Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala. di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Mardana. 2013).

dokumen-dokumen yang mirip
(Damanik dan Sasongko. 2003). dimana TR adalah total penerimaan dan C adalah total biaya. TR didapat dari P x Q

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di Indonesia merupakan salah satu sarana untuk

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2

BAB I PENDAHULUAN. produktif untuk kelangsungan usaha demi menunjang kehidupan mereka, namun

A B S T R A K S I. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Negara Republik Indonesia ditujukan bagi seluruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang besar akan jasa keuangan di kalangan masyarakat yang

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/16/PBI/2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. adalah antara lain, bertambah atau berkurangnya penduduk, dan penemuanpenemuan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah masalah perekonomian. Dengan sempitnya lapangan

BAB I PENDAHULUAN. atau dikenal dengan kebutuhan primer, juga kebutuhan sekunder maupun

hampir selalu merujuk pada maksimalisasi profit. Perekonomian yang telah mendominasi kehidupan sosial membuat segala sesuatunya dinilai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. forum, baik yang bersifat nasional maupun internasional. Ramainya

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Koperasi Simpan Pinjam Nur Asri berawal tahun 2006 di Kendari (Sulawesi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesejahteraan ekonomi dari masyarakat juga berkembang.pertumbuhan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perbankan syariah seperti berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

BAB I PENDAHULUAN. menunculkan bidang-bidang yang terus berkembang di berbagai aspek

KREDIT TANPA JAMINAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan penyediaan dana untuk perkembangan pembangunan atau untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari setiap individu, perusahaan-perusahaan dan masyarakat

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor-sektor yang dapat memperlihatkan tingkat pertumbuhan

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Organisasi Perburuhan Internasional

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian kredit telah diatur dalam undang-undang yang berlaku di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usaha tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat. yang setia dan menguntungkan pihak bank. Dengan demikian, pihak bank

Oleh: Elfrida Situmorang

BAB I PENDAHULUAN. global yang terjadi di kawasan Amerika dan Eropa dalam beberapa tahun terakhir,

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap dunia usaha. Setiap waktu selalu terjadi banyak

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

TRANSKIP WAWANCARA. : AVI (Nama tidak dipublikasikan) Kode Wawancara : WA/2/26-Maret/2016 Hari/Tgl : Sabtu, 26 Maret 2016 Lokasi Wawancara : Rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk merupakan jenis perusahaan manufaktur

I. PENDAHULUAN. produksi hanya diterima petani setiap musim sedangkan pengeluaran harus

I. PENDAHULUAN. Modal tanah, tenaga kerja dan manajemen adalah faktor-faktor produksi,

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi BAB IV. mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga

mempermudah dalam mengidentiflkasi suatu jenis usaha apakah tergolong UMKM atau usaha besar. Ada beberapa karakteristik UMKM, yaitu: 1.

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan yang dimiliki oleh wanita dapat diketahui potensial pasar yang cukup

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek. Mayoritas usaha yang ada di Indonesia adalah usaha kecil yang dikelola

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. Di negara berkembang, seperti Indonesia dan negara di Asia lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. pensiun, penyediaan sistem pembayaran dan mekanisme transfer dana.

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan timbulnya persaingan yang semakin ketat. Kesulitan pendanaan pun menimpa usaha-usaha kecil sampai usaha-usaha

BAB IV GAMBARAN UMUM BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) Sejarah Singkat Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. lintas pembayaran, menyimpan, dan meminjam dana. disahkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun Selama kurun waktu 20

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DI PT BANK TABUNGAN NEGARA KANTOR CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian di negara berkembang seperti Indonesia, kredit memegang

BAB I PENDAHULUAN. yang baik tetapi juga pada bentuk produk yang ditawarkan. Upaya bank untuk menarik

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH TABUNGAN MASYARAKAT PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT BADAN KREDIT DELANGGU RAYA KABUPATEN KLATEN

Oleh. A. Solikhin. (Dosen pada Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan salah satu sumber pendanaan bagi pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun di luar negeri. Hal ini dikarenakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. karena merupakan bagian yang menunjang perekonomian nasional dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat. Salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perekonomian di negara berkembang seperti Indonesia, kredit memegang

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena kemiskinan perdesaan bukan merupakan suatu gejala yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai jasa yang ditawarkan. Menurut Undang-undang Rl

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Arisan adalah kelompok orang yang mengumpul uang secara teratur

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan menjadi Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan pemukiman, agar

BAB I PENDHULUAN. Pemerintah, lembaga-lembaga di sektor keuangan dan pelaku-pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan sebuah bagian penting dari sebuah promosi agar dapat

BAB III HASIL PENELITIAN TERHADAP PENGEMBALIAN KREDIT MIKRO DI USAHA SIMPAN PINJAM KAMPOENG ILMU SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. membayar berbagai kebutuhan masyarakat. Uang merupakan hal yang sangat penting

BAB II GAMBARAN UMUM BANK BTPN

BAB I PENDAHULUAN. bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. orang. Manfaat bagi kegiatan setiap orang yakni, dapat mengakomodasi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pinjam-meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. kesenjangan sosial dalam masyarakat. mencarikan solusinya, karena menurut Undang-undang Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Pendahuluan. kemiskinan di Indonesia masih di atas rata-rata. Kondisi ini semakin parah setelah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kredit kepada para nasabahnya.

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN Latar belakang masalah Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Mardana. 2013). Unit kecil ini melakukan aktifitas berdasarkan fungsinya yaitu fungsi pendidikan, fungsi rekreasi, fungsi pusat pemenuhan kebutuhan lahiriyah dan batiniyah, fungsi pusat kasih saying dan fungsi pusat ekonomi (Muslich. 2013). Fungsi ekonomi yang diharapkan adalah kemampuan suatu keluarga untuk mencukupi kebutuhan ekonominya seperti papan, pangan, sandang, kesehatan, pendidikan. Dalam hal ini yang berkewajiban untuk memenuhi fungsi ekonomi adalah seorang kepala rumah tangga yaitu ayah yang bekerja. Di dalam sebuah keluarga, seorang ayah adalah tulang punggung utama keluarga yang membiayai segala keperluan. Namun tidak selamanya hanya kepala keluarga yang bekerja sebagai tulang punggung keluarga, istri juga bertanggung untuk membantu suami. Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang menyebabkan istri/ibu rumah tangga turut bekerja, antara lain, kepala keluarga tidak bekerja karena terbatasnya keterampilan dan lapangan pekerjaan yang dapat diakses, kepala keluarga bekerja namun di PHK karena adanya pengurangan pegawai atau tempat ia bekerja mengalami kebangkrutan. Alasan berikutnya karena kepala keluarga bekerja namun pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan 1

keluarganya (Fredlina. 2009). Ketiga alasan tersebut yang mendasari mengapa banyak ibu rumah tangga bekerja dan juga karena lemahnya kondisi keuangan keluarga yang mendesak demi kelangsungan hidup. Beberapa jalan yang akan ditempuh oleh para ibu rumah tangga untuk dapat mengupayakan pendapatan bagi keluarganya antara lain dengan : a. Bekerja sebagai pekerja rumah tangga dengan tenaga dan keterampilan yang terbatas dan tingkat upah yang rendah (Sukesi. 2008). b. Bekerja sebagai buruh yang dituntut keahlian dan kepercayaan dengan gaji rata-rata UMK daerah setempat (Sumanto. 2009) c. Melamar sebagai pegawai negeri namun peluangnya sangat terbatas. d. Membuka usaha dengan berjualan (Handayani dan Artini. 2009). Berjualan dianggap sebagai alternatif utama yang akan dipilih oleh para ibu rumah tangga dengan modal yang minim untuk memulainya (Anonim. 2014). Alternatif ini di pilih karena keuntungan dari berjualan lebih menjanjikan dan dapat dilihat hasilnya setelah barang dagangannya ia jual-belikan. Namun tidak selamanya usaha dagang menemui jalan baik, terkadang mereka juga menghadapi masalah dalam menjalankan usahanya. Beberapa masalah yang sering dialami oleh pedagang yaitu modal, keterampilan berdagang dan rendahnya jaringan yang dibangun (Riyadi. 2013). Dari ketiga hal tersebut yang sering menjadi masalah utama dalam berdagang adalah masalah permodalan (Riyadi. 2013). Dengan alasan ini maka banyak ibu rumah tangga pedagang yang mencari pinjaman demi menghidupkan kembali usaha 2

dagangnya. Namun sebagai rakyat yang lemah kondisi ekonominya akan sulit untuk mengakses dana ke perbankan karena rumitnya persyaratan yang tidak mampu dipenuhi oleh para ibu rumah tangga yang berpenghasilan rendah. Pihak yang sering meminjamkan dananya adalah pihak perbankan dan lembaga keuangan informal. Perbankan yang ada sekarang sangat sulit untuk mencairkan dana pinjaman hutang untuk orang-orang kalangan bawah. Perbankan memberikan persyaratan yang rumit sehingga tidak semua orang kalangan bawah mampu mengakses dana dari perbankan. Pihak kedua yang mampu memberikan bantuan dana adalah lembaga keuangan informal. Lembaga keuangan informal adalah lembaga yang menjalankan fungsi lembaga keuangan namun tidak berlandaskan kekuatan hukum. Lembaga keuangan informal ada 2 jenis yaitu arisan dan rentenir (Ashari, 2006). Lembaga keuangan informal biasa beroperasi di pedesaan ataupun di sekitar masyarakat kalangan bawah. Arisan adalah perkumpulan dari sekelompok orang yang menempati satu wilayah dan tergabung dalam satu ikatan kerjasama untuk memenuhi kebutuhan meraka dalam segi materiil secara bergantian (Widjajati, L. 2011). Lembaga ini menjalankan sistem menabung dan pinjaman hutang namun arisan memiliki kelemahan untuk menyalurkan dananya yaitu adanya batasan pengembalian yang waktunya sangat singkat, maksimal 6 bulan. Sehingga, hanya orang-orang tertentu yang akan memilih alternatif ini. Selain terbatasnya jangka waktu pinjaman, arisan juga memiliki batas jumlah pinjaman karena dana yang diputarkan berasal dari dana tabungan yang disetor oleh anggota arisan tersebut. 3

Lembaga yang kedua adalah rentenir, yaitu usaha yang dibangun oleh seseorang yang memiliki kelebihan uang dan meminjamkannya pada orang yang butuh dengan menerapkan bunga dan denda yang berlipat jika terlambat melunasi pinjamannya (Uzdah. 2013). Melalui rentenir nasabah dapat meminjam dana dalam jumlah besar layaknya meminjam pada perbankan. Rentenir memberikan syarat yang mudah dan tidak berbelit-belit seperti layaknya perbankan, hal ini yang menyebabkan rentenir lebih di minati oleh masyarakat kalangan bawah. Rentenirpun mudah untuk membangun jaringan mulai dari cara mulut ke mulut sampai iklan yang beredar di jalan-jalan untuk mempromosikan usahanya sehingga memiliki banyak nasabah dengan persyaratan mudah dan pencairan yang cepat melebihi lembaga perbankan lainnya (Nasar. 2013). Jumlah pinjamanpun tidak terbatas, mulai dari 1 juta sampai 15 juta dan beban bunga yang di terapkan berkisar 20% sampai 40% dengan lama pinjaman tertentu (Andalas, 2012). Nasabah rentenir ada 2 yaitu kaum perempuan dan kaum laki-laki (Anonim. 2014). Kaum perempuan yang sering berinteraksi dengan rentenir adalah ibu rumah tangga tak berpenghasilan, ibu rumah tangga pedagang, buruh perempuan (Anonim. 2013). Ibu rumah tangga berpeluang untuk menjadi nasabah rentenir karena ibu rumah rumah tangga butuh uang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi yang mendesak, namun peluangnya sangat kecil karena ibu rumah tangga tidak memiliki penghasilan sehingga rentenir tidak berani memberikan banyak pinjaman kepada ibu rumah tangga (Anonim. 2014). Nasabah kedua adalah pedagang. Nasabah ketiga adalah ibu rumah tangga sebagai pedagang, memiliki peluang besar untuk 4

mengakses dana dari rentenir karena para ibu rumah tangga bekerja sebagai pedagang dan memiliki penghasilan yang dapat digunakan sebagai jaminan untuk mengakses dana kepada rentenir (Rini. 2009). Nasabah selanjutnya adalah buruh. Buruh berpeluang menjadi nasabah rentenir karena upah mereka minim sehingga tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan hidupnya (Komala. 2011). Nasabah kedua adalah kaum laki-laki, dari kaum ini yang sering meminjam adalah kalangan pedagang, karena pedagang membutuhkan dana untuk memperkuat modal usahanya (Anonim. 2013). Namun dari kedua kaum tersebut, yang menjadi nasabah rentenir adalah dari kalangan ibu rumah tangga pedagang yang memiliki usaha. Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya, ibu rumah tangga sebagai pedagang memiliki kendala dalam permodalannya sehingga ia memutuskan untuk meminjam ke rentenir yang aksesnya lebih mudah. Dari interaksi keduanya menimbulkan pandangan seseorang terhadap rentenir yang mampu memberikan pinjaman dana sehingga akan dapat dirasa dampak positif ataupun dampak negatif adanya dana rentenir dalam menunjang usaha dagang ibu rumah tangga pedagang. Keberadaaan rentenir yang memberikan pinjaman kepada orang yang membutuhkan pinjaman sudah banyak terjadi, baik itu untuk memenuhi kebutuhan ataupun untuk penambahan modal pada usaha dagang pedagang kecil. Umumnya proses pencairan dana rentenir adalah dengan adanya kesepakatan antara peminjam (nasabah) dengan rentenir mengenai jumlah pinjaman, bunga pinjaman dan jangka waktu pengembalian. 5

Namun seringkali ibu rumah tangga pedagang masih kekurangan modal, sehingga ibu rumah tangga pedagang mengupayakan sumber modal lain untuk menambah modal usaha dagangnya. Upaya yang dilakukan yakni dengan memanfaatkan lembaga keuangan mikro lain yang mudah diakses atau dikembangkan oleh warga di sekitar tempat tinggal ibu rumah tangga pedagang ataupun disekitar lingkungan tempat ia berjualan (Siregar. 2012). Identifikasi masalah Setiap orang membutuhkan dana untuk mencukupi kebutuhannya, baik itu untuk pendidikan, biaya hidup ataupun modal usaha. Kebutuhan ini tidak hanya diperlukan untuk orang yang berpenghasilan tinggi, namun juga orang-orang yang berpenghasilan rendah. Rendahnya penghasilan yang dimiliki menyebabkan orangorang akan melakukan kredit hutang sebagai jalan pintasnya. Namun dengan rendahnya penghasilan dimiliki menyebabkan banyak orang berpenghasilan rendah sulit untuk mengakses dana dari bank formal yang memiliki syarat rumit. Keterbatasan ini menyebabkan orang-orang terutama para ibu rumah tangga yang memiliki usaha dagang melakukan pinjaman kepada rentenir. Berdasarkan alasan tersebut, peneliti ingin meneliti lebih dalam mengenai dampak positif-negatif adanya dana rentenir dalam menunjang permodalan usaha ibu rumah tangga. Selain itu peneliti juga ingin mengetahui bagaimana ibu rumah tangga pedagang menyikapi dampak positif-negatif mengakses dana rentenir terhadap usaha dagang ibu rumah tangga pedagang. Dan upaya apa yang dilakukan untuk menambah 6

modal usaha dagang agar ibu rumah tangga pedagang tidak selalu bergantung pada dana rentenir. Batasan masalah Usaha rentenir termasuk usaha ilegal karena menerapkan sistem bunga yang sangat tinggi dibandingkan dengan bunga bank. Namun keberadaanya sangat dibutuhkan oleh para ibu rumah tangga yang memiliki usaha dagang dalam skala kecil dan memiliki keterbatasan dalam mengakses dana pinjaman dari bank. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti hanya ingin melihat dampak positif-negatif adanya dana rentenir dalam menunjang usaha dagang ibu rumah tangga. Dan upaya apa yang dilakukan oleh ibu rumah tangga pedagang untuk menambah modal usaha dagangnya selain bergantung pada dana rentenir. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin mengkaji lebih dalam mengenai : Terbatasnya akses ibu rumah tangga yang memiliki usaha dagang ke perbankan resmi menyebabkan para ibu rumah tangga untuk meminjam dana kepada rentenir. Sedangkan mekanisme kerja rentenir itu merugikan ibu rumah tangga yang menjadi nasabah karena besarnya bunga yang diterapkan. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti lebih dalam mengenai dampak positif-negatif adanya dana rentenir dalam menunjang permodalan usaha ibu rumah tangga. Dan upaya apa yang dilakukan oleh 7

ibu rumah tangga pedagang untuk menambah modal usaha dagangnya selain bergantung pada dana rentenir. Tujuan penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini meliputi : 1. Menganalisis dampak positif adanya dana rentenir dalam menunjang usaha dagang ibu rumah tangga 2. Menganalisis dampak negatif adanya dana rentenir dalam menunjang usaha dagang ibu rumah tangga 3. Menganalisis upaya ibu rumah tangga pedagang menambah modal dagang dari berbagai sumber selain sumber modal dari rentenir Manfaat penelitian 1. Bagi peneliti dan masyarakat umum, penelitian ini akan menambah wawasan mengenai dampak positif dan negatif adanya dana rentenir yang beroperasi di sekitar kita. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai pentingnya pengawasan lembaga keuangan mikro terutama lembaga keuangan informal. 8