BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

STUDI PERBANDINGAN HARGA PROYEK GEDUNG BERTINGKAT

EFISIENSI HARGA METODE PRACETAK PADA BANGUNAN BERTINGKAT RUSUNAWA PROTOTIPE DI WILAYAH JAKARTA DAN PAPUA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bangunan gedung biasanya dibangun dengan metode konvensional dimana

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Sipil Skripsi Sarjana Semester Ganjil Tahun 2011/2012

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP

BAB VIII TAHAP PELAKSANAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. struktur ini memiliki keunggulan dibanding dengan struktur dengan sistem

BAB VII TINJAUAN KHUSUS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya tiang pancang, balok, kolom dan pelat. Berkembangnya metode seperti ini

INSPEKSI PROSES PELAKSANAAN DAN CACAT PADA DINDING PANEL PRACETAK SUATU PROYEK APARTEMEN

I. PENDAHULUAN. komponen di tempat khusus di permukaan tanah (pabrikasi), lalu dibawa ke

STUDY PERBANDINGAN PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG METODE PELAKSANAAN PRECAST

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. pengamatan struktur plat lantai, pengamatan struktur core lift.

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan

BAB III METODOLOGI. 3.2 TAHAPAN PENULISAN TUGAS AKHIR Bagan Alir Penulisan Tugas Akhir START. Persiapan

I. PENDAHULUAN. Balok merupakan elemen struktur yang selalu ada pada setiap bangunan, tidak

BAB V METODE PELAKSANAAN

BETON PRACETAK - PRECAST CONCRETE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember 2013

BAB V METODE PELAKSANAAN. Metode pelaksanaan kontruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan kontruksi

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

PERBANDINGAN ANTARA METODE PELAKSANAAN PELAT CAST IN SITU DAN PELAT PRECAST DITINJAU DARI SEGI WAKTU DAN BIAYA PADA GEDUNG SMPN 43 SURBAYA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

1.1. JUDUL TUGAS AKHIR

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

Kata kunci : metode bekisting table form

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PEKERJAAN

Studi Perencanaan Desain Sambungan Balok-Kolom Dengan Sistem Pracetak Pada Gedung Dekanat Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PEMAKAIAN ALAT BERAT TOWER CRANE DAN MOBIL CRANE PADA PROYEK RUMAH SAKIT. Oleh : Muhammad Ridha

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan dan pemenuhan bahan bangunan serta alat kerja pada suatu proyek

Analisa Biaya dan Waktu Bekisting Metode Konvensional dengan Sistem PERI pada Proyek Puncak Kertajaya Apartemen

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang begitu pesat, maka

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan. Adapun alat-alat yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. kita berada dalam bangunan baik rumah tinggal, kantor, pabrik, hotel, rumah sakit dll.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. lift di cor 2 lantai diatas level plat lantai. Alasan menggunakan metode perlakuan core sebagai kolom adalah :

BAB 1 PENDAHULUAN. mahal, dan hal ini tidak dibarengi dengan ketersediaan rumah landet house

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA LAKARSANTRI SURABAYA MENGGUNAKAN METODE PRACETAK DENGAN SISTEM DINDING PENUMPU.

BAB I PENDAHULUAN. syarat bangunan nyaman, maka deformasi bangunan tidak boleh besar. Untuk. memperoleh deformasi yang kecil, gedung harus kaku.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Magister Teknik Sipil Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.

BAB VII TINJAUAN KHUSUS CORE WALL

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK. Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan

Laporan Kerja Praktik Nusa Konstruksi Enjiniring - Proyek Apartemen Ciputra International Tower 4&5 BAB 3 TINJAUAN UMUM PROYEK

TUGAS AKHIR RC

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


BAB IV. PERALATAN dan MATERIAL

ANALISIS DAN KONSEP PENGEMBANGAN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI

Kata kunci : bekisting Table Form System, zoning, siklus, biaya, waktu

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan,

STANDAR LATIHAN KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INOVASI DALAM SISTEM PENAHAN BEBAN GRAVITASI UNTUK GEDUNG SUPER-TINGGI

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

BAB I PENDAHULUAN. baik itu BUMN, BUMD, dan Swasta, untuk memenuhi kebutuhan pelaksanaan

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari

METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG MANAJEMEN TEMPAT PEMBANGUNAN

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. efisiansi waktu. Metode manejemen pada abad ke 21 ditandai dengan maraknya

BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI

: Rika Arba Febriyani NPM : : Lia Rosmala Schiffer, ST., MT

BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannya masih dilaksanakan dengan metode konvensional (cast in situ),

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR PILE CAP, KOLOM, BALOK & PLAT LANTAI PADA PROYEK PENGEMBANGAN GEDUNG RSUD BUDHI ASIH. Yusti prabowo

STUDI PENERAPAN METODE REKAYASA NILAI PADA PERENCANAAN BANGUNAN GEDUNG

ANALISA WAKTU PENGECORAN PADA LANTAI EMPAT PROYEK GEDUNG SEKOLAH DI SURABAYA

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Manajemen Konstruksi Dalam sebuah proyek konstruksi, terdapat sangat banyak perilaku dan fenomena kegiatan proyek yang mungkin dapat terjadi. Untuk mengantisipasi perilaku perilaku dan fenomena yang mungkin dapat terjadi pada proyek dibutuhkan cara pengelolaan yang disebut dengan manajemen proyek. Manajemen proyek tumbuh karena adanya dorongan untuk mencari pendekatan pengelolaan yang sesuai dengan tuntutan dan sifat kegiatan proyek. Suatu kegiatan yang dinamis dan berbeda dengan kegiatan operasional rutin. Manajemen proyek adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Lebih jauh, manajemen proyek menggunakan pendekatan sistem dan hirarki (arus kegiatan) vertical maupun horizontal (Soeharto, I., 1997). 1. Merencanakan Dalam tahap perencanaan, manajemen proyek harus mampu menyusun secara cermat urutan pelaksanaan kegiatan dan penggunaan sumber daya, agar proyek dapat diselesaikan secepat mungkin dengan penggunaan sumber daya sehemat mungkin. 8

9 2. Mengorganisir Diperlukan susunan organisasi yang memadai untuk memacu terjadinya komunikasi antara sejumlah organisasi peserta proyek, dengan tujuan dicapainya penggunaan sumber daya secara optimal. 3. Memimpin Dalam proyek konstruksi diperlukan seorang pemimpin proyek yang dapat memimpin tim dalam bentuk koordinasi dan integrasi. Pemimpin proyek ini diperlukan agar kegiatan dapat menjadi sinkron dan seluruh organisasi yang terlibat dapat bekerja sebagai satu kesatuan. 4. Mengendalikan Dalam proyek konstruksi, sangat diperlukan adanya hubungan yang erat antara perencanaan dan pengendalian proyek, sehingga dapat mendeteksi penyimpangan yang terjadi di proyek sedini mungkin. Tujuan Manajemen Konstruksi adalah mengelola pelaksanaan dari suatu proyek konstruksi sehingga memperoleh hasil yang optimal sesuai dengan persyaratan yang diinginkan oleh pemilik proyek, persyaratan yang diberikan biasanya terkait dengan waktu pelaksanaan, biaya konstruksi, dan mutu bangunan konstruksi, sehingga harus selalu diusahakan adanya pengawasan terhadap waktu, biaya, dan mutu bangunan konstruksi, mulai dari tahap perencanaan sampai tahap pelaksanaan.

10 2.1.1 Fungsi Dasar Manajemen Konstruksi Fungsi dasar manajemen proyek terdiri dari pengelolaan lingkup kerja, waktu, biaya, mutu. Aspek aspek ini merupakan kunci keberhasilan dari suatu proyek. 1. Pengelolaan lingkup proyek Lingkup proyek adalah seluruh kegiatan atau pekerjaan yang harus dilakukan untuk menghasilkan sebuah produk yang menjadi tujuan dari proyek tersebut. Sehingga pengelolaan lingkup proyek berfungsi untuk mengelola lingkup proyek yang memuat kuantitas, kualitas, spesifikasi, dan kriteria dari suatu proyek. Perlu juga diusahakan agar masalah masalah yang penting jangan sampai membuka peluang timbulnya interpretasi yang berbeda antara pihak pihak yang berkepentingan (pemilik dan kontraktor). 2. Pengelolaan waktu/jadwal Waktu merupakan salah satu sasaran utama dalam sebuah proyek. Keterlambatan yang terjadi dapat mengakibatkan berbagai macam bentuk kerugian, misalnya penambahan biaya. Pengelolaan waktu meliputi perencanaan, penyusunan, dan pengendalian jadwal. 3. Pengelolaan biaya Biaya juga merupakan salah satu sasaran utama dalam sebuah proyek. Pengelolaan biaya meliputi segala aspek yang berkaitan dengan hubungan antara dana dan kegiatan proyek. Mulai dari proses memperkirakan jumlah dana yag diperlukan, mencari, dan memilih sumber serta macam pembiayaan, perencanaan, serta pengendalian alokasi pemakaian biaya sampai kepada akuntansi dam administrasi pinjaman dan keuangan. 4. Mengelola kualitas dan mutu

11 Kualitas dan mutu yang dimiliki oleh sebuah produk haruslah memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam dokumen kontrak. Agar suatu produk memenuhi syarat yang telah ditentukan, maka dibutuhkan pengelolaan terhadap kualitas dan mutu yang memiliki fungsi untuk mengkaji syarat syarat yang dikehendaki oleh pemilik proyek, kemudian menjabarkan persyaratan tersebut menjadi kriteria dan spesifikasi, lalu menuangkannya menjadi gambar produksi. Kemudian merencanakan dan mengendalikan aspek mutu pada tahap implementasi. Pengelolaan kualitas dan mutu dilakukan dengan cara menyusun program penjaminan (Quality Assurance), dan pengendalian mutu (Quality Control). 2.1.2 Fungsi Integrasi Management Konstruksi Fungsi integrasi dalam managemen proyek terdiri dari pengelolaan sumber daya, pembelian/kontrak, risiko, dan komunikasi. 1. Pengelolaan sumber daya Pengelolaan sumber daya terbagi atas dua yaitu pengelolaan sumber daya manusia dan pengelolaan sumber daya non-manusia. Pengelolaan sumber daya manusia meliputi inventarisasi kebutuhan, merekrut, membentuk tim, melatih, memotivasi, serta membimbing agar mampu menangani kegiatan proyek yang menjadi tanggung jawabnya. Serta pengelolaan sumber daya non-manusia yang meliputi sumberdaya yang berbentuk material seperti peralatan konstruksi.

12 2. Pengelolaan kontrak dan pembelian Dalam setiap proyek selalu terdapat perjanjian yang mengikat pihak-pihak peserta, seperti pemilik, kontraktor, konsultan, dan lain-lain. Sehingga dalam pengelolaan kontrak dan pembelian diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang cukup dalam berbagai hal, seperti pengenalan material dan sumbernya, pengenalan rekanan, produsen, dan lain-lain.para pengelola kontrak dan pembelian ini dituntut memiliki kemampuan dalam evaluasi, negosiasi, dan administrasi. 3. Pengelolaan risiko Mengelola risiko berarti mengidentifikasi secara sistematis jenis, besar, dan sumber terjadinya risiko selama siklus proyek, kemudian mencari solusi terbaik dalam menghadapi risiko tersebut. 4. Pengelolaan komunikasi Dalam suatu proyek kontruksi hamper selalu melibatkan banyak pihak, seperti pemilik, kontraktor, konsultan dan lain-lain. Dengan banyaknya pihak yang terlibat ini maka komunikasi memegang peranan penting dalam rangka mencapai keberhasilan sebuah proyek. Biasanya digunakan software sebagai sarana komunikasi, sehingga proses pengumpulan, dan pengolahan data serta informasi dari setiap pihak yang terlibat dapat dilakukan dengan cepat dan akurat.

13 2.2 Metode Pelaksanaan Konstruksi Fungsi dasar manajemen proyek terdiri dari pengelolaan lingkup kerja, waktu, biaya, dan mutu. Mengelola pelaksanaan dari suatu proyek konstruksi sehingga memperoleh hasil yang optimal. Dalam pengelolaan suatu proyek konstruksi, agar mendapat hasil yang optimal maka dibutuhkan metode pelaksanaan konstruksi yang sesuai dengan proyek konstruksi. Dalam pembangunan gedung bertingkat banyak metode yang dapat digunakan untuk mencapai hasil yang optimal, dalam penelitian ini akan dibahas tentang metode pracetak dan metode konvensional yang sering digunakan dalam pembangunan. 2.2.1 Metode Pracetak Definisi dari kata metode pracetak adalah sebuah metode yang mana komponen komponen dari sebuah gedung seperti kolom, balok, plat lantai, dan lain lain tidak dicetak langsung ditempat atau dicor pada tempat pemasangan komponen tersebut, melainkan dicetak di pabrik. Karena percetakan dari komponen komponen ini dilakukan di pabrik maka dapat mempermudah proses pengecorannya, dan komponen komponen pracetak ini diberi waktu pengerasan sehingga mencapai kuat tekan rencana sebelum dilakukan pemasangan. Jadi komponen komponen pracetak dipasang sebagai komponen yang sudah jadi, sehingga untuk menjadi sebuah bangunan gedung, komponen ini akan dirangkai dengan komponen lainnya. Karena metode ini dilakukan di pabrik, maka mutu dari komponen komponen struktur tersebut dapat terjaga dengan baik, namun metode pracetak ini dapat

14 digunakan jika jumlah bentuk komponen tipical dari sebuah konstruksi mencapai angka minimum tertentu. 1. Pembuatan Beton Pracetak Proses dari fabrikasi beton pracetak terbagi dalam tiga tahapan, yaitu a. Tahap Desain Dalam tahap ini proses fabrikasi beton pracetak didesain dimensi, kuat tekan, dan lainnya sesuai dengan permintaan konstruksi. Syarat yang harus dipenuhi dalam tahap desain ini adalah syarat kekuatan, kekakuan, dan kestabilan pada masa layan. b. Tahap Produksi Tahap produksi terdiri dari: 1. Persiapan 2. Pabrikasi tulangan dan cetakkan 3. Pengadukan beton 4. Pengecoran beton 5. Pemindahan beton yang baru selesai di cor 6. Pemadatan beton 7. Finishing / repairing beton 8. Curing beton Ada beberapa hal yang mendapat perhatian penting pada saat tahap produksi, yaitu: 1. Desain dari produk yang akan dibuat 2. Mutu bahan pembuatan beton 3. Mutu cetakan beton

15 4. Kuat tekan beton 5. Dimensi dari beton 6. Posisi pemasangan 7. Perawatan beton 8. Pemindahan dan penyimpanan beton 9. Pencatatan c. Tahap Pasca Produksi Tahap pasca produksi terdiri dari: 1. Penanganan 2. Penyimpanan 3. Penumpukan 4. Pengiriman 5. Pemasangan di lapangan 2. Prinsip Prinsip Dalam Desain Struktural Prinsip prinsip yang diterapkan dalam desain struktural dalam metode pracetak yaitu: a. Struktur terdiri dari sejumlah komponen yaitu kolom, balok, plat lantai, dan lainnya. b. Tiap tipe komponen memiliki sedikit perbedaan c. Sistem sambungan yang sederhana, dan sama satu dengan yang lainnya sehingga pada waktu pemasangan dapat menggunakan metode dan alat yang sejenis. d. Tiap komponen memiliki berat yang sama sehingga bisa diangkat dan disusun dengan alat yang sama.

16 3. Klasifikasi Sistem Pracetak yaitu : Sebagai komponen struktur : - Tiang pancang beton dan sistem sambungan. - Pelat lantai pracetak. - Dinding luar (skin wall). - Komponen Tangga ( Precast Stair ) - Girder jembatan dan jalan layang. - Turap. Sebagai sistem struktur : - Sistem Waffle Crete (1995). - Sistem Column-Slab (1996). - Sistem L Shape Wall (1996). - Sistem All Load Bearing Wall (1997). - Sistem Bangunan Jasubakim (1998). - Sistem Bresphaka (1999). - Sistem cerucuk matras beton. 4. Metode Pemasangan Ada beberapa prinsip dalam pemasangan beton pracetak, yaitu: a. Cara pemasangan perbagian (Vertikal) - Dilakukan trave per trave - Cocok untuk bangunan dengan luas lantai besar - Perlu landasan yang kuat - Lengan momen untuk tower crane tidak terlalu besar

17 - Biasa untuk 3 samapi 5 tingkat b. Cara pemasangan perlapis (Horizontal) - Dilakukan Lantai perlantai - Perlu tower crane yang dapat menggapai seluruh bagian bangunan - Karena momen crane yang besar, sehingga berat komponen menjadi terbatas terutama untuk plat lantai. - Crane yang biasa digunakan adalah tower crane putar - Diperlukan penunjang kolom selama pemasangan c. Cara pemasangan Lift Slab - Kolom menerus plat lantai dicor satu diatas yang lain - Alat pengangkat hidraulis - Perlu pasak untuk mengunci dalam pemasangan d. Cara pemasangan Jack Block - Lantai teratas disiapkan diatas permukaan tanah, kemudian hidraulis jack dipasang dibawah komponen pendukung vertikal. - Dengan mengatur secara berganti penggunaan hidraulis jack dan penempatan penunjang (dari blok beton) seluruh komponen diangkat ke atas. - Setelah mencapai ketinggian lantai yang diinginkan, lantai berikutnya dipersiapkan di permukaan tanah. - Dilanjutkan hingga lantai paling bawah. e. Cara pemasangan kombinasi - Menggunakan berbagai cara dalam pemasangan

18 5. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Pracetak Kelebihan metode pracetak adalah: a. Sistem ini memungkinkan terjadinya quality control yang baik : - Pada metode pracetak karena pengecoran terjadi di pabrik, maka komponen beton pracetak menjadi lebih mudah dikerjakan sehingga hasil produksi dapat terukur dengan baik. - Pada metode pracetak sudah dipikirkan tentang metode pemasangan sehingga pemasangan komponen menjadi lebih mudah sehingga lebih menjamin kualitas struktur dalam konstruksi bangunan. b. Pelaksanaan lebih singkat : - Dengan metode pracetak maka komponen pracetak dapat langsung diproduksi bersamaan dengan pelaksanaan struktur. - Karena komponen pracetak telah mendapat waktu yang cukup untuk pemadatan maka pada saat pelaksanaan struktur atas, struktur yang dibawahnya sudah dapat dilakukan pekerjaan finishing arsitektur. c. Tidak terpengaruh cuaca : - Dengan metode pracetak, maka komponen komponen struktur dicetak di pabrik sehingga tidak akan terpengaruh oleh cuaca. d. Ramah lingkungan : - Penggunaan material kayu sebagai cetakan dapat dikurangi hingga seminimal mungkin. - Limbah material sangat sedikit.

19 - Dengan metode pracetak maka dalam proses pembangunan komponen-komponen yang telah dibuat hanya perlu dirakit satu sama lainnya sehingga meminimalkan gangguan polusi suara dan udara. e. Lebih ekonomis terhadap biaya : - Dengan adanya quality control yang lebih baik maka nilai faktor keamanan dapat diturunkan menjadi lebih efisien. - Penggunaan cetakan dan perancah dapat direduksi sehingga menghemat material untuk cetakan. - Dengan metode pracetak, karena komponen-komponen di cetak di pabrik maka dapat langsung dicetak dalam jumlah besar, sehingga dapat mempersingkat waktu konstruksi total. - Meningkatkan Produktivitas tenaga kerja di lapangan. Kekurangan sistem pracetak : a. Analisa yang lebih rumit : - Dengan metode pracetak maka diperlukan perhitungan dalam sistem sambungan. - Sistem instalasi harus dipikirkan agar komponen-komponen tersebut dapat dipasang dengan mudah. b. Membutuhkan investasi yang besar dan teknologi maju : - Butuh lahan yang luas sebagai tempat pabrikasi beton. - Beton diproduksi secara massal sehingga butuh modal investasi yang besar

20 c. Dibutuhkan kemahiran dan ketelitian : - Komponen-komponen harus dibuat sedemikian mungkin sehingga pas saat dipasang. d. Diperlukan peralatan produksi (transportasi dan ereksi) : - Pembuatan dan penyimpanan ditempat yang berbeda. 2.2.2 Metode Konvensional Dalam metode konvensional seluruh komponen bangunannya dicor di lapangan atau di tempat proyek. metode ini merupakan metode yang paling sering dijumpai dalam proyek konstruksi. 2.3 Rencana Anggaran Biaya Rencana anggaran biaya atau bisa disebut juga estimasi biaya adalah perkiraan biaya-biaya yang diperlukan untuk tiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi, sehingga diperoleh biaya total yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek tersebut. Tujuan dari penyusunan rencana anggaran biaya ini adalah: 1. Bagi pemilik proyek a. Sebagai patokan dalam hal penyediaan dana. b. Untuk mengetahui kelayakan dari proyek tersebut ditinjau dari segi ekonomi. c. Sebagai bahan evaluasi dalam proyek. d. Sebagai dasar pembanding dalam pelelangan. e. Untuk menentukan besarnya pajak dan asuransi.

21 2. Bagi konsultan a. Sebagai bahan perencanaan b. Pemilihan alternatif proyek 3. Bagi kontraktor a. Sebagai dasar untuk mengikuti pelelangan dan pengajuan penawaran b. Dasar perkiraan modal yang harus disediakan c. Sebagai dasar dalam penyediaan bahan, alat, tenaga, dan waktu untuk pelaksanaan konstruksi. 2.3.1 Rencana Anggaran Biaya Beton Konvensional Dalam penyusunan rencana anggaran biaya secara konvensional, terdapat dua macam cara penyusunan, yaitu : 1. Rencana anggaran biaya kasar Rencana anggaran biaya dimana perhitungannya hanya didasarkan pada luas lantai bangunan yang dikalikan dengan satuan harga per m 2. Rencana anggaran biaya kasar biasanya digunakan jika ingin mengetahui anggaran biaya proyek secara cepat dengan cara pendekatan. Satuan harga bangunan per m 2 dibedakan atas : a. Kelas bangunan b. Tipe c. Lokasi bangunan Kelas dan tipe bangunan didasarkan pada : a. Jumlah tingkat bangunan b. Struktur bangunan

22 c. Bahan bangunan yang digunakan d. Kelas bangunan (A, B, atau C) 2. Rencana anggaran biaya secara rinci Rencana anggaran biaya secara rinci adalah rencana anggaran biaya dimana perhitungannya didasarkan pada volume tiap jenis pekerjaan dikalikan dengan harga satuan tiap pekerjaan tersebut, dan dihitung untuk seluruh jenis pekerjaan yang dikerjakan pada proyek tersebut. Sehingga dapat diperoleh total dari rencana anggaran biaya untuk suatu konstruksi. Gambar 2.1 Bagan perhitungan anggaran biaya beton konvensional

23 2.3.2 Rencana Anggaran Biaya Beton Pracetak Rencana anggaran biaya pada beton konvensional hampir sama dengan rencana anggaran biaya beton pracetak, hanya saja karena beton pracetak dikerjakan di pabrik maka terdapat perbedaan dalam kegiatan proyek yang dilakukan, dan koefisien yang digunakan. Gambar 2.2 Bagan perhitungan anggaran biaya beton pracetak