PEMBUATAN SISTEM PENENTUAN KOEFISIEN GESEK STATIS BENDA PADA BIDANG MIRING SECARA DIGITAL BERBASIS MIKROKONTROLER. Maisa Fitri 1) Hufri 2) Yohandri 2)

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN SISTEM PENENTUAN KOEFISIEN GESEK STATIS BENDA PADA BIDANG MIRING SECARA DIGITAL BERBASIS MIKROKONTROLER

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni 2014 sampai dengan Desember 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

PEMBUATAN ALAT PENENTUAN PERCEPATAN GRAVITASI BUMI MENGGUNAKAN METODE PENDULUM BERBASIS SENSOR CAHAYA LDR.

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang memiliki tegangan listrik AC 220 Volt. Saklar ON/OFF merupakan sebuah

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro

BAB III PERANCANGAN ALAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Juli

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

APLIKASI ATMEGA 8535 DALAM PEMBUATAN ALAT UKUR BESAR SUDUT (DERAJAT)

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

kali tombol ON ditekan untuk memulai proses menghidupkan alat. Setting

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

III. METODE PENELITIAN. : Laboratorium Teknik Kendali Jurusan Teknik Elektro. Universitas Lampung

BAB III METODE PERANCANGAN. tabung V maka penulis membuat diagram dan mekanis system sebagai

Rancang Bangun Alat Ukur Kadar Air Agregat Halus Berbasis Mikrokontroler ATmega8535 dengan Metode Kapasitif untuk Pengujian Material Dasar Beton

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

PERANCANGAN BANGUN PEMBUAT INVERTER UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III. Perencanaan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

RANCANG-BANGUN PROTOTYPE SISTEM KONTROL PINTU BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 MENGGUNAKAN KARTU BER-PASSWORD DAN SENSOR FOTODIODA

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB IV PEMBAHASAN ALAT

3.2. Tempat Penelitian Penelitian dan pengujian alat dilakukan di lokasi permainan game PT. EMI (Elektronik Megaindo) Plaza Medan Fair.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

SISTEM OTOMATISASI PENGENDALI LAMPU BERBASIS MIKROKONTROLER

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

RANCANG BANGUN SISTEM PENGENDALI MOTOR DC PENGGERAK SOLAR CELL MENGIKUTI ARAH CAHAYA MATAHARI BERBASIS MIKROKONTROLER

BAB IV PERANCANGAN SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut sistem dari modul Hot Plate Magnetic Stirrer dapat dilihat pada

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM. untuk efisiensi energi listrik pada kehidupan sehari-hari. Perangkat input untuk

RANCANG BANGUN ACRYLIC BENDING MACHINE DENGAN SUDUT YANG DAPAT DITENTUKAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB I PENDAHULUAN. untuk pembangkitan energi listrik. Upaya-upaya eksplorasi untuk. mengatasi krisis energi listrik yang sedang melanda negara kita.

Aplikasi Gerbang Logika untuk Pembuatan Prototipe Penjemur Ikan Otomatis Vivi Oktavia a, Boni P. Lapanporo a*, Andi Ihwan a

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. kelembaban di dalam rumah kaca (greenhouse), dengan memonitor perubahan suhu

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PENGUKUR KECEPATAN GERAK BENDA MENGGUNAKAN SENSOR PHOTOTRANSISTOR BERBASIS MIKROKONTROLER Atmega 8535

RANCANG BANGUN RAUTAN PENSIL PINTAR BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Blok Sistem Diagram blok cara kerja alat digambarkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN

AKHIR TUGAS OLEH: JURUSAN. Untuk

BAB II KONSEP DASAR SISTEM PENGISIAN DAYA AKI

Clamp-Meter Pengukur Arus AC Berbasis Mikrokontroller

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

Pengembangan Sistem Mekatronika Pemindah dan Penyusun Barang tanpa Sensor Berbasis Mikrokontroller AT89S51

APLIKASI WATER FLOW SENSOR G1/2 SEBAGAI PENGENDALI VOLUME AIR SECARA OTOMATIS PADA TANGKI BERBASIS MIKROKONTROLER AT-MEGA8535 TUGAS AKHIR

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN. Power Supply. Microcontroller Wemos. Transistor Driver TIP122. Gambar 3.1 Blok Rangkaian sistem

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

Transkripsi:

PILLAR OF PHYSICS, Vol. 4. November 2014, 09-16 PEMBUATAN SISTEM PENENTUAN KOEFISIEN GESEK STATIS BENDA PADA BIDANG MIRING SECARA DIGITAL BERBASIS MIKROKONTROLER Maisa Fitri 1) Hufri 2) Yohandri 2) 1) Mahasiswa Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang 2) Staf Pengajar Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang maisa.fitri27@yahoo.com 1) hufri_unp@yahoo.co.id 2) yohandri.unp@gmail.com 2) ABSTRACT Research has been done to design a system of determination of the static friction coefficient of the object on inclined plane digitally. The purpose of this research is to explain the performance specifications, accuracy and precision of the system. There are three results of this research. First, The system is designed with the surface of the slip object size 8.7 x15 cm and glide plane 9 x 100 cm. Second, average of precision relative sensor accelerometer is 95,58%. Third, average accuration is 0,977. Keywords : Static friction coefficient, accelerometer, tilt sensor PENDAHULUAN Eksperimen fisika memiliki peranan yang sangat penting. Perkembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan fisika muncul dengan adanya eksperimen fisika. Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam melakukan eksperimen fisika adalah set eksperimen yang digunakan. Set eksperimen sangat menentukan hasil yang didapatkan pada suatu penelitian. Saat ini telah banyak industri yang mengembangkan set eksperimen fisika untuk memudahkan siswa dan mahasiswa dalam memahami pelajaran fisika. Set eksperimen tersebut dapat berupa analog maupun digital. Pengembangan set eksperimen fisika digital dapat dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Fisika khususnya bidang kajian elektronika dan instrumentasi. Beberapa contoh tugas akhir mahasiswa bidang kajian elektronika dan instrumentasi adalah alat ukur suhu dan kelembapan udara secara digital, timbangan digital serta alat ukur intensitas cahaya matahari secara digital. Namun, pengembangan set eksperimen fisika belum optimal sehingga masih banyak set eksperimen fisika yang berupa analog. Salah satunya adalah set eksperimen bidang miring untuk menentukan koefisien gesek statis. Penentukan koefisien gesek dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan menggunakan balok yang ditarik dengan katrol pada bidang datar, balok yang meluncur pada bidang miring, dan balok yang ditarik dengan katrol pada bidang miring [1]. Pada penelitian ini, penentuan koefisien gesek statis digunakan balok yang meluncur pada bidang miring. Berdasarkan hukum II Newton, maka didapatkan rumus untuk menentukan koefisien gesek dua permukaan bersentuhan yang meluncur pada bidang miring adalah nilai tangensial dari sudut ketika benda tepat saat akan bergerak. Cara kerja alat analog untuk menentukan koefisien gesek statis adalah dengan cara mengangkat bidang luncur perlahan-lahan secara manual. Pada kemiringan tertentu, benda yang terdapat di atas bidang akan meluncur. Saat benda meluncur, bidang luncur berhenti bergerak. Tangen dari sudut ketika benda tepat akan bergerak adalah koefisien gesek statis dua permukaan benda yang bersentuhan. Bidang luncur dapat diangkat secara otomatis menggunakan motor DC. Motor DC (motor arus searah) adalah mesin yang merubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis. Motor DC terdiri atas bagian yang diam (stator) dan bagian yang berputar (rotor). Gambar 1 merupakan konstruksi motor arus searah bagian stator dan rotor. (a) (b) Gambar 1. Konstruksi Motor Arus Searah Bagian Stator (a) dan Rotor (b) [2] Penentuan sudut ketika benda tepat saat akan bergerak adalah menggunakan sensor accelerometer. Accelerometer adalah sebuah sensor yang berfungsi untuk mengukur percepatan suatu objek. Sensor accelerometer MEMSIC 2125 bekerja dengan memanfaatkan ruang gas dengan elemen pemanas di tengah dan empat sensor suhu di tepi [3]. Accelerometer juga dapat digunakan untuk mengukur kemiringan tanah dengan cara membandingkan percepatan pada posisi bidang miring dengan posisi vertikal. Accelerometer yang digunakan adalah 33

MEMSIC 2125. Bentuk Accelerometer MEMSIC 2125 ditunjukkan oleh Gambar 2. Gambar2. Accelerometer MEMSIC 2125 [4] Selain accelerometer, diperlukan phototransistor dan LED inframerah sebagai pendeteksi ketika benda tepat saat akan bergerak. Phototransistor merupakan suatu komponen yang dapat mengubah efek cahaya menjadi sinyal listrik. Bentuk fisik phototransistor ditunjukkan oleh Gambar 3. Gambar 3. Phototransistor [5] Gambar 5. Konfigurasi Pin ATMega16A [8] Data yang diolah oleh mikrokontroler ditampilkan pada LCD. LCD (Liquid Crystal Display) merupakan media untuk menampilkan angka atau karakter. LCD banyak digunakan untuk berbagai keperluan karena memiki banyak keuntungan. Diantaranya adalah menampilkan data baik digital maupun analog, mudah dalam pengoperasian, membutuhkan tegangan yang kecil dan dapat menampilkan berbagai karakter. Bentuk LCD dapat dilihat pada Gambar 6. LED Inframerah adalah sebuah dioda yang memancarkan cahaya. Arus yang diperlukan LED untuk menghasilkan cahaya yang cerah adalah 220 ma [6]. Simbol dan bentuk fisik LED Inframerah ditunjukkan oleh Gambar 4. Gambar 6. Liquid Crystal Display [9] Gambar 4. Lambang LED Inframerah dan Bentuk Fisiknya Phototransistor dan LED Inframerah diletakkan di sisi bidang luncur, tepat di depan benda yang akan meluncur. Posisi awal adalah phototransistor terkena cahaya dari LED Inframerah. Namun, pada sudut tertentu benda akan meluncur sehingga cahaya dari LED Inframerah ke phototransistor dihalangi oleh benda. Pada kondisi ini, phototransistor tidak dialiri arus. Phototransistor berlogika low dengan tegangan keluaran 0 Volt.Pada kondisi ini, phototransistor tidak dialiri arus dan memberikan sinyal kepada mikrokontroler. Mikrokontroler adalah mikrokomputer yang berbentuk chip-tunggal untuk aplikasi-aplikasi kontrol dan bukan untuk aplikasi-aplikasi serbaguna [7]. Mikrokontroler yang digunakan adalah mikrokontroler ATMega16A. Mikrokontroler ini mempunyai 40 pin dengan konfigurasi pin diperlihatkan pada Gambar 5. Power supply atau catu daya diperlukan untuk mengubah arus AC menjadi DC [10]. Catu daya sebaiknya dilengkapi dengan regulator tegangan [11]. IC yang digunakan sebagai regulator tegangan adalah 78xx dan79xx. IC 78xx merupakan regulator positif yang menghasilkan tegangan xx volt, dan IC 79xx merupakan regulator negatif yang menghasilkan tegangan xx volt [12]. Berdasarkan permasalahan seperti uraian di atas, maka dalam artikel ini akan diuraikan suatu sistem yang mampu menentukan koefisien gesek statis secara digital. Sistem ini dibangun menggunakan sebuah bidang miring yang dikendalikan oleh motor dan berbasis mikrokontroler. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang. Pelaksanaan kegiatan dimulai pada bulan November 2013 sampai denganbulan Juni 2014 dengan beberapa tahap kegiatan. Kegiatan tersebut meliputi penulisan proposal, penelitian, perancangan sistem, perakitan komponen, pengambilan serta pengolahan data. 34

1. Desain Perangkat Keras Tahapan mendesain perangkat keras sistem ada dua: pertama desain rangkaian elektronika yang terdiri dari beberapa blok rangkaian, seperti rangkaian motor DC, sensor accelerometer,phototransistor, mikrokontroler dan display LCD. Blok diagram sistem ini diperlihatkan pada Gambar 7. Catu Daya instruksi dan menjalankan mikrokontroler. Instruksi yang dilakukan adalah menyalakan motor DC, membaca sinyal dari phototransistor, mematikan motor DC, membaca pulsa dari sensor accelerometer, menghitung kemiringan benda, membaca database sudut kemiringan dan tangen dari sudut, hingga menampilkan data pada LCD. Bahasa pemograman yang digunakan adalah Basic.Compiler software yang digunakan adalah BASCOM-AVR. Flowchart perangkat lunak sistem dapat dilihat pada Gambar 9. Phototransistor Start Motor DC Mikrokontroler Sensor Accelerometer Inisialisasi program mikrokontroler LCD Tampilkan judul program Data Gambar 7. Blok Diagram Sistem Penentuan Koefisien Gesek Statis Benda pada Bidang Miring Kedua, rancangan set eksperimen. Rancangan set eksperimen ini tidak jauh berbeda dibandingkan dengan set eksperimen standar yang terdapat di Laboratorium Fisika Universitas Negeri Padang. Rancangan set eksperimen dapat dilihat pada Gambar 8. Baca input tombol Tidak Tekan tombol naik? Ya Bidang luncur diangkat Baca pulsa masuk dari accelerometer Hitung rumus pulsa Tangen dari sudut menjadi koefisien gesek Tampilkan nilai sudut dan koefisien Baca Keadaan Phototransistor Gambar 8. Ilustrasi Set Eksperimen Penentuan Koefisien Gesek Statis Benda pada Bidang Miring Berbasis Mikrokontroler 2. Desain Perangkat Lunak Perangkat lunak sangat erat hubungannya dengan kinerja perangkat keras.perangkat lunakpada sistem mikrokontroler biasa juga disebut firmware. Perangkat lunak ini berfungsi untuk memberikan Tidak Phototransistor Gelap? β 35

Ya β Bidang luncur diam a. Hasil Rancangan Sistem Sistem ini dirancang dengan ukuran permukaan benda luncur 8,7 x 15 cm dan bidang luncur 9 x 100 cm. Hasil rancangan sistem alat ukur ini dapat dilihat pada Gambar 10. Baca input tombol Tidak Tekan tombol turun? Power Naik Turun Ya Bidang luncur turun Reset (a) Stop Gambar 9. Desain flowchart Perangkat Lunak Sistem HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dari hasil pengukuran memiliki arti yang sangat penting dalam suatu penelitian eksperimen. Berdasarkan data yang diperoleh dapat digambarkan hubungan antara suatu variabel bebas dengan variabel terikat yang terdapat pada sistem penentuan koefisien gesek statis.untuk mengetahui bagaimana hubungan antara besaran pada variabel bebas dengan variabel terikat dalam sistem untuk penentuan koefisien gesek statis ini diperlukan analisis terhadap data yang diperoleh. Penyajian data dinyatakan dalam bentuk tabel dan grafik. Analisis data yang dilakukan meliputi spesifikasi performansi sistem, penentuan ketepatan dan ketelitian sistem. 1. Spesifikasi Performansi Sistem Spesifikasi performansi dari sistem penentuan koefisien gesek statis benda ini merupakan pengidentifikasian atau penguraian fungsi setiap bagian pembentuk sistem. Sistem penentuan koefisien gesek statis benda ini dirancang mampu menentukan sudut kemiringan ketika benda meluncur dan koefisien gesek antarabidang dan benda luncur. Data yang diperoleh dari pengukuran ditampilkan pada LCD berupa sudut dan nilai tangen dari sudut yang diidentifikasikan sebagai koefisien gesek statis benda. (b) (c) (d) Gambar 10. Foto Hasil Rancangan Sistem: a) Set Eksperimen, b) Panel Depan, c) Sensor Phototransistor dan LED, d) Motor DC Pada Gambar 10 terlihat bahwa secara umum, sistem ini terdiri dari sistem mekanik dan sistem elektronik yang terdapat di dalam box berwarna putih. Sistem elektronik berfungsi untuk menghidupkan, menggerakkan serta mengontrol sistem mekanik sehingga diperoleh tujuan yang diinginkan, yaitu menentukan koefisien gesek benda pada bidang luncur. Sistem penentuan koefisien gesek statis benda pada bidang luncur secara digital ini dilengkapi dengan sistem input dan output. Sistem input terdiri dari tombol power yang berfungsi untuk menghidup dan mematikan sistem, tombol naik untuk menaikkan bidang luncur, tombol turun untuk menurunkan bidang luncur, serta tombol reset untuk mengembalikan mikrokontroler ke setting awal. Sedangkan sistem output terdiri dari LCD dan data sudut serta koefisien. Phototransistor dan LED Inframerah pada Gambar 10 diletakkan di dekat benda luncur sehingga dapat mendeteksi benda ketika benda tepat saat akan bergerak. Ketika benda bergerak, motor DC berhenti berputar. Motor DC seperti pada Gambar 10 berfungsi mengangkat dan menurunkan bidang luncur. Terdapat beberapa rangkaian elektronika pembangun sistem, diantaranya adalah power supply 5 dan 12 volt, rangkaian motor DC, sistem minimum mikrokontroler ATMega16A, rangkaian sensor 36

accelerometer MEMSIC 2125 dan rangkaian phototransistor. Hasil desain rangkaian elektronika sistem penentuan koefisien gesek statis benda dapat dilihat pada Gambar11. Rangkaian Motor DC Rangkaian Phototransistor Rangkaian Sistem Minimum ATMega16A b. Karakteristik Phototransistor Phototransistor menghantar ketika cahaya dari LED diterima oleh phototransistor (tidak ada benda yang menghalangi), yang berarti phototransistor dalam keadaan terang. Pada kondisi ini, tegangan keluaran dari phototransistor sekitar 4,4 Volt (high). Sebaliknya, ketika cahaya dari LED Inframerah terhalang oleh benda menuju Phototransistor, yang berarti phototransistor dalam keadaan gelap, maka tegangan keluarannya adalah 0 Volt (low). Hubungan ini dapat dilihat pada Gambar 12. Vo Rangkaian Power Supply 5 V 4,4 V Rangkaian Power Supply 12 V 0 V terang gelap Keadaan Rangkaian sensor Accelerometer Gambar 11. Hasil Desain Rangkaian Elektronika Sistem Penentuan Koefisien Gesek Statis Benda Rangkaian catu daya berfungsi sebagai sumber tegangan untuk mengaktifkan komponen elektronika. Rangkaian catu daya ini dibuat dengan tegangan keluaran 5 volt dan 12 volt. Tegangan 5 volt digunakan untuk menghidupkan sistem minimum mikrokontroler, LCD, phototransistor, dan sensor accelerometer MEMSIC 2125. Sedangkan tegangan 12 volt digunakan untuk menghidupkan motor DC. Rangkaian catu daya ini bersumber dari PLN yang terdiri dari transformator stepdown, dioda, capasitor, regulator tegangan 7805 untuk mendapatkan tegangan 5 volt serta sebuah relay. Transformator step down berfungsi untuk menurunkan tegangan dari 220 volt AC menjadi 6 volt AC. Tegangan 6 volt AC akan disearahkan oleh 4 buah dioda dan diratakan oleh kapasitor. Regulator tegangan 5 volt (7805) digunakan supaya keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt meskipun terjadi perubahan pada tegangan masukan. Relay berfungsi untuk mengaktifkan salah satu sumber yang diperlukan. Rangkaian sistem minimum mikrokontroler berfungsi untuk mengaktifkan kerja mikrokontroler ATMega16A. Mikrokontroler ATMega16A bertugas memproses sinyal input, mengolah data dan mengatur keluaran sesuai dengan fungsi sistem yang dikehendaki. Untuk menjalankan aktivitas tersebut mikrokontroler dihubungkan dengan beberapa perangkat eksternal baik itu sebagai masukan ataupun keluaran. Gambar 12. Hubungan Keadaan Phototransistor dengan Tegangan Keluaran c. Karakteristik Sensor Accelerometer Pengukuran waktu pulsa tinggi (T1) dan periode keluaran sensor accelerometer dapat ditentukan dengan menggunakan osiloskop. Bentuk pengukuran waktu pulsa tinggi dan periode keluaran sensor menggunakan osiloskop ditunjukkan pada Gambar 13. Gambar 13. Osiloskop Pulsa keluaran sensor accelerometer memiliki periode sebesar 10 ms jadi saat keadaan 0 o memiliki pulsa high dengan waktu sebesar 5 ms. Setiap perubahan posisi sudut pada sensor accelerometer MEMSIC 2125 akan mengalami perubahan pada nilai T1. Grafik pengaruh sudut kemiringan terhadap waktu pulsa tinggi (T1) ditunjukkan pada Gambar 14. Gambar 14. Grafik Pengaruh Sudut Kemiringan Terhadap Waktu Pulsa Tinggi (T1) 37

Pada Gambar 14 terlihat bahwa semakin besar sudut kemiringan sensor terhadap bidang datar, maka nilai T1 juga semakin besar. 2. Ketepatan Pengukuran Sistem a. Ketepatan Pengukuran Sudut Kemiringan Sistem dibandingkan dengan Busur Berdasarkan analisis data sudut kemiringan sistem dibandingkan dengan pengukuran sudut kemiringan menggunakan busur didapatkan kesalahan rata-rata sebesar 1,48%. b. Ketepatan Pengukuran Sistem dibandingkan dengan Alat Standar 1) Ketepatan Sudut Berdasarkan analisis data sudut kemiringan sistem dibandingkan dengan alat standar didapatkan grafik seperti pada Gambar 15. Gambar 15. Grafik Perbandingan Sudut Kemiringan Sistem dengan Alat Standar Pada gambar 15, hasil pengukuran sudut kemiringan sistem dan alat standar tidakjauh berbeda. Ketepatan pengukuran berkisar antara 0,93 sampai 0,97. Ketepatan relatif rata-rata pengukuran adalah 95,38%. Kesalahan rata-rata yang terjadi adalah 4,62%. 2) Ketepatan Koefisien Gesek Statis Berdasarkan analisis data koefisien gesek statis sistem dibandingkan dengan alat standar didapatkan grafik seperti pada Gambar 16. Gambar 16. Grafik Perbandingan Koefisien Gesek Statis Sistem dengan Alat Standar Pada gambar 16, hasil pengukuran koefisien gesek sistem dan alat standar tidak jauh berbeda. Ketepatan berkisar antara 0,93 sampai 0,96. Ketepatan relatif rata-rata pengukuran adalah 94,79%. Kesalahan rata-rata yang terjadi adalah 5,21%. 3. Ketelitian Pengukuran Sistem Untuk menentukan ketelitian pengukuran ini, dilakukan pengukuran berulang. Dengan menetapkan sudut tertentu yang telah diukur dengan busur, dilakukan pengukuran berulang sebanyak 10 kali menggunakan alat ukur. Selain itu, juga dilakukan pengukuran berulang untuk menentukan sudut kemiringan ketika benda tepat saat akan bergerak dan koefisien gesek statis benda. Berdasarkan pengukuran dapat ditentukan nilai rata-rata, standar deviasi, persentase simpangan dan ketelitian. a. Ketelitian Pengukuran Sudut Kemiringan Sistem Ketelitian pengukuran sudut dari sistem ini diperoleh dengan mengukur sudut yang telah diukur dengan busur kemudian melakukan pengukuran sebanyak 10 kali menggunakan sistem yang telah dirancang. Sudut yang telah ditetapkan nilainya menggunakan busur adalah sudut 10 o, 30 o dan 45 o. Ketelitian pengukuran sudut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Ketelitian Pengukuran Sudut Kemiringan Sistem Sudut Referensi Theta rata-rata Ketelitian theta Theta ± theta 10 9,4 0.949 0,16 9,4 ± 0,16 1,71 30 28,7 0.985 0,15 28,7 ± 0,15 0,52 45 42,9 0,996 0,1 42,9 ± 0,1 0,23 Dari Tabel 1 terlihat bahwa alat ukur memiliki ketelitian yang tinggi untuk pengukuran sudut. Ketelitian rata-rata untuk 3 variasi waktu pengukuran sudut adalah 0,977 dengan standar deviasi rata-rata 0,1367 dan kesalahan relatif (KR) rata-rata 0,82% b. Ketelitian Pengukuran Sudut Kemiringan Ketika Benda Tepat saat akan Bergerak Ketelitian pengukuran sudut kemiringan ketika benda tepat saat akan bergerak diperoleh dengan cara meletakkan benda luncur pada bidang luncur, lalu mengaktifkan sistem. Ketika benda meluncur, akan diperoleh sudut kemiringan benda yang ditampilkan pada LCD. Hal ini dilakukan sebanyak 10 kali untuk benda dan bidang luncur yang sama. Ketelitian pengukuran sudut kemiringan ketika benda tepat saat akan bergerak ditunjukkan oleh Tabel 2. KR (%) 38

Tabel 2. Ketelitian Pengukuran Sudut Kemiringan Ketika Benda Tepat saat Akan Bergerak Benda luncur Bidang luncur Sudut Rata-rata Ketelitian KR (%) Kayu halus Kayu halus 24,2 0,97 0,29 1,00 Kayu kasar Kayu kasar 23,4 0,97 0,27 1,14 Kaca Kaca 21,4 0,97 0,27 1,25 Beton Karet 35,3 0,97 0,39 1,12 Kaca Tembaga 14,7 0,93 0,37 2,50 Baja Tembaga 13,3 0,94 0,30 2,27 Dari Tabel 2 terlihat bahwa alat ukur memiliki ketelitian yang tinggi untuk pengukuran sudut kemiringan ketika benda tepat saat akan bergerak. Persentase kesalahan relatif terbesar yaitu kaca dengan tembaga sebesar 2,5%. Sedangkan persentase kesalahan relatif terkecil yaitu kayu halus dengan kayu halus sebesar 1,00 %. c. Ketelitian Pengukuran Koefisien Gesek Statis Beberapa Benda Ketelitian pengukuran koefisien gesek statis beberapa benda diperoleh dengan cara meletakkan benda luncur pada bidang luncur, lalu mengaktifkan sistem. Ketika benda meluncur, akan diperoleh koefisien gesek statis benda yang ditampilkan pada LCD. Hal ini dilakukan sebanyak 10 kali untuk benda dan bidang luncur yang sama. Ketelitian pengukuran koefisien gesek statis beberapa benda ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Ketelitian Pengukuran Koefisien Gesek Statis Beberapa Benda Benda luncur Bidang luncur Rata-rata Ketelitian Kayu halus Kayu halus 0,451 0,96 0,015 3,41 Kayu kasar Kayu kasar 0,434 0,95 0,014 3,23 Kaca Kaca 0,392 0,98 0,010 2,44 Beton Karet 0,706 0,96 0,047 6,68 Kaca Tembaga 0,264 0,93 0,005 1,82 Baja Tembaga 0,236 0,94 0,005 2,21 Dari Tabel 3 terlihat bahwa alat ukur memiliki ketelitian yang tinggi untuk pengukuran koefisien gesek statis benda. Persentase kesalahan relatif terbesar yaitu beton dengan karet sebesar 6,68%. Sedangkan persentase kesalahan relatif terkecil yaitu kaca dengan tembaga sebesar 1,82 %. Kelebihan alat ini dibandingkan dengan alat analog yang terdapat di laboratorium Fisika adalah mengangkat bidang luncur tidak secara manual, tetapi menggunakan motor DC. Terdapat sensor phototransistor dan LED untuk mendeteksi ketika benda tepat saat akan bergerak, sehingga kesalahan yang timbul dapat diminimalisir. Selain itu, terdapat sensor accelerometer untuk menentukan sudut KR (%) kemiringan benda. Nilai koefisien gesek statis juga ditampilkan pada LCD dengan cara membuat tabel hubungan sudut dengan tangen sudut pada mikrokontroler. Untuk mengembalikan posisi bidang luncur ke posisi awal juga dilakukan secara otomatis menggunakan motor DC. Terdapat beberapa kendala dalam penelitian ini, yaitu dimensi sistem yang besar dan adanya getaran yang tidak diinginkan saat bidang luncur bergerak naik. Kendala ini dapat diatasi dengan melakukan penelitian tindak lanjut untuk mengembangkan penelitian dengan menggunakan bidang luncur yang lebih pendek dan mengganti tali yang menghubungkan motor dan bidang luncur dengan window regulator. Oleh karena itu, tidak diperlukan tiang yang tinggi untuk memposisikan motor sehingga efisien terhadap ruang. Selain itu, penggunaan window regulator dapat mengurangi getaran yang diinginkan saat bidang luncur bergerak naik. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian dan analisis terhadap besaran fisika yang ada pada sistem penentuan koefisien gesek statis dapat dikemukakan beberapa kesimpulan dari penelitian ini yaitu: 1. Hasil spesifikasi performansi sistem penentuan koefisien gesek statis benda pada bidang miring secara digital ini terdiri dari sistem mekanik dan ditunjang oleh sistem elektronik. Rangkaian elektronika pembangun sistem terdiri dari power supply 5 dan 12 volt, rangkaian motor DC, sistem minimum mikrokontroler ATMega16A, dan rangkaian phototransistor. Phototransistor bersifat high dengan tegangan 4,4 Volt ketika ada cahaya dari LED dan bersifat low dengan tegangan 0 Volt ketika tidak ada cahaya dari LED. Selain itu, terdapat rangkaian sensor accelerometer MEMSIC 2125 yang diletakkan pada bidang luncur untuk menentukan kemiringan bidang luncur terhadap bidang datar.setiap perubahan posisi sudut pada sensor accelerometer MEMSIC 2125 akan mengalami perubahan pada nilai T1. Semakin besar sudut kemiringan sensor accelerometer, maka semakin besar nilai T1 2. Hasil penentuan ketepatan pengukuran sistem penentuan koefisien gesek statis benda adalah sebagai berikut: a. Ketepatan pengukuran sudut kemiringan sistem dibandingkan dengan pengukuran sudut kemiringan menggunakan busur didapatkan persentase kesalahan rata-rata 1,48% dan persentase ketepatan relatif ratarata sistem 98,52%. b. Ketepatan pengukuran sistem dibandingkan dengan alat standar untuk pengukuran sudut persentase kesalahan rata-rata sebesar 4,62% dan persentase ketepatan relatif rata-rata 39

sistem 95,38%. Untuk pengukuran koefisien gesek statis kesalahan rata-rata sebesar 5,21% dan persentase ketepatan relatif rata-rata sistem 94,79%. 3. Ketelitian pengukuran sistem penentuan koefisien gesek statis benda cukup tinggi. Untuk pengukuran sudut kemiringan ketelitian rataratanya adalah 0,977 dengan standar deviasi ratarata 0,14 dan kesalahan relatif rata-rata 0,82%, untuk sudut kemiringan ketika benda tepat saat akan bergerak ketelitian rata-ratanya adalah 0,96 dengan standar deviasi rata-rata 0,32 dan kesalahan relatif rata-rata 1,55%, dan untuk koefisien gesek statis pada beberapa benda ketelitian rata-ratanya adalah 0,95 dengan standar deviasi rata-rata 0,016 dan kesalahan relatif ratarata 3,30%. DAFTAR PUSTAKA (1) Serway, Raymond A dan Jewett John W. 2004. Physics for Scientists and Engineers. Thomson Brooks: California (2) Purna, RN. 2011. Motor Arus Searah. Universitas Sumatera Utara: Medan (3) Haryanti, Munnik dan Kusumaningrum, Nurwijayanti. 2008. Aplikasi Accelerometer 3 Axis Untuk Mengukur Sudut Kemiringan (Tilt) Engineering Model Satelit di Atas Air Bearing. Jurnal Teknik Elektro Vol. 10 No. 2 Hlm. 55 (4) Parallax, Inc. 2009. Memsic 2125 Dual-Axis Accelerometer. www.parallax.com diakses pada tanggal 12 Juni 2014 (5) Hidayat, dkk. 2011. Perancangan Robot Pemadam Api Divisi Senior Berkaki. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika Vol. 14 (6) Kadir. Abdul. 2012. Panduan Praktis Mempelajari Aplikasi Mikrokontroler dan Pemrogramannya Menggunakan Arduino. Andi: Yogyakarta (7) Tooley, Mike. 2002. Rangkaian Elektronik Prinsip dan Aplikasi. Erlangga: Jakarta (8) Atmel. 2009.Microcontroller with 16K Bytes In- System Programmable Flash. Orchard Parkway: USA (9) Wulandari,Ika Puspita. 2009. Pembuatan Alat Ukur Kecepatan Respon Manusia Berbasis Mikrokontroller AT 89S8252. Jurnal Neutrino Vol. 1, No. 2 (10) Bishop, Owen. 2004. Dasar-Dasar Elektronika. Erlangga: Jakarta (11) Ginting, Filemon, dkk. 2013. Perancangan Alat Ukur Kekeruhan Air Menggunakan Light Dependent Resistor Berbasis Mikrokontroler Atmega 8535. E-Journal Teknik Elektro dan Komputer (12) Sutrisno, 1999. Elektronika Lanjut Teori dan Penerapan. ITB, Bandung 40