INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MOBILITAS PENDUDUK Senin, 19 Oktober 2009

dokumen-dokumen yang mirip
Lokasi: Dermaga Desa Kota Batu, Kec.Warkuk Ranau Selatan. suatu paradigma yang menempatkan manusia sebagai titik

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

1.1 LATAR BELAKANG. I n d e k s P e m b a n g u n a n M a n u s i a K a b u p a t e n B a n y u w a n g i

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Kesetaraan Gender dan Pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya melakukan perbaikan perbaikan untuk mencapai taraf hidup dan

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia

Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. nilai inti untuk memahami pembangunan yang paling hakiki antara lain

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha

INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010)

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

PEMBANGUNAN WILAYAH YANG TIDAK SEIMBANG (UNEQUAL DEVELOPMENT OF REGIONS)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

Kondisi Ekonomi Pembangunan di Indonesia. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

KAJIAN TENTANG PENGELUARAN PEMERINTAH DI SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM MENINGKATKAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon...

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

SALINAN WALIKOTA LANGSA,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Artinya, manusia sebagai subjek dan objek pembangunan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

Oleh Sugeng Bahagijo. International NGO Forum on Indonesian Development-INFID

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

Sejarah AusAID di Indonesia

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

I. PENDAHULUAN. bidang nasional dan ekonomi. Di mana dalam suatu proses perubahan tersebut haruslah

Transformasi Paradigma Pembangunan Ekonomi

Asesmen Gender Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

DIALOG NASIONAL: UPAYA PENCAPAIAN MDG DI INDONESIA Jakarta, 5 Agustus 2004

BAB I PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi

Kemandirian Ekonomi Nasional: Bagaimana Kita Membangunnya? Umar Juoro

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. internasional dikenal adanya tujuan posisi manusia sebagai central dalam

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

Nama:bayu prasetyo pambudi Nim: Analisis negara maju negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana. pergaulan yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

Konsep Dasar Ekonomi Pembangunan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk piramida penduduk Indonesia yang expansif menyebabkan Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. pembangunan manusiadengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi. untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.

K88 LEMBAGA PELAYANAN PENEMPATAN KERJA

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I..PENDAHULUAN. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) secara fisik dan mental. pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

Makalah Pembangunan Berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

Jakarta, 10 Maret 2011

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. masa depan perekonomian dunia. Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir (2002:10),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Transkripsi:

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MOBILITAS PENDUDUK Senin, 19 Oktober 2009 Secara sederhana pembangunan dapat dimaknai sebagai usaha atau proses untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam pelaksanaannya Pembangunan bersifat multi dimensional dan memiliki berbagai kompleksitas masalah. Proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, baik aspek ekonomi, politik, sosial, maupun budaya. Sebagai bagian dari cabang ilmu pengetahuan, konsep dan pemikiran mengenai Pembangunan telah mengalami perkembangan yang pesat. Pada awal pemikiran tentang pembangunan seringkali dijumpai pemahaman yang mengasosiasikan pembangunan dengan perkembangan, pembangunan dengan modernisasi, bahkan pembangunan dengan westernisasi. Secara historis, ahliahli ekonomi Barat telah memperkenalkan konsep pembangunan kepada negaranegara yang baru merdeka paska Perang Dunia II, yang bertujuan untuk melakukan modernisasi dengan berfokus pada 4 isu sentral, yaitu: (i) pertumbuhan, (2) akumulasi kapital, (iii) transformasi struktural, dan (iv) peran dominan pemerintah. Model pemikiran ini telah mengantarkan sejumlah negara sedang berkembang memasuki tahapan modernisasi dan industrialisasi sebagai titik lompatan menuju kehidupan yang maju dan sejahtera. Namun paradigma pembangunan tersebut banyak menuai kritik karena hasil dari pembangunan telah menciptakan pula ketimpangan dan kesenjangan, kerusakan ekologi, serta membelenggu kebebasan asasi manusia. Paradigma pembangunan yang bersifat materialistik ini mengukur pencapaian hasil pembangunan hanya dari aspek fisik yang dikuantifikasi dalam perhitungan matematik dan angka statistik, sehingga cenderung mengabaikan dimensi manusia sebagai subyek utama pembangunan dan menegasikan harkat dan martabat kemanusiaan. Sebagai sintesa telah mengemuka pemikiran baru tentang pembangunan, yang memusatkan pada 4 isu fundamental, yaitu (i) distribusi pendapatan, (ii) ketidakadilan, (iii) kemiskinan, dan (iv) kebebasan dan demokrasi. Menurut paradigma ini makna hakiki dari pembangunan bukanlah sematamata peningkatan pendapatan per kapita, melainkan pemerataan distribusi pendapatan, penurunan pengangguran, pembebasan kemiskinan dan penghapusan ketidakadilan. Selanjutnya paradigma ini menawarkan pula suatu rumusan baru sebagaimana yang dikemukakan oleh Amartya Sen bahwa pembangunan sebagai kebebasan (development as freedom), dimana pembangunan harus mampu mengantarkan suatu bangsa mencapai kehidupan politik yang bebas dan demokratis, dengan menghilangkan kemiskinan dan berbagai penderitaan seperti kekurangan pangan, malnutrisi, pengidapan penyakit, buta huruf, ketiadaan kebebasan sipil dan hak berdemokrasi, diskriminasi, serta berbagai bentuk perampasan hakhak milik pribadi. Pemikiran kontemporer mengenai pembangunan telah menempatkan kembali manusia sebagai subyek atau pusat dari proses pembangunan. Lembaga PBB yang dibentuk untuk menangani masalah pembangunan (United Nations Development Programme/UNDP) telah membuat definisi khusus mengenai pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihanpilihan bagi manusia (a process of enlarging peopleâ s choices). Dalam konsep tersebut manusia ditempatkan sebagai tujuan akhir (the ultimate end), sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana untuk mencapai tujuan itu. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi penduduknya untuk menikmati umur panjang, sehat dan menjalankan kehidupan yang produktif. Â Premis penting yang dikembangkan dalam pembangunan manusia adalah mengutamakan manusia sebagai pusat perhatian (bukan

sebagai alat atau instrument) dan memperbesar pilihanpilihan bagi manusia secara keseluruhan (tidak hanya terbatas pada peningkatan pendapatan atas aspek ekonomi semata). Sebagai indikator pembangunan manusia, UNDP telah mengembangkan Human Development Index (HDI) dan sejak tahun 1990 telah melaksanakan penelitian dan menerbitkan buku Laporan Pembangunan Manusia (Human Development Report/HDR) yang berisi mengenai perkembangan indeks HDI di seluruh dunia dan pembahasan komprehensif mengenai suatu aspek pembangunan manusia yang menjadi permasalahan dan keperdulian global. Untuk tahun 2009, UNDP secara resmi telah menerbitkan Laporan HDR pada tanggal 5 Oktober 2009 dengan tema â œmengatasi Hambatan: Mobilitas Manusia dan Pembangunanâ. Mobilitas Penduduk Berkaitan dengan tema tersebut, Laporan UNDP menyimpulkan bahwa distribusi kesempatan (kemakmuran) yang tidak merata merupakan faktor utama dari mobilitas manusia, baik di dalam maupun melewati batas Negara. Bagi banyak orang di seluruh dunia, berpindah dari kota asal atau kampung halaman merupakan pilihan terbaik â bahkan terkadang merupakan satusatunya pilihan yang terbuka untuk memperbaiki kesempatan dalam hidup mereka. Migrasi dapat menjadi cara yang sangat efektif untuk meningkatkan penghasilan, tingkat pendidikan dan partisipasi individu dan keluarga, serta memperbaiki prospek anakanak mereka di masa depan. Secara mendasar, nilai yang terkandung dalam migrasi mencerminkan kemampuan seseorang untuk menentukan sendiri tempat untuk menetap yang merupakan elemen penting dari kebebasan manusia. Pada saat orang berpindah, mereka memulai perjalanan penuh harapan dan ketidakpastian. Apabila mereka berhasil, inisiatif dan usaha mereka dapat memberikan manfaat yang besar kepada keluarga yang mereka tinggalkan dan masyarakat di tempat yang baru, sehingga mobilitas tersebut dapat memperbaiki pembangunan manusia. Laporan UNDP memperlihatkan bahwa mayoritas migran telah mendapatkan manfaat berupa peningkatan penghasilan, akses pendidikan dan kesehatan, serta kehidupan yang lebih baik bagi anak mereka. Namun demikian terdapat kelompok migran yang rentan terhadap berbagai resiko dan ketidakpastian, seperti para migran dengan ketrampilan yang sangat terbatas (unskilled), migran belia yang diperdagangkan, dan pengungsi yang berpindah akibat suatu tekanan atau konflik politik. Para migran yang tidak memiliki ijin tinggal resmi akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan sepenuhnya jaminan perlindungan dan pelayanan publik (termasuk pendidikan dan kesehatan) dari pemerintah setempat. Hal ini terjadi bukan hanya bagi migran internasional, tetapi terjadi pula bagi migran domestik yang tidak memiliki kartu tanda penduduk di tempat yang baru. Secara kuantitatif, UNDP memperkirakan terdapat lebih dari 740 juta orang yang melakukan migrasi internal di dalam negaranya. Sedangkan dari jumlah penduduk yang melakukan migrasi secara internasional, sebesar 48% adalah wanita dan sebanyak 200 juta

orang berpindah dari satu negara berkembang ke negara berkembang lainnya, serta hanya kurang dari 70 juta orang yang berpindah dari negara berkembang ke negara maju. Untuk memaksimalkan dampak pembangunan manusia dari migrasi, UNDP mengusulkan 6 pilar rekomendasi bagi Pemerintah, yaitu: meliberalisasi dan menyederhanakan prosedur resmi bagi tenaga kerja tak terampil untuk mencari kerja di luar negeri, menjamin hakhak dasar bagi para migran,â mengurangi biaya transaksi terkait dengan migrasi, memperbaiki hasil keluaran yang menguntungkan bagi migran dan komunitas tempat tujuan, memungkinkan manfaat dari mobilitas internal, menjadikan mobilitas sebagai bagian integral dari strategi pembangunan nasional.

Bila dicermati secara mendalam, mobilitas penduduk bukanlah merupakan sesuatu yang baru bagi Indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang besar dan terdiri dari berpuluh ribu pulau. Mobilitas penduduk di Indonesia bergerak dari desa dan kota (urbanisasi), antar daerah antar provinsi (termasuk program transmigrasi), serta berpindah ke negara lain. Migrasi penduduk Indonesia ke negara lain lebih mendapatkan perhatian karena telah melintas batas kedaulatan negara dan bersinggungan dengan peraturan hukum dan kewenangan pemerintahan di negara tujuan. Pada saat ini diperkirakan jumlah migran Indonesia di luar negeri mencapai 5,6 juta jiwa, dimana 4,1 juta jiwa (atau sekitar 73%) adalah perempuan dan umumnya tenaga kerja Indonesia di luar negeri bekerja pada sektor informal, seperti pekerja rumah tangga dan pekerja bangunan. Keberadaan tenaga kerja Indonesia di luar negeri telah memberikan kebaikan kepada keluarga, daerah dan negara, sehingga mereka sudah selayaknya diperlakukan sebagai Pahlawan Devisa. Data Bank Indonesia mencatat bahwa pengiriman uang dari tenaga kerja Indonesia di luar negeri (remitansi) pada tahun 2008 mencapai nilai US$ 6 milliar (atau sekitar Rp 6,6 trilyun). Dalam rangka memaksimalkan dampak pembangunan manusia dari migrasi, maka Pemerintah harus terus memperhatikan keberadaan tenaga kerja Indonesia di luar negeri dengan meningkatkan pelayanan sejak keberangkatan hingga kepulangan, seperti: Peningkatan kordinasi antar instansi terkait dan penyederhanaan prosedur resmi bagi para tenaga kerja, melalui pengembangan Layanan Terpadu Satu Pintu (LTSP) di daerahdaerah yang memiliki jumlah tenaga kerja migran cukup besar, sebagaimana yang telah dilaksanakan oleh BNP2TKI dan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat di Mataram, Pemberian pendidikan ketrampilan dan orientasi kerja sebelum keberangkatan, termasuk pengembangan jaringan Community Base Training Centre (CBTC), Kemudahan pengiriman uang (remitansi) dan pemberian pelatihan mengenai usaha produktif bagi keluarga di daerah asal, Peningkatan kerjasama penempatan dan jaminan perlindungan terhadap tenaga kerja Indonesia dengan negaranegara tujuan, melalui kesepakatan resmi secara bilateral. Indeks Pembangunan Manusia

Sebagai indikator pembangunan manusia, UNDP telah mengembangkan Human Development Index (HDI) yang mencakup 3 komponen dasar yang secara operasional dapat menghasilkan suatu ukuran untuk merefleksikan upaya pembangunan manusia di suatu wilayah, yaitu: peluang hidup (longevity) yang diukur berdasarkan ratarata usia harapan hidup, akses terhadap pengetahuan (knowledge) yang diukur berdasarkan prosentase kemampuan baca tulis orang dewasa dan tingkat partisipasi bersekolah yang diperoleh dari rasio gabungan pendaftaran bersekolah dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah lanjutan atas. standard hidup yang layak (decent living) yang diukur berdasarkan pendapatan per kapita dalam paritas daya beli dalam dollar AS. Ketiga dimensi ini mempunyai nilai standar antara 0 dan 1, dimana angka ratarata sederhana diambil untuk mendapatkan nilai HDI pada kisaran 0 dan 1. Kualitas pembangunan manusia kemudian dikelompokkan dalam 4 kategori, yaitu: (i) kategori sangat tinggi (HDI > 0.900), (ii) kategori tinggi (HDI antara 0.800 â 0.900), (iii) kategori menengah (HDI antara 0.500 â 0.800), dan (iv) kategori rendah (HDI < 0.500). Dengan menggunakan data dikumpulkan tahun 2007 sebelum terjadinya krisis keuangan global, UNDP mengumumkan peringkat pembangunan manusia di 182 negara, dimana Norwegia tetap menempati peringkat ke1 (dengan indeks 0.971) dan Republik Niger menempati peringkat ke182 (dengan indeks 0.340). Adapun 10 Negara yang memiliki indeks pembangunan manusia paling baik setelah Norwegia, berturutturut Australia (0.970), Eslandia (0.969), Kanada (0.966), Irlandia (0.965), Belanda (0.964), Swedia (0.963), Perancis (0.961), Swiss (0.960) dan Jepang (0.960). Sedangkan negara superpower seperti AS berada di urutan 13 (0.956), Inggris di urutan 21 (0.947), dan Jerman di urutan 22 (0.947). Apabila diperhatikan dengan seksama terhadap indeks pembangunan manusia di Indonesia, indeks HDI mengalami kenaikan dari 0.729 menjadi 0.734, namun tetap berada pada peringkat ke 111 dan berada dalam kategori Menengah seperti tahun sebelumnya. Kenaikan indeks tersebut disebabkan oleh kenaikan indikator PDB per kapita (dari US$ 3,532 menjadi US$ 3,712) dan usia harapan hidup (dari 70,1 menjadi 70,5 tahun), sedangkan tingkat kemampuan bacatulis orang dewasa dan rasio pendaftaran bersekolah tetap sama (yaitu 90% dan 68,2%). Perkembangan indeks pembangunan manusia di Indonesia dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Dari tabel di atas tampak bahwa pendapatan per kapita di Indonesia setiap tahunnya telah semakin meningkat. Bahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap positif di saat sejumlah besar negara mengalami kontraksi akibat krisis ekonomi global tahun 2008 (sebesar 4%, yang merupakan angka pertumbuhan tertinggi ketiga setelah China dan India) berpotensi meningkatkan peringkat HDI dalam laporan tahun mendatang. Untuk meningkatkan indikator pendidikan, Pemerintah telah meningkatkan alokasi anggaran pendidikan hingga mencapai 20% dari APBN sesuai amanat konstitusi. Begitu pula sejumlah Pemimpin Daerah (baik Gubernur, Walikota dan Bupati) telah memprioritaskan dan melaksanakan program pendidikan dan kesehatan yang murah (bahkan gratis). Dalam bidang kesehatan, Pemerintah telah berusaha meningkatkan pelayanan kesehatan dengan mengembangkan program jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas). Selain program kesehatan yang bersifat kuratif, pengembangan program yang bersifat preventif perlu diberdayakan, agar masyarakat semakin memahami pola hidup sehat yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Keberpihakan dan keperdulian dalam bidang pendidikan dan kesehatan ini perlu semakin diperluas secara merata ke seluruh wilayah Indonesia, agar pencapaian peningkatan indeks pembangunan manusia di Indonesia dapat lebih baik dibandingkan pencapaian negaranegara lainnya. Akhirnya dimensi permasalahan pembangunan di Indonesia mengharuskan adanya kebijakan menyeluruh serta terukur pencapaiannya. Upaya mengatasi masalah pembangunan manusia tidak hanya persoalan bagaimana mempercepat pengurangan jumlah penduduk miskin, melainkan yang lebih penting adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin. Untuk mencapai pertumbuhan yang berkualitas diperlukan stabilitas ekonomi makro dan kebijakan yang berpihak pada penanggulangan kemiskinan. Langkah yang perlu diambil antara lain dengan menjaga tingkat inflasi, termasuk menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok. Selain itu diperlukan upaya untuk mendorong penciptaan kesempatan kerja dan berusaha yang lebih luas dan merata di seluruh daerah, agar mampu menjangkau masyarakat miskin, melalui revitalisasi pertanian serta usaha mikro, kecil dan menengah. Untuk meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap pendidikan dan kesehatan dapat dilakukan melalui pemberian beasiswa, perbaikan infrastruktur kesehatan dan infrastruktur dasar seperti air bersih dan sanitasi, serta pemberian pelayanan gratis bagi masyarakat miskin. ( Ibnu Purna/Adhyawarman )