BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Beton Pracetak Sistem beton pracetak dapat diartikan sebagai suatu proses produksi elemen struktur atau arsitektural bangunan pada suatu tempat atau lokasi yang berbeda dengan tempat atau lokasi dimana elemen struktur atau arsitektural tersebut akan digunakan (Wulfram I.E, 2006). Pembuatan elemen beton pracetak dapat dilakukan di pabrik maupun di lapangan. Pembuatan elemen di pabrik biasanya bersifat permanen dan dapat dilaksanakan dengan berbagai metode yang menyangkut proses produksi dan peralatan yang digunakan. Metode yang digunakan disesuaikan dengan jumlah elemen yang akan diproduksi, agar didapat suatu produk yang ekonomis. Sedangkan pada pelaksanaan di lapangan, kerena bersifat sementara maka metode yang digunakan juga terbatas. 2.2 Sistem Konvensional Sistem konstruksi beton konvensional (cast in situ atau cast in place) adalah sistem konstruksi dari suatu bangunan yang pengecorannya dilakukan di tempat dimana elemen elemen struktur tersebut harus berada. Untuk bangunan bertingkat banyak di Indonesia, biasanya kontraktor pelaksana memberikan pekerjaan ini kepada perusahaan beton ready-mix. Jarang sekali kontraktor mau mengerjakan pekerjaan ini sendiri. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko yang bisa timbul akibat beton tidak sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan. Selain itu juga untuk menghindari penumpukan material beton (semen, pasir dan kerikil) di lokasi proyek. 2.3 Manajemen Proyek Manajemen proyek adalah aplikasi pengetahuan, keterampilan, alat dan teknik dalam aktivitas-aktivitas proyek untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan proyek (PMBOK, 2004). Manajemen proyek dilaksanakan melalui aplikasi dan integrasi tahapan proses manajeman proyek yaitu initiating, planning, executing, monitoring dan controlling serta akhirnya closing keseluruhan proses proyek tersebut. Dalam pelaksanaannya, setiap proyek selalu dibatasi oleh kendala-kendala yang sifatnya saling mempengaruhi dan biasa disebut sebagai segitiga project constraint 5

2 6 yaitu lingkup pekerjaan, waktu dan biaya. Dimana keseimbangan ketiga konstrain tersebut akan menentukan kualitas suatu proyek. Perubahan salah satu atau lebih faktor tersebut akan mempengaruhi setidaknya satu faktor lainnya. (PMBOK Guide, 2004). Dalam pelaksanaan proyek ada tawar-menawar tradeoff antara berbagai pembatas. Jika kualitas hasil ingin dinaikkan, akan membawa konsekuansi kenaikan biaya dan waktu. Sebaliknya, jika biaya ditekan agar lebih murah dengan waktu pelaksanaan tetap sama, maka konsekuensinya adalah kualitas bisa turun. Untuk situasi sekarang, perusahaan perlu juga menjaga agar pencapaian yang diperoleh dalam pelaksanaan proyek tetap menjaga hubungan baik dengan pelanggan (customer relation). bahwa dalam pencapaian tujuan proyek, kita perlu memperhatikan batasan waktu, biaya, lingkup pekerjaan dengan memanfaatkan sumber yang kita punyai. Gambar 2.1 Pembatas-pembatas dalam pelaksanaan proyek Sumber : (Kerzner,2003) Menurut H. Fayol, fungsi manajemen proyek dibagi menjadi 5, yaitu : 1. Merencanakan Merencanakan berarti memilih dan menentukan langkah-langkah kegiatan yang akan datang yang diperlukan untuk mencapai sasaran. Ini berarti langkah pertama adalah menentukan sasaran yang hendak dicapai, kemudian menyusun urutan langkah kegiatan untuk mencapainya. Berangkat dari

3 7 pengertian ini, maka perencanaan dimaksudkan untuk menjembatani antara sasaran yang akan diraih dengan keadaan atau situasi awal. Salah satu kegiatan perencanaan adalah pengambilan keputusan, mengingat hal ini diperlukan dalam proses pemilihan alternatif. 2. Mengorganisir Mengorganisir dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan cara bagaimana mengatur dan mengalokasikan kegiatan serta sumber daya kepada para peserta kelompok (organisasi) agar dapat mencapai sasaran secara efisien. Hal ini berarti perlunya pengaturan peranan masing-masing anggota. Peranan ini kemudian dijabarkan menjadi pembagian tugas, tanggung jawab, dan otoritas. Atas dasar pembagian tersebut selanjutnya disusun struktur organisasi. 3. Memimpin Kepemimpinan adalah aspek yang penting dalam mengelola suatu usaha, yaitu mengarahkan dan mempengaruhi sumber daya manusia dalam organisasi agar mau bekerja dengan sukarela untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Mengarahkan dan mempengaruhi ini erat hubungannya dengan motivasi, pelatihan, kepenyeliaan, koordinasi, dan konsultansi. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah gaya kepemimpinan yang hendak diterapkan karena berpengaruh besar terhadap keberhasilan dalam proses mencapai tujuan. 4. Mengendalikan Mengendalikan adalah menuntun dalam arti memantau, mengkaji, dan bila perlu mengadakari koreksi agar hasil kegiatan sesuai dengan yang telah ditentukan. Jadi, dalam fungsi ini, hasil-hasil pelaksanaan kegiatan selalu diukur dan dibandingkan dengan rencana. Oleh karena itu, umumnya telah dibuat tolak ukur, seperti anggaran, standar mutu, jadwal penyelesaian pekerjaan, dan lain-lain. Bila terjadi penyimpangan, maka segera dilakukan pembetulan. Dengan demikian pengendalian merupakan salah satu upaya untuk meyakini bahwa arus kegiatan bergerak ke arah sasaran yang diinginkan.

4 8 5. Staffing Staffing sering dimasukkan sebagai salah satu fungsi manajemen, tetapi banyak yang menganggap kegiatan ini merupakan bagian dari fungsi mengorganisir. Staffing meliputi pengadaan tenaga kerja, jumlah ataupun kualifikasi yang diperlukan bagi pelaksanaan kegiatan, termasuk perekrutan (recruiting), pelatihan, dan penyeleksian untuk menempati posisi-posisi dalam organisasi. Sedangkan menurut H. Kerzner apabila melihat manajemen dari fungsi dan apabila digabungkan dengan pendekatan sistem, maka pengertian manajemen proyek merupakan merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perushaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Lebih jauh lagi, manajemen proyek menggunakan pendekatan sistem dan arus kegiatan yang vertikal dan horizontal. Dari definisi tersebut terlihat bahwa konsep manajemen proyek mengandung hal hal pokok sebagai berikut: Menggunakan pengertian manajemen berdasarkan fungsinya, yaitu merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan yang berupa manusia, dana, dan material. Kegiatan yang dikelola berjangka pendek, dengan sasaran yang telah digariskan secara spesifik. Ini memerlukan teknik yang sangat khusus, terutama aspek perencanaan dan pengendalian. Memakai pendekatan sistem. Mempunyai hierarki (arus kegiatan) horizontal disamping hierarki vertikal. 2.4 Rencana Anggaran Biaya Rencana anggaran biaya merupakan estimasi biaya yang dilakukan dalam pembuatan proposal proyek sekaligus pengelolaan proyek. Jika estimasi biaya dilakukan dengan kurang hati-hati dapat menyebabkan perkiraan biaya yang terlalu tinggi (overestimate) atau perkiraan biaya yang terlalu rendah (underestimate). Dalam proyek besar hal inilah yang akan menjadi peranan penting dalam suatu proyek dimana dalam proses tender apabila terlalu tinggi akan kalah dari pesaing atau terlalu rendah juga akan menyebabkan margin keuntungan yang sedikit. Oleh

5 9 sebab itu diperlukan seorang estimator yang dapat menyusun anggaran biaya secara tepat dan efisien dimana seorang estimator harus membuat work breakdown structure dalam setiap pekerjaan sehingga didapatkan hasil yang optimal. Ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan dalam perkiraan anggaran biaya, dilihat dari cara pengumpulan informasinya, yaitu : a. Perkiraan Biaya Secara Top-Down Dalam pendekatan ini pertimbangan dan pengelaman diperoleh dari manajer tingkat atas, manajer menengah dan data masa lampau yang berhubungan dengan aktivitas yang serupa. Para manajer tersebut akan memperkirakan biaya seluruh proyek. Selanjutnya hasilnya diberikan kepada manajer di bawahnya. Para manajer di tingkat lebih bawah diharapkan akan melakukan estimasi biaya untuk paket kerja lebih kecil yang merupakan bagian dari proyek. Hal ini diteruskan sampai tingkat paling bawah. Dengan demikian ketika manajer di tingkat tertentu melakukan estimasi biaya untuk beberapa kegiatan dia harus berpikir bahwa biaya maksimal yang bila dia usulkan haruslah lebih kecil atau sama dengan apa yang sudah diperkirakan oleh manajer di atasnya. b. Perkiraan Biaya Secara Bottom-Up Dengan perkiraan biaya secara Bottom-up, hal yang harus dilakukan pertama kali adalah merinci pekerjaan menjadi paket kerja yang lebih detail. Orang-orang yang akan terlibat dalam pengerjaan paket kerja tersebut diminta pendapatnya mengenai biaya yang dibutuhkan dan waktu penyelesaiannya. Untuk lebih mudahnya, perkiraan awal dimulai dari sumber daya baik itu material dan jam-pekerja yang diperlukan untuk suatu paket kerja. Kemudian hasilnya bisa dikonversikan ke nilai rupiah. Pendekatan top-down secara luas banyak digunakan dalam proses perkiraan biaya ini. Sedangkan pendekatan bottom-up murni jarang digunakan. Para manajer senior akan merasa sangat riskan jika harus menerapkan pendekatan ini. Karena para manajer cenderung untuk tidak percaya sepenuhnya kepada bawahannya yang mungkin akan melebih-lebihkan perkiraan biaya yang diperlukan di bagiannya untuk menjamin keberhasilan di bagiannya serta membangun semacam kerajaan kecil.

6 10 c. Kombinasi Top-down dan Bottom-up Pedekatan inilah yang banyak digunakan oleh estimator dimana dalam pendekatan ini manajer tingkat atas mengundang bawahannya untuk memberikan usulannya mengenai perkiraan biaya untuk pekerjaan yang akan datang. Kepala divisi akan menyampaikan permintaan ini melalui departemen, departemen, seksi, subseksi. Kemudian akan mengumpulkan hasil yang diberikan para estimator muda. Dalam menyusun anggaran biaya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : a. Anggaran Biaya Kasar Anggaran biaya kasar biasa digunakan sebagai pedoman terhadap anggaran biaya yang dihitung secara teliti. sebagai pedoman dalam penyusunan anggaran biaya kasar, digunakan harga satuan tiap meter persegi luas lantai dimana nilai dari anggaran biaya tiap meter persegi tidak terlalu jauh berbeda dengan harga yang dihitung secara teliti. b. Anggaran Biaya Teliti Yang dimaksud dengan anggaran biaya teliti adalah anggaran biaya bangunan proyek yang dihitung dengan teliti dan cermat, sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat perhitungan anggaran biaya. Pada anggaran biaya kasar sebagaimana diuraikan. Berdasarkan keputusan direktur jendral Cipta Karya, ditetapkan bahwa untuk menentukan harga bangunan atau anggaran biaya yang dapat dimaklumi dan diterima oleh kontraktor maupun pemilik bangunan, diantaranya : 1. Bangunan 2 lantai = 1,090 X 2. Bangunan 3 lantai = 1,120 X 3. Bangunan 4 lantai = 1,135 X 4. Bangunan 5 lantai = 1,162 X 5. Bangunan 6 lantai = 1,197 X 6. Bangunan 7 lantai = 1,236 X 7. Bangunan 8 lantai = 1,265 X Dalam hal ini X merupakan nilai atau harga dasar gedung bertingkat per m 2, dengan tinggi bangunan bertingkat gedung pemerintahan tidak boleh lebih dari 8 lantai, termasuk lantai dasar.

7 2.5 Definisi Beton Pracetak Beton pracetak adalah suatu metode percetakan komponen secara mekanisasi dalam pabrik atau workshop dengan memberi waktu pengerasan dan mendapatkan kekuatan sebelum dipasang. Precast Concrete atau Beton pra-cetak menunjukkan bahwa komponen struktur beton tersebut tidak dicetak atau dicor ditempat komponen tersebut akan dipasang. Biasanya ditempat lain, dimana proses pengecoran dan curing dapat dilakukan dengan baik dan mudah. Jadi komponen beton pra-cetak dipasang sebagai komponen jadi, kemudian disambung dengan bagian struktur lainnya menjadi struktur utuh yang terintegrasi. Karena proses pengecorannya di tempat khusus (bengkel pabrikasi), maka mutunya dapat terjaga dengan baik. Tetapi agar dapat menghasilkan keuntungan, maka beton pra-cetak hanya akan diproduksi jika jumlah bentuk yang typical mencapai angka minimum tertentu, sehingga tercapai break event point. Bentuk typical yang dimaksud adalah bentuk-bentuk yang repetitif, dalam jumlah besar Sistem Pracetak Beton Pada pembangunan struktur dengan bahan beton dikenal 3 (tiga) metode pembangunan yang umum dilakukan, yaitu sistem konvensional, sistem formwork dan sistem pracetak. Sistem konvensional adalah metode yang menggunakan bahan tradisional kayu dan triplek sebagai formwork dan perancah, serta pengecoran beton di tempat. Sistem formwork sudah melangkah lebih maju dari sistem konversional dengan digunakannya sistem formwork dan perancah dari bahan metal. Sistem formwork yang telah masuk di Indonesia, antara lain sistem Outinord dan Mivan. Sistem Outinord menggunakan bahan baja sedangkan sistem Mivan menggunakan bahan alumunium. Pada sistem pracetak, seluruh komponen bangunan dapat difabrikasi lalu dipasang di lapangan. Proses pembuatan komponen dapat dilakukan dengan kontol kualitas yang baik. 11

8 Sistem Koneksi a. Sambungan Pada umumnya sambungan sambungan bisa dikelompokkan sebagai berikut : Sambungan yang pada pemasangan harus langsung menerima beban ( biasanya beban vertikal ) akibat beban sendiri dari komponen. Sambungan yang pada keadaan akhir akan harus menerima beban-beban yang selama pemasangan diterima oleh pendukung pembantu. Sambungan dimana tidak ada persyaratan ilmu gaya tapi harus memenuhi persyaratan lain seperti : kekedapan air, kekedapan suara. Sambungan-sambungan tanpa persyaratan konstruktif dan semata-mata untuk menyediakan ruang gerak untuk pemasangan. b. Ikatan Cara mengikatkan atau melekatkan suatu komponen terhadap bagian komponen konstuksi yang lain secara prinsip dibedakan sebagai berikut : 1. Ikatan Cor ( In Situ Concrete Joint ) Penyaluran gaya dilakukan lewat beton yang dicorkan Diperlukan penunjang atau pendukung pembantu selama pemasangan sampai beton cor mengeras Penyetelan berlangsung dengan bantuan adanya penunjang atau pendukung pembantu. Toleransi penyusutan diserap oleh Coran Beton. 2. Ikatan Terapan Cara menghubungkan komponen satu dengan yang lain secara tersusun disebut ikatan terapan. Dimulai dengan cara hubungan peletakan, kemudian berkembang menjadi saling menggigit. Proses pemasangan dimungkinkan tanpa adanya pendukung atau penunjang pembantu. 3. Ikatan Baja Bahan pengikat yang dipakai : plat baja dan angkur. Sistem ikatan ini dapat dibedakan sebagai berikut : Menyambung dengan cara di las ( Welded Steel ) Menyambung dengan baut atau mur atau mlir ( Corbel Steel )

9 4. Ikatan Tegangan Merupakan perkembangan lebih jauh dari ikatan baja dengan memasukan unsur Post Tensioning dalam sistem koneksi. Memerlukan penunjang atau pendukung bantu selama pemasangan Perlu tempat atau ruang yang relatuf besar untuk Post Tensioning Angkur cukup mahal c. Simpul Merupakan kunci dalam struktur yang memakai komponen pracetak dan merupakan tempat pertemuan antara 2 atau lebih komponen struktur. Secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. Simpul primer, pertemuan yang menghubungkan kolom dengan balok dan juga terhadap plat lantai. Disisni beban dari plat akan diteruskan ke pendukung-pendukung vertikal. 2. Simpul pertemuan kolom, pertemuan dimana beban-beban vertikal dan sewaktu momen-momen juga disalurkan. 3. Simpul penyalur sekunder-primer (pelat balok) untuk menyalurkan beban vertikal. 4. Simpul pendukung sesama plat dengan balok dan kolom, untuk menyalurkan beban horizontal dalam bentuk tegangan tekan tarik dan geser 5. Simpul yang mampu menahan momen yang secara statis bisa membentuk komponen pendukung tapi oleh alasan tertentu Pembuatan Beton Pracetak Proses produksi atau pabrikasi beton pracetak dapat dibagi menjadi tiga tahapan berurutan yaitu : 1 Tahap design Proses perencanaan suatu produk secara umum merupakan kombinasi dari ketajaman melihat peluang, kemampuan teknis, kemampuan pemasaran. Persyaratan utama adalah struktur harus memenuhi syarat kekuatan, kekakuan dan kestabilan pada masa layannya. 13

10 14 2 Tahap produksi Beberapa item pekerjaan yang harus dimonitor pada tahap produksi : 1. Kelengkapan dari perintah kerja dan gambar produk 2. Mutu dari bahan baku 3. Mutu dari cetakan 4. Mutu atau kekuatan beton 5. Penempatan dan pemadatan beton 6. Ukuran produk 7. Posisi pemasangan 8. Perawatan beton (curing) 9. Pemindahan, penyimpanan dan transportasiasi produk 10. Pencatatan ( record keeping ) Tahap produksi terdiri dari : 1. Persiapan 2. Pabrikasi tulangan dan cetakan 3. Penakaran dan pencampuran beton 4. Penuangan dan pengecoran beton 5. Transportasiasi beton segar 6. Pemadatan beton 7. Finishing atau repairing beton 8. Curing beton 3 Tahap pasca produksi Terdiri dari tahap penanganan ( handling ), penyimpanan ( storage ), penumpukan ( stacking ), pengiriman ( transportasiasi dan tahap pemasangan di lapangan ( site erection ) Yang perlu diperhatikan dalam sistem transportasiasi adalah : 1. Spesifikasi alat transportasi : lebar, tinggi, beban maks, dimensi elemen 2. Rute transportasi : jarak, lebar jalan, kepadatan lalu lintas, ruang bebas bawah jembatan, perijinan dariinstansi yang berwenang. Pemilihan alat angkut dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : 1. Macam komponennya : linier atau plat 2. Ketinggian alat angkat : berhubungan dengan ketinggian bangunan yang akan dibangun 3. Berat komponen : berdasarkan beban maksimum

11 4. Kondisi lokal : pencapaian lokasi dan topografi Menurut tempat pembuatan beton pracetak dibagi 2 yaitu : Dicor di tempat disebut Cast In Situ Dicor di pabrik Menurut perlakuan terhadap bajanya dibagi 2 yaitu : Beton pracetak biasa Beton prategang pracetak Ada 2 prinsip yang berbeda pada beton prategang ; Pre-tensioned Prestressed Concrete Post-tensioned Prestressed Concrete Transportasiasi Dan alat angkut Transportasiasi adalah pengangkatan elemen pracetak dari pabrik ke lokasi pemasangan. Sistem transportasiasi berpengaruh terhadap waktu, efisiensi konstruksi dan biaya transportasi. Yang perlu diperhatikan dalam sistem transportasiasi adalah : Spesifikasi alat transportasiasi Rute transportasiasi Perijinan Alat angkat yaitu memindahkan elemen dari tempat penumpukan ke posisi penyambungan ( perakitan ). 4 Pelaksanaan Konstruksi ( Ereksi ) Metode dan jenis pelaksanaan konstruksi precast diantaranya adalah : a) Dirakit per elemen b) Lift Slab sistem Adalah pengikatan elemen lantai ke kolom dengan menggunakan dongkrak hidrolis. Prinsip konstruksinya sebagai berikut : Lantai menggunakan plat-plat beton bertulang yang dicor pada lantai bawah Kolom merupakan penyalur beban vertikal dapat sebagai elemen pracetak atau cor di tempat. Setelah lantai cukup kuat dapat diangkat satu persatu dengan dongkrak hidrolis. 15

12 16 c) Slip Form Sistem Pada sistem ini beton dituangkan diatas cetakan baja yang dapat bergerak memanjat ke atas mengikuti penambahan ketinggian dinding yang bersangkutan. d) Push Up atau Jack Block Sistem Pada sistem ini lantai teratas atap di cor terlebih dalu kemudian diangkat ke atas dengan hidraulic jack yang dipasang di bawah elemen pendukung vertikal. e) Box Sistem Konstruksi menggunakan dimensional berupa modul-modul kubus beton. 2.6 Identifikasi Kelebihan dan Kelemahan Metode Pracetak Dengan Konvensional Dari studi yang telah dilakukan beton praccetak memiliki keunggulan dan kelemahan dibandingkan dengan metode konvensional. Hal inilah yang membuat tidak semua poyek konstruksi menggunakan satu metode saja namun dipertimbangkan metode mana yang lebih efisien apabila digunakan pada proyek tersebut Studi Literatur Berdasarkan studi melalui berbagai referensi yang telah dilakukan penelitian sebelumnya didapatkan kelemahan dan keunggulan dari metode pracetak dengan konvensional. Keunggulan dan kelemahannya adalah sebagai berikut : 1. Keunggulan Metode pracetak memiliki control quality yang lebih baik dibandingkan dengan konvensional. Karena dengan metode pracetak masa curing beton akan lebih diperhatikan dibandingkan dengan konvensional. Mutu dari beton pracetak yang dihasilkan lebih baik dibandingkan dengan konvensional, karena proses pengecorannya dilakukan di tempat khusus. Dari segi biaya beton pracetak akan lebih menguntungkan bila diproduksi dalam jumlah dan bentuk dengan typical yang sama,

13 sehingga tercapai break event point. Bentuk typical yang dimaksud adalah bentuk repetitive dalam jumlah yang besar. 2. Kelemahan Tidak ekonomis apabila diproduksi dalam jumlah yang sedikit. Panjang dan bentuk elemen yang terbatas, sesuai dengan kapasitas alat angkat dan alat angkut. Tidak efektif dipergunakan di daerah yang belum tersedia peralatan untuk handling (mobilisasi) dan erection. Memerlukan lahan yang cukup luas untuk proses pabrikasi dan penimbunan hasil jadi dari beton pracetak. Apabila dipergunakan di daerah dengan tingkat gempa yang cukup intensif perlu diperhatikan dalam proses konstruksinya, karena cukup berbahaya terutama pada daerah sambunga 2.7 Tata Cara Perencanaan Rumah Susun Modular Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan satuan yang masing masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama. Berdasarkan SNI tentang tata cara perencanaan rumah susun modular, rumah susun harus memenuhi syarat dalam perencanaan design agar dapat diperoleh suatu perancangan bangunan rumah susun yang optimal dan memenuhi syarat bagu kelayakan suatu hunian. Perencanaan rumah susun harus memperhatikan faktor-faktor kenyamanan, kesehatan, ekonomis, efisien, keamanan dan disesuaikan dengan perencanaan menyeluruh dari perencanaan lingkungan rumah susun. Ukuran komponen dan elemen harus mengikuti SNI yang berlaku, yaitu SNI tentang tata cara perencanaan rumah susun modular. Penerapan koordinasi modular harus memenuhi ketentuan bahwa: Pengelompokan modul satuan rumah susun dapat menggunakan beberapa cara dalam penentuan ukurannya dan bahan modul fungsi dipertimbangkan pada bahan struktur, dinding pengisi atau partisi dan lantai pengisi. 17

14 18 Ukuran sambungan antar komponen dan ukuran penampang komponen dan elemen baik struktural maupun non struktural tidak harus modular. Dalam beberapa hal diperbolehkan adanya penyela dan tidak harus modular. Ukuran arah vertikal dan horizontal harus berdasarkan multi modal. Ukuran tinggi tingkat minimum 26m dan tinggi perubahan tingkat harus berkisar antara 3 m dari 12 m dengan kelipatan 3 m. Gambar 2.2 Standard Eleveasi Minimal Pada Rusunawa Sumber : SNI , Tata Cara Perencanaan Rumah Susun Modular.

15 19 Koridor dapat ditempatkan pada tengah dan pinggir massa bangunan dengan lebar minimum 5 x 3 m. Pada bangunan kurang dari atau sama dengan lima lantai dipersyaratkan menggunakan tangga. Untuk luas bangunan yang di syaratkan harus berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dimana dalam merencanakan perbandingan keseluruhan luas lahan yang tertutup bangunan dan atau bangunan pada setiap peruntukan bangunan gedung bertingkat yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian. Ketentuan umum perencanaan kepadatan bangunan lingkungan ditentukan dari koefisien luas dasar lantai bangunan dan koefisien luas seluruh lantai bangunan terhadap lahan. Perbandingan penggunaan lahan adalah penggunaan lahan 60% dari luas total lantai bangunan untuk ruang terbuka. Table 2.1 Koefisien Dasar Bangunan dan Koefisien Lantai Bangunan Sumber : SNI , Tata Cara Perencanaan Rumah Susun Modular. 2.8 Persamaan Regresi Linier Regresi linier merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya korelasi antar variabel. Ada dua jenis regresi yaitu regresi linier sederhana dan regresi linier berganda, dimana regresi linier sederhana dupergunakan untuk menghasilkan persamaan yang bersifat linier dengan variabel bebas dan terikat yang jumlahnya satu. Sedangkan regresi linier berganda dipergunakan untuk menghasilkan persamaan yang bersifat linier dengan variabel bebas yang jumlahnya lebih dari satu. Untuk perhitungan statistik biasa dipergunakan persamaan garis regresi linier sederhana karena jumlah variabel bebas yang dipergunakan hanya satu. Menurut Usman dan Akbar (2006), analisis regresi linier berguna untuk mendapatkan hubungan fungsional antara dua variabel atau lebih. Selain itu analisis regresi linier berguna untuk mendapatkan pengaruh antar variabel predictor terhadap

16 20 variabel kriteriumnya atau meramalkan pengaruh variabel predictor terhadap variabel kriteriumnya. Untuk menentukan persamaan garis linier yang sederhana dengan variabel bebas sebanyak 1, persamaan garis liniernya dirumuskan sebagai berikut : Y = AX + B Persamaan regresi linier diatas dapat pula dirumuskan dengan persamaan : y=( XY x 2 ) dimana : Y = variabel terikat X = variabel bebas A = konstanta B = koefisien regresi (kemiringan), besaran respon yang ditimbulkan oleh predictor Nilai nilai dari A dan B dapat dihitung dengan mempergunakan rumus : A = ( Y X2 - X XY n X 2 - X 2 (n) XY - X Y B = ( n X 2 - X 2 Untuk menentukan persamaan garis linier sederhana ada beberapa tahap yang harus dilakukan, diantaranya : 1 Tentukan tujuan dari melakukan analisis regresi linier. 2 Identifikasikan variabel faktor penyebab (predictor) dan variabel akibat (response). 3 Lakukan pengumpulan data. 4 Hitung nilai dari x 2,y 2, xydan total dari masing-masingnya. 5 Hitung a dan b berdasarkan rumus. 6 Buatkan model persamaan garis linier sederhana 7 Lakukan prediksi terhadap variabel faktor penyebab atau variabel akibat. 2.9 Efisiensi Secara umum efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber atau biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan atau pekerjaan yang sedang dijalankan. Hasil yang dicapai merupakan perbandingan antara output

17 21 fisik dan input fisik. Semakin tinggi rasio output terhadap input maka semakin tinggi efisiensi yang dicapai. Efisiensi juga dapat dijelaskan sebagai pencapaian output maksimum dari penggunaan sumber daya tertentu. Jika output yang dihasilkan lebih besar daripada sumber daya yang dipergunakan maka semakin tinggi pula tingkat efisiensi yang dicapai. Efisiensi maupun produktivitas keduanya dapat digunakan sebagai bahan untuk mengukur kinerja suatu unit kegiatan ekonomi, meskipun secara prinsip kedua pengukuran tersebut berbeda. Konsep efisiensi lebih berkaitan dengan seberapa jauh suatu proses mengkonsumsi masukan untuk menghasilkan keluaran tertentu, sementara konsep produktivitas berkaitan dengan seberapa jauh suatu proses menghasilkan keluaran dengan mengkonsumsi masukan tertentu. Efisiensi dan produktivitas merupakan suatu ukuran tentang seberapa efisien suatu proses mengkonsumsi masukan dan seberapa produktif suatu proses menghasilkan keluaran. Efisiensi merupakan rasio antara keluaran dengan masukan suatu proses, dengan fokus perhatian pada konsumsi masukan. Produktivitas merupakan rasio antara masukan dengan keluaran, dengan fokus perhatian pada keluaran yang dihasilkan oleh suatu proses. Efisiensi ekonomi terdiri dari efisiensi teknis (technical effisiency) dan efisiensi alokasi (allocative effisiency). Efisiensi teknis merupakan kombinasi antara kapasitas dan kemampuan unit kegiatan ekonomi untuk memproduksi sampai tingkat output maksimum dari input-input dan teknologi yang tetap. Efisiensi alokasi merupakan kemampuan dan kesediaan unit ekonomi untuk beroperasi pada tingkat nilai produk marjinal (marginal value product) sama dengan biaya marjinal (marginal cost). Efisiensi teknis sebenarnya mencerminkan seberapa tinggi tingkat teknologi dalam proses produksi. Pada umumnya teknologi yang dipergunakan dalam proses produksi dapat digambarkan dengan mempergunakan kurva isokuan (isoquand), fungsi produksi (production function), fungsi biaya (cost function), dan fungsi keuntungan (profit function).

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Manajemen Konstruksi Dalam sebuah proyek konstruksi, terdapat sangat banyak perilaku dan fenomena kegiatan proyek yang mungkin dapat terjadi. Untuk mengantisipasi perilaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Konvensional Menurut Ervianto (2006), beton konvensional adalah suatu komponen struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom dirancang untuk bisa

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1 Beton Precast Beton precast adalah suatu produk beton yang dicor pada sebuah pabrik atau sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek bangunan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 4 BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Sejarah Perkembangan Beton Pracetak Beton adalah material konstruksi yang banyak dipakai di Indonesia, jika dibandingkan dengan material lain seperti kayu dan baja. Hal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut. BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) Pelaksanaan atau pekerjaan sebuah proyek konstruksi dimulai dengan penyusunan perencanaan, penyusunan jadwal (penjadwalan)

Lebih terperinci

BETON PRACETAK - PRECAST CONCRETE

BETON PRACETAK - PRECAST CONCRETE BETON PRACETAK - PRECAST CONCRETE Beton Pracetak adalah beton yang dibuat dibawah pengawasan pabrik/factory, dan dipasang /install kelapangan/site setelah beton cukup umur. Beton pracetak dapat diberi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum merupakan suatu struktur dalam jembatan atau fly over yang berfungsi sebagai penghubung antara struktur bawah dan atas, dengan kata lain girder berfungsi sebagai

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA METODE PELAKSANAAN PELAT CAST IN SITU DAN PELAT PRECAST DITINJAU DARI SEGI WAKTU DAN BIAYA PADA GEDUNG SMPN 43 SURBAYA

PERBANDINGAN ANTARA METODE PELAKSANAAN PELAT CAST IN SITU DAN PELAT PRECAST DITINJAU DARI SEGI WAKTU DAN BIAYA PADA GEDUNG SMPN 43 SURBAYA PERBANDINGAN ANTARA METODE PELAKSANAAN PELAT CAST IN SITU DAN PELAT PRECAST DITINJAU DARI SEGI WAKTU DAN BIAYA PADA GEDUNG SMPN 43 SURBAYA Oleh : M.DICKY FIRMANSYAH NRP. 3108 030 064 HERI ISTIONO NRP.

Lebih terperinci

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Perkuliahan Struktur Beton Gedung Semester IV Tahun Ajaran 2015 Dibuat oleh : KELOMPOK 6 Deasy Monica Parhastuti 131111003 Gani Adnan Sastrajaya

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1. Tinjauan Umum Metode pelaksanaan yang dilakukan pada setiap proyek konstruksi memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan proyek lainnya. Metode pelaksanaan yang dilakukan

Lebih terperinci

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP PERBANDINGAN METODE PELAKSANAAN PLAT PRECAST DENGAN PLAT CAST IN SITU DITINJAU DARI WAKTU DAN BIAYA PADA GEDUNG SEKOLAH TINGGI KESEHATAN DAN AKADEMI KEBIDANAN SIDOARJO Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP. 3107

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Struktur Bangunan Suatu sistem struktur kerangka terdiri dari rakitan elemen struktur. Dalam sistem struktur konstruksi beton bertulang, elemen balok, kolom, atau dinding

Lebih terperinci

SAMBUNGAN PADA RANGKA BATANG BETON PRACETAK

SAMBUNGAN PADA RANGKA BATANG BETON PRACETAK SAMBUNGAN PADA RANGKA BATANG BETON PRACETAK Fx. Nurwadji Wibowo ABSTRAKSI Ereksi beton pracetak memerlukan alat berat. Guna mengurangi beratnya perlu dibagi menjadi beberapa komponen, tetapi memerlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kasar dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Karakteristik beton adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kasar dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Karakteristik beton adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Beton adalah suatu material yang terdiri dari campuran semen, air, agregat (kasar dan halus) dan bahan tambahan bila diperlukan. Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan

Lebih terperinci

BETON PRA-CETAK UNTUK RANGKA BATANG ATAP

BETON PRA-CETAK UNTUK RANGKA BATANG ATAP Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 29 BETON PRA-CETAK UNTUK RANGKA BATANG ATAP Siswadi 1 dan Wulfram I. Ervianto 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP PEMILIHAN JENIS STRUKTUR Pemilihan jenis struktur atas (upper structure) mempunyai hubungan yang erat dengan sistem fungsional gedung. Dalam proses desain

Lebih terperinci

ANALISIS DAN KONSEP PENGEMBANGAN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI

ANALISIS DAN KONSEP PENGEMBANGAN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI BAB IV ANALISIS DAN KONSEP PENGEMBANGAN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI Penelitian sistem prefabrikasi ini berawal dari terjadinya peningkatan kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal, yang terjangkau dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bekisting Bekisting atau cetakan beton adalah suatu sarana pembantu struktur beton untuk mencetak beton sesuai ukuran, bentuk, rupa ataupun posisi yang dikehendaki.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan yaitu dengan menyiapkan data berupa denah dan detil rusunawa Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.2 TAHAPAN PENULISAN TUGAS AKHIR Bagan Alir Penulisan Tugas Akhir START. Persiapan

BAB III METODOLOGI. 3.2 TAHAPAN PENULISAN TUGAS AKHIR Bagan Alir Penulisan Tugas Akhir START. Persiapan METODOLOGI III - 1 BAB III METODOLOGI 3.1 TAHAP PERSIAPAN Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data. Pada tahap ini disusun hal-hal penting yang harus

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Metoda pelaksanaan dalam sebuah proyek konstruksi adalah suatu bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk mencapai hasil dan tujuan yang

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Uraian Umum Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur atas

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS

BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS 7.1 Uraian Umum Pada setiap proyek, metode pelaksanaan konstruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan konstruksi yang harus direncanakan sebelumnya. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB VIII TAHAP PELAKSANAAN

BAB VIII TAHAP PELAKSANAAN BAB VIII TAHAP PELAKSANAAN 8.1 Umum Dalam bab pelaksanaan ini akan diuraikan mengenai itemitem pekerjaan konstruksi dan pembahasan mengenai pelaksanaan yang berkaitan dengan penggunaan material-material

Lebih terperinci

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA LAKARSANTRI SURABAYA MENGGUNAKAN METODE PRACETAK DENGAN SISTEM DINDING PENUMPU.

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA LAKARSANTRI SURABAYA MENGGUNAKAN METODE PRACETAK DENGAN SISTEM DINDING PENUMPU. PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA LAKARSANTRI SURABAYA MENGGUNAKAN METODE PRACETAK DENGAN SISTEM DINDING PENUMPU Nama Mahasiswa : Bagus Darmawan NRP : 3109.106.003 Jurusan : Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi beton pracetak adalah struktur beton yang dibuat dengan metode percetakan sub elemen struktur (sub assemblage) secara mekanisasi dalam pabrik atau workshop

Lebih terperinci

TINJAUAN PENGGUNAAAN BALOK PRACETAK PADA PEMBANGUNAN GEDUNG

TINJAUAN PENGGUNAAAN BALOK PRACETAK PADA PEMBANGUNAN GEDUNG Jurnal Rancang Sipil Volume 1 Nomor 1, Desember 2012 10 TINJAUAN PENGGUNAAAN BALOK PRACETAK PADA PEMBANGUNAN GEDUNG Novdin M Sianturi Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Penulis Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada suatu konstruksi bangunan, tidak terlepas dari elemen-elemen seperti

BAB I PENDAHULUAN. Pada suatu konstruksi bangunan, tidak terlepas dari elemen-elemen seperti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada suatu konstruksi bangunan, tidak terlepas dari elemen-elemen seperti balok, kolom pelat maupun kolom balok, baik itu yang terbuat dari baja, kayu maupun beton,

Lebih terperinci

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (METODE KERJA BEKISTING ALUMA SYSTEM PADA BALOK DAN PELAT)

BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (METODE KERJA BEKISTING ALUMA SYSTEM PADA BALOK DAN PELAT) BAB VIl TINJAUAN KHUSUS (METODE KERJA BEKISTING ALUMA SYSTEM PADA BALOK DAN PELAT) 7.1 Uraian Umum Pada umumnya penggunaan bahan bangunan struktur gedung bertingkat proyek di Indonesia menggunakan bahan

Lebih terperinci

STUDI KEGAGALAN STRUKTUR PRECAST PADA BEBERAPA BANGUNAN TINGKAT RENDAH AKIBAT GEMPA PADANG 30 SEPTEMBER

STUDI KEGAGALAN STRUKTUR PRECAST PADA BEBERAPA BANGUNAN TINGKAT RENDAH AKIBAT GEMPA PADANG 30 SEPTEMBER STUDI KEGAGALAN STRUKTUR PRECAST PADA BEBERAPA BANGUNAN TINGKAT RENDAH AKIBAT GEMPA PADANG 30 SEPTEMBER 2009 Josia Irwan Rastandi ( * ) Eric Djajasurja (**) Chairul Soleh (***) 1. PENDAHULUAN Selain merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Balok merupakan elemen struktur yang selalu ada pada setiap bangunan, tidak

I. PENDAHULUAN. Balok merupakan elemen struktur yang selalu ada pada setiap bangunan, tidak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Balok merupakan elemen struktur yang selalu ada pada setiap bangunan, tidak terkecuali pada bangunan rumah tinggal sederhana. Balok merupakan bagian struktur yang fungsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi, BAB I PENDAHULUAN I. Umum Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi, pembangunan konstruksi sipil juga semakin meningkat. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II. Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN SISTEM PRACETAK Sebagian besar dari elemen struktur pracetak dicetak ditempat tertentu (dapat dilokasi proyek ataupun diluar lokasi proyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dibidang pembangunan gedung bertingkat semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dibidang pembangunan gedung bertingkat semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dibidang pembangunan gedung bertingkat semakin berkembang pesat dewasa ini, namun dewasa ini, lahan yang tersisa semakin minim sementara kebutuhan

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS

BAB VII TINJAUAN KHUSUS BAB VII TINJAUAN KHUSUS 7.1 Uraian Umum Dalam pelaksanaan kerja praktik yang berlangsung selama kurang lebih 2 bulan (terhitung sejak 1 Maret s/d 30 April 2017) dan penulisan laporan akhir yang membutuhkan

Lebih terperinci

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS Diajukan Kepada Program Magister Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS TEMA

BAB III TINJAUAN KHUSUS TEMA BAB III TINJAUAN KHUSUS TEMA III.1 Tema proyek Tema dari proyek ini adalah Pemanfaatan teknologi bangunan Prefabrikasi. III.1.1 Pengertian Pengertian teknologi bangunan Prefabrikasi adalah industrialisasi

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena kumpulan berbagai macam material itulah yang

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Pada Studi Pustaka ini akan membahas mengenai dasar-dasar dalam merencanakan struktur untuk bangunan bertingkat. Dasar-dasar perencanaan tersebut berdasarkan referensi-referensi

Lebih terperinci

Pengembangan Kerangka Model

Pengembangan Kerangka Model Bab V Pengembangan Kerangka Model Model ini merupakan pengembangan dari kerangka model yang merupakan hasil studi sebelumnya. Kerangka tersebut disusun dan dikembangkan menjadi Model Proses Produksi Rumah

Lebih terperinci

STUDY PERBANDINGAN PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG METODE PELAKSANAAN PRECAST

STUDY PERBANDINGAN PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG METODE PELAKSANAAN PRECAST 0 STUDY PERBANDINGAN PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG METODE PELAKSANAAN PRECAST DENGAN METODE KONVENSIONAL DILIHAT DARI SEGI WAKTU DAN BIAYA (Study kasus proyek Asrama Balai Sungai Surakarta Teknologi n- panel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 21 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Di abad 21 ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah pesat, seperti bermunculannya teori teori baru (memperbaiki teori yang sebelumnya) dan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir Sengkang merupakan elemen penting pada kolom untuk menahan beban gempa. Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan tulangan utama dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II A. Konsep Pemilihan Jenis Struktur Pemilihan jenis struktur atas (upper structure) mempunyai hubungan yang erat dengan sistem fungsional gedung. Dalam proses desain struktur perlu dicari kedekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi Besi Dan Baja. A. Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi Besi Dan Baja. A. Sejarah BAB I PENDAHULUAN A. Sejarah B. Latar Belakang Pada pembangunan sebuah gedung, elemen pelat merupakan bagian dari struktur atas. Gedung adalah wujud fisik dari hasil pekerjaan kostruksi yang menyatu dengantempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beton Pracetak Aplikasi teknologi prafabrikasi (pracetak) sudah mulai banyak dimanfaatkan karena produk yang dihasilkan melalui produk masal dan sifatnya berulang. Selain itu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Tinjauan Umum

BAB III METODOLOGI Tinjauan Umum BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Data yang dijadikan bahan acuan dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Tugas Akhir ini adalah data sekunder yang dapat diklasifikasikan dalam dua jenis data, yaitu

Lebih terperinci

PENERAPAN DAN PELAKSANAAN APARTEMEN UNTUK MBR DENGAN SISTEM PRACETAK PENUH BERBASIS MANUFACTUR OTOMATIS

PENERAPAN DAN PELAKSANAAN APARTEMEN UNTUK MBR DENGAN SISTEM PRACETAK PENUH BERBASIS MANUFACTUR OTOMATIS PENERAPAN DAN PELAKSANAAN APARTEMEN UNTUK MBR DENGAN SISTEM PRACETAK PENUH BERBASIS MANUFACTUR OTOMATIS DAFTAR ISI PENDAHULUAN PERATURAN YANG DIGUNAKAN KONSEP DESAIN DENGAN BERBAGAI KOMBINASI KOMPONEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa juga

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR 3.1. ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR PELAT Struktur bangunan gedung pada umumnya tersusun atas komponen pelat lantai, balok anak, balok induk, dan kolom yang merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Terbuka Hijau di Jakarta Jakarta adalah ibukota negara republik Indonesia yang memiliki luas sekitar 661,52 km 2 (Anonim, 2011). Semakin banyaknya jumlah penduduk maka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Pembebanan merupakan faktor penting dalam merancang stuktur bangunan. Oleh karena itu, dalam merancang perlu diperhatikan beban-bean yang bekerja pada struktur agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan konstruksi beton pracetak di Indonesia berkembang pesat, hal ini terkait dengan biaya konstruksi yang terus meningkat. Bila dibandingkan dengan biaya pada

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL 7.1 Uraian Umum Shear Wall merupakan komponen dari pekerjaan struktur pada bangunan, biasanya terdapat pada bangunan tower atau gedung

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BALOK BETON PRATEGANG DI PROYEK WISMA KARTIKA GROGOL

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BALOK BETON PRATEGANG DI PROYEK WISMA KARTIKA GROGOL BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BALOK BETON PRATEGANG DI PROYEK WISMA KARTIKA GROGOL 7.1 Uraian Umum Seperti yang telah diketahui bahwa beton adalah suatu material yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan bangunan bertingkat saat ini sering dijumpai terutama di daerah perkotaan. Bangunan bertingkat ini dibangun sebagai dampak dari arus urbanisasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Batasan Masalah Manfaat... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Batasan Masalah Manfaat... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... xi DAFTAR ISI...xiii DAFTAR GAMBAR... xxi DAFTAR TABEL... xxvii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 3

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN 5.1 Pekerjaan Bekisting 5.1.1 Umum Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan bekisting harus memenuhi syarat PBI 1971 N 1-2 dan Recomended Practice

Lebih terperinci

Kata Kunci : halfslab, plat komposit bondek, metode plat lantai.

Kata Kunci : halfslab, plat komposit bondek, metode plat lantai. Analisa Perbandingan Metode Halfslab dan Plat Pekerjaan Struktur Plat Lantai Proyek Pembangunan Apartement De Papilio Tamansari Surabaya Rininta Fastaria dan Yusroniya Eka Putri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan gedung bertingkat saat masa sekarang ini semakin pesat dan dalam pembangunannya masih dilaksanakan dengan metode konvensional (cast in situ), sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton merupakan bahan kebutuhan untuk masyarakat modern masa kini. Di Indonesia hampir seluruh konstruksi bangunan menggunakan beton sebagai bahan bangunan, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syarat bangunan nyaman, maka deformasi bangunan tidak boleh besar. Untuk. memperoleh deformasi yang kecil, gedung harus kaku.

BAB I PENDAHULUAN. syarat bangunan nyaman, maka deformasi bangunan tidak boleh besar. Untuk. memperoleh deformasi yang kecil, gedung harus kaku. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terbatasnya lahan perkantoran saat ini menjadi salah satu kendala suatu perusahaan untuk memperluas serta menambah lapangan pekerjaan di Jakarta. Oleh karena

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER MAKALAH TUGAS AKHIR PS 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER FERRY INDRAHARJA NRP 3108 100 612 Dosen Pembimbing Ir. SOEWARDOYO, M.Sc. Ir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen konstruksi. Setidaknya upaya yang dilakukan merupakan usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. manajemen konstruksi. Setidaknya upaya yang dilakukan merupakan usaha untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi konstruksi pada saat ini mengalami kemajuan pesat yang ditandai dengan hadirnya berbagai jenis material dan peralatan yang modern terutama

Lebih terperinci

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton 4.1. PENGERTIAN UMUM 4.1.1. Pendahuluan Empat elemen kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa hal yang menyebabkan banyaknya bangunan tinggi diberbagai

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa hal yang menyebabkan banyaknya bangunan tinggi diberbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ada beberapa hal yang menyebabkan banyaknya bangunan tinggi diberbagai kota besar di dunia, diantaranya adalah akibat bertambahnya permintaan dan meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pondasi Dalam Pondasi dalam adalah pondasi yang dipakai pada bangunan di atas tanah yang lembek. Pondasi ini umumnya dipakai pada bangunan dengan bentangan yang cukup lebar, salah

Lebih terperinci

PROYEK DAN MANAJEMEN FUNGSIONAL

PROYEK DAN MANAJEMEN FUNGSIONAL PROYEK DAN MANAJEMEN FUNGSIONAL Konsep dan Pemikiran Proyek Manajemen Klasik - berkembang secara alamiah Manajemen Modern - dikembangkan secara ilmiah dan intensif sejak pertengahan abad 20 MANAJEMEN PROYEK

Lebih terperinci

PERENCANAAN MENARA SAINS FMIPA ITS DENGAN METODE PRACETAK

PERENCANAAN MENARA SAINS FMIPA ITS DENGAN METODE PRACETAK 1 PERENCANAAN MENARA SAINS FMIPA ITS DENGAN METODE PRACETAK Agung Aji Binton Nababan, I Gusti Putu Raka, dan Isdarmanu Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak dimanfaatkan sampai saat ini. Beton juga telah banyak mengalami perkembangan-perkembangan baik

Lebih terperinci

PERTEMUAN X LANTAI DAN TANGGA. Oleh : A.A.M

PERTEMUAN X LANTAI DAN TANGGA. Oleh : A.A.M PERTEMUAN X LANTAI DAN TANGGA Oleh : A.A.M LANTAI BANGUNAN Plat lantai yang ditinjau adalah pelat lantai yang tidak terletak diatas tanah langsung. Plat lantai tingkat pada bangunan pada umumnya ditumpu

Lebih terperinci

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UGM KOMPLEKS KINANTI MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UGM KOMPLEKS KINANTI MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UGM KOMPLEKS KINANTI MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME SYSTEM) SESUAI SNI 03-2847- 2002 DAN SNI 03-1726- 201X

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beton masih merupakan pilihan utama sebagai bahan konstruksi pada saat ini

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beton masih merupakan pilihan utama sebagai bahan konstruksi pada saat ini BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton masih merupakan pilihan utama sebagai bahan konstruksi pada saat ini karena beragam keunggulannya dibandingkan material lain. Kemudahan dalam pengerjaannya, kekuatan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) C-41

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) C-41 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-41 Analisa Perbandingan Metode Halfslab dan Plat Pekerjaan Struktur Plat Lantai Proyek Pembangunan Apartement De Papilio Tamansari

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME SYSTEM) LATAR BELAKANG Perkembangan industri konstruksi

Lebih terperinci

STANDAR LATIHAN KERJA

STANDAR LATIHAN KERJA STANDAR LATIHAN (S L K) Bidang Ketrampilan Nama Jabatan : Pengawasan Jembatan : Inspektor Lapangan Pekerjaan Jembatan (Site Inspector of Bridges) Kode SKKNI : INA.5212. 322.04 DEPARTEMEN PEAN UMUM BADAN

Lebih terperinci

Gambar 4.9 Tributary area C 12 pada lantai Gambar 5.1 Grafik nilai C-T zona gempa Gambar 5.2 Pembebanan kolom tepi (beban mati)... 7

Gambar 4.9 Tributary area C 12 pada lantai Gambar 5.1 Grafik nilai C-T zona gempa Gambar 5.2 Pembebanan kolom tepi (beban mati)... 7 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gaya lintang yang terjadi pada balok SRPMM... 7 Gambar 2.2 Respons spektrum gempa rencana... 10 Gambar 2.3 Balok dengan tumpuan sederhana diberi Gaya Prategang F melalui titik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN i ii iii iv vii xiii xiv xvii xviii BAB

Lebih terperinci

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M) KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M) Hazairin 1, Bernardinus Herbudiman 2 dan Mukhammad Abduh Arrasyid 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Nasional (Itenas), Jl. PHH. Mustofa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mahal, dan hal ini tidak dibarengi dengan ketersediaan rumah landet house

BAB 1 PENDAHULUAN. mahal, dan hal ini tidak dibarengi dengan ketersediaan rumah landet house BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan terus bertambahnya jumlah penduduk khususnya di Jakarta bagian Barat membuat daya tampung kota ini dalam melayani penduduk yang ada semakin lama semakin berkurang.

Lebih terperinci

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BASEMENT

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BASEMENT BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI BASEMENT 5.1 Uraian Umum Metode konstruksi adalah bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk mendapatkan tujuan dari proyek, yaitu biaya, kualitas dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Jembatan adalah sebuah struktur konstruksi bangunan atau infrastruktur sebuah jalan yang difungsikan sebagai penghubung yang menghubungkan jalur lalu lintas pada

Lebih terperinci

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PEKERJAAN PELAT LANTAI UNTUK TOWER D DI PROYEK PURI MANSION APARTMENT. beton bertulang sebagai bahan utamanya.

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PEKERJAAN PELAT LANTAI UNTUK TOWER D DI PROYEK PURI MANSION APARTMENT. beton bertulang sebagai bahan utamanya. BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PEKERJAAN PELAT LANTAI UNTUK TOWER D DI PROYEK PURI MANSION APARTMENT 7.1 Uraian Umum Dalam konstruksi bangunan bertingkat seperti halnya pada Proyek Puri Mansion Apartment

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Metodologi Pembahasan

BAB III METODOLOGI. 3.1 Metodologi Pembahasan BAB III METODOLOGI 3.1 Metodologi Pembahasan Metodologi memberikan gambaran mengenai runtutan langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk menyelesaikan sebuah permasalahan atau kegiatan. Metodologi dibuat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN III.. Gambaran umum Metodologi perencanaan desain struktur atas pada proyek gedung perkantoran yang kami lakukan adalah dengan mempelajari data-data yang ada seperti gambar

Lebih terperinci

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan,

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan, BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG 4.1. Tinjauan Bahan dan Material Bahan dan material bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena dari berbagai macam bahan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gempa. Hal ini dapat dilihat pada berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gempa. Hal ini dapat dilihat pada berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah yang memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gempa. Hal ini dapat dilihat pada berbagai kejadian gempa dalam

Lebih terperinci

KRITERIA DESAIN GEDUNG PRACETAK

KRITERIA DESAIN GEDUNG PRACETAK Sosialisasi dan Pameran Aplikasi SNI Pracetak dan Prategang Pada Bangunan Gedung DESAIN PROTOTYPE PRACETAK GEDUNG BERTINGKAT TINGGI Oleh: GAMBIRO Jakarta, 4 5 November 2014 KRITERIA DESAIN GEDUNG PRACETAK

Lebih terperinci

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : MIRANA

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

BAB IV TINJAUAN KHUSUS BAB IV TINJAUAN KHUSUS 4.1 Lingkup Tinjauan Khusus Tinjauan khusus pada laporan kerja praktek ini adalah metode pelaksanaan pekerjaan pondasi. Pada tinjauan ini, penulis memaparkan metode pelaksanaan pekerjaan

Lebih terperinci

PELAT SATU ARAH DAN BALOK MENERUS

PELAT SATU ARAH DAN BALOK MENERUS Rita Anggraini, ST., MT PERTEMUAN 3 PELAT SATU ARAH DAN BALOK MENERUS Struktur Beton Bertulang II 1 Sistem struktur Pelat Konstruksi pelat merupakan elemen struktur bangunan yang secara langsung memikul

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK Andy Kurniawan Budiono, I Gusti Putu Raka Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

Kemajuan Teknologi Teknik Sipil terus mengalami. perkembanqan seiring dengan kemajuan di bidang-bidang. lain. Selain itu kemajuannya juga dikarenakan

Kemajuan Teknologi Teknik Sipil terus mengalami. perkembanqan seiring dengan kemajuan di bidang-bidang. lain. Selain itu kemajuannya juga dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan Teknologi Teknik Sipil terus mengalami perkembanqan seiring dengan kemajuan di bidang-bidang lain. Selain itu kemajuannya juga dikarenakan tuntutan mutu, efisiensi

Lebih terperinci

Metode Prategang & Analisis Tegangan Elastis Pada Penampang

Metode Prategang & Analisis Tegangan Elastis Pada Penampang Metode Prategang & Analisis Tegangan Elastis Pada Penampang Outline Materi - Jenis beton prategang - Metoda prestressing - Tahap-tahap pembebanan - Tegangan pada penampang akibat P, M dan beban luar Jenis

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RC

TUGAS AKHIR RC TUGAS AKHIR RC09-1380 MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SRPMM PADA GEDUNG BP2IP MENURUT SNI 03-1726-2010 Hari Ramadhan 310 710 052 DOSEN KONSULTASI : Ir. Iman Wimbadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak diterapkan pada bangunan, seperti: gedung, jembatan, perkerasan jalan, balok, plat lantai, ring balok, ataupun plat atap.

BAB I PENDAHULUAN. banyak diterapkan pada bangunan, seperti: gedung, jembatan, perkerasan jalan, balok, plat lantai, ring balok, ataupun plat atap. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak dimanfaatkan sampai saat ini. Beton banyak mengalami perkembangan, baik dalam pembuatan campuran

Lebih terperinci

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan BAB III TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Gempa adalah fenomena getaran yang diakibatkan oleh benturan atau pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan (fault zone). Besarnya

Lebih terperinci

APLIKASI SNI PRACETAK

APLIKASI SNI PRACETAK APLIKASI SNI PRACETAK SNI 7832-2012 2012 (Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton Pracetak untuk Konstruksi Bangunan Gedung) Dr. Ir. Dwi Dinariana, MT SNI 7832-2012 (Tata Cara Perhitungan Harga

Lebih terperinci