepada Mantan Presiden dan/atau Mantan Wakil Presiden 527112 Belanja Peralatan dan Mesin untuk Diserahkan kepada Mantan Presiden dan/atau Mantan Wakil Presiden PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 20

527113 Belanja Gedung dan Bangunan untuk Diserahkan kepada Mantan Presiden dan/atau Mantan Wakil Presiden Penyerahan Barang Persediaan kepada masyarakat/ Pemerintah Daerah mengikuti ketentuan yang mengatur mengenai pemindahtanganan BMN. 4. Belanja Persediaan dalam Rangka Bantuan Sosial dalam Bentuk Barang Dalam Kepdirjen Perbendaharaan Nomor Kep-311/PB/2014, daftar akun yang digunakan untuk belanja persediaan dalam rangka bantuan sosial dalam bentuk barang sbb: Kode Akun Uraian Akun 571112 Belanja Bantuan Sosial Untuk Rehabilitasi Sosial Dalam Bentuk Barang/Jasa 572112 Belanja Bantuan Sosial Untuk Jaminan Sosial Dalam Bentuk Barang/Jasa 573112 Belanja Bantuan Sosial Untuk Pemberdayaan Sosial Dalam Bentuk Barang/Jasa 574112 Belanja Bantuan Sosial Untuk Perlindungan Sosial Dalam Bentuk Barang/Jasa 575112 Belanja Bantuan Sosial untuk Penanggulangan Kemiskinan Dalam Bentuk Barang/Jasa 576112 Belanja Bantuan Sosial Untuk Penanggulangan Bencana Dalam Bentuk Barang/Jasa 5. Belanja Persediaan untuk Tujuan Berjaga-jaga atau Strategis Dalam Kepdirjen Perbendaharaan Nomor Kep-311/PB/2014, daftar akun yang digunakan untuk belanja persediaan untuk tujuan berjaga-jaga atau strategis sbb: Kode Akun Uraian Akun 581111 Belanja Cadangan Umum 581112 Belanja Cadangan Tanggap Darurat (Dana Kontijensi) 581114 Belanja Cadangan Tunjangan Beras PNS/TNI/Polri 581117 Belanja Cadangan Stabilisasi Harga Pangan PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 21

581119 Belanja Cadangan Lainnya 581122 Belanja Cadangan Beras Pemerintah 581123 Belanja Cadangan Benih Nasional 581511 Belanja Keperluan Mendesak/Tak Terduga 581512 Belanja Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana Penjelasan lebih lanjut atas segmen akun dapat mengacu pada Kepdirjen Perbendaharaan Nomor Kep-311/PB/2014 tentang Kodefikasi Segmen Akun pada Bagan Akun Standar. Contoh Pemakaian Akun Belanja yang menghasilkan Persediaan: NO URAIAN KLASIFIKASI KETERANGAN 1. Pengadaan seminar kit untuk peserta diklat oleh Badan Pendidikan dan Belanja Barang Persediaan Konsumsi - perencanaan pengadaan secara kontinu/ berkelanjutan Pelatihan Keuangan yang (521811) - tidak habis dalam sekali dapat dipakai untuk kegiatan diklat beberapa kali diklat. 2. Pengadaan seminar kit untuk kegiatan Sosialisasi Aplikasi Belanja Bahan (521211) - perencanaan pengadaan hanya untuk satu kali kegiatan saja SAIBA oleh KPPN Jakarta - habis dalam sekali II. kegiatan sosialisasi 3. Pengadaan perlengkapan gedung seperti engsel pintu, kunci, lampu, dll untuk pemeliharaan gedung kantor oleh KPPN Klaten. 4. Service rutin dan ganti oli untuk kendaraan dinas di bengkel resmi Belanja Barang Persediaan untuk Pemeliharaan Gedung dan Bangunan (523112) Belanja Pemeliharaan Peralatan dan - tidak habis dalam sekali pakai, sifatnya cadangan atau berjagajaga - habis dalam sekali pakai PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 22

oleh Sekretariat Ditjen Perbendaharaan. 5. Pembelian oli pelumas untuk peralatan genset oleh pengelola Gedung Keuangan Negara. Mesin (523121) Belanja Barang Persediaan untuk Pemeliharaan Peralatan dan Mesin (523123) - tidak habis dalam sekali pakai, sifatnya cadangan atau berjagajaga F. ILUSTRASI JURNAL PADA APLIKASI SAIBA 1. Untuk pembelian persediaan, berdasarkan dokumen sumber SP2D pada saat dilakukan pengiriman data dari aplikasi SAS, pada aplikasi SAIBA akan terbentuk jurnal: Buku Besar Kas Akun Uraian Akun Debet Kredit 5218xx 523xxx 526xxx 57xxx2 58xxxx Belanja Barang Persediaan Belanja Barang untuk Pemeliharaan Belanja Barang untuk Diserahkan kepada Masyarakat/Pemda Belanja Bantuan Sosial dalam Bentuk Barang Belanja Lain-lain XXX 11561x Piutang dari KUN XXX Buku Besar Akrual Akun Uraian Akun Debet Kredit 117911 Persediaan yang Belum Diregister XXX 313111 Ditagihkan kepada XXX Entitas Lain PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 23

2. Semua data mutasi persediaan, baik perolehan maupun pemakaian, diperoleh dari aplikasi Persediaan dan dicatat berdasarkan dokumen sumber SP2D/BAST/Dokumen lainnya. Pada saat terdapat pengiriman data dari aplikasi Persediaan ke aplikasi SIMAK-BMN, lalu kemudian dikirim ke aplikasi SAIBA, atas data mutasi persediaan tersebut akan membentuk jurnal: a. Pendefinitifan Persediaan Buku Besar Akrual Akun Uraian Akun Debet Kredit 117xxx Barang Persediaan XXX 117911 Persediaan yang Belum XXX Diregister b. Perolehan Persediaan yang Berasal dari Transfer (Transfer-In) Buku Besar Akrual Akun Uraian Akun Debet Kredit 117xxx Barang Persediaan XXX 313221 Transfer Masuk XXX c. Transfer Persediaan kepada Entitas Lain (Transfer-Out) Buku Besar Akrual Akun Uraian Akun Debet Kredit 313211 Transfer Keluar XXX 117xxx Barang Persediaan XXX d. Pembebanan atas Pemakaian Persediaan Buku Besar Akrual Akun Uraian Akun Debet Kredit 593xxx 523xxx Beban Persediaan Beban Pemeliharaan XXX XXX PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 24

526xxx 57xxx2 58xxxx Beban Barang untuk Diserahkan kepada masyarakat/pemda Beban Bantuan Sosial Beban Lain-lain XXX XXX XXX 11561x Piutang dari KUN XXX 3. Pada saat akhir periode pelaporan perlu dilakukan inventarisasi fisik dan penyesuaian atas saldo persediaan berdasarkan hasil inventarisasi fisik. Apabila saldo persediaan sebelum inventarisasi fisik lebih besar maka dilakukan jurnal penyesuaian pada aplikasi SAIBA sbb: Buku Besar Akrual Akun Uraian Akun Debet Kredit 593xxx 523xxx 526xxx 57xxx2 58xxxx Beban Persediaan Beban Pemeliharaan Beban Barang untuk Diserahkan kepada masyarakat/pemda Beban Bantuan Sosial Beban Lain-lain XXX XXX XXX XXX XXX 117xxx Persediaan XXX Apabila saldo persediaan sebelum inventarisasi fisik lebih kecil, maka dilakukan jurnal penyesuaian pada aplikasi SAIBA sbb: Buku Besar Akrual Akun Uraian Akun Debet Kredit 117xxx Persediaan XXX 593xxx 523xxx 526xxx Beban Persediaan Beban Pemeliharaan Beban Barang untuk XXX XXX XXX PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 25

57xxx2 58xxxx Diserahkan kepada masyarakat/pemda Beban Bantuan Sosial Beban Lain-lain XXX XXX 4. Apabila terdapat selisih nilai persediaan dengan belanja persediaan yang diakibatkan metode perhitungan persediaan dengan nilai pembelian terakhir, maka dilakukan jurnal koreksi persediaan. Apabila koreksi tersebut menambah nilai persediaan maka jurnal yang terbentuk pada Aplikasi SAIBA sbb: Buku Besar Akrual Akun Uraian Akun Debet Kredit 117911 Persediaan yang Belum Diregister XXX 391113 Koreksi Nilai Persediaan XXX Sedangkan apabila koreksi tersebut mengurangi nilai persediaan, maka jurnal yang terbentuk pada Aplikasi SAIBA sbb: Buku Besar Akrual Akun Uraian Akun Debet Kredit 391113 Koreksi Nilai Persediaan XXX 117911 Persediaan yang Belum Diregister XXX 5. Apabila setelah lewat tahun anggaran diketahui bahwa terdapat kesalahan pencatatan atas persediaan pada periode sebelumnya, dilakukan mekanisme koreksi nilai persediaan melalui Menu Jurnal Koreksi pada Aplikasi SAIBA. Apabila koreksi tersebut menambah nilai persediaan maka jurnal yang terbentuk pada Aplikasi SAIBA sbb: PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 26

Buku Besar Akrual Akun Uraian Akun Debet Kredit 117xxx Barang Persediaan XXX 391113 Koreksi Nilai Persediaan XXX Sedangkan apabila koreksi tersebut mengurangi nilai persediaan, maka jurnal yang terbentuk pada Aplikasi SAIBA sbb: Buku Besar Akrual Akun Uraian Akun Debet Kredit 391113 Koreksi Nilai Persediaan XXX 117xxx Barang Persediaan XXX 6. Apabila terdapat persediaan usang/rusak pada maka terbentuk jurnal pada aplikasi SAIBA sbb: Buku Besar Akrual Akun Uraian Akun Debet Kredit 596121 Kerugian Persediaan Usang/Rusak XXX 117xxx Barang Persediaan XXX G. ILUSTRASI TRANSAKSI 1. Pada Satker K/L XYZ terdapat DIPA dengan rincian sebagai berikut: Kode Akun Uraian Akun Nominal Keterangan 521211 Belanja Bahan 20.000.000 Seminar Kit Sosialisasi 521811 Belanja Barang Persediaan Barang Konsumsi 523123 Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Peralatan dan Mesin 32.000.000 ATK 18.000.000 BBM Kendaraan Dinas PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 27

526112 Belanja Peralatan dan Mesin untuk Diserahkan kepada Masyarakat/ Pemda 571112 Belanja Bantuan Sosial untuk Rehabilitasi Sosial dalam Bentuk Barang/Jasa 150.000.000 Bantuan komputer kepada masyarakat 40.000.000 Bantuan pengadaan alat peraga untuk penyandang disabilitas Pada saat dilakukan Copy DIPA dari Aplikasi SAS maka pada aplikasi SAIBA akan terbentuk jurnal: Buku Besar Kas Akun Uraian Akun Debet Kredit 11561x Piutang dari KUN 260.000.000 521811 521211 523123 526112 571111 Allotment Belanja Barang Persediaan Konsumsi Allotment Belanja Bahan Allotment Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan Peralatan dan Mesin Allotment Belanja Peralatan dan Mesin untuk Diserahkan kepada Masyarakat/ Pemda Allotment Belanja Bantuan Sosial untuk Rehabilitasi Sosial dalam Bentuk Barang/Jasa 32.000.000 20.000.000 18.000.000 150.000.000 40.000.000 2. Sepanjang tahun 2015 atas DIPA tersebut terealisasi 100%. Saat dilakukan penarikan data realisasi dari aplikasi SAS dari menu Copy SPM/SP2D dari Aplikasi SAS, pada aplikasi SAIBA akan terbentuk jurnal sbb: PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 28

Buku Besar Kas Akun Uraian Akun Debet Kredit 521811 Belanja Barang Persediaan 32.000.000 Konsumsi 521211 Belanja Bahan 20.000.000 523123 Belanja Barang Persediaan 18.000.000 526112 Pemeliharaan Peralatan dan Mesin Belanja Peralatan dan Mesin untuk Diserahkan kepada Masyarakat/ Pemda 150.000.000 Belanja Bantuan Sosial untuk 571112 Rehabilitasi Sosial dalam Bentuk Barang/Jasa 40.000.000 11561X Piutang dari KUN 260.000.000 Buku Besar Akrual Akun Uraian Akun Debet Kredit 521211 117911 Beban Bahan Persediaan yang Belum Diregister 20.000.000 240.000.000 313111 DKEL 260.000.000 Perolehan persediaan yang berasal dari belanja 521811, 523123, 526112, 571112 dicatat dalam aplikasi Persediaan dengan rincian sbb: Akun Uraian Akun Nominal 117111 Barang Konsumsi 32.000.000 117113 Bahan untuk Pemeliharaan 18.000.000 117124 Peralatan dan Mesin untuk dijual atau diserahkan kepada Masyarakat 150.000.000 117141 Persediaan dalam Rangka Bantuan Sosial 40.000.000 JUMLAH 240.000.000 PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 29

3. Selama tahun 2015, diketahui terdapat pemakaian persediaan sbb: Akun Uraian Akun Nominal 117111 Barang Konsumsi 20.000.000 117113 Bahan untuk Pemeliharaan 16.000.000 117124 Peralatan dan Mesin untuk dijual atau diserahkan kepada Masyarakat 135.000.000 117141 Persediaan dalam Rangka Bantuan Sosial 36.000.000 JUMLAH 207.000.000 Seluruh pemakaian persediaan tersebut dicatat dalam aplikasi Persediaan. 4. Selanjutnya pada akhir tahun 2015 diperoleh nilai perhitungan atas inventarisasi fisik persediaan sbb: Akun Uraian Akun Nominal 117111 Barang Konsumsi 10.000.000 117113 Bahan untuk Pemeliharaan 2.000.000 117124 Peralatan dan Mesin untuk dijual atau diserahkan kepada Masyarakat 15.000.000 117141 Persediaan dalam Rangka Bantuan Sosial 4.000.000 JUMLAH 31.000.000 Terdapat selisih nilai barang persediaan konsumsi sebesar 2.000.000 antara hasil inventarisasi fisik dan catatan pada aplikasi persediaan. Selisih tersebut diberlakukan sebagai pengurang dalam perhitungan beban atas pemakaian persediaan. Hasil inventarisasi fisik tersebut diinput ke dalam aplikasi Persediaan. 5. Pada akhir periode pelaporan dilakukan pengiriman data dari aplikasi Persediaan ke aplikasi SAIBA melalui aplikasi SIMAK BMN. Pada aplikasi SAIBA akan terbentuk jurnal: a. Jurnal Pendefinitifan Persediaan PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 30

Buku Besar Akrual Akun Uraian Akun Debet Kredit 117111 Barang Konsumsi 117113 Bahan untuk Pemeliharaan 117124 Peralatan dan Mesin untuk dijual atau diserahkan kepada Masyarakat 117141 Persediaan dalam Rangka Bantuan Sosial 117911 Persediaan yang Belum Diregister 32.000.000 18.000.000 150.000.000 40.000.000 240.000.000 b. Jurnal Pembebanan atas Pemakaian Persediaan Akun Uraian Akun Debet Kredit 593111 523123 526112 571112 117111 117113 117124 117141 Beban Persediaan Konsumsi Beban Barang Persediaan Pemeliharaan Peralatan dan Mesin Belanja Peralatan dan Mesin untuk Diserahkan kepada Masyarakat/ Pemda Belanja Bantuan Sosial untuk Rehabilitasi Sosial dalam Bentuk Barang/Jasa Barang Konsumsi Bahan untuk Pemeliharaan Peralatan dan Mesin untuk dijual atau diserahkan kepada Masyarakat Persediaan dalam Rangka Bantuan Sosial 22.000.000 16.000.000 135.000.000 36.000.000 22.000.000 16.000.000 135.000.000 36.000.000 Dalam hal pengiriman data dari aplikasi Persediaan ke aplikasi SAIBA melalui aplikasi SIMAK BMN belum dapat dilakukan, maka jurnal-jurnal transaksi terkait persediaan tersebut di atas dilakukan secara manual di aplikasi SAIBA. PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 31

6. Contoh Laporan Keuangan Atas transaksi tersebut di atas, laporan keuangan yang terbentuk sbb: Contoh Laporan Realisasi Anggaran Laporan Realisasi Anggaran Untuk Semester yang Berakhir 31 Desember 2015 (dalam Rupiah) Kementerian Negara/Lembaga : 00X K/L XYZ Eselon I : 01 Setjen KL XYZ Wilayah/Provinsi : 0199 Instansi Pusat Satker : 123456 Satker K/L XYZ Jenis Kewenangan : Kantor Pusat No Uraian Anggaran Realisasi Realisasi Di Atas (di Bawah) Anggaran % Realisasi Anggaran 1 2 3 4 5 6... B BELANJA Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Kewajiban Utang Subsidi Hibah Bantuan Sosial Lain-lain 220.000.000 40.000.000 220.000.000 40.000.000 0 0 100% 100% JUMLAH BELANJA 260.000.000 260.000.000 0 100%... PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 32

Contoh Laporan Operasional Laporan Operasional Tingkat Satuan Kerja Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2015 (dalam Rupiah) Kementerian Negara/Lembaga : 00X K/L XYZ Eselon I : 01 Setjen KL XYZ Wilayah/Provinsi : 0199 Instansi Pusat Satker : 123456 Satker K/L XYZ Jenis Kewenangan : Kantor Pusat Jumlah Kenaikan (Penurunan) Uraian 2015 2014 2015 % 1 2 3 4 5... Beban Operasional Beban Pegawai Beban Persediaan Beban Barang & Jasa Beban Pemeliharaan Beban Perjalanan Dinas Beban Barang untuk Diserahkan Masyarakat/Pemda Beban Bunga Beban Subsidi Beban Hibah Beban Bantuan Sosial kepada Beban Penyusutan dan Amortisasi Beban Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Beban Transfer Beban Lain-lain 22.000.000 20.000.000 16.000.000 135.000.000 36.000.000 - - - - - 22.000.000 20.000.000 16.000.000 135.000.000 36.000.000 Jumlah Beban Operasional 229.000.000-229.000.000 -... Surplus (Defisit) LO (229.000.000) - (229.000.000) - - - - - - PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 33

Contoh Laporan Perubahan Ekuitas Laporan Perubahan Ekuitas Tingkat Satuan Kerja Untuk Periode yang Berakhir 31 Desember 2015 (dalam Rupiah) Kementerian Negara/Lembaga : 00X K/L XYZ Eselon I : 01 Setjen KL XYZ Wilayah/Provinsi : 0199 Instansi Pusat Satker : 123456 Satker K/L XYZ Jenis Kewenangan : Kantor Pusat Jumlah Kenaikan (Penurunan) Uraian 2015 2014 2015 % EKUITAS AWAL 1 2 3 4 5 SURPLUS/DEFISIT (229.000.000) - (229.000.000) - DAMPAK PERUBAHAN AKUNTANSI/ MENDASAR KUMULATIF KEBIJAKAN KESALAHAN Koreksi Nilai Persediaan Selisih Revaluasi Aset Tetap Koreksi Nilai Aset Tetap Non Revaluasi TRANSAKSI ANTAR ENTITAS 260.000.000-260.000.000 - LAIN-LAIN KENAIKAN/PENURUNAN 31.000.000 31.000.000 EKUITAS EKUITAS AKHIR 31.000.000-31.000.000 - PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 34

Contoh Neraca Neraca Tingkat Satuan Kerja Per 31 Desember 2015 (dalam Rupiah) Jumlah Kenaikan (Penurunan) Uraian 2015 2014 2015 % 1 2 3 4 5 ASET ASET LANCAR... Persediaan 31.000.000-31.000.000 -... JUMLAH ASET LANCAR 31.000.000-31.000.000 - JUMLAH ASET 31.000.000-31.000.000 -... EKUITAS EKUITAS Ekuitas 31.000.000-31.000.000 - JUMLAH EKUITAS 31.000.000-31.000.000 - JUMLAH KEWAJIBAN 31.000.000-31.000.000 - DAN EKUITAS H. PERLAKUAN KHUSUS PERSEDIAAN 1. Barang persediaan yang memiliki nilai nominal yang dimaksudkan untuk dijual seperti pita cukai dinilai dengan biaya perolehan terakhir. 2. Persediaan berupa barang yang akan diserahkan kepada masyarakat/pihak ketiga yang masih dalam proses pembangunan sampai dengan tanggal pelaporan, maka atas pengeluaran pengeluaran yang dapat diatribusikan untuk pembentukan aset tersebut tetap disajikan sebagai persediaan (bukan KDP). 3. Ada kalanya unit pemerintah, karena tugas dan fungsinya, menerima hibah berupa emas, seperti penerimaan Hadiah Tidak Tertebak (HTT) atau Hadiah Yang Tidak Diambil Oleh Pemenang pada Kementerian Sosial. Dalam hal ini, persediaan berupa emas tersebut dicatat sebesar harga wajar pada saat perolehan. PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN ANGGARAN & AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT EDISI 17 35