Pengetahuan Sikap Perilaku Perempuan yang Sudah Menikah Mengenai Pap Smear dan Faktor-Faktor yang Berhubungan Di Rumah Susun Klender Jakarta 2006

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Studi kualitatif..., An Nur Fatimah, FKM UI, 2009

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Galuh Tunjung Pertiwi

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR KEASLIAN PENELITIAN... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv. KATA PENGANTAR...

Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Padang Bulan Tahun 2015.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker sistim reproduksi meliputi kanker serviks, payudara, indung telur,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KARAKTERISTIK, HAMBATAN WANITA USIA SUBUR MELAKUKAN PAP SMEAR DI PUSKESMAS KEDAI DURIAN

menikah dengan tindakan pemeriksaan Pap smear. Ginekologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

Penyerapan Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan. The Knowledge Acceptance Of Cervical Cancer Before And After Counseling

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BIDAN MENGENAI TEKNIK INSPEKSI VISUAL ASETAT (IVA) DALAM SKRINING KANKER SERVIKS DI PUSKESMAS KOTA PADANG

KARYA TULIS ILMIAH PERBANDINGAN TINGKAT KELENGKAPAN PENGISIAN FORMULIR DAN ADEKUASI HASIL APUSAN PAP SMEAR

F. ANFASHA E. PRIMASTARI F. RUNTULALO G.A. IRDAM G. PRIYONUGROHO W. HASTININGSIH J.M.S. ADJIE* C. WAWOLUMAYA**

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA UMUR TAHUN YANG BERADA DI KELURAHAN SEI RENGAS I MEDAN MENGENAI SADARI KELVIN YUWANDA

TINGKAT PENGETAHUAN IBU-IBU TENTANG PAP SMEAR SEBAGAI SALAH SATU LANGKAH DETEKSI AWAL KANKER SERVIKS DI KELURAHAN PADANG BULAN.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU-IBU TERHADAP PENCEGAHAN KANKER SERVIKS DI KELURAHAN TEGAL GUNDIL BOGOR

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh: APRILIA PRAFITA SARI ROITONA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Universitas Sumatera Utara

Kata Kunci: Pengetahuan, Sumber Informasi, Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN KEIKUTSERTAAN IBU MELAKUKAN IVA TEST DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

GAMBARAN PENGETAHUAN PENGUNJUNG PUSKESMAS CIMAHI SELATAN MENGENAI KANKER LEHER RAHIM

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada

ABSTRAK GAMBARAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT PIRNGADI MEDAN PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Kebidanan 07 (01) Jurnal Kebidanan http : //www. journal.stikeseub.ac.id

ABSTRAK. Gambaran Riwayat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Pasien Kanker Payudara Sebagai Langkah Deteksi Dini

BAB 1 PENDAHULUAN. dini. 6,8 Deteksi dini kanker serviks meliputi program skrining yang terorganisasi

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU-IBU TERHADAP PENCEGAHAN KANKER SERVIKS DI KELURAHAN TEGAL GUNDIL KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

BAB I PENDAHULUAN. rahim yang terletak antara rahim uterus dengan liang senggama vagina.

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN PARTISIPASI WANITA DALAM PROGRAM DETEKSI DINI KANKER SERVIKS

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker

Gambaran Karakteristik Penderita Rawat Inap Karsinoma Serviks di RSUD Karawang Periode 1 Januari Desember 2011

Tingkat Pengetahuan Kanker Serviks dan Pengetahuan Cara Pencegahan Kanker Serviks di Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

ANALISIS PELAKSANAAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM PADA IBU- IBU WARGA SEJALUR DESA KEDUNGDOWO-GARUNG LOR KALIWUNGU KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor

Oleh: Dwi Sri Handayani (G2B004209) PSIK FK UNDIP 2008

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii

PROFIL PENDERITA KANKER GINEKOLOGI DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI 2015 SAMPAI JULI Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNSRAT 2

PENGARUH PENYULUHAN KANKER PAYUDARA TERHADAP SIKAP PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI SISWI KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER PAYUDARA TERHADAP MOTIVASI MELAKUKAN SADARI PADA WANITA USIA SUBUR

BAB I PENDAHULUAN kematian per tahun pada tahun Di seluruh dunia rasio mortalitas

SAINTEKS, Volume XII No 2, Oktober 2015 (60 71)

BAB I PENDAHULUAN. dan mendekati pola di Negara maju (Dalimartha, 2004). maupun orang-orang yang sama sekali tidak berpendidikan.

JKK Vol. 11 No. 1, Juni 2015 (SAY)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER SERVIKS TERHADAP MINAT PEMERIKSAAN IVA PADA KELOMPOK IBU PENGAJIAN

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI KANKER SERVIKS DI KALANGAN SISWI SMA SWASTA X, BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian.

PENGARUH PENYULUHAN KANKER SERVIKS TERHADAP MINAT PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI DUSUN SUKOHARJO SEDAYU BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang SADARI di Nagari Painan

ANISA NURUL HANIFAH J

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN POTORONO BANGUNTAPAN I KABUPATEN BANTUL

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PUS TERHADAP PROGRAM SADARI PADA PENYAKIT KANKER PAYUDARA DI KELURAHAN JATIHANDAP KOTA BANDUNG

Intisari. Kata kunci : Tingkat pengetahuan, kanker serviks, inspeksi visual asetat.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KANKER SERVIKS DENGAN MINAT IBU DALAM MELAKUKAN PAP SMEAR DI MANGKUDRANAN MARGOREJO TEMPEL SLEMAN YOGYAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA TERHADAP MOTIVASI IBU DI KELURAHAN MOJOSONGO RW XIV SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DI KECAMATAN NGAMPEL KABUPATEN KENDAL JAWA TENGAH

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU WANITA PEKERJA TERHADAP PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI PT. X KABUPATEN CIREBON TAHUN 2011

PENGARUH PENYULUHAN DAN PEMBERIAN LEAFLET KANKER SERVIKS TERHADAP MINAT PEMERIKSAAN PAP SMEAR IBU-IBU DI DUSUN JOGONALAN TIRTONIRMOLO KASIHAN BANTUL 1

Heni Hendarsah Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KANKER SERVIKS DENGAN MINAT IBU USIA

BAB I PENDAHULUAN. Human Papilloma Virus (HPV). HPV ini ditularkan melalui hubungan

FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS MELALUI METODE PAP SMEAR PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS)

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap terhadap Pelaksanaan SADARI pada Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Jati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah

Pengetahuan dan Sikap Wanita Mengenai Kanker Serviks dan Pap Smear Di RSU. Hermana Lembean Bulan November- Desember Tahun 2013

DAFTAR PUSTAKA. Andrijono. (Mei 2007). Vaksinasi HPV Merupakan Pencegahan Primer Kanker Serviks. Majalah Kedokteran Indonesia Volume 57. Nomor. 5.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kanker serviks dan

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : KIKI RIZKI ANANDA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG SADARI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP DALAM MELAKUKAN SADARI PADA IBU

NAGARASARI KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA)

PERBEDAAN PENYULUHAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI TERHADAP KETERAMPILAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA SISWI KELAS XI SMA N 1 SEWON

Hubungan Antar Dukungan Suami Dengan Sikap Istri Pada Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Menggunakan Tes IVA Di Puskesmas Jaten II

GAMBARAN MOTIVASI WUS DALAM MENGIKUTI PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI DESA KARANGTEJO KECAMATAN JUMO KABUPATEN TEMANGGUNG ARTIKEL

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di dunia pada wanita setelah kanker payudara.

Kata kunci : Perilaku, Kanker Leher Rahim, Ibu Rumah Tangga Kepustakaan : 28 buah ( )

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANGTUA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG PELECEHAN SEKSUAL PADA ANAK REMAJA DI SURAKARTA SKRIPSI

EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DI WILAYAH UPT PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG KANKER SERVIKS DI DESA PINGIT PRINGSURAT TEMANGGUNG. ARTIKEL. Oleh : RATNA PUSPITA SARI NIM.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

Charisma AN, Sibuea S, Angraini DI, Larasati TA Faculty of Medicine Lampung University. Key words: Knowledge, behavior, breast self-examination (BSE).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG SADARI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KADER KESEHATAN DI DESA GUNUNG SARI DAN DESA SINDANG SARI KECAMATAN CIANJUR.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014

Roswati Dani Ningrum dan Dyah Fajarsari Akademi Kebidanan YLPP Purwokerto ABSTRAK

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Sri Waluyaningsih

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU DETEKSI DINI PADA PENDERITA KANKER SERVIKS DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG TAHUN 2015

ABSTRAK GAMBARAN PAP SMEAR ABNORMAL DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2015

Transkripsi:

Tinjauan Pustaka Pengetahuan Sikap Perilaku Perempuan yang Sudah Menikah Mengenai Pap Smear dan Faktor-Faktor yang Berhubungan Di Rumah Susun Klender Jakarta 2006 Nikko Darnindro,* Madeleine R Jasin,* Martina,* Lydia Heryanto,* Doli Ardiansyah,* Made Tambunan,* Paulus Heriyanto,* Corrie Wawolumaya,** IPG Kayika*** *Mahasiswa tingkat V Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia **Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ***Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Abstrak: Di Indonesia, sampai saat ini kanker serviks masih menduduki peringkat pertama keganasan pada perempuan. Sekitar 65% pasien berada dalam stadium lanjut. Metode penelitian bersifat studi cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan mendampingi responden dalam mengisi kuesioner. Dari 107 responden, kelompok terbesar responden berusia 45-55 tahun (40,2%), usia saat menikah 21-30 tahun (71%), lama menikah lebih dari 10 tahun (68,2%), pekerjaan ibu rumah tangga (60,7%), jumlah persalinan 1-3 kali (61,7%), berpendidikan sedang (56,1%), memiliki pendapatan perkapita perbulan rendah (65,4%), sumber informasi terbanyak dari teman (48,6%). Kelompok terbesar responden berpengetahuan kurang (46,7%), bersikap cukup (63,6%), berperilaku kurang (92,5%), serta hanya 33,7% yang pernah melakukan Pap smear. Terdapat hubungan bermakna antara lama pernikahan (p=0,007) dan pekerjaan (p=0,01) terhadap pengetahuan responden. Terdapat hubungan bermakna antara usia responden (p=0,007) terhadap perilaku responden, dan antara pengetahuan dengan sikap responden (p=0,012) tentang Pap smear. Tidak terdapat hubungan bermakna antara sikap responden dengan perilaku responden (p=0,694) tentang Pap smear. Pengetahuan Sikap Perilaku (PSP) perempuan yang sudah menikah di Rusun Klender tentang Pap smear masih kurang. Kata kunci: PSP, kanker serviks, Pap smear, sosioekonomi rendah

Knowledge Attitude Practice of Married Women Resided in Flat Located at Klender About Papsmear Examination and Associated Factors Jakarta 2006 Nikko Darnindro,* Madeleine R Jasin,* Martina,* Lydia Heryanto,* Doli Ardiansyah,* Made Tambunan,* Paulus Heriyanto,* Corrie Wawolumaya,** IPG Kayika*** *5 th grade medical student Faculty of Medicine University of Indonesia **Department of Public Health Faculty of Medicine University of Indonesia ***Department of Obstetric and Gynecology Faculty of Medicine University of Indonesia Abstract: In Indonesia, nowadays cervical cancer still occupies the first place among types of malignancies in women. About 65% of cervical cancer patients are in the terminal stage due to late diagnosis. The design of this research was cross sectional study. The sampling method was random cluster sampling. Data was obtained by guided questionnaire. From 107 respondents, most of them were 45-55 years old (40,2%), first marriage at age 21-30 (71%), with duration of marriage more than 10 years (68,2%). Majority of the group had occupation as housewives (60,7%), had been labored for 1-3 times (61,7%), with moderate education level (56,1%) and low income (65,4%). The most accessed information source was from friend (48,6%). Most respondents had bad knowledge (46,7%), moderate attitude (63,6%), and bad practice (92,5%). Only 33,7% of respondents had undergone Pap smear. There is significant association among duration of marriage (p=0,007), occupation (p=0,01) and knowledge concerning Pap smear. There is significant association between respondents age and practice concerning Pap smear (p=0,007). There is significant association between respondents knowledge and attitude (p=0,012) concerning Pap smear. There is no significant association between respondents attitude and practice concerning Pap smear (p=0,694). Knowledge Attitude Practice (KAP) married women resided in flat located at Klender concerning Pap smear was still bad. Keyword: KAP, cervical cancer, Pap smear, low socioeconomic condition Pendahuluan Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2002 penyakit kanker merupakan penyebab kematian nomor tiga bagi penduduk Indonesia setelah penyakit jantung dan stroke. 1 Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan proporsi penyebab kematian akibat kanker semakin meningkat, dari 1,3% pada tahun 1976 menjadi 3,4% pada tahun 1980, 4,3% pada tahun 1986 dan 4,8% pada tahun 1992, kemudian menjadi 6% pada tahun 2001. 2,3 Di Indonesia, kanker serviks masih menduduki tempat pertama dalam urutan keganasan pada perempuan dan sekitar 65% penderita berada dalam stadium lanjut. Data Yayasan Kanker Indonesia tahun 1999, kanker serviks merupakan tumor primer tersering pada perempuan. 4 Di bagian Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSUPN CM) selama tahun 1986-1990, ditemukan penderita kanker ginekologi sebanyak 2.360 kasus, dan kanker serviks merupakan yang terbanyak yaitu 77,2% atau 1821 kasus. 2 Pap smear merupakan uji penapis yang paling banyak dilakukan. Di Amerika Serikat telah dilakukan 50 juta uji Pap smear setiap tahun dan hal itu berhasil menurunkan insidens kanker serviks hingga 70 %. Data Laboratorium Patologi Anatomi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, tahun 2003 telah dilakukan 2580 uji Pap smear dan 2537 pada tahun 2004. Masih tingginya insiden kanker serviks di Indonesia ternyata disebabkan oleh kesadaran perempuan yang sudah menikah di Indonesia untuk memeriksakan diri dengan tes Pap smear sebagai upaya deteksi dini kanker serviks masih rendah. 2 Metode Suatu studi cross sectional yang dilakukan pada rumah susun Klender Jakarta Timur, dan sampel dipilih secara cluster sampling. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2006. Kriteria sampel adalah yang sudah atau pernah menikah berusia 15-65 tahun serta belum pernah menjalani histe-

rektomi. Besar sampel adalah 107 orang responden. Variabel terikat adalah pengetahuan, sikap, dan perilaku yang sudah atau pernah menikah dengan variabel bebas adalah usia, usia pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan. Mengenai indikator skor untuk menentukan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku menggunakan penilaian berdasarkan jawaban responden berupa data kategorikal. Disebut baik apabila skor responden mencapai lebih dari 80 % total skor, cukup bila skor diantara 60 80 % dan kurang bila skor dibawah 60%. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner berisi pertanyaan yang diperlukan untuk mengetahui pengetahuan, sikap, perilaku perempuan yang sudah menikah terhadap Pap smear, yang bertempat tinggal di Rumah Susun Klender. Untuk menguji validitas kuesioner tersebut maka dilakukan uji pre-sampling pada 30 orang yang sudah menikah dan bertempat tinggal di Rumah Susun Klender. Pengolahan data dilakukan setelah kuesioner diisi dan dikumpulkan melalui proses penyuntingan, verifikasi, dan koding jawaban pertanyaan. Selanjutnya diubah ke dalam bentuk angka dimasukkan ke dalam komputer untuk diolah dengan program SPSS versi 12 untuk Windows. Hasil Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan sebaran data pengetahuan responden mengenai Pap smear. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang kurang memadai mengenai Pap smear (46,7%). Sementara, 40,2% responden memiliki pengetahuan yang cukup dan hanya 13,1% responden yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai Pap smear. Tabel 1. Sebaran Responden Menurut Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku terhadap Pap Smear Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%) Pengetahuan Kurang 50 46,7 Cukup 43 40,2 Baik 14 13,1 Sikap Kurang 32 29,9 Cukup 68 63,6 Baik 7 6,5 Perilaku Kurang 99 92,5 Cukup 8 7,5 Baik 0 0 Tabel 2. Sebaran Responden yang Pernah Menjalani Tes Pap Smear Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%) Pap smear Pernah Pap smear 35 33,7 Tidak pernah Pap 72 67,3 smear Tabel 3. Hubungan Antara Usia, Usia Saat Menikah, Tingkat Pendidikan, Tingkat Pendapatan, dan Pekerjaan dengan Pengetahuan Mengenai Pap Smear Variabel Kategori Pengetahuan tentang Uji p Keterangan Pap smear kemak- Baik Cukup Kurang Usia (tahun) 55-65** 2 7 5 Kolmogorov- 0,957 Tidak bermakna 45-54** 6 18 19 Smirnov 35-44* 3 10 11 25-34* 3 8 12 15-24* 0 0 3 Usia saat menikah <21* 3 7 11 Kolmogorov- 1,000 Tidak bermakna (tahun) 21-30* 10 31 35 Smirnov >30 1 5 4 Tingkat Pendidikan Tinggi 3 7 15 Kolmogorov- 0,614 Tidak bermakna Sedang* 7 27 26 Smirnov Rendah* 4 9 9 Kolmogorov- 1,000 Tidak bermakna Smirnov Pendapatan Perkapita Sedang 5 16 16 per bulan Rendah 9 27 34 Pekerjaan Ibu Rumah 10 29 26 Tangga Karyawan swasta* 0 5 5 Pegawai negeri sipil* 4 4 3 Chi-Square 0,01 Bermakna Wiraswasta* 0 3 12 Pensiunan * 0 1 0 Pelajar/mahasiswa* 0 1 0 Tenaga kesehatan* 0 0 2 Lain lain* 0 0 2 *Digabungkan dalam perhitungan, **digabungkan dalam perhitungan

Tabel 2 memperlihatkan bahwa hanya 33,7% responden yang pernah menjalani uji Pap smear, yaitu responden yang menjawab pernah satu kali sebanyak 10,3% diikuti responden yang menjawab rutin setiap tahun sebanyak 10,2%, yang melakukan uji Pap smear lebih dari 5 tahun yang lalu sebesar 7,5% dan yang melakukan uji Pap smear antara 1-5 tahun yang lalu sebesar 4,7%. Usia responden pada saat pertama kali melakukan Pap smear sebagian besar pada usia 25-40 tahun sebanyak 24,3%. Responden yang pernah mengikuti acara yang berkaitan dengan Pap smear sebesar 24,2%. Tabel 3 Menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pekerjaan responden dengan pengetahuan mengenai Pap smear, namun tidak terdapat hubungan bermakna antara usia, usia saat menikah, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan responden dengan pengetahuan mengenai Pap smear. Pada uji statistik, ditemukan hubungan bermakna antara pekerjaan dengan pengetahuan mengenai Pap smear. Ditemukan bahwa proporsi responden yang memiliki pengetahuan baik paling besar adalah pegawai negeri (36,4%) dibandingkan dengan ibu rumah tangga (15,4%). Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara usia responden dengan perilaku terhadap Pap smear. Akan tetapi tidak terdapat hubungan bermakna antara usia saat menikah, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pekerjaan responden dengan perilaku terhadap Pap smear. Tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan responden mengenai Pap smear dengan sikapnya terhadap Pap smear. Tabel 6 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara sikap responden mengenai Pap smear dengan perilakunya mengenai Pap smear Tabel 4. Hubungan Antara Usia, Usia Saat Menikah, Tingkat Pendidikan, Tingkat Pendapatan, dan Pekerjaan dengan Pendidirilaku Terhadap Pap Smear Variabel Kategori Perilaku tentang Uji kemaknaan p Keterangan Pap smear Cukup Kurang Usia (tahun) 55-65** 2 12 Fisher test 0,007 Bermakna 45-54** 0 37 35-44* 0 24 25-34* 0 23 15-24* 0 3 Usia saat menikah >30 1 9 Fisher test 0,557 Tidak bermakna (tahun) 21-30* 6 70 <21* 1 20 Tingkat Pendidikan Tinggi 1 24 Fisher test 0,678 Tidak bermakna Sedang* 6 54 Rendah* 1 21 Tingkat Pendapatan Sedang 5 32 Fisher test 0,122 Tidak bermakna Per kapita per bulan Rendah 3 67 Pekerjaan Ibu rumah tangga 4 61 Fisher test 0,709 Tidak bermakna Karyawan swasta* 0 10 Pegawai negeri sipil* 2 9 Wiraswasta* 1 14 Pensiunan* 0 1 Tenaga kesehatan* 1 0 Guru* 0 2 Lain-lain* 0 2 Tabel 5. Hubungan Antara Pengetahuan Mengenai Pap smear dengan Sikap Mengenai Pap Smear Interpretasi sikap Uji kemaknaan p Keterangan Kurang Cukup* Baik* Interpretasi pengetahuan Kurang 20 26 4 Chi-square 0,012 Bermakna Cukup 6 35 2 Baik 6 7 1 Total 32 68 7

Tabel 6. Hubungan Antara Sikap Mengenai Pap Smear dengan Perilaku Mengenai Pap Smear Interpretasi perilaku Uji Kemaknaan p Keterangan Kurang Cukup Interpretasi sikap Kurang* 29 3 Fisher test 0,694 Tidak bermakna Cukup* 64 4 Baik 6 1 Total 99 8 Diskusi Hasil yang didapat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata pengetahuan responden tentang pemeriksaan papsmear masih kurang (Tabel 1) dan hal itu sejalan dengan penelitian yang dilakukan di poliklinik Kebidanan RSUPN-CM pada tahun 2005 yang mendapatkan hanya 2,9% responden yang memiliki pengetahuan baik, sedangkan responden yang memiliki pengetahuan sedang 21,6% dan pengetahuan buruk 75,5%. 5 Dari kedua penelitian ini baik yang dilakukan di pusat pelayanan kesehatan maupun yang dilakukan di komunitas tidak didapatkan perbedaan signifikan mengenai tingkat pengetahuan mengenai pap smear. Sementara pada penelitian yang dilakukan di Amerika pada warga negara Amerika keturunan Korea bulan April 1998, didapatkan hasil yang berbeda yaitu sebesar 81,1% responden memiliki pengetahuan baik mengenai Pap smear. 6 Hal itu dapat disebabkan oleh tingginya arus informasi yang diterima masyarakat, ataupun tingkat pendidikan masyarakat. Pada penelitian yang dilakukan di Jerman didapatkan hasil bahwa sebesar 64,7% responden tidak memiliki pengetahuan mengenai Pap smear (buruk). 7 Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya pemeriksaan pap smear di Indonesia banyak disebabkan oleh kurangnya informasi, tingkat kewaspadaan masyarakat serta pengetahuan yang rendah terhadap kanker serviks, hal itu ditandai dengan rekapitulasi jawaban pengetahuan responden mengenai kanker serviks. Secara keseluruhan lebih dari sepertiga responden tidak mengetahui definisi, gejala, dan faktor resiko yang dapat menyebabkan kanker serviks. Fenomena serupa juga terdapat pada penelitian yang dilakukan di Nigeria dimana pengetahuan mengenai faktor resiko dan gejala kanker serviks masih sangat rendah. Hal itu perlu difokuskan dalam memberikan penyuluhan mengenai kanker serviks sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. 5 Kajian sikap responden terhadap Pap smear (Tabel 1), ternyata sekitar 63,6% responden memiliki sikap cukup dan bila hal ini dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan di poliklinik Kebidanan RSUPN-CM pada tahun 2005 didapatkan sebagian besar responden memiliki sikap yang baik (87,3%). Dari segi perilaku terhadap Pap smear (Tabel 1), tidak ada responden yang memiliki perilaku yang baik mengenai Pap smear. Penelitian yang dilakukan di poliklinik Kebidanan RSUPN-CM pada tahun 2005 juga mendapatkan kenyataan masih tingginya responden yang memiliki perilaku buruk (75,5%). 5 Kondisi itu sangat memprihatinkan mengingat penelitian dilakukan di Jakarta yang cukup maju dalam hal teknologi informasi dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. 5 Hubungan antara informasi tentang pap smear yang diterima dengan perilaku juga pernah diteliti di Amerika Serikat pada April 2003. Didapatkan bahwa informasi tentang Pap smear dapat mempengaruhi perilaku responden terhadap Pap smear yaitu hampir empat kali lebih sering untuk memeriksakan diri untuk Pap smear dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan informasi. 8 Dari rekapitulasi perilaku responden terhadap Pap smear didapatkan 67,3% responden tidak pernah tes Pap smear (Tabel 2). Hal itu sesuai dengan perilaku buruk responden terhadap Pap smear (Tabel1). Kenyataan yang sama juga terjadi di Botswana. Sebanyak 40% reponden belum melakukan Pap smear. Sebagian besar mengaku karena tidak mengetahui Pap smear dengan baik. Di Nigeria dilaporkan bahwa 76,9% responden mengaku tidak melakukan tes Pap smear karena belum disuruh oleh dokter. Sedangkan di RSUPN-CM, alasan tidak melakukan tes Pap smear yang paling banyak muncul adalah tidak mengetahui tes Pap smear dengan baik (47,1%). 5 Dari penelitian penelitian di negara lain, rendahnya perilaku responden terhadap pap smear ternyata tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi terjadi juga di negara berkembang lain. Ditemukan berbagai alasan untuk tidak melakukan pemeriksaan pap smear, antara lain karena pengetahuan kurang, dan informasi dokter juga kurang. Penyebab lain rendahnya tingkat perilaku, adalah ketidaktahuan tempat pemeriksaan pap smear, dan ketakutan sebagian masyarakat akan terdiagnosis kanker bila melakukan pemeriksaan ini. Penelitian di Jerman, bulan Februari 2005, didapatkan bahwa kelompok terbesar responden yang menjalankan tes Pap smear berada pada rentang usia 20-29 tahun (42,7%) dan hampir seluruh perempuan di Jerman pernah tes Pap smear (94,2%). 7 Pada penelitian yang dilakukan di Indonesia pada tahun 2005, didapatkan bahwa angka pemeriksaan Pap smear di Indonesia hanya sebesar 5-8%. 9 Banyak hal yang mungkin mempengaruhi perbedaan tingkat partisipasi wanita di Jerman dan Jakarta. Hal itu mungkin disebabkan oleh masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, rendahnya arus informasi dan rendahnya tingkat pendapatan masyarakat.

Uji statistik, menunjukan hubungan tidak bermakna antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan mengenai Pap smear (Tabel 3). Tingkat pengetahuan baik paling besar didapatkan pada kelompok responden dengan tingkat pendidikan rendah. Sementara, tingkat pengetahuan kurang paling besar didapatkan pada kelompok responden dengan tingkat pendidikan tinggi. Dari hasil penelitian ini ternyata tingkat pendidikan tidak mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang pap smear. Seharusnya dengan meningkatnya tingkat pendidikan seseorang membuat orang tersebut semakin peduli terhadap kesehatan. Kenyataan ini berbanding terbalik dengan penelitian di Brazil, yang mendapatkan bahwa dengan meningkatnya pendidikan seseorang akan meningkat pula pengetahuannya mengenai Pap smear. 5 Tidak ada hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan sikap tentang Pap smear. Penelitian di Amerika yang dilakukan pada warga negara Amerika keturunan Korea, didapatkan hasil bahwa responden dengan pendidikan lebih tinggi memiliki sikap yang lebih baik mengenai Pap smear (62,9%). 6 Dari penelitian ini didapatkan bahwa untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku dilakukan dengan cara meningkatkan taraf pendidikan masyarakat. Ada hubungan bermakna antara usia responden dengan perilaku terhadap Pap smear (Tabel 4). Ditemukan proporsi responden yang memiliki perilaku cukup baik paling besar pada usia responden 55-65 tahun sedangkan pada usia di bawah usia tersebut tidak ada yang memiliki perilaku cukup baik. Penelitian di Brazil, didapatkan hasil bahwa usia lanjut dapat menjadi penghalang seseorang untuk menjalani pemeriksaan Pap smear. 5 Risiko tinggi bagi seseorang untuk terkena kanker serviks adalah usia dekade 40 45 tahun. Ketika seorang wanita telah memasuki masa premenopause seharusnya wanita tersebut telah mulai melakukan pemeriksaan pap smear sebagai upaya deteksi dini keganasan serviks. Mengenai responden yang memiliki perilaku baik terhadap pap smear pada penelitian ini, usianya terlalu lanjut, seharusnya kebiasaan pemeriksaan pap smear telah dilakukan pada usia sebelum 40 tahun. Hubungan tidak bermakna ditemukan antara tingkat pendapatan dengan perilaku mengenai Pap smear (Tabel 4). Penelitian di Amerika, pada April 2003, didapatkan hasil bahwa responden dengan tingkat pendapatan lebih tinggi memiliki kemauan 1,56 kali lebih besar untuk menjalankan pemeriksaan Pap smear dibandingkan responden dengan tingkat pendapatan lebih rendah. 8 Hal itu sesuai dengan penelitian bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan responden maka perilaku akan semakin baik dalam melakukan pemeriksaan pap smear. Pada penelitian kami responden terbanyak adalah responden dengan tingkat pendapatan perkapita rendah. Rendahnya tingkat pendapatan perkapita masyarakat menjadikan kebutuhan akan pemeriksaaan kesehatan berkala belum menjadi kebutuhan primer. Uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan perilaku mengenai Pap smear (Tabel 4). Penelitian di Amerika pada April 2003 didapatkan, responden dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki perilaku 2,5 kali lebih sering menjalankan pemeriksaan Pap smear dibandingkan dengan tingkat pendidikan rendah. 8 Dalam data ini didapatkan hasil yang berbeda yaitu bahwa responden dengan perilaku yang baik paling banyak pada responden dengan tingkat pendidikan sedang. Hal itu kembali menegaskan bahwa di Indonesia ternyata tingkat pendidikan tidak menentukan tingkat pengetahuan maupun perilaku terhadap pentingnya pemeriksaan kesehatan berkala dalam hal ini pemeriksaan pap smear. Dari uji statistik, ditemukan hubungan bermakna antara pengetahuan yang baik dengan sikap yang baik (Tabel 5). Proporsi responden yang memiliki sikap cukup - baik paling besar pada responden yang memiliki pengetahuan cukup (81,4% dan 4,7%). Hal itu menunjukkan bahwa pengetahuan yang cukup akan menghasilkan sikap yang cukup - baik. Hubungan tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan semakin baik pengetahuan seseorang mengenai Pap smear maka semakin baik pula sikapnya. 5 Tidak ditemukan hubungan bermakna kental sikap mengenai Pap smear dengan perilaku mengenai Pap smear (Tabel 6). Responden dengan sikap yang baik mengenai Pap smear ternyata memiliki perilaku yang lebih baik (14,3%) dibandingkan dengan responden dengan sikap yang cukup (5,9%) maupun kurang (9,4%). Hal itu sesuai dengan asumsi awal meskipun tidak didapatkan hubungan yang bermakna, yang mungkin disebabkan oleh bias dalam data sebaran sikap responden terhadap Pap smear. Agaknya, pertanyaan sikap responden terhadap Pap smear terlalu mengarahkan untuk menjawab setuju tanpa harus berpikir terlebih dahulu. 5 Kesimpulan dan Saran Dari penelitian ini didapatkan bahwa distribusi responden terbesar berada pada kelompok umur 45 54 tahun, berpendidikan sedang, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, dengan pendapatan perkapita rendah. Informasi terbanyak didapatkan melalui teman. Sebagian besar responden tidak mempunyai pengetahuan yang baik mengenai pap smear bahkan tidak ada responden dengan perilaku baik. Didapatkan hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan pengetahuan, usia responden dengan perilaku dan pengetahuan responden dengan sikap responden terhadap pemeriksaan pap smear. Mengingat masih rendahnya perilaku masyarakat mengenai pap smear perlu dilakukan beberapa langkah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat mengenai pentingnya pemeriksaan pap smear. Antara lain melalui peningkatan arus informasi baik melalui puskesmas, dokter praktek pribadi, media elektronik maupun melalui penyuluhan-penyuluhan. Dibentuknya kader serta perlunya

diadakan pelatihan ketrampilan bagi tenaga kesehatan untuk dapat melakukan pemeriksaan Pap smear dengan baik. Daftar Pustaka 1. Anonymous. Kanker pembunuh nomor tiga di Indonesia. Last update: Maret 2006. Diunduh dari: http://www.kesrepro.info, tanggal 1 November 2006. 2. Sirait AM, Ariawan I, Aziz MF. Ketahanan hidup penderita kanker serviks di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. In: Maj Obstet Ginekol Indon 2000;Volume: 234-9. 3. Anonymous. Gizi dan promosi kesehatan. Last update: 20 November 2006. Diunduh dari: http://www.promosikesehatan.com, tanggal 22 November 2006 4. Yayasan Kanker Indonesia. Kanker di Indonesia tahun 1999 data histo patologik. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. Jakarta, 1999. 5. Moegni EM. Penilaian pengetahuan, sikap, dan perilaku pasien poliklinik kebidanan dan kandungan RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo tentang Pap smear. In: Maj Obstet Ginekol Indon 2006. Volume: 213-8. 6. Wismer BA, Moskowitz JM, Chen AM, et al. Rates and independent correlates of pap smear testing among Korean-American women. Amer Pub Hlth 1998; 88.(4).656. 7. Klug JS, Hetzer M, Blettner M. Screening for breast and cervical cancer in a large German city: participation, motivation and knowledge of risk factor. Eur Publ Hlth 2005;15;(I).70-7. 8. Selvin E, Brett KM. Breast and cervical cancer screening: sosio demographic predictors among white, black, and Hispanic women. In: Amer Publ Hlth 2003;93(4):618. 9. Wahyuni, T. Spiral plus deteksi dini kanker leher rahim. Last update: 15 Oktober 2005. Diunduh dari: www.suarakaryaonline.com/news. Diakses tanggal 24 November 2006. SS