Bab VII. Kesimpulan Dan Saran. yang dapat dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Cilandak, merupakan salah satu dari 10 Kecamatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar modern di Indonesia saat ini menunjukkan angka yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan penduduk maka semakin besar pula tuntutan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh tersebut sangat terlihat dengan semakin banyaknya berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dahulu keinginan dan kebutuhan, konsumen pada saat ini dan yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan saat ini nyaris tidak dapat dilepaskan dari pasar.

BAB II MINIMARKET DAN WARUNG KELONTONG

IDENTIFIKASI SEBARAN MINIMARKET DI KELURAHAN TIGARAKSA KECAMATAN TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Untuk hal itu, orang mencari tempat berbelanja kebutuhan sehari-hari

BAB V PENUTUP. Bentuk kebijakan pembatasan usaha waralaba terutama minimarket. melindungi/proteksi terhadap UMKM-UMKM dalam bentuk warung

Bab 1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dunia olahraga pada saat ini mengalami kemajuan yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BAB I PENDAHULUAN. cara memberikan pelayanan yang lebih memuaskan dari pada yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAMPAK TURUNNYA PENJUALAN DAN KEUNTUNGAN WARUNG TRADISIONAL AKIBAT MUNCULNYA MINIMARKET DI KELURAHAN GENDONGAN SALATIGA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang maju dan

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis ritel modern di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat seiring

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BAB I PENDAHULUAN. sulit diramalkan. Salah satu penyebabnya adalah terjadinya persaingan yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. bersaing ketat di dalam industri ritel. Banyak pemain yang mencoba menjalankan

1 PENDAHULUAN 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik responden merupakan ciri yang menggambarkan identitas

BAB V PENUTUP. Pasar Baru merupakan pasar tradisional terbesar di Kota Bandung yang. terletak di Pasar Baroeweg atau Sumedangweg (sekarang Jalan Oto

BAB I PENDAHULUAN. dijual dengan cara penataan produk (product display). Penataan yang menarik akan. merangsang keinginan konsumen untuk membeli.

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan hidup mendasar yang setiap hari tidak dapat dihindari. oleh manusia salah satunya adalah makan. Dalam perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. Bandung sebagai Ibu Kota Jawa Barat dan sebagai kota ketiga terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Kabupaten Sleman. Pertumbuhan bisnis ini dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Toko retail adalah toko-toko kecil yang menjual sebuah jalur terbatas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. eceran di Indonesia yang telah berkembang menjadi usaha yang berskala

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ritel modern seperti minimarket daripada pasar tradisional. strategis serta promosi yang menarik minat beli.

POLA SPASIAL DISTRIBUSI MINIMARKET DI KOTA KOTA KECIL

BAB 1 PENDAHULUAN. hal itu, Ghanimata (2012) mengatakan para pemasar harus menerapkan. ujung tombak keberhasilan pemasaran.

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis retail Indonesia saat ini berada di peringkat 12 dunia dalam Indeks

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN WARNET AURORA PABELAN KARTASURA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. munculnya pasar tradisional maupun pasar modern, yang menjual produk dari

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan hidup mendasar yang setiap hari tidak dapat dihindari. oleh manusia salah satunya adalah makan. Dalam perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan utama dari pembangunan ekonomi adalah terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. di kota Bandung, salah satunya merupakan usaha seseorang untuk. mencari nafkah atau sumber penghasilan. Peluang kerja yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BAB I PENDAHULUAN. Entrepreneur (Wirausahawan) secara umum adalah orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis pada sektor jasa semakin meningkat saat ini.

I. PENDAHULUAN. banyak sumber daya dengan meningkatkan efesiensi penggunaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dengan munculnya integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara atau yang biasa

BAB II. Teori dan Kajian Pustaka. terpillih dapat dilihat sebagai berikut :

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penjualan dan keuntungan warung tradisional akibat munculnya minimarket di

Judul : Analisis Pendapatan Usaha Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket Di Kota Denpasar Nama : Ida Ayu Sima Ratika Dewi NIM :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dibidang perdagangan eceran yang berbentuk toko, minimarket, departement

BAB VII. Kesimpulan dan Saran. dibedakan yaitu untuk pengiriman barang yaitu memiliki batas berat dari mulai 3

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya Negara Indonesia yang dapat dilihat dari segi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Bujur Timur dan Lintang Selatan. Memiliki luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi suatu negara adalah dilihat dari kesempatan kerja yang

METODE PENELITIAN. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 53 TAHUN 2014 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEGIATAN USAHA DAN PERKEMBANGAN MINIMARKET DI KABUPATEN BADUNG

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PENGARUH TATA LETAK PRODUK DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA MINIMARKET ALFAMART A. YANI WONOGIRI TAHUN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia dihadapkan pada berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. dapat terus bertahan dan bersaing serta mampu memanfaatkan sumber daya

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemenuhan kebutuhan pelanggan yang cukup besar. Hingga saat ini

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan persaingan dalam dunia bisnis elektronik. hal ini terlihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan (need) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan dan perilaku konsumen dalam berbelanja.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

ANALISIS FAKTOR HARGA, LOKASI, PELAYANAN, PROMOSI TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PADA SUPERMARKET LESTARI GEMOLONG SRAGEN 2008/2009 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Deregulasi perbankan sejak tahun 1986 menyebabkan bank-bank swasta dapat

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya pada bidang usaha. Indonesia sedang melakukan terobosan baru

Transkripsi:

121 Bab VII Kesimpulan Dan Saran 7.1 Kesimpulan Dari beberapa hasil analisis pembahasan di bab sebelumnya maka kesimpulan yang dapat dihasilkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kondisi Saat ini terdapat 24 warung kelontong yang beroperasi di Kelurahan Lebak Bulus. Jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Secara umum kondisi bangunan dari warung kelontong tersebut tidak terlalu baik dan menarik, semua barang dagangan tidak disusun secara teratur dan warung kelontong biasanya bersebelahan dengan tempat tinggal pemilik. Kepemilikan dari warung kelontong umumnya perorangan atau pribadi dan modalnya bersifat perorangan. Posisi dari warung kelontong ini umumnya berada dalam kompleks atau pemukiman dan barang dagangan kurang dari 300 jenis barang serta beroperasi dari pagi hingga malam. Ratarata pendapatan pedagang warung kelontong per bulan adalah sebesar Rp. 6.930.000,- jika dibandingkan dengan Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI Jakarta yang telah di tetapkan pemerintah adalah sebesar Rp 2.441.301 per bulan, hal ini menunjukan bahwa sebagian besar keluarga pedagang warung kelontong yang diteliti berada dalam kondisi yang cukup baik. 2. Perkembangan minimarket menyebabkan persaingan yang semakin ketat antara minimarket dan pedagang kelontong. Kelebihan dari Minimarket 121

122 seperti harga yang lebih murah, tempat yang lebih nyaman dan lokasi yang strategis menyebabkan terjadinya penurunan dari jumlah pengunjung atau pembeli dari warung kelontong, dimana hal ini berakibat terhadap berkuranganya pendapatan dari warung kelontong. Sekitar 22,72% dari total 20 pedagang warung kelontong yang diwawancarai, menunjukan bahwa memang keadaan pendapatan warung kelontong mengalami penurunan yang cukup besar walaupun ada diantaranya yang sama sekali tidak ada penurunan pendapatan, mungkin ini dikarenakan mereka menempati lokasi tempat berjualan yang strategis dan sudah mempunyai pelanggan yang tetap. Sebagian pedagang warung kelontong ini tidak terpengaruh terhadap perkembangan minimarket diwilayah tempatnya berdagang. 3. Kondisi pendapatan keluarga warung kelontong di wilayah Kelurahan Lebak Bulus dapat di kategorikan dalam Kondisi Tahan. Pendapatan pedagang warung kelontong rata-rata perkapita per harinya adalah sebesar Rp. 57.750,- hasil pendapatan keluarga pedagang ini, di atas standart hidup layak di Indonesia yaitu diatas 1,5 USD atau sama dengan Rp. 19.238,-. Hasil penelitian 70% dari 20 responden keluarga pedagang warung kelontong diatas 1,5 USD, hal ini menunjukan kondisi ketahanan ekonomi dari keluarga pedagang warung kelontong di kelurahan Lebak Bulus sudah cukup baik. Pengeluaran rata-rata keluarga pedagang warung kelontong adalah sebesar Rp. 470.625,- dari hasil penelitian menunjukan 55% dari hasil rata-rata pengeluaran per pedagang warung kelontong di atas garis kemiskinan yaitu

123 sebesar Rp. 459.560,- menurut data BPS Provinsi DKI Jakarta 2014. Kesimpulannya rata-rata keluarga pedagang warung kelontong di wilayah kelurahan Lebak Bulus tergolong Tidak Miskin. 7.2 Saran Saran yang dapat peneliti sampaikan bagi perkembangan dan kemajuan pedagang warung kelontong di wilayah Lebak Bulus agar tidak tergeser atau mengalami kebangkrutan oleh sebab perkembangan minimarket yang pesat di wilayah ini adalah : 1. Agar pedagang melakukan inovasi baik dalam segala aspek mulai dari sistem tata cara penjualan di warung kelontong, menjaga kualitas barang yang didagangkan, merenovasi tampilan kondisi warung kelontong lebih bersih, menarik dan wangi, mengatur tata letak barang dagangan agar mudah konsumen mencarinya, kenyamanan konsumen sebagai pelanggan dan juga harga yang pasti tidak terlalu mahal supaya pelanggan praktis untuk membelinya tanpa ada tawarmenawar lagi. 2. Pemerintah hendaknya membatasi jumlah minimarket dalam suatu daerah contohnya adalah di wilayah kelurahan Lebak Bulus, dalam Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 2 Tahun 2002 tentang Perpasaran Swasta, yang menyebutkan bahwa minimarket harus berjarak 500m dari pasar tradisionil dengan lain kata zonasi minimarket dengan

124 warung kelontong harus berjarak 0,5 KM, agar pedagang warung kelontong diwilayah itu tidak tersaingi oleh pasar modern yaitu minimarket di wilayah tersebut, sebab dari segi permodalan saja minimarket tidak dapat disaingi oleh pedagang warung kelontong, terlebih lagi minimarket yang dari sistem perdagangannya adalah dengan metode grosir, sehingga dapat memberikan diskon atau harga yang lebih murah dari harga yang ada di warung kelontong. 3. Pemerintah melindungi dan membantu pedagang warung kelontong dengan mendirikan asosiasi perdagangan atau organisasi pedagang ekonomi kecil untuk mewadahi para warung kelontong untuk diberi penyuluhan-penyuluhan kepada pedagang-pedangan warung kelontong untuk meningkatkan kualitas perdagangannya serta strategi pedagang ekonomi kecil, agar pedagang warung kelontong dapat bersaing dengan minimarket 4. Pemerintah menyusun strategi yang dapat membantu pedagang warung kelontong dengan memberikan modal usaha kepada pedagang dan mengembangkan usaha warung kelontong, menyertakan pedagang warung kelontong dalam program Koperasi dan UMKM demi kesejahteraan pedagang warung kelontong di wilayah Lebak Bulus. 5. Agar aparatur pemerintah dan pengusaha pasar modern atau minimarket dapat mentaati peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan

125 oleh pemerintah mengenai izin pendirian usaha minimarket yang berkaitan dengan harga barang, jenis barang yang dijual, jarak zonasi keberadaan minimarket dan yang lainya. 6. Pedagang warung kelontong hendaknya melengkapi surat-surat perijinan atau legalitas usaha berdagangnya, Pemerintah hendaknya mempermudah pengurusan perizinan bagi pedagang warung kelontong.