BAB III PENYAJIAN DATA. lokasi penelitian, yaitu di YOGA ATMA CONSULTING PEKANBARU. Counsulting Pekanbaru, penulis mendapatkan informasi bahwasanya :

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI KOPING ANAK DALAM PENGATASAN STRES PASCA TRAUMA AKIBAT PERCERAIAN ORANG TUA

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

BAB IV ANALISIS DATA. Setelah diperoleh data dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan

BAB III PENYAJIAN DATA. prakteknya. Membangun hubungan ini juga sangat penting bagi klien untuk

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Remaja Terkena. Narkoba Di Desa Kandangsemangkon Paciran Lamongan

BAB IV ANALISIS DATA. dan dokumentasi yang disajikan pada awal bab yang telah dipaparkan oleh

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM TERHADAP PENANGANAN ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DI PPT SERUNI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak kasus tindak kekerasan terhadap perempuan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Efektivitas Bimbingan Konseling Islam di (BP -4) Kementrian Agama

BAB I PENDAHULUAN. tindak kekerasan di dalam rumah tangga khususnya yang berkaitan dengan anak.

BAB IV ANALISIS A. Analisis Pelaksanaan Metode SEFT Total Solution dalam Menangani Trauma Remaja Korban Perkosaan

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

Menangani Kecemasan pada Korban Perkosaan. membandingkan data teori dengan data yang ada di lapangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng

BAB III ASSESSMENT DAN DIAGNOSA PSIKOLOGIS PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Postraumatik stress bisa timbul akibat luka berat atau pengalaman yang menyebabkan organisme menderita kerusakan fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga

Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi (Buku Pedoman Universitas Sumatera Utara, 2010). Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. juga ada lapisan energi, lapisan mental/emosional, lapisan intelegensia dan

BAB I PENDAHULUAN. pembeda. Berguna untuk mengatur, mengurus dan memakmurkan bumi. sebagai pribadi yang lebih dewasa dan lebih baik lagi.

PENELITIAN KAJIAN WANITA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. merumuskan kesimpulan yang bersifat umum yaitu UPT P2TP2A berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi di dalam kehidupan rumah tangga sering terjadi berbagai konflik. Konflik

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB IV ANALISIS HASIL DATA PENELITIAN. dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 77

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak

Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita.

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak apabila dapat memilih, maka setiap anak di dunia ini akan

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. fenomena umum yang terjadi di seluruh dunia (World Health. KTP di Indonesia berjumlah kasus dan meningkat

BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan

BAB V PENUTUP. metode kualitatif dengan pendekatan metode study kasus yang menyajikan

Sosialisasi Perlindungan Anak Terhadap Tindak Kekerasan

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ideologi, dimana orangtua berperan banyak dalam

BAB V HASIL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan BKI (Bimbingan dan Konseling Islam)

BAB IV ANALISIS MODEL KONSELING KARIR TERHADAP SEORANG MANTAN PENDERITA SKIZOFRENIA LIPONSOS DI KEPUTIH SURABAYA

1. Pendahuluan PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS DI PUSKESMAS CEMPAKA PUTIH

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan lainnya. Dalam kehidupan rumah tangga, dibutuhkan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkungan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

PEDOMAN WAWANCARA. A. Bagi Pegawai P2TPA Korban Kekerasan Rekso Dyah Utami. 1. Bagaimana sejarah berdirinya P2TPA Rekso Dyah Utami?

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Analisis tentang bentuk-bentuk Disharmoni Keluarga yang terjadi di. Desa Mojorejo Pungging Mojokerto

Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan Dalam Berkomunikasi Pada Seorang Remaja di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERSIAPKAN DIRI ANDA SEBELUM, SELAMA DAN SETELAH MASA KEHAMILAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan

BAB III RUANG LINGKUP ANAK JALANAN DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

Transkripsi:

BAB III PENYAJIAN DATA Dalam bab ini penulis akan memaparkan data yang penulis peroleh dari lokasi penelitian, yaitu di YOGA ATMA CONSULTING PEKANBARU. Adapun data yang penulis paparkan adalah data yang diperoleh dari wawancara dan observasi. Dalam memperoleh pemanfaatan terapi katarsis dalam mengatasi traumatis pada klien di Yoga Atma Counsulting Pekanbaru, maka berdasarkan observasi dan wawancara yang penulis lakukan dengan konselor di Yoga Atma Counsulting Pekanbaru, penulis mendapatkan informasi bahwasanya : a. Pelaksanaan terapi katarsis dalam menangani traumatis dan langkahlangkahnya dalam mengatasi trauma. 1. Fase Awal Dari observasi yang penulis lakukan penulis melihat bahwa hal yang yang dilakukan pertama kali membangun hubungan yang baik antara konselor dengan klien agar mudah dalam melaksanakan proses terapi nantinya. Proses penyembuhan klien yang mengalami trauma dilakukan 2 atau 3 kali pertemuan untuk menyembuhkan trauma yang dialami klien. Menurut wawancara penulis dengan konselor yoga atma pekanbaru yaitu ibu dewi bahwa dalam pelaksanaan terapi katarsis dilakukan oleh konselor atau terapis yang ada di yoga atma pekanbaru dan pelaksanaan terapi katarsis ini dilaksanakan dengan mengatur jadwal terlebih dahulu antara konselor dan klien supaya lebih teratur dan efisien. Langkah yang 39

dilakukan konselor dalam terapi katarsis ialah mengalihkan perhatian klien yang mengalami trauma atau depresi dengan jalan memberikan dorongan agar klien dapat memulai lagi aktivitas yang pernah disenanginya ataupun mengembangkan kesenangan baru untuk mengisi waktu senggangnya. Jenis-jenis eksternalisasi perhatian antara lain kerja, musik, gerak dan tari, syair, dan social. Ibu dewi mengatakan bahwasanya langkah yang paling penting dalam proses pelaksanaan terapi katarsis ini adalah dimana seorang konselor mampu membuat kliennya percaya dan yakin dengan konselor serta menjalinkan hubungan yang baik antara konselor dank lien agar dalam proses pelaksanaaan nya mencapai titik nyaman yang dapat membantunya melepaskan segala jenis luapan emosi. 2. Fase Pertengahan. Dari observasi yang penulis lakukan bahwasanya pada fase pertengahan ini klien melakukan terapi dengan cara self hypnosis agar klien mampu meluahkan atau melepaskan segala jenis emosi yang mengganggu yang ada pada diri klien. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Ibu Dewi (Konselor) setelah hubungan itu terjalin dengan baik barulah disini seorang konselor itu bisa mengunggapkan kepada klien tentang dampak dari masalah yang dihadapnya jika terus berlarut-larut dan dalam proses ini biasanya klien itu akan melakukan kalibrasi yaitu cara seseorang meluahkan emosinya biasanya klien akan menangis dan sebagai konselor kita harus membiarkan 40

proses situ karena ini adalah bagian dari terapi katarsis dan setelah klien mulai sedikit tenang namun tetap dalam proses relaksasi yang tenang dan nyaman. 3. Fase Akhir. Menurut Ibu Dewi (Konselor) mengataka selanjutnya setelah proses pelepasan emosi yang dilakukan klien konselor disinilah baru memasukkan sugesti atau dorongan yang baik bagi kliennya agar mampu membuka jalan pikiran kliennya dengan baik untuk masa depannya, setelah itu proses yang terakhir ialah klien bisa menganalisis sendiri apakah baik atau tidak untuk dirinya karena sesunggunya berhasil atau tidaknya segala jenis terapi tergantung pada kliennya dan konselor hanya sebagai media untuk membantu saja. (wawancara tanggal 31 Maret 2014) Ibu santi (konselor) menambahkan bahwa langkah yang paling mudah ialah mengeluarkan isi hati kepada orang lain. Pendekatan ini untuk mengurangi tekanan yang ada pada klien, sebab dengan adanya pengakuan dan penyaluran maka segala rasa tertekan yang mengganjal dapat dilepaskan. Dan tahap yang dilakukan dalam pelaksanaan terapi katarsis ini yaitu klien mampu menerima,mengekspresikan, melepaskan, memulihkan, mengintegrasi seluruh bagian diri. (wawancara tanggal 31 Maret 2014) b. Metode atau teknik pelaksanaan terapi katarsis dalam mengatasi trauma. 1. Self hypnosis. 41

Menurut Ibu Dewi (konselor) bahwa jenis -jenis trauma yang dirasakan oleh klien itu adalah trauma karena kekerasaan dalam rumah tangga (KDRT), penganiayaan, musibah, ancaman yang serius, dan pelecehan seksual. Klien bisa mengalami trauma karena disebabkan ketakutan yang luar biasa akan sesuatu hal yang mengganggu dan menjadi beban pikiran bagi klien sehingga klien menjadi trauma akan kejadian itu dan membuat klien merasa tidak nyaman dan tertekan dalam hidupnya. (wawancara tanggal 1 April 2014) Ibu santi (konselor) mengatakan bahwa remaja yang mengalami trauma juga cenderung untuk melakukan berbagai perilaku beresiko tinggi yang mungkin saja membahayakan jiwa mereka. Tidak jarang kasusnya remaja yang mengalami stress yang mengakibatkan trauma ini juga melakukan tindakan bunuh diri. Terapi yang baik yang digunakan dalam mengatasi trauma yang dilaksanakan diyoga atma adalah membuat klien merasakan situasi yang tenang dan nyaman setelah klien itu merasa nyaman biasanya dalam proses katarsis ini klien sering terjadi proses kalibrasi yaitu proses mengeluarkan rasa bersalah dan emosi, contohnya kalibrasi yang sering klien akan menangis karna menyesali segala yang terjadi dan setelah itu baru lah tugas konselor memberikan sugesti atau masukan bagi apa klien terhadap dirinya serta potensi yang baik yang ada dalam diri klien sehingga klien mampu menghilangkan ketakutan dengan kelebihan yang ada dalam diri klien. 42

2. Interpretasi. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Ibu Dewi (Konselor) ia mengatakan selanjunya setelah proses pelepasan emosi yang telah dilakukan dengan self hypnosis teknik selanjutnya itu klien mampu menginterpretasikan kedalam dirinya, karena apabila klien tdk mampu menginterpretasikan proses terapi dalam katarsis maka tidak akan berhasil karena berhasil atau tidaknya terapi katarsis ini dilakukan oleh kliennya karena konselor disini hanya membantu sedangkan klien yang memutuskan, segala sesuatunya niat klien yang ikhlas dan ingin melepaskan segala emosi yang membuat manusia menjadi netral. (wawancara tanggal 1 april 2014) c. Manfaaat katarsis yang dirasakan oleh klien dalam mengatasi trauma. 1. Pelayanan dalam trauma. Dari observasi yang penulis lakukan bahwasanya terapi katarsis sangat membantu dalam menyembuhkan klien yang mengalami trauma dan tingkat keberhasilan yang dicapai juga sangat memuaskan karena bisa menjadikan manusia merasa kehidupan yang tenang dan damai. Menurut Ibu Dewi (konselor) yang dirasakan oleh klien tentunya nyaman dan tenang karena terapi katarsis ini tujuan nya membuat klien lepas dari masalah atau emosi akan tetapi berhasil atau tidaknya itu ada ditangan klien dalam menginterpretasinya. Tingkat pelayanan bagi klien yang mengalami trauma adalah yang pertama ialah dengan proses pemberian seminar, penyuluhan dan bimbingan yang membuka hati bagi klien yang mengalami trauma. Selain itu konseling individu antara klien 43

seperti yang ada di yoga atma ini yang dilakukan oleh orang-orang yang mengerti psikologi dan terakhir ialah rujukan kepada Rumah Sakit Jiwa (RSJ) apabila trauma pada tingkat yang telah parah yang membuat sistem kerja otak terganggu sehingga tidak waras itu yang membutuhkan pelayanan yang lebih spesifik. (wawancara tanggal 2 April 2014) 2. Perawatan dalam mengatasi trauma. Menurut Ibu Dewi (konselor) bentuk perawatan yang baik itu hal pertama yang perlu dilakukan bagi klien yang mengalami trauma adalah menerima dan menghargai dirinya sendiri sebagaimana manusia normal lainnya selanjutnya menyesuaikan diri dengan keadaan dan jangan memaksakan diri untuk melakukan suatu hal atau membebani dengan bebagai pikiran yang sulit, yang terakhir yang bisa dilakukan menurut saya adalah mengajak klien untuk melakukan katarsis. Mungkin bisa dilakukan dengan mengajak klien menulis puisi tentang bagaimana perasaanku, atau menuliskan perasaan-perasaan dalam sebuah buku, atau mungkin dengan sholat karena sholat itu membuat seseorang menjadi lebih tenang, bagi orang islam sholat adalah katasis yang paling bagus menurut saya karena kita lebih leluasa menceritakan segala keluhan masalah yang ada dalam hidup kepada sang pencipta. Klien datang ke konselor karena gangguan psikologis itu dikarenakan belum mampu menahan dan mengendalikan emosi maka dari itu dibutuhkan konselor untuk membantunya. (wawancara tanggal 3 April 2014) 44

3. Tingkat keberhasilan dalam mengatasi trauma. Menururt ibu santi (konselor) mengatakan banyak klien yang berhasil ditangani oleh lembaga psikologi yoga atma consulting ini tidak hanya dari segi gangguan psikologi stress pasca trauma ini gangguan lainnya juga banyak yang berhasil kami tangani. Contoh bentuk tingkat keberhasilan terapi katarsis ini bagi klien yang mengalami trauma ialah klien tersebut mampu menjalani hidupnya seperti layaknya manusia lainnya salah satu nya klien yang pernah mengalami KDRT yang takut akan menghadapi atau menjalanin kehidupan perkawinan karena kekerasan atau penganiayaan yang pernah dirasakan dahulu setelah proses terapi katasis ini klien tersebut mampu membuka hati bahkan sudah menikah lagi. Selain itu klien kami yang lain yang merasa trauma karena pelecehan seksual yang takut bertemu semua orang karena merasa malu dengan kejadian yang membuatnya ketekutan yang luar biasa sekarang mampu bersosialisasi dengan masayarakat dan tidak mengurung atau menyendiri lagi. (wawancara tanggal 3 April 2014) Dari observasi yang peneliti lakukan bahwasanya manfaat terapi katarsis dalam mengatasi traumatis pada klien sangat baik karena tingkat keberhasilannya sangat memuaskan dilihat dari kondisi klien yang menjalani kehidupan sosial dengan makhluk sosial lainnya karena kliennya mampu menyesuaikan diri dan hidup dengan semestinya. Selain itu manfaat terapi katarsis bagi klien-klien yang ada di yoga atma counsulting pekanbaru menurut Ibu Ani 34 tahun (klien I) ia 45

mengatakan penyebab traumanya dikarenakan ditinggal oleh keluarga besar karena kebakaran dan merasa trauma dan tidak bisa menghidupkan api didalam rumahnya. Setelah pelaksanaan terapi katarsis ia merasa lebih tenang, nyaman dan lebih baik dari sebelumnya. Perubahan yang dirasakan dalam diri Ibu Ani adalah beliau lebih bisa berpikir dengan jernih tentang masa depan yang lebih baik. Saya melaksanakan terapi katarsis ini 2 kali pertemuan, dan Alhamdulillah rasa trauma hilang sedikit demi sedikit. (wawancara tanggal 4 April 2014) Menurut Ibu Mira 27 tahun (klien II) ia mengatakan penyebab trauma pada dirinya karena ditinggal oleh suami pada usia muda dan tidak pernah kembali lagi sehingga membuat klien takut akan berkomnikasi dan mengenal laki-laki. Setelah dilakukan terapi ia merasakan enak pikiran merasa lebih baik tidak merasakan ketakutan lagi dan perubahan yang dirasakan sangat banyak saya lebih bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan laki-laki dan membuka hati saya lagi. Dalam proses pelaksanaan terapi katarsis saya melaksanakan terapi 3 kali pertemuan dan rasa trauma saya juga hilang dengan seiring berjalannya terapi katarsis. (wawancara tanggal 4 April 2014) Menurut Ibu Dila 31 tahun (klien III) ia mengatakan bahwa penyebab ia menjadi trauma ialah karna korban kekerasan dalam rumah tangga yang pernah dirasakan sewaktu pernikahan sebelumnya, sehingga menjadikan dirinya merasakan takut yang luar biasa. Setelah di terapi katarsis ia merasakan lega karena bisa melepaskan emosi yg menjadi 46

beban yang selalu menjadi pikiran, dan perubahan yang di rasakan lebih bisa berpikir positif dalam menjalani hidup kedepannya untuk menjaga kehidupan anak-anak nantinya. Pelaksanaan terapi katarsis dilaksanakan 2 kali pertemuan dan Alhamdulillah setelah diberi terapi trauma saya terhadap kehidupan pernikahan sudah tidak menghantui saya lagi. (wawancara tanggal 5 April 2014) Menurut saudara Adi umur 26 tahun (Klien IV) ia mengatakan penyebab trauma yang dirasakan karena kecelakan yang hampir merenggut nyawanya yang membuatnya tidak pernah berani menaiki dan membawa kendaraan bermotor. Setelah diterapi ia merasa berani dan lebih baik lagi karena kecelakan yang pernah ia alami dulunya dan perubahan yang ia rasakan adalah setelah beberapa tahun ia merasakan takut untuk mengendarai motor yang hamper merenggut nyawanya dan sekarang dia berhasil menghialngkan traumanya, dalam proses penyembuhan itu ia melakukan 3 kali pertemuan dan merasa sangat puas karena rasa trauma untuk mengendarai motor bisa hilang dan pelayanan di yoga atma juga baik dan ramah-ramah konselor disana. (wawancara tanggal 4 April 2014) Menurut saudara Tari (bukan nama asli) umur 23 tahun (klien V) ia mengatakan penyebab ia trauma karena hampir diperkosa dan itu membuatnya merasakan rasa ketakutan yang luar biasa. Setelah diperi terapi ia lebih merasa enak dalam menjalani kehidupan perubahan yang di rasakan ialah saya lebih bisa berpikir positif karena sebelum ini saya sangat takut untuk bertemu atau bahkan kenal dengan laki-laki mana pun 47

karena sebelumnya saya pernah hampir menjadi korban pelecehan seksual akan tetapi setelah berkonsultasi dan melakukan terapi saya menjadi berubah dan bisa menerima untuk mengenal laki-laki dan alhamdulillah saya sudah menemukan pendamping yang bisa menerima saya apa adanya. Saya melakukan terapi ini 4 kali pertemuan dan hasilnya sangat membuat saya bisa menjalani hidup sebagai manusia normal. (wawancara tanggal 6 April 2014) Menurut Ibu Linda umur 30 tahun (klien VI) penyebab trauma yang dirasakan karena melihat pengalaman keluarga yang broken home yang membuat ia takut untuk menikah. Setelah ia melakukan terapi katarsis ini dia menjadi lebih mampu menerima kenyataan dalam menjalani kehidupan dan perubahan yang dirasakan adalah dulunya beliau takut untuk menikah karena melihat kehidupan pernikahan orang tuanya berakhir dengan perceraian karena adanya orang ketiga tetapi setelah menjalani beberapa kali terapi pemikiran saya menjadi lebih jernih karena tidak semua pernikahan yang akan berakhir dengan perceraian. Saya melakukan terapi katarsis ini 3 kali pertemuan atas usulan dari teman saya jugalah saya mengetahui lembaga ini, dan hasilnya memang cukup memuaskan bagi saya. (wawancara tanggal 6 April 2014) 48