OLEH : DR. SURANTO DOSEN JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN UMY

dokumen-dokumen yang mirip
PILKADA LANGSUNG SERENTAK: HARAPAN DAN TANTANGAN

KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN DAERAH & ETIKA PEMERINTAHAN

Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan yang solid dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

Oleh : Nopyandri, S.H., LL.M.

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 /PM.4/2008 TENTANG

DISUSUN OLEH : PROF. DR. SADU WASISTIONO, MS 2010

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN

GOOD GOVERNANCE. Sedarnawati Yasni

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

Urgensi Pemimpin Daerah Yang Bersih Guna Mewujudkan Good Governance Oleh: Achmadudin Rajab *

Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. semangat para Penyelenggara Negara dan pemimpin pemerintahan. 1 Penyelenggara

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

KONSOLIDASI DEMOKRASI UNTUK KEMAKMURAN RAKYAT

PENETAPAN KINERJA (TAPKIN)

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA RAPAT KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2008

PENJELASAN ATAS UNDANGUNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi

BAB VIII KELEMBAGAAN

PROVINSI JAWA TENGAH

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum di Indonesia sebagai salah satu upaya mewujudkan negara

MAKNA DAN HAKEKAT DEMOKRASI

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

Perwujudan Good Governance di Era Otonomi Daerah

BAB I1 Perencanaan Dan Perjanjian Kinerja L IHA PEMILIHAN UMUM

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan di dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang

Pemilu Serentak 2019 dan Penguatan Demokrasi Presidensial di Indonesia. Oleh Syamsuddin Haris

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

IMPLEMENTASI GOOD GOVERNANCE DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK BIDANG PENDIDIKAN DI KECAMATAN AMURANG BARAT KABUPATEN MINAHASA SELATAN

Bab III Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Mengetahui bentuk pemerintahan yang baik RINA KURNIAWATI, SHI, MH

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 7 TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II PERENCANAAN KINERJA

Bangun Good Government and Good Governance untuk Meraih Masa Depan Indonesia

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

PERANAN MASYARAKAT DESA DI KECAMATAN SILIAN RAYA DALAM PELAKSANAAN (GOOD GOVERNANCE) O l e h : DOLFI AKAY

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TANTANGAN DAN HARAPAN PERGURUAN TINGGI DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

Good Party Governance Solusi Tuntas Menuju Indonesia Baru

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

GOOD GOVERNANCE & TRANSPARANSI

MODEL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA SALATIGA) PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

Good Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara lebih Luber (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia) dan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA Menuju Masyarakat Informasi Indonesia

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

BAB 14 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH

2011, No Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal; 4. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Moda

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Caroline Paskarina. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

Disampaikan oleh: Drs. Al Muzzammil Yusuf, M. Si. Nomor Anggota: A-93

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

Transkripsi:

OLEH : DR. SURANTO DOSEN JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN UMY SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPERS EVALUASI PILKADA SERENTAK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO 09 APRIL 2016

Pemilu merupakan salah satu amanah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang harus dilaksanakan secara umum, langsung, bebas, rahasia (luber), jujur dan adil (jurdil). Pemilu yang berkualitas dan demokratis dapat diwujudkan apabila dilaksanakan sesuai dengan asasnya. Adanya Pemilu yang berkualitas dan demokratis dapat mewujudkan tata kelola pemerintahaan yang baik (good governance) Momentum Pilkada Serentak, seharusnya merupakan arena untuk memilih pemimpin daerah yang berani, tegas, teruji, dan mumpuni. Oleh karena itu, Pilkada serentak merupakan instrumen membangun good governance serta sistem pemerintahan yang melayani, mengayomi, memberi optmisme dan pencerahan kepada masyarakat,.

Secara prinsip, sistem demokrasi yang baik adalah sistem yang kualitasnya senantiasa terus berkembang kearah yang lebih baik sejalan dengan perubahan yang ada. Fleksibilitas tersebut dimungkinkan karena sistem perubahan memuat beberapa prinsip: (Dahl, 2001 : 52) 1. Adanya pembatasan kekuasaan dengan jalan memberikan jaminan bagi berlangsungnya proses peralihan kekuasaan secara demokrasi, berkala dengan menggunakan jalur perwakilan efektif; 2. Adanya persamaan hukum bagi seluruh warga negara dan menjauhi watak diskriminatif; 3. Adanya mekanisme kontrol checks and balances; 4. Terbukanya ruang kebebasan berpendapat, baik lisan maupun tulisan; 5. Adanya penghormatan hak-hak minoritas atau individu sebagai bagian yang patut diperhatikan, 6. Dipegangnya prinsip penghormatan hak-hak asasi manusia sehingga dalam penyelesaian yang berkembang di masyarakat, cara refresif dan intimidatif yang menggunakan aparat pemaksa dihilangkan atau tidak diberi tempat

Baik-buruknya pemerintahan bisa dinilai bila ia telah bersinggungan dengan semua unsur prinsipprinsip good governance. Adapun prinsip-prinsip good governance (Anonim, 2009) : 1.Partisipasi Masyarakat Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif. 2.Tegaknya Supremasi Hukum Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di dalamnya hukumhukum yang menyangkut hak asasi manusia. 3.Transparansi Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau. 4.Peduli pada stakeholder Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan.

5.Berorientasi pada konsensus Tata kelola pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur. 6.Kesetaraan Semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan kesejahteraan mereka. 7.Efektifitas dan efisiensi Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin. 8.Akuntabilitas Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan organisasi-organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk pertanggung jawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan. 9.Visi Strategis Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata kelola pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya dan sosial yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut.

Kasus korupsi. Data Kementerian Dalam Negeri, ada 343 kepala daerah yang berperkara hukum baik di kejaksaan, kepolisian, mau pun Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) antara 2012-2014. Sebagian besar karena tersangkut masalah pengelolaan keuangan daerah. Kasus Pesta Sabu. Calon Bupati Ogan Ilir yang gagal dilantik karena tertangkap Nyabu Kasus Nepotisme. Kasus perombakan birokrasi

1) Proses rekrutmen kepala daerah yang kurang memungkinkan terpilihnya kepala daerah berkualitas (baik via perorangan maupun parpol) 2) Regulasi dan implementasinya yang tidak tegas 3) Kultur politik uang dan transaksional 4) Pengkaderan parpol yang tidak berjalan 5) Pengawasan yang terbatas kewenangannya 6) Kesadaran masyarakat yang kurang tentang fungsi Pilkada sebagai ajang rekrutmen pemimpin.

PARPOL BALON KDH KDH & WAKIL KDH & WAKIL RAKYAT APBD SDM SDA SDB INVESTOR/ PENGUSAHA

1) Pembenahan regulasi 2) Penguatan parpol 3) Implementasi pengawasan 4) Sosialisasi dan penyadaran warga

PERTIMBANGAN DALAM MEMILIH PIMPINAN PEMERINTAHAN 1. Kapabilitas Gambaran kemampuan diri si pemimpin baik intelektual maupun moral, yang dapat dilihat dari catatan jejak (track record) pendidikannya maupun jejak sikap dan perilakunya selama ini. 2. Akseptabilitas Gambaran tingkat penerimaan pengikut terhadap kehadiran pemimpin. 3. Kompatibilitas Kemampuan untuk menyesuaikan diri dgn kebijakan dari pemerintah tingkat atasnya & mengakomodasikan kebijakan dari pemerintah tingkat bawahnya maupun tuntutan dari para pengikutnya.

URUTAN PENTINGNYA ASPEK KEPEMIMPINAN DIKAITKAN DENGAN TINGKATAN PADA POSISI PEMERINTAHAN NO Tingkatan Posisi Pemerintahan Urutan Derajat Urgensi Aspek Kepemimpinan 1. Presiden 1. Kapabilitas 2. Akseptabilitas 3. Kompatibilitas 2. Kepala Daerah Propinsi 3. Kepala Daerah Kab /Kota 1. Kompatibilitas 2. Kapabilitas 3. Akseptabilitas 1. Akseptabilitas 2. Kapabilitas 3. Kompatibilitas 4. Kepala Desa 1. Akseptabilitas 2. Kompatibilitas 3. Kapabilitas

Banyak sekali faktor yang menentukan keberhasilan pelaksanaan tata kelola pemerintahan di suatu daerah, yaitu : faktor internal dan faktor eksternal. Terkait dengan Pilkada, ada tiga faktor penting yang berdampak langsung terhadap tata kelola pemerintahan di daerah yaitu : a. Kapabilitas Kepala Daerah terpilih; b. Dukungan partai politik yang tercermin melalui anggotanya di DPRD; c. Profesionalitas birokrasi pemerintahan daerah.

D U K U N G A N G P O L TINGGI SEDANG RENDAH Kemajuan Daerah sangat tergantung pada Parpol pendukung Tergantung Dinamika DPRD, Apabila DPRDnya High Profile, daerah berpeluang untuk maju Daerah akan cenderung mengalami kemandegan, bahkan kemunduran daerah moderat, apabila didukung birokrasi profesional daerah moderat, meskipun cenderung lambat daerah lambat, sehingga memerlukan konsultansi pihak luar RENDAH SEDANG TINGGI KAPABILITAS KEPEMIMPINAN daerah akan tinggi daerah tinggi apabila DPRD justru bersifat Low Profile Cenderung banyak konflik politik, membuat kemajuan daerah menjadi lambat

P R O F B E I S R I O O K N R A A L S I I T A S TINGGI SEDANG RENDAH Kemajuan Daerah sangat tergantung pada ketulusan birokrasi, atau Justru terjadi biropatologi Untuk mencapai kemajuan, diperlukan banyak supervisi dari Pem tingkat atasnya dan bantuan pihak luar Daerah akan cenderung mengalami kemandegan, bahkan kemunduran daerah moderat sampai tinggi apabila dilakukan banyak pendelegasian kew. daerah moderat, meskipun cenderung lambat daerah lambat, sehingga memerlukan konsultansi pihak luar RENDAH SEDANG TINGGI daerah akan tinggi daerah dari moderat ke arah tinggi apabila ada cetak biru yang jelas Cenderung menggunakan gaya otoriter untuk membuat daerah maju KAPABILITAS KEPEMIMPINAN