UNNES LAW JOURNAL PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH

dokumen-dokumen yang mirip
Pandecta. Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di Pengadilan Agama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARI AH MENURUT PASAL 55 UU NO. 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KINERJA HAKIM PENGADILAN AGAMA (PA) DALAM MENANGANI SENGKETA EKONOMI SYARI AH

2016, No objek materiil yang jumlahnya besar dan kecil, sehingga penyelesaian perkaranya memerlukan waktu yang lama; e. bahwa Mahkamah Agung d

PERAN PENGADILAN AGAMA KEDIRI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 93/PUU-X/2012

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha

BAB I PENDAHULUAN. pesat, dimana Perbankan Syari ah mendapatkan respon yang positif oleh

WKEWENANGAN PENGADILAN AGAMA DALAM MENGADILI SENGKETA EKONOMI SYARIAH SETELAH KELUARNYA PUTUSAN MK No. 93/PUU-X/2012

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia dinilai cukup marak, terbukti

BAB 1 PENDAHULUAN. Liberty, 1981), hal ), hal. 185.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

BAB II PENGATURAN PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH

ULJ 3 (1) (2014) UNNES LAW JOURNAL.

Mencapai Tujuan Penerapan Sistem Kamar yang Ideal

ANALISIS PASAL 59 AYAT (1) UNDANG-UNDANG NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DI BIDANG ARBITRASE SYARIAH

I. PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh setiap manusia, ada

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Soerjono Soekanto bahwa : 103. asas sesuatu (inquiry) secara sistematis dengan adanya penekanan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. zoon politicon, yakni sebagai makhluk yang pada dasarnya. selalu mempunyai keinginan untuk berkumpul dengan manusia-manusia lainnya

CHOICE OF FORUM DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH PASCA TERBITNYA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO.93/PUU-X/2012

PENOLAKAN EKSEKUSI PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI PENGADILAN NASIONAL INDONESIA. Oleh: Ida Bagus Gde Ajanta Luwih I Ketut Suardita

BAB I PENDAHULUAN. membuat keseimbangan dari kepentingan-kepentingan tersebut dalam sebuah

Jurnal Surya Kencana Dua: Dinamika Masalah Hukum dan Keadilan Vol. 3 No.1 Juli

2015, No tidaknya pembuktian sehingga untuk penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama; d. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mene

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1998 sampai sekarang perbankan syariah di Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

KOMPETENSI HAKIM PENGADILAN AGAMA DALAM MENYELESAIKAN PERKARA EKONOMI SYARI AH (Studi Kasus di Pengadilan Agama Surakarta)

HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA MUHAMMAD MUSLIH, SH, MH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik dalam ranah kebendaan, kebudayaan, ekonomi dan

KESIAPAN HAKIM DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARI AH DI PENGADILAN AGAMA PURWOKERTO

Oleh : YUDI PRASETYO

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah tengah berkembang secara pesat. Perkembangan

PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI DALAM KAITANNYA DENGAN TRANSAKSI YANG MENGGUNAKAN INTERNET

KEWENANGAN ABSOLUT PENGADILAN AGAMA TERHADAP PENYELESAIAN KASUS PERBANKAN SYARI AH (ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 93/PUU- X/2012)

LKjIP PA Watampone Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pihak lainnya atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, dan daya tawar. Oleh karena itu sangatlah dibutuhkan adanya undang-undang yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENANAM MODAL DALAM PERUSAHAAN PERSEKUTUAN PERDATA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL.

DRAFT RANCANGAN PROGRAM KERJA PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG DAN PENGADILAN AGAMA SE JAWA BARAT TAHUN 2016

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : 02 Tahun 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

EKSISTENSI ASAS OPORTUNITAS DALAM PENUNTUTAN PADA MASA YANG AKAN DATANG

KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN

BAB I PENDAHULUAN. Didalam Hukum Acara Perdata terdapat dua perkara, yakni perkara

KEWENANGAN MAHKAMAH SYAR IYAH DI ACEH SEBAGAI PENGADILAN KHUSUS DALAM PENYELESAIAN SENGKETA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari seringkali terjadi gesekan-gesekan yang timbul diantara. antara mereka dalam kehidupan bermasyarakat.

BANJARNEGARA, 22 APRIL 2016

ULJ 2 (1) (2013) UNNES LAW JOURNAL. PERLUASAN KOMPETENSI PTUN DALAM MENGADILI SENGKETA INFORMASI PUBLIK

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN BESARNYA SUKU BUNGA PINJAMAN DALAM SENGKETA HUTANG PIUTANG (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN WEWENANG MAHKAMAH KONSTITUSI OLEH MAHKAMAH AGUNG

DAFTAR REFERENSI. Permasalahan hukum..., Ellen Mochfiyuni Adimihardja, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi sengketa atau permasalahan dalam kehidupannya.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFEKTIFITAS MEDIASI DALAM PERKARA PERDATA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 01 TAHUN 2008 (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Boyolali) SKRIPSI

PUBLIC POLICY SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA

PENYELESAIAN SENGKETA PADA PERBANKAN SYARIAH PASCA UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERADILAN AGAMA TESIS. Oleh

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. terhadap pokok persoalan yang dikaji dalam karya ini, yaitu: 1. Pertimbangan hukum penerimaan dan pengabulan permohonan

UPAYA BANK DALAM PENYELAMATAN DAN PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH

Christine Widyawati (Mahasiswa S2 Program MKN UNS) Pranoto, Hartiwiningsih (Dosen Fakultas Hukum UNS) Abstract

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA BANK SYARI AH DENGAN NASABAH MELALUI PENGADILAN AGAMA MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna mendapatkan suatu putusan akhir dalam persidangan diperlukan adanya bahan-bahan mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri tidak hanya berdampak pada peningkatan kondisi perekonomian

PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, demi

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA KEPAILITAN YANG DALAM PERJANJIANNYA TERCANTUM KLAUSUL ARBITRASE

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Pengadilan Negeri Tanjung Balai Karimun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

SENGKETA JUAL BELI TANAH YANG DILAKUKAN DENGAN AKTA JUAL BELI FIKTIF. (Studi Putusan Pengadilan Negeri Klaten No.50/PDT.G/2012/PN.

DERDEN VERZET (Oleh : Drs. H. M. Yamin Awie, SH. MH. 1 )

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 1945 yang telah diamandemen dinyatakan bahwa Kekuasaan

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN PERDAMAIAN DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERDATA NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

MEMBLUDAKNYA PERKARA MASUK DI PENGADILAN AGAMA PASCA ONE ROOF SYSTEM DAN PERANAN MEDIASI DALAM MENGURANGI PENUMPUKAN PERKARA

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. profesi maupun peraturan disiplin yang harus dipatuhi oleh setiap anggota Polri.

KONSUMEN DAN PROMOSI KARTU DEBET:

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

file://\\ \web\prokum\uu\2004\uu htm

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM


BAB I PENDAHULUAN. Agung sebagai pelaku kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk. peradilan agama telah menjadikan umat Islam Indonesia terlayani dalam

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan konflik, konflik ini adakalanya dapat di selesaikan secara damai, tetapi

PANDANGAN HAKIM TENTANG PUTUSAN DAMAI ATAS UPAYA HUKUM VERZET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh : Komang Eky Saputra Ida Bagus Wyasa Putra I Gusti Ngurah Parikesit Widiatedja

LAMPIRAN II : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 600/PRT/M/2005 Tanggal : 23 Desember 2005

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

BERACARA DALAM PERKARA PERDATA Sapto Budoyo*

Transkripsi:

ULJ 2 (2) (2013) UNNES LAW JOURNAL http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ulj PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH DI PENGADILAN AGAMA PURBALINGGA Ikhsan Al Hakim Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima Agustus2013 Disetujui September 2013 Dipublikasikan Oktober 2013 Keywords: Resolution, Dispute, Islamic Economics Abstrak Penyelesaiaan sengketa Ekonomi Syari ah Menjadi kewenangan Absolute Pengadilan Agama. Berdasarkan arsip putusan Pengadilan Agama Purbalingga telah menyelesaikan sengketa ekonomi syari ah, dibandingkan pengadilan agama Eks,Karesidenan Banyumas belum pernah menyelesaikan sengketa ekonomi syariah. Permasalahan yang diangkat adalah bagaimana Eksistensi Pengadilan Agama Purbalingga dalam mengaplikasikan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 Tentang Peradilan Agama; faktor apa saja yang mempengaruhi tingginya pelaksanaan Penyelesaian sengketa Ekonomi Syariah di Pengadilan Agama Purbalingga dibandingkan dengan Pengadilan Agama Eks-Karesidenan Banyumas. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan yuridis sosiologis. Menggunakan tehnik triangulasi. Pengadilan Agama Purbalingga telah menyelesaikan 9 (Sembilan) sengketa ekonomi syariah, 4 selesai dengan damai, dan 5 perkara dikabulkan. dibandingkan Pengadilan Agama Se-Eks.Karesidenan Banyumas belum pernah menyelesaikan sengketa ekonomi syariah. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa eksistensi Pengadilan Agama Purbalingga sangat konsisten menyelesaikan sengketa ekonomi syariah. Faktor yang mendukung tingginya sengketa di Pengadilan Agama Purbalingga adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu Sumber daya Manusia dari Hakim, Panitera, dan jurusita Pengadilan Agama Purbalingga, kesiapan hakim dalam menangani perkara ekonomi syariah, adapun faktor eksternal yaitu subjek hukum ekonomi syariah salah satunya Perbankan Syari ah yang mendukung pelaksanaan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006. Abstract Economic disputes Completion Shariah authority Absolute Being Religious Court. Based on the decision of the Religious Purbalingga archives have completed Shariah economic disputes, than religious courts Ex, residency of Banyumas has never settle economic disputes sharia. The purpose of research is to find out how the existence of religious courts in applying Purbalingga Act No. 3 of 2006 on Religious Courts; factors that affect the high implementation of Sharia Economic Disputes in the Religious Purbalingga compared with the Religious Ex-residency of Banyumas. Research using qualitative methods with socio-juridical approach. Using triangulation techniques. Religious courts Purbalingga has completed 9 (Nine) Islamic economic disputes, 4 finish in peace, and 5 cases granted. compared to the Religious Se-Eks.Karesidenan Banyumas has never settle economic disputes sharia. Purbalingga very existence of religious courts consistently resolve disputes Islamic economics. Factors that support the high courts for dispute Purbalingga are internal and external factors. Internal factors of Human Resources of the Judge, the Registrar, and the Religious Purbalingga bailiff, judge readiness in handling cases of Islamic finance, while the external factors are the subject of one of sharia law of economics that supports the implementation of Shariah Banking Law No. 3 of 2006.. 2013 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: Gedung C4 Lantai 1 FH Unnes Kampus Sekaran, Gunung Pati, Semarang, 50229 E-mail: al.hakim52 @ yahoo.co.id ISSN 2252-6536 217

Ikhsan Al Hakim / Unnes Law Journal 2 (2) (2013) PENDAHULUAN Pasal 49 huruf i Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, merupakan dasar hukum pelaksanaan ekonomi syariah. Sejak tanggal 20 Maret 2006 telah ada reformasi di bidang Peradilan Agama, seiring dengan upaya pemulihan Ekonomi nasional, perkembangan industri Ekonomi berprinsip Syari ah. Eksistensi Bank Syari ah semakin kuat dengan dibentuknya peraturan pemerintah yang mengatur Perbankan Syari ah. Dasar hukum perbankan Syari ah diatur dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Sesuai dengan Perbankan Nasional, setelah adanya undang-undang tersebut dualisme hukum mulai muncul. Sehingga Mahkamah Agung mengeluarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 8 Tahun 2008 Tentang kewenangan Absolute mengadili dan eksekusi Putusan Badan Arbitrase Syariah Nasional dalam perkara sengketa ekonomi syari ah menjadi kewenangan Pengadilan Agama. Dari hasil olahan data pra penelitian penulis didapati sebagai berikut: Table 1. Perkara Sengketa Ekonomi Syari ah di Pengadilan se-eks Karisidenan Banyumas Pengadilan Agama Jangka Waktu Banyaknya Sengketa Ekonomi Syari ah Banyumas 2006-2012 0 kasus Purwokerto 2006-2012 0 kasus Cilacap 2006-2012 0 kasus Purbalingga 2006-2012 9 kasus Banjarnegara 2006-2012 0 kasus Sumber: Hasil olahan Pra Penelitan Penulis Dari data di atas menyebutkan bahwa Pengadilan Agama Purbalingga telah menyelesaikan sengketa ekonomi syari ah, sedangkan Pengadilan Agama se- Eks.Karesidenan Banyumas belum pernah menyelesaikan Sengketa Ekonomi Syari ah. Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut (1) Bagaimana Eksistensi Pengadilan Agama Purbalingga dalam mengaplikasikan UU Nomor 3 tahun 2006 Tentang Peradilan Agama terhadap penyelesaiaan sengketa Ekonomi syari ah, (2) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingginya pelaksanaan Penyelesaian sengketa Ekonomi Syari ah di Pengadilan Agama Purbalingga dibandingkan dengan Pengadilan Agama Eks-Karesidenan Banyumas? Metode Penelitian Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian primer yang menggunakan wawancara dan menganut paham pendekatan kualitatif. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan yuridis sosiologis. Lokasi yang dijadikan obyek penelitian oleh penulis yaitu di Pengadilan Agama Purbalingga, serta media elektronik dengan menggunakan media internet. Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara wawancara dan studi dokumen. Lexy J. Moleong (2001: 135), mengemukakan bahwa: Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Sedangkan Soerjono Soekanto (1986: 21) menjelaskan bahwa: Studi dokumen merupakan suatu alat pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis dengan mempergunakan content analysis. Keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Metode analisis data penelitian menggunakan data kualitatif model deskriptif yang mempunyai tujuan untuk melukiskan atau menjelaskan 218

tentang sesuatu hal di daerah tertentu dan pada saat tertentu. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Peradilan agama merupakan salah satu peradilan khusus yang ada di Indonesia. Peradilan Agama merupakan peradilan khusus karena mengadili perkara-perkara tertentu, yaitu dalam perkara-perkara perdata Islam tertentu, tidak mencakup seluruh perdata Islam. Perkara ekonomi Syari ah baru di laksanakan oleh Pengadilan Agama Purbalingga setelah adanya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, karena Pengadilan Agama Purbalingga tidak mau menerima perkara yang belum ada dasar hukumnya. Masyarakat di wilayah hukum Pengadilan Agama mengetahui dan menaati keputusan tersebut, sehingga meskipun ada sengketa ekonomi syariah sebelum adanya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 masyarakat belum mengajukan perkara Ekonomi Syari ah Ke Pengadilan Agama Purbalingga. Didukung dengan hasil penelitian penulis mennjelasan mengenai dasar hukum yang di gunakan Pengadilan Agama Purbalingga untuk menerima tidaknya kasus-kasus yang masuk ke Pengadilan Agama Purbalingga. Pada saat sebelum di bentuknya Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2006, Pengadilan Agama Purbalingga tidak dapat menerima kasus sengketa ekonomi Syari ah karena Pengadilan Agama Purbalingga belum memiliki dasar hukum yang mengatur tentang ekonomi Syari ah. Dengan ditaatinya peraturan awal tersebut menunjukan bahwa Pengadilan Agama Purbalingga melakukan Tugas Pokok Dan Fungsi sebagai Peradilan Agama di wilayah hukum Kabupaten Purbalingga taat aturan dan benar benar menjalankan peraturan yang ada. Penjelasan tersebut menunjukan bahwa masyarakat mempunyai peran penting sebagai subjek pengaduan sengketa ekonomi Syari ah, sehingga ketika masyarakat pasif dalam arti tidak merasa dirugikan maka Pengadilan Agama Purbalingga tidak menyelesaikan sengketa ekonomi Syari ah. Masyarakat diharapkan dapat berperan aktif dalam menjalankan fungsinya Ikhsan Al Hakim / Unnes Law Journal 2 (2) (2013) 219 sebagai subjek sengketa, sehingga Pengadilan Agama Purbalingga dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Sengketa ekonomi Syari ah merupakan kasus baru dalam Pengadilan Agama Purbalingga, tetapi dalam Pengadilan Agama Purbalingga bukanlah hal yang baru karena Pengadilan Agama Purbalingga sudah berinteraksi/ menyelesaikan kasus ekonomi Syari ah dari Tahun pertama Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 di undangkan. Dengan demikian kita dapat berpandangan bahwa masyarakat tertib hukum ketika ada sengketa, masyarakat mengetahui tugas pokok, fungsi dan kewenangan mengadili sengketa ekonomi Syari ah yang diatur dengan dasar hukum Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 yang mengatur tentang ekonomi Syari ah. Setelah Pengadilan Agama diberikan kewenangan mengadili sengketa ekonomi Syari ah berdasarkan pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, sampai Tahun 2013 Pengadilan Agama Purbalingga telah mengadili dan menyelesaikan perkara sengketa perbankan. Dari 9 (sembilan) perkara sengketa perbankan yang didaftarkan di Pengadilan Agama Purbalingga telah dapat diselesaikan 4 (empat) secara damai dan 5 (lima) perkara sudah diputus dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap bahkan telah diselesaikan sampai tingkat eksekusi yakni dengan pelaksanaan lelang terhadap obyek sengketa melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Purwokerto. Pernyataan tersebut di dukung dengan hasil penelitian penulis dengan sekretaris Pengadilan agama menjelaskan bahwa: Setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 kami para hakim Pengadilan Agama Purbalingga Mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Mahkamah Agung yang bertempat di Jakarta, pelatihan terakhir yang kami ikuti yaitu pada tangga 26 April 2013. Hal itu menunjukan bahwa pemerintah dalam memutuskan peraturan yang baru, bertanggung jawab penuh atas terbentuknya peraturan tersebut. Seperti sosialisasi yang dilakukan pemerintah untuk mempublikasikan peraturan yang baru

Ikhsan Al Hakim / Unnes Law Journal 2 (2) (2013) dikeluarkan, terkait dengan penelitian tersebut peraturan tersebut adalah Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pengadilan Agama, khususnya mengatur mengengenai perluasan kewenangan Pengadilan Agama dalam menyelesaikan perkara ekonomi Syari ah. Pelatihan tersebut bertujuan untuk mengenalkan kepada hakim mengenai langkah-langkah yang harus diambil ketika menghadapi perkara ekonomi Syari ah. Pelatihan ekonomi Syari ah diharapkan mampu menambah pengetahuan Hakim untuk melaksanakan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, Disamping itu Para hakim Pengadilan Agama juga melakukan belajar mandiri. Seperti yang dilakukan oleh Hakim dan pejabat Pengadilan Agama Purbalingga. Mereka menambah wawasan tentang ekonomi Syari ah dengan cara membaca buku, melanjutkan belajar, diskusi hukum, dan mengikuti pelatihan tentang ekonomi Syari ah. Diskusi hukum yang dilakukan Pengadilan Agama Purbalingga secara rutin dilakukan setiap 2 (dua) minggu sekali dalam lingkup Pengadilan Agama Se-Eks. Karesidenan Banyumas. Penulis menemukan bahwa setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pengadilan Agama, para hakim memperkaya dengan membaca buku, berdiskusi dengan hakim Pengadilan Agama Purbalingga. Berdiskusi dengan Pengadilan Agama Se-Eks.Karesidenan Banyumas setiap 2 (dua) minggu sekali, dengan tempat berpindah. Data terakhir yang disampaikan Pengadilan Agama Purbalingga menerima undangan diskusi hukum di Pengadilan Agama Purwokerto tanggal 8 Mei 2013, dan tanggal 16 Mei 2013. Hasil yang tersebut menunjukan bahwa keasiapan Pengadilan Agama Purbalingga telah sedikit lebih awal di bandingkan dengan Pengadilan Agama Se-Eks.Karesidenan Banyumas. Berdasarkan penelitian terdahulu data menyebutkan bahwa seluruh Pengadilan Agama Se-Eks.Karesidenan Banyumas telah mengetahui dan memahami terhadap penyelesaiaan sengketa ekonomi Syari ah. Upaya-upaya yang dilakukan oleh para hakim Pengadilan Agama Se-Eks.Karesidenan 220 Banyumas dengan membaca buku sebanyak 26%, upaya melanjutkan belajar sebanyak 26%, mengikuti pelatihan dan memperbanyak membaca sebanyak 42%, dan upaya hanya mengikuti pelatihan saja sebanyak 4%. Data tersebut diambil dari hasil (Tesis, Sugeng: 2008). Menunjukan kesiapan hakim dalam upaya mengetahui dan memahami penyelesaian sengketa ekonomi Syari ah di Indonesia yang masuk dalam ranah peradilan Agama. Di Pengadilan Agama Purbalinga sendiri ada 6 (enam) hakim yang sudah menyelesaikan sengketa ekonomi Syari ah, dan 1 (satu) hakim Pengadilan Agama Purbalingga yang di pindah tugaskan di Pengadilan Agama Purwokerto. Dibentuknya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 selain Pengadilan Agama mengikuti Pelatihan Ekonomi Syari ah, Pengadilan Agama juga diharapkan ada Majelis Khusus Penyelesaiaan Ekonomi Syari ah. Tugas dari Majelis Khusus adalah untuk menyelesaiakan perkara ekonomi Syari ah. Seperti yang ada di Pengadilan Agama Purbalingga, memiliki Majelis Khusus yang Menyelesaikan perkara ekonomi Syari ah. Setiap Pengadilan Agama diwajibkan mempunyai Majelis Khusus pemutus sengketa ekonomi Syari ah. Dalam Majelis khusus tersebut diharuskan ada yang telah memiliki sertifikat pelatihan menyelesaikan sengketa ekonomi Syari ah yang diadakan oleh Mahkamah Agung. Pengadilan Agama Purbalingga mempunyai majelis khusus, ketua majelis khusus di Pengadilan Agama Purbalingga yang baru yaitu Bapak Drs. Abd. Rozaq. M.H. Pengajuan perkara ekonomi Syari ah di Pengadilan Agama sama dengan pengajuan perkara yang lain ke Pengadilan Agama. Bisa dilakukan dengan dua cara yaitu secara lisan dan secara tertulis, pengaduan secara lisan dapat dilakukan dengan cara menghadap langsung dengan petugas meja pengaduan kantor Pengadilan Agama Purbalingga pada saat jam kerja, atau menyampaikan secara lisan permasalahan/ pengalaman yang dialaminya sebenarnya (tidak fiktif). Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 di Pengadilan Agama Purbalingga disambut baik oleh masyarakat, hal itu

ditunjukan pada tingginya tingkat pengaduan yang diterima oleh Pengadilan Agama Purbalingga tentang perkara sengketa ekonomi Syari ah. Dengan diperluasnya kewenangan Pengadilan Agama, Khususnya Pengadilan Agama Purbalingga membuat peradilan di wilayah Kabupaten Purbalingga lebih memahami tugas pokok dan fungsi lembaga peradilan seperti Pengadilan Negeri Purbalingga, Kejaksaan Kabupaten Purbalingga dan Pengadilan Agama Purbalingga. Jenis perkara yang menjadi kewenangan Peradilan Agama disebutkan dalam Pasal 49 huruf I Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006. Berdasarkan ketentuan tersebut, salah satu kewenangan Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang ekonomi syari ah. Di dalam penjelasan Pasal 49 huruf (i) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, sebagaimana diatur juga didalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 dan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 8 Tahun 2008, kewenangan Absolute menyelesaikan sengketa ekonomi syari ah dan eksekusi Putusan Basyarnas adalah Pengadilan Agama. Oleh karena itu, penulis mengambil permasalahan tentang eksistensi Pengadilan Agama Purbalingga dalam mengaplikasikan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Pengadilan Agama. Setelah Pengadilan Agama diberikan kewenangan mengadili sengketa ekonomi Syari ah berdasarkan Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, sampai Tahun 2013 Pengadilan Agama Purbalingga telah mengadili dan menyelesaikan perkara sengketa perbankan. Dari 9 (sembilan) perkara sengketa perbankan yang didaftarkan di Pengadilan Agama Purbalingga telah dapat diselesaikan 4 (empat) secara damai dan 5 (lima) perkara sudah diputus dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap bahkan telah diselesaikan sampai tingkat eksekusi yakni dengan pelaksanaan lelang terhadap obyek sengketa melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Purwokerto. Ikhsan Al Hakim / Unnes Law Journal 2 (2) (2013) 221 Berdasarkan proses pemeriksaan pada tingkat pertama di Pengadilan Agama Purbalingga, Pengadilan Agama Purbalingga telah konsisten dalam menjalankan Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pengadilan Agama. Hal itu dibuktikan dengan Pengadilan Agama Purbalingga telah menyelesaikan sengketa ekonomi syari ah, kesiapan para hakim Pengadilan Agama Purbalingga adanya lembaga perbankan atau pelaku ekonomi yang mengajukan sengketa ekonomi syari ah. Dukungan dari pelaku ekonomi syariah (Perbankan Syari ah). Pelaksanaan Regulasi Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 terhadap perluasan kewenangan Pengadilan Agama mengadili perkara yaitu tentang ekonomi Syari ah membuat semua elemen di Pengadilan Agama Purbalinggabaik dari hakim, panitera, dan pejabat struktursal yang ada untuk mempelajari lebih lanjut lagi tentang ekonomi Syari ah, seperti hasil penelitian sebagai berikut: 1) Pengadilan memperkuat diri untuk menjalankan regulasi dan meningkatkan pengetahuan dengan berbagi ilmu, ketika diantara pegawai telah menjalankan pelatihan tentang ekonomi Syari ah maka mereka saling berdiskusi tentang ekonomi Syari ah. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa Pengadilan Agama Se-Eks.Karesidenan Banyumas 100% telah mengikuti pelatihan. tetapi dengan berjalannya waktu adanya kemungkinan perombakan posisi hakim di pengadilan agama sehingga perlu diadakan penelitian lagi mengenai hal tersebut. Pengadilan Agama yng dimaksud adalah Pengadilan Agama Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Purwokerto. Sehingga dapat disebutkan bahwa hakim Pengadilan Agama Purbalingga telah melaksanakan pelatihan penyelesaiaan ekonomi suariah. Data di atas didukung dengan hasil penelitian Pelatihan atau Workshop Tentang Ekonomi Syari ah yang di ikuti oleh Hakim Pengadilan Agama Purbalingga tercatat terakhir pada tanggal 26 April 2013 di Jakarta hasil penelitian. Sehingga dapat dijadikan pedoman bahwa kesiapan hakim Pengadilan Agama

Ikhsan Al Hakim / Unnes Law Journal 2 (2) (2013) Purbalingga telah ditambah dengan adanya pelatihan Ekonomi Syari ah. Dengan dasar pengalaman dari hakim Pengadilan Agama Purbalingga yang menyebutkan 6 (enam) hakim Pengadilan Agama Purbalingga yang telah menyelesaikan kasus sengketa ekonomi Syari ah, menjadikan Pengadilan Agama Purbalingga di pandang lebih dari masyarakat luar daerah Purbalingga. dari sekian banyak kasus yang ada di Indonesia, membuat sumber daya manusia dari Pengadilan harus di imbangi dengan segi pendidikan dan disiplin yang tinggi. konsistensi tersebut dibuktikan dengan menjaga kesehatan jasmani dan rohani para pegawai Pengadilan. cara menjaga kesehatan tersebut yaitu dengan cara melakukan olahraga setiap hari jum'at, mengikuti perlombaan baik dibidang ilmu pengeahuan maupun olahraga. Tingginya pengaduan tentang ekonomi Syari ah ke Pengadilan Agama Purbalingga menjadikan hakim dan panitera harus belajar lagi, karena tingginya kasus ekonomi Syari ah yang masuk harus di imbangi dengan kesiapan dan kematangan dari hakim dan panitera serta pejabat sruktural lainnya yang ada di Pengadilan Agama Purbalingga. Selain itu Pengadilan Agama Purbalingga memperkuat diri atas perluasan kewenangan tersebut dengan cara: (1) Pembinaan teknis peradilan, organisi dan finansial Pengadilan Agama Purbalingga yang didukung oleh Mahkamah Agung, (2) Pembinaan rutin oleh ketua Pengadilan Agama Purbalingga yang diharapkan mampu menambah wawasan terhadap hukum baru yang berkembang di masyarakat, (3). Belajar intensif mandiri dengan cara membaca buku literatur yang disarankan oleh Mahkamah Agung, maupun membaca makalah yang ada kaitannya dengan kasus sengketa ekonomi syariah. Dari hasil penelitian terdahulu disampaikan bahwa hasil Belajar mandiri para Hakim di lingkup Pengadilan Agama sebanyak 26% melanjutkan Belajar untuk memenuhi kriteria penyelesaiaan Ekonomi Syari ah. Sebanyak 26% memperbanyak membaca, 42% melakukan memperbanyak membaca dan mengikuti pelatihan ekonomi Syari ah, sedangkan 4% hanya mengikuti pelatihan saja. 222 Berdasarkan hasil tersebut Pengadilan Agama Purbalingga Berperan aktif dalam melaksanakan belajar mandiri maupun bekerja sama untuk mempelajari Ekonomi Syari ah. Penguatan dengan cara belajar mandiri, melanjutkan belajar, dan memperbanyak membaca dapat dijadikan pedoman bagi setiap hakim untuk memperkuat pengetahuannya tentang Ekonomi Syari ah. Cara tersebut dilakukan untuk memenuhi ketentuan hukum dan dukungan pengetahuan untuk menyelesaikan perkara terkait kewenangan Pengadilan Agama Purbalingga di dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Petubahan Atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1989. Dari kewenangan mengadili Pengadilan Agama Purbalingga tersebut landasan yang digunakan untuk memutus dan menyelesaikan perkara ekonomi Syari ah para hakim menggunakan dasar hokum Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2006, HIR (Herziene Inlandsch Reglement), Rv (Reglement op de Burgerlijke Rechsvordering), KUHAP, dan Perundang-undangan yang berkaitan dengan Ekonomi Syari ah. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Pengadilan Agama Purbalingga sangat tinggi. Keadaan tersebut dibuktikan dengan banyaknya mayarakat yang mampu dan bisa menaati peraturan baru dari pemerintah tentang ekonomi Syari ah. Masyarakat melakukan penyelesaiaan di Pengadilan Agama Purbalingga karena menggunakan haknya sebagai warga negara yang memiliki hak untuk hidup sejahtera. Atas dasar hal tersebut masyarakat atas nama lembaga mengajukan perkara tersebut ke Pengadilan Agama Purbalingga. Berdasarkan penelitian penulis dengan melakukan wawancara yang ditujukan kepada Panitera dan Hakim di Pengadilan Agama Purbalingga, dan Advokad yang mengajukan sengketa ekonomi Syari ah menyampaikan tentang pandangannya mengenai respon masyarakat terhadap tingkat kepercayaan masyarakat kepada Pengadilan Agama Purbalingga. Kurang efektifnya respon masyarakat terhadap kasus ekonomi Syari ah menjadikan tugas baru bagi pemerintah daerah sehingga

harus memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai keberadaan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006. Keberadaan lembaga yang berbasis Syari ah di Kabupaten Purbalingga cukup banyak, akan tetapi yang banyak mengadukan adalah lembaga perbankan. Perbankan yang menggunakan sistem Syari ah dalam pelaksanaan akadnya adalah bank mandiri Syari ah dan bank pembiayaan rakyat Syari ah buana mitra perwira. Dari kedua lembaga perbankan Syari ah yang ada baru bank pembiayaan rakyat Syari ah buana mitra perwira saja yang mengajukan sengketa ekonomi Syari ah ke Pengadilan Agama Purbalingga. Ketaatan lembaga tersebut menggambarkan bagaimana lembaga perbankan itu menjalankan Undang-Undang dengan baik. Terlepas dari itu, Pengadilan Agama Purbalingga juga telah mampu menyelesaikan permasalahan tersebut. Pandangan Hakim dan Panitera Pengadilan Agama Purbalingga Tentang Faktor Faktor Tingginya Penyelesaiaan Kasus sengketa ekonomi Syari ah di Pengadilan Agama Purbalingga menyebutkan berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Pengadilan Agama Purbalingga yang selalu konsisten dan disiplin terhadap semua kasus yang masuk ke Pengadilan Agama Purbalingga. b. Adanya lembaga perbankan Syari ah yang mengerti dan taat terhadap Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006. c. Dukungan dari lembaga peradilan di Kabupaten Purbalingga khususnya Pengadilan Negeri Purbalingga dengan mengesampingkan Pasal 55 Ayat 2 (apabila dalam Akad diselesaikan di Peradilan Umum) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan Syari ah, dipertegas Keputusan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Kompilsi hukum Ekonomi Syari ah untuk diselesaikan di Pengadilan Agama. Kesadaran masyarakat yang tinggi untuk mengikuti proses peradilan yang dilaksanakan oleh Pengadilan Agama Purbalingga membuat Pengadilan Agama Purbalingga lebih di percaya dalam menyelesaikan perkara dalam lingkup Ikhsan Al Hakim / Unnes Law Journal 2 (2) (2013) 223 peradilan Agama. Tingginya kesadaran tersebut mempengaruhi kinerja Pengadilan Agama Purbalingga untuk menjadi Pengadilan Agama Purbalingga yang mampu menyelesaikan perkara yang masuk ke Pengadilan Agama Purbalingga. Berdasakan hasil tersebut pada intinya penulis menemukan Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya penyelesaian sengketa ekonomi Syari ah di Pengadilan Agama Purbalingga. Diantaranya Ketaatan Perbankan Syari ah menjadikan Pengadilan Agama Purbalingga banyak menerima aduan mengenai perbankan Syari ah. Pengadilan Agama telah menjalankan Tugas Pokok dan fungsi Pengadilan Agama dengan baik, karena dengan adanya Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang perluasan kewenangan Pengadilan Agama, Khususnya di Pengadilan Agama Purbalingga tentang Ekonomi Syari ah. Keterpaduan antara Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2006 dengan Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2008 membuat Pengadilan Agama diseluruh Indonesia khususnya Pengadilan Agama Purbalingga lebih jelas tugasnya dalam menyelesaikan kasus sengketa ekonomi Syari ah. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Pertama, keberadaan Pengadilan Agama Purbalingga Sudah konsisten dalam mengaplikasikan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Pengadilan Agama di perkuat dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 dan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 8 Tahun 2008 dalam menyelesaikan sengketa Ekonomi Syari ah. Hal itu dibuktikan dengan kurun waktu 7 (Tujuh) Tahun Pengadilan Agama Purbalingga telah menyelesaikan 9 (Sembilan) perkara sengketa ekonomi Syari ah. Dari kesembilan kasus tersebut 5 kasus selesai dengan Damai pada saat proses litigasi dilaksanakan, 4 kasus dikabulkan oleh Hakim. Sedangkan Pengadilan Agama Se- Eks.Karesidenan Banyumas belum pernah menerima sengketa ekonomi Syari ah.

Ikhsan Al Hakim / Unnes Law Journal 2 (2) (2013) Kedua, faktor yang mempengaruhi Tingginya penyelesaian sengketa ekonomi Syari ah di Pengadilan Agama Purbalingga dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: a) Faktor Internal, Sumber Daya Manusia Pengadilan Agama Purbalingga telah memperkaya ilmu pengetahuan dengan mengikuti pelatihan tentang Ekonomi Syari ah, melanjutkan belajar di perguruan tinggi, serta membaca Buku terkait dengan Ekonomi Syari ah, dan diskusi dengan sesama Hakim Pengadilan Purbalingga maupun dengan Hakim Pengadilan agama Eks keresidenan Banyumas. b) Faktor Eksternal yaitu Adanya Pelaku Ekonomi Syari ah yang mendukung pelaksanaan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Pengadilan Agama, Lembaga Perbankan yang lebih memilih penyelesaian litigasi yang mempunyai kekuatan hukum tetap, dan Dukungan dari lembaga peradilan di kabupaten Purbalingga menjadikan Pengadilan Agama Purbalingga menyelesaikan sengketa ekonomi Syari ah. DAFTAR PUSTAKA Buku Moleong, Lexy J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI-Press. Subekti, R. dan R. Tjitrosudibio. 1990. Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Jakarta: Pradnya Paramita. Undang-undang Kitab Undang-undang Hukum Perdata Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Peradilan Agama Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Nasional Sutar Edaran Mahkamah Agung Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Eksekusi Putusan Basyarnas dan penyelesaian sengketa Ekonomi Syari ah 224