Gambar 2.1 Alat Penghemat Daya Listrik

dokumen-dokumen yang mirip
Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

1.KONSEP SEGITIGA DAYA

Pengaruh Penambahan Kapasitor Terhadap Tegangan, Arus, Faktor Daya, dan Daya Aktif pada Beban Listrik di Minimarket

Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri ( ) Ryan Rezkyandi Saputra ( ) Hardina Hasyim ( ) Jusmawati ( ) Aryo Arjasa

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

BAB 3 PENGUJIAN DAN HASIL PENGUKURAN. 3.1 Rangkaian dan Peralatan Pengujian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN DAYA, TEGANGAN, DAN ARUS PADA LAMPU TL DAN LAMPU PIJAR

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI. melakukan kerja atau usaha. Daya memiliki satuan Watt, yang merupakan

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK.

Antiremed Kelas 12 Fisika

Prinsip Pengukuran Besaran Listrik

[Listrik Dinamis] Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika Kelas X Semester 2 Waktu : 48 x 45 menit UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA NAMA ANGGOTA :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB III METODE PENELITIAN. pembebanan pada sistem tenaga listrik tiga fasa. Percobaan pembebanan ini

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

BAB II. Dasar Teori. = muatan elektron dalam C (coulombs) = nilai kapasitansi dalam F (farad) = besar tegangan dalam V (volt)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Q = m. c. t

RESONANSI PADA RANGKAIAN RLC

BAB 4 ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1].

Gambar 3. (a) Diagram fasor arus (b) Diagram fasor tegangan

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart

Tarif dan Koreksi Faktor Daya

PEMBAHASAN. R= ρ l A. Secara matematis :

RANCANG BANGUN MODUL POWER FACTOR CONTROL UNIT

atau pengaman pada pelanggan.

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive)

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik yang

Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik

TM - 2 LISTRIK. Pengertian Listrik

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

PERBAIKAN FAKTOR DAYA MOTOR INDUKSI 3 FASE

KOREKTOR FAKTOR DAYA OTOMATIS PADA INSTALASI LISTRIK RUMAH TANGGA

PENGUJIAN ALAT PENGHEMAT DAYA LISTRIK KONSUMSI PUBLIK

COS PHI (COS φ) METER

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN

DAYA LISTRIK ARUS BOLAK BALIK

BAB II LANDASAN TEORI. listrik, dan tegangan listrik (V). Gaya bertanggung jawab terhadap adanya

Arus listrik sebesar 1 amper adalah perpindahan elektron sebanyak 6.24 x yang melewati satu titik pada setiap detiknya.

Peralatan Instalasi Listrik Rumah Tangga dan Fungsinya

Menganalisis rangkaian listrik. Mendeskripsikan konsep rangkaian listrik

MODUL 1 PRINSIP DASAR LISTRIK

MODUL FISIKA. TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) DISUSUN OLEH : NENIH, S.Pd SMA ISLAM PB. SOEDIRMAN

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV

RANCANGAN BANGUN PENGUBAH SATU FASA KE TIGA FASA DENGAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA

EVALUASI PENGGUNAAN LAMPU LED SEBAGAI PENGGANTI LAMPU KONVENSIONAL

BAB II AUDIT DAN MANAJEMEN ENERGI LISTRIK

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah

BAB IV ARUS BOLAK BALIK. Vef = 2. Vrt = Vsb = tegangan sumber B = induksi magnet

20 kv TRAFO DISTRIBUSI

RANGKAIAN AC R-L PARALEL

RANCANG BANGUN KAPASITOR BANK UNTUK EFISIENSI DAYA LISTRIK PADA INDUSTRI KECIL

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK


BAB I PENDAHULUAN. Motor listrik dewasa ini telah memiliki peranan penting dalam bidang industri.

PEMBAHASAN UAS ONLINE TIL 1. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik adalah... Jwb : Volt Meter

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik

MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 2, Desember 2009

Dari Gambar 1 tersebut diperoleh bahwa perbandingan daya aktif (kw) dengan daya nyata (kva) dapat didefinisikan sebagai faktor daya (pf) atau cos r.

STUDI PENGARUH PEMASANGAN ENERGY SAVER PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB II GENERATOR SINKRON. bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi

Konsep Dasar. Arus Bolak Balik (AC)

BAB II DASAR TEORI. konsumsi energi pada bangunan gedung dan mengenali cara cara untuk

BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA)

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

ANALISIS UPAYA PENURUNAN BIAYA PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK PADA LAMPU PENERANGAN

BAB IV ANALISIS DATA

Perbaikan Faktor Daya Motor Induksi Tiga Fase. Oleh Manan Ginting Staff Pengajar di Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan

A. Kompetensi Mengukur beban R, L, C pada sumber tegangan DC dan AC

DASAR LISTRIK BOLAK-BALIK (AC)

Dalam materi pembelajaran ini akan dibatas tiga komponen passif yakin

ARUS DAN TEGANGAN BOLAK- BALIK

ANALISIS PENINGKATAN FAKTOR KERJA MOTOR INDUKSI 3 PHASA

Konsep Dasar Rangkaian. Rudi susanto

BAB II DASAR TEORI. arus dan tegangan yang sama tetapi mempunyai perbedaan sudut antara fasanya.

ANALISIS PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK. MEMENUHI PENAMBAHAN BEBAN 300 kva TANPA PENAMBAHAN DAYA PLN

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron

SIMULATOR SISTEM TENAGA LISTRIK JARINGAN TUNGGAL DAN GANDA SINGLE FEEDER

SEMIKONDUKTOR. Komponen Semikonduktor I. DIODE

BAB II RANGKAIAN ELEKTRONIK DAN KOMPONEN

Perbaikan Tegangan untuk Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ELEKTRONIKA FISIS DASAR I RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK (AC)

Transkripsi:

30%. 1 Alat penghemat daya listrik bekerja dengan cara memperbaiki faktor daya Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Penghemat Daya Listrik Alat penghemat daya listrik adalah suatu alat yang oleh perusahaan pembuatnya diklaim mampu menghemat penggunaan daya listrik pada instalasi rumah tinggal. Alat tersebut juga diklaim mampu menghemat biaya pemakaian listrik dari 10 % hingga (Cosφ ) sehingga dapat mengurangi daya reaktif atau Q ( VAR ) yang dihasilkan oleh peralatan listrik, sehingga memaksimalkan kapasitas jaringan listrik yang kemudian dapat meningkatkan efisiensi penggunaan daya listrik. Gambar 2.1 Alat Penghemat Daya Listrik Alat penghemat daya tersebut dipasang pada rumah, ruko atau kantor dengan daya terpasang antara 450 VA hingga 2200 VA. Tersedia satu stop kontak untuk pemasangan alat penghemat daya tersebut. Alat penghemat daya listrik akan bekerja lebih efektif dan maksimal pada instalasi yang menggunakan peralatan peralatan beban induktif, seperti lemari es, kipas angin, lampu TL, televisi, motor listrik, blender dan lain lain. 1 Anonymous, Alat Penghemat Daya Listrik, https://poweroptimizer.wordpress.com 5

2.2 Daya Listrik Daya listrik adalah laju hantaran energi listrik dalam rangkaian listrik. Satuan SI daya listrik adalah watt, yang menyatakan banyaknya tenaga listrik yang mengalir per satuan waktu ( joule/detik ). Daya listrik terbagi atas 3 ( tiga ) jenis, yaitu Daya Nyata (P) dalam satuan Watt ( W ), Daya Semu ( S ) dalam satuan Volt Ampere ( VA ) dan Daya Reaktif ( Q ) dalam satuan Volt Ampere Reaktif ( VAR ). 2 Gambar 2.2 Segitiga Daya 2.2.1. Daya Nyata ( P ) Daya nyata adalah daya yang memang benar benar digunakan dan terukur pada beban. Daya nyata dibedakan berdasarkan penggunaanya, yaitu pada satu fasa atau tiga fasa. Secara matematis dapat ditulis : Untuk 1 ( satu ) fasa : P = V I Cos φ ( 2. 1 ) Untuk 3 ( tiga ) fasa : P = V I Cos φ 3 ( 2. 2 ) P = Daya Nyata ( Watt ) V = Tegangan ( Volt ) I = Arus ( Amper ) Cos φ = Faktor Daya 2 Mohamad Ramdhani, Rangkaian Listrik, Erlangga, 2008 Jakarta, halaman 4 6

2.2.2. Daya Semu ( S ) Daya semu adalah nilai tenaga listrik yang melalui suatu penghantar. Daya semu merupakan hasil perkalian dari tegangan dan arus yang melalui penghantar. Daya semu dibedakan berdasarkan penggunaannya, yaitu pada satu fasa dan 3 fasa. Secara matematis dapat dituliskan : Untuk 1 ( satu ) fasa : S = V I ( 2.3 ) Untuk 3 ( tiga ) fasa : S = V I 3 ( 2.4 ) S = Daya Semu ( VA ) V = Tegangan ( V ) I = Arus ( A ) 2.2.3. Daya Reaktif ( Q ) Daya reaktif adalah daya yang dihasilkan oleh peralatan peralatan listrik. Sebagai contoh, pada motor listrik terdapat 2 daya reaktif panas dan mekanik. Daya reaktif panas karena kumparan pada motor dan daya reaktif mekanik karena perputaran. Daya reaktif adalah hasil perkalian dari tegangan dan arus dengan vektor daya. Secara matematis dapat dituliskan : Untuk 1 ( satu ) fasa : Q = V I Sin φ ( 2.5 ) Untuk 3 ( tiga ) fasa : Q = V I Sin φ 3 ( 2.6 ) Q = Daya Reaktif ( VAR ) V = Tegangan ( V ) I = Arus ( A ) Sin φ = Besaran Vektor Daya 7

2.3 Arus Listrik Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang disebabkan dari pergerakan elektron elektron, mengalir melalui suatu titik dalam sirkuit listrik tiap satuan waktu. Arus listrik dapat diukur dalam satuan coulumb/detik atau Ampere. Arus listrik dibagi atas dua jenis, yaitu arus bolak balik ( Alternating Current ) dan arus searah ( Dirrect Current ). Arus bolak balik adalah arus yang nilainya berubah terhadap satuan waktu. Arus bolak balik biasanya dihasilkan oleh pusat pusat pembangkit tenaga listrik. Arus searah adalah arus yang nilainya tetap atau konstan terhadap satuan waktu. Arus listrik searah biasanya dihasilkan oleh baterai dan akumulator ( accu ). 3 Secara matematis dapat dituliskan : I = ( 2.7 ) I = Arus ( Ampere ) V = Tegangan ( Volt ) R = Tahanan ( Ohm ) 2.4 Tegangan Tegangan listrik adalah perbedaan potensial listrik antara dua titik dalam rangkaian listrik dan dinyatakan dalam satuan volt. Besaran ini mengukur energi potensial dari sebuah medan listrik yang mengakibatkan adanya aliran listrik dalam sebuah konduktor listrik. Berdasarkan nilai tegangannya, tegangan listrik dibagi atas empat jenis, yaitu tegangan rendah, tegangan menengah, tegangan tinggi dan tegangan ekstra tinggi. 4 Secara matematis dapat dituliskan : V = I R ( 2.8 ) V = Tegangan ( Volt ) I = Arus ( Ampere ) R = Tahanan ( Ohm ) 3 Mohamad Ramdhani, Rangkaian Listrik, Erlangga, 2008, Jakarta, halaman 2 4 Mohamad Ramdhani, Rangkaian Listrik, Erlangga, 2008, Jakarta, halaman 3 8

2.5 Faktor Daya Menurut sejarahnya, penggunaan konsep daya semu ( apparent power ) dan faktor daya ( power factor ) diperkenalkan oleh kalangan industri penyedia daya listrik, yang bisnisnya memidahkan energi listrik dari satu titik ke titik lain. Efesiensi proses pemindahan daya listrik ini terkait langsung dengan biaya energi listrik yang pada gilirannya menjelma menjadi biaya yang harus dibayarkan oleh konsumen. Hal yang mempengaruhi perpindahan energi listrik tersebut adalah faktor daya. Untuk mencapai efesiensi pemindahan energi 100 %, maka rangkaian harus memiliki nilai faktor daya sebesar 1. Namun hal ini sulit dicapai karena adanya rugi rugi yang ditimbulkan oleh penghantar listrik dan juga beban listrik, terutama beban induktif. 5 2.5.1 Penyebab Faktor Daya Rendah Faktor daya yang rendah disebabkan oleh peralatan listrik seperti motor induksi, unit unit ballast yang memerlukan arus magnetisasi reaktif untuk geraknya. Alat alat seperti ini memerlukan arus listrik untuk membangkitkan medan, sehingga menimbulkan panas dan daya mekanis yang dapat menimbulkan rugi rugi. Penggunaan kapasitor yang berlebihan dalam suatu instalasi juga akan menyebabkan faktor daya yang buruk, namun hal ini jarang terjadi. 2.5.2 Kerugian Akibat Faktor Daya Rendah Hal yang menyebabkan menyebabkan rendahnya faktor daya adalah besarnya daya reaktif. Daya reaktif yang terlalu besar ini tidak memberikan nilai kerja, melainkan diserap oleh saluran dan disimpan dalam bentuk elektromagnetik. Dengan bertambahnya daya reaktif, maka faktor daya menjadi rendah, sehingga akan menyebabkan beberapa kerugian, diantara lain : a. Kapasitas penyaluran daya dari saluran penghantar akan menurun. Bila faktor daya rendah maka arus akan membesar sedangkan kapasitas penghantar adalah tetap. Hal ini akan mengakibatkan menurunnya kapasitas penyaluran daya dari saluran penghantar. 5 Willim J. Hayt, Jr dan Jack E. Kemmerly dan Steven M. Durbin, Rangkaian Listrik Edisi Keenam, Erlangga, Jakarta, 2002, halaman 375 9

b. Dengan bertambahnya daya reaktif, maka kebutuhan akan arus induktifnya akan menjadi lebih besar sehingga akan mendapatkan daya nyata, diperlukan penambahan daya semu dan hal ini berarti harus memperbesar kapasitas ( kebutuhan instalasi listrik ), yaitu dengan memperbesar rating pengaman arus lebih dan ukuran penghantar yang lebih besar. Sehingga dibutuhkan penambahan biaya dengan kata lain kebutuhan listrik yang lebih besar. c. Bertambahnya rugi rugi pada saluran penghantar dan peralatan listrik. Hal ini biasanya berupa rugi rugi penyaluran daya yang diakibatkan oleh panas yang timbul. 2.5.3 Perbaikan Faktor Daya Prinsip dasar dari peningkatan faktor daya adalah dengan menyuntikkan arus dengan fase mendahului ke dalam rangkaian agar menetralisir arus yang ketinggalan fase. Salah satu caranya yaitu dengan memasang kapasitor pada rangkaian. Kebanyakan instalasi industrial menggunakan menggunakan motor induksi untuk mengendalikan beban mekanis. Kecuali jika bekerja menggunakan beban penuh (atau mendekati beban penuh), faktor daya dari motor ini dapat cukup rendah. Akibatnya pemakaian kva-nya pada beban kecil lebih besar daripada keluarannya. Sebaliknya, beban kecil pada motor ini mengakibatkan tingginya biaya kva. Jika faktor daya dari jaringa diperbaiki dengan menghubungkan kapasitor ke tiap motor induksi besar, maka kva permintaan maksimum dari instalasi berkurang. Akibatnya, koreksi faktor daya mempunyai efek sekunder dalam mengurangi arus yang dalirkan oleh kombinasi motor kapasitor jika dibandingkan dengan motor saja. Tentunya harus diperhatikan bahwa jika perbaikan faktor daya dari suatu instalasi mengakibatkan berkurangnya kva, perbaikan faktor daya itu tidak mempengaruhi beban dalam kw dari jaringan ( karena hal ini tergantung pada banyaknya kerja yang diselesaikan oleh jaringan ). 6 2.6 Kapasitor Kapasitor atau Kondensator adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik. Kapasitor memiliki satuan yang disebut Farad ( F ). Kondensator 6 Noel M. Morris, Aplikasi Listrik dan Elektronika, PT. Elex Media Komputindo, 1998, Jakarta, hal. 98 10

diidentikkan mempunyai dua kaki dan dua kutub, yaitu positif ( + ) dan negatif ( - ) serta memiliki cairan elektrolit dan pada umumnya berbentuk tabung, sedangkan kapasitor nilai kapasitansinya lebih rendah, tidak memiliki kutub positif ( + ) dan negatif ( - ) pada kakinya, kebanyakan berbentuk bulat pipih berwarna cokelat, merah, hijau seperti tablet. 7 Gambar 2.3 Simbol Kondensator Gambar 2.4 Simbol Kapasitor Satuan dari kapasitansi adalah Farad ( F ), tetapi karena nilai dalam Farad sangat besar, maka lebih sering digunakan : Pikofarad ( pf ) = 1 x 10-12 F Nanofarad ( nf ) = 1 x 10-9 F Mikrofarad ( µf ) = 1 x 10-6 F 2.6.1 Arus Bolak Balik Kapasitor Bila tegangan AC dipakai pada kapasitor, maka pertama tama akan terjadi pengisian muatan pada suatu arah namun kemudian pada setengah perioda lagi pengisian pada arah sebaliknya, Sehingga bila pada suatu saat beda potensial pada kapasitor adalah V = V m Sin ωt dan besarnya muatan pada kapasitor adalah q coulumb, maka q = C V, dimana C adalah kapasitansi dalam Farad. 7 Anonymous, Ilmu Listrik 2Jurusan Teknik Elektronika, Dinas Pendidikan Pengembangan Politeknik Negeri Medan, Medan, 1986 halaman 10.31 11

Gambar 2.5 Rangkaian dan bentuk gelombang arus dan tegangan pada rangkaian kapasitif 2.7 Bargainser Bargainser merupakan alat yang berfungsi sebagai pembatas daya listrik yang digunakan konsumen dan juga berfungsi sebagai pengukur jumlah daya listrik yang digunakan oleh konsumen tersebut ( dalam satuan kwh ). Ada beberapa batasan daya yang diberikan PLN untuk instalasi rumah tinggal, yaitu 220 VA, 450 VA, 900 VA, 1300 VA dan 2200 VA. Pada bargainser terdapat tiga bagian utama, yaitu : 1. Miniature Circuit Breaker ( MCB ) Miniature Circuit Breaker ( MCB ) berfungsi untuk memutuskan daya listrik secara otomatis jika daya yang dihantarkannya melebihi batasannya. MCB juga berfungsi sebagai saklar utama dalam suatu instalasi rumah. Artinya apabila tuas MCB diposisikan pada posisi off maka sumber tegangan listrik ke rumah tersebut akan terputus. 2. Meter Listrik ( kwh Meter ) Meter listrik berfungsi untuk mengukur jumlah daya yang digunakan konsumen dalam satuan kilowatt hour ( kwh ). Pada bargainser, meter listrik berbentuk deretan angka, baik dalam bentuk analog maupun digital yang akan berubah sesuai dengan besarnya pemakaian daya listrik. 12

3. Spin Control Spin Control merupakan alat kontrol penggunaan daya yang ada pada bargainser. Spin Control akan terus berputar selama masih ada daya terpakai yang melalui bargainser tersebut. Semakin besar daya yang terpakai, maka semakin cepat perputaran spin control tersebut, begitu juga sebalikanya. Gambar 2.6 Bargainser 1 Fasa 2.8 Teknik Pengukuran Listrik Teknik pengukuran listrik adalah suatu cara untuk mengetahui nilai dari suatu besaran listrik, baik listrik arus searah ataupun bolak balik. Pada umumnya, sistem (cara ) pengukuran listrik ini dapat dibedakan dalam : 1. Sistem pengukuran yang berdasarkan khusus dari ilmu pengetahuan. 2. Sistem pengukuran teknik. 13

Adapun yang dimaksud dengan pengukuran teknik adalah pengukuran besaran listrik seperti kuat arus, tegangan, tahanan, induksi, daya, frekuensi, faktor kerja dan pengukuran terhadap listrik untuk menentukan harga besaran yang sifatnya lain, seperti suhu, susunan kimia dan lainnya. 8 Di dalam pelaksanaan sehari hari, alat ukur ini telah dibentuk dan dapat dibedakan dalam beberapa jenis : a. Instrumen papan penghubung ( Schakel Board Instrument ) Alat ini dipasang pada papan penghubung atau di dalam almari penghubung ( Schakel Kosten ). Alat ukur ini diperdagangkan dalam berbagai bentuk dan jenis. Ketelitian pengukuran papan penghubung ini tidak terlalu besar, biasanya instrumen ini termasuk dalam kelas 1,5 atau 2,5. b. Instrumen Pasang Alat ukur jenis ini adalah suatu alat pengukur yang mudah dan dapat dipindah pindahkan. Ukuran dari alat ini biasanya tidak terlalu besar dan bodynya terbuat dari bahan ebonit yang dipress. Contohnya adalah Voltmeter, Multimeter dan beberapa alat ukur lain. c. Instrumen Laboratorium / Instrumen Persisi Instrumen ini dipakai untuk pengukuran laboratorium dan instrumen ini termasuk dalam kelas 0,2 dan 0,5. Biasanya alat ini tidak untuk dipindah pindahkan. Umumnya pembacaan aalt ukur harus dikoreksi menurut suhu disekitarnya. d. Pengukur Catat ( Recorder ) Alat ukur ini berfungsi untuk mengukur suatu besaran secara kontiniu dan pada waktu waktu tertentu. Dengan dilengkapi pena recorder, alat ini akan menunjukkan hasil pengukuran dalam bentuk grafik di atas sebuah kertas. 2.9 Jenis Jenis Beban Listrik Dalam sistem listrik arus bolak balik, jenis jenis beban listrik dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu : 1. Beban Resistif ( R ) Beban resistif adalah beban yang terdiri dari komponen tahanan ohm / resistor murni, seperti elemen pemanas dan lampu pijar. Beban jenis ini hanya menyerap 8 F. Suryatmo, Teknik Listrik Pengukuran, Bina Aksara, 1974, Jakarta, halaman 27 14

daya aktif dan tidak menyerap daya reaktif sama sekali, serta mempunyai faktor daya sama dengan 1. Tegangan dan arusnya berada pada satu garis yang sama. Persamaan daya sebagai berikut : P = V I ( 2.9 ) P = Daya aktif yang diserap beban ( Watt ) V = Tegangan yang mencatu beban ( Volt ) I = Arus yang mengalir pada beban ( Ampere ) Gambar 2.7 Arus dan tegangan pada beban resistif 2. Beban Induktif ( L ) Beban induktif ( L ) yaitu beban yang terdiri dari kumparan kawat yang dililitkan pada suatu inti, seperti coil, motor motor listrik, transformator dan selenoida. Beban jenis ini dapat menyebabkan pergeseran fasa pada arus sehingga bersifat lagging. Hal ini disebabkan oleh energi yang tersimpan berupa medan magnetis akan mengakibatkan fasa arus bergeser dan menjadi tertinggal terhadap tegangan. Beban jenis ini menghisap daya aktif dan daya reaktif. Persamaan daya aktif untuk beban induktif adalah sebagai berikut : P = V I Cos φ ( 2.10 ) P = Daya aktif yang diserap oleh beban ( Watt ) V = Tegangan yang mencatu beban ( Volt ) 15

I = Arus yang mengalir pada beban ( Ampere ) Cos φ = Sudut antara arus dan tegangan Untuk menghitung besarnya reaktansi induktif ( XL ) dapat digunakan rumus : XL = 2π f L ( 2.11 ) XL = Reaktansi induktif f = Frekuensi ( Hz ) L = Induktansi ( H ) Gambar 2.8 Arus dan tegangan pada beban induktif 3. Beban Kapasitif ( C ) Beban kapasitif ( C ) yaitu beban yang memiliki kemampuan kapasitansi atau kemampuan untuk menyimpan energi yang berasal dari pengisian dielektrik ( electrical charge )pada suatu sirkuit. Komponen ini dapat menyebabkan arus mendahului tegangan. Beban jenis ini menyerap daya aktif dan mengeluarkan daya reaktif. 9 Persamaan daya aktif untuk beban kapasitif adalah sebagai berikut : P = V I Cos φ ( 2.12 ) P = Daya aktif yang diserap oleh beban ( Watt ) V = Tegangan yang mencatu beban ( Volt ) I = Arus yang mengalir pada beban ( Ampere ) 9 Zazili Nopian Pratama, Analisa Pengaruh Pemasangan Kapasitor Terhadap Faktor Daya Pada Motor Induksi Tiga Fasa ( Motor Rotor Sangkar Tupai ), Laporan Akhir, 2013, Palembang, halaman 18 16

Cos φ = Sudut antara tegangan dan arus Untuk menghitung besarnya reaktansi kapasitif ( Xc ) adalah dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Xc = ( 2.13 ) Xc = Reaktansi kapasitif f = Frekuensi ( Hz ) C = Kapasitansi ( Farad ) Gambar 2.9 Arus dan tegangan pada beban kapasitif 17