BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Indonesia di kelas IV SDN No. 39 Hulonthalangi dimana dalam kegiatan belajar

dokumen-dokumen yang mirip
KEMAMPUAN SISWA MENENTUKAN IDE POKOK PADA WACANA DI KELAS IV SDN NO. 39 HULONTHALANGI KOTA GORONTALO. Oleh : Adrian Brahim

BAB I PENDAHULUAN. bersastra. Pada kurikulum 2013, pelajaran bahasa Indonesia mengalami. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. I dilaksanakan pada hari jumat 4 Mei 2012, sedangkan siklus II dilaksanakan pada

BAB I PENDAHULUAN. dan jenjang pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SDN No. 39 Hulonthalangi Kota Gorontalo.

Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas IV SDN Mantangisi Dalam Membaca Intensif Melalui Metode Pemberian Tugas

BAB I PENDAHULUAN. mereka pahami (dalam ilmu dan aplikasi pendidikan, 2011: 19). Pengalaman

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDK Ogomojolo Pada Materi Perjuangan Bangsa Indonesia Sebelum Kemerdekaan Melalui Metode Resitasi

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas kemampuan menulis seseorang, termasuk dalam menyusun paragraf

Peningkatan Kemampuan Menyusun Paragraf Melalui Metode Latihan Terbimbing Siswa Kelas III SDN 5 Ampana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian SDN 10 Mananggu merupakan salah satu sekolah yang ada di wilayah Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 3 Batudaa Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. disarankan adalah penelitian tindakan. Dari namanya itu sendiri sudah. bukanlah kepentingan guru) (Arikunto, 2012:2).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lia Agustin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

FORMAT OBSERVASI AKTIVITAS PENELITI SIKLUS 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Fisika dengan Penerapan Model

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki peran yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang menyangkut usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia

BAB V PEMBAHASAN. Hasil pembelajaran dengan strategi pembelajaran Team Quiz yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan metode eksperimen. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 349 TANJUNG KAPA MANDAILING NATAL

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN TEORI BELAJAR VAN HIELE PADA MATERI VOLUME KUBUS DAN BALOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, khususnya di SD. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan gambar seri merupakan salah satu standar kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam

Penerapan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sains (Sifat Benda) di Kelas IV SDN 2 Karamat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencakup keterampilan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Di antara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. data-data yang diperoleh dalam pelaksanaan kesulitan tindakan kelas. Penelitian

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYUSUN PARAGRAF PADA KELAS III SDN KEBOANSIKEP

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 17 siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk

Peningkatan Kemampuan Siswa Menyimak Cerita Rakyat Melalui Metode Tanya Jawab di Kelas V SDN Watutinonggo

BAB I PENDAHULUAN. lulus tidaknya seorang siswa. Oleh sebab itu mutu pelajaran Bahasa Indonesia di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. belajar sehingga siswa memiliki pengalaman dan kemandirian belajar.

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian ini adalah SDN 2 Ponelo tepatnya berlokasi di Jl Otiola kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Telaga Kecamatan Telaga

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan siswa lainnya. Bagi siswa sekolah dasar, kadang

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

PENGARUH MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS III SDN DI PENENGAHAN LAMPUNG SELATAN. Sudarmaji Dosen STKIP PGRI Bandar Lampung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berhenti. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah/madrasah,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis atau mengarang adalah kegiatan berbahasa yang menggunakan tulisan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. lisan, sedangkan membaca dan menulis terjadi dalam komunikasi secara tertulis.

Aji Tri Astuti SDN Bumijawa 04 Kab. Tegal

BAB I PENDAHULUAN. air. Bahasa Indonesia memang diajarkan sejak anak-anak, tetapi model pengajaran

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN MOTIVASI BELAJAR BIOLOGI MELALUI ACTION LEARNING PADA SISWA KELAS X.6 SMAN 5 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

BAB I PENDAHULUAN. siswa apabila siswa telah terlihat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Peningkatan Kemampuan Siswa Menyusun Paragraf Melalui Metode Latihan Pada Siswa Kelas III SDN 08 Paleleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Peningkatan Kemampuan Siswa Menulis Paragraf Melalui Metode Latihan di Kelas IV SD Inpres 1 Kamarora Kecamatan Nokilalaki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memegang peran penting dan suatu hal yang lazim dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBELAJARAN Pelaksanaan Tindakan Kondisi Awal

Sabran, Kemampuan Roll Depan, Metode Tutor Sebaya

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan dalam pembelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menyimpulkan isi berita yang dibacakan dalam beberapa kalimat. Penelitian ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. profil sekolah penelitian baik penelitian tindakan kelas maupun penelitian

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. relevan, serta mampu membangkitkan motivasi kepada peserta didik.

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kelas V SDN Tatarandang Pada Materi FPB Dan KPK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siklus II. Pada tindakan siklus II ternayata indikator penelitian telah tercapai,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karakter merupakan sifat khusus atau moral dari perorangan maupun

PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI METODE BERVARIASI. Sudarso

PENERAPAN MODEL RECIPROCAL TEACHING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VII SMPN 13 BIMA

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas guru. Sebaik apapun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan sumber-sumber daya pendidikan yang tersedia. pendidikan juga mengalami dinamika yang semakin lama semakin

BAB III METODE PENELITIAN Setting Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN 5 Tibawa Kecamatan Tibawa

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan. Gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar. Oleh SITI JULAEHA NIM A.

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan kata pengajaran atau teaching. Pembelajaran merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SDN 2 Tabongo Timur Kecamatan Tabongo

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF MELALUI MEDIA PUZZLE PADA SISWA KELAS III SDN GRENDEN 02 PUGER JEMBER

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ketiga bulan Maret, dengan alokasi waktu dalam penelitian ini yaitu 3 x 35 menit (2 x

Susilawati, Lilies, dan Bustamin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Berdasasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SDN No. 39 Hulonthalangi dimana dalam kegiatan belajar siswa kurang mengerti dalam menerima materi pelajaran khususnya pokok bahasan menentukan ide pokok pada wacana. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman mereka tentang ide pokok suatu wacana. Kurangnya pemahaman inilah yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah, dan kurangnya strategi mengajar yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran. 4.1.1 Hasil Observasi Pada hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dimana saat proses belajar guru lebih banyak menggunakan metode ceramah pada saat mengajar dan ketika diwawancarai apakah setiap proses pembelajaran siswa tidak bosan dengan metode ceramah yang digunakan oleh guru, guru itu menjawab kadang ada siswa yang merasa bosan tapi juga ada siswa yang tidak bosan, metode ceramah ini sangat perlu digunakan dalam pembelajaran karena dengan menggunakan metode itu siswa lebih paham dengan apa yang dimaksudkan oleh guru (hasil wawancara 18 mei 2013). Saat observasi berlangsung peneliti menanyakan apakah selain menggunakan metode ceramah ada juga metode yang bisa digunakan agar siswa lebih paham tentang materi yang diajarkan, guru itu menjawab banyak metode yang bisa digunakan salah satunya dengan menggunakan metode diskusi, dengan

diskusi siswa dilatih mengemukakan pendapatnya dan mencari kesimpulan akan materi yang diajarkan (hasil wawancara 18 mei 2013). Pada observasi ini peneliti melihat minimnya buku materi pelajaran bahasa Indonesia di sekolah ini. Hal ini terlihat dengan siswa yang harus berbagi buku mata pelajaran di karenakan jumlah buku yang tidak sebanding dengan jumlah siswa. 4.1.2 Hasil Wawancara Saat peneliti mewawancarai seorang siswa (anang pamungkas) tentang cara guru mengajar dengan metode ceramah apakah siswa itu mengerti dengan apa yang dijelaskan dan apakah siswa itu menyukai metode yang digunakan oleh guru, siswa itu menjawab jika memperhatikan penjelasan guru maka siswa itu dapat memahami dengan apa yang diajarkan oleh guru tersebut dan siswa tersebut menyukai metode ceramah yang digunakan oleh guru (hasil wawancara 18 mei 2013). Ketika peneliti mewawancarai guru tentang kemampuan siswa dalam pembelajaran guru itu mengatakan bahwa di kelas ini ada beberap orang siswa yang belum mampu memahami penjelasan yang diberikan guru saat pelajaran berlangsung dan ketika ditanyakan hambatan-hambatan apa yang dihadapi saat pembelajaran guru itu mengatakan hambatan saat pembelajaran itu adalah kurangnya buku pelajaran, ada beberapa orang siswa yang belum lancar membaca dan kurangnya perhatian siswa saat proses pembelajaran (hasil wawancara 18 mei 2013). 4.1.3 Temuan Umum

Secara umum peneliti menemukan gambaran berupa kemampuan siswa dalam menentukan ide pokok pada wacana pada siswa kelas IV SDN No. 39 Hulonthalangi Kota Gorontalo Antara lain : Ada beberapa siswa yang belum lancar membaca sehingga menyulitkannya dalam menentukan ide pokok pada wacana. Pada penelitian ini ditemukan juga ada siswa yang kurang memperhatikan pada saat proses pelajaran berlangsung, sehingga berdampak pada kurangnya pemahaman mereka tentang cara menentukan ide pokok pada wacana. Temuan umum lainnya yang ditemukan pada penelitian ini yakni selain guru dalam mengajarkan materi ide pokok menggunakan metode ceramah ada juga ditemukan siswa yang belum lancar menulis, kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan serta ada juga siswa yang mengganggu temannya, sehingga hal ini juga berpengaruh pada kemampuan siswa tersebut dalam menentukan ide pokok pada wacana. 4.1.4 Temuan Khusus Dalam menentukan ide pokok pada wacana dikelas IV SDN No. 39 Hulonthalangi, guru menemui beberapa masalah dalam mengajarkannya, antara lain : 1. Siswa belum memahami bagaimana cara menentukan ide pokok pada tiap paragraf/wacana sehingga berdampak pada kemampuan siswa itu sendiri. 2. Adanya siswa yang belum lancar membaca sehingga menyulitkan siswa itu dalam menentukan ide pokok pada wacana/paragraf.

3. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran sehingga ada siswa yang merasa bosan. Pada saat pembelajaran peneliti memperhatikan kemampuan siswa dalam menentukan ide pokok pada wacana ternyata ada diantara siswa tidak paham tentang ide pokok yang diajarkan. Melihat beberapa masalah di atas dalam menentukan ide pokok pada wacana, guru melakukan upaya-upaya berikut : 1. Menjelaskan tentang wacana dan cara menentukan ide pokok pada tiap paragraf/wacana. 2. Melakukan tanya jawab dengan siswa jika siswa mengalami kendala dalam menentukan ide pokok. 3. Melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran. 4. Melatih siswa yang belum lancar membaca agar dapat menemukan ide pokok pada wacana yang dibaca. Peneliti menemukan gambaran secara umum dan khusus apa yang menyebabkan sebahagian siswa kurang memahami cara menentukan ide pokok pada wacana di kelas IV SDN No. 39 Hulonthalangi. 4.2 Pembahasan Pelaksanaan interaksi belajar mengajar dalam hal ini mengenai kemampuan siswa menentukan ide pokok pada wacana pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas IV SDN No. 39 Hulonthalangi Kota Gorontalo adalah : 1. Minimal 75% dari jumlah siswa menunjukkan nilai baik atau nilai 70 2. Daya serap seluruh siswa memperoleh presentase minimal 75%

Berdasarkan nilai yang diperoleh dari pembelajaran materi ide pokok pada wacana, keterampilan menentukan ide pokok pada siswa kls IV SDN No. 39 Hulonthalangi Kota Gorontalo adalah : 1. Kemampuan siswa dalam menetukan ide pokok pada wacana yang memperoleh persentase 35.71% Berdasarkan gambaran deskripsi data dan pembahasannya seperti diuraikan di atas maka kemampuan siswa dalam menetukan ide pokok pada wacana sesudah diajarkan materi ide pokok adalah 35.71% dapat dikatakan mampu. Dilihat dari kemampuan siswa dalam menentukan ide pokok masih ada beberapa orang siswa yang tidak mampu menentukan ide pokok pada wacana berkisar 64.28% (9 siswa) hal ini dapat dilihat pada format penilaian yang dilakukan pada saat proses pembelajaran. Kemampuan siswa dalam menentukan ide pokok pada wacana dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kurangnya pemahaman siswa tentang cara menentukan ide pokok wacana, siswa yang belum lancar membaca sehingga menyulitkannya dalam menentukan ide pokok wacana dan minimnya buku yang digunakan dalam pembelajaran. Selain itu keaktifan siswa dalam pembelajaran sangat diperlukan karena dengan siswa aktif dalam bertanya dia akan menemukan pengetahuan baru tentang hal-hal yang belum dimengerti dan guru juga akan merasa senang bila siswa-siswanya aktif dalam pembelajaran karena akan mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Berdasarkan dari prosedur pengumpulan data yang dilakukan peneliti terhadap kemampuan siswa menentukan ide pokok pada wacana diperoleh data sebagai berikut. Tabel 5. hasil kemampuan siswa menentukan ide pokok. No Nama Siswa Aspek yang di nilai Kemampuan kemampuan Menentukan ide menentukan ide pokok pokok tiap paragraf pada wacana M TM M TM 1 0 1 0 skor % 1 Anang P. 0 0-2 Aditya S. 1 50-3 Aditya D. 1 50-4 Moh. A. 0 0-5 Nazar R. 0 0-6 Rahmat A. 0 0-7 Fadli H. 1 50-8 Fadila H. 1 50-9 Fatra I. 2 100 10 Melisa B. 2 100 11 Magfira D. 2 100 12 Nurlila T. 0 0-13 Putri D. 2 100 14 Putri U. 2 100 Total 5 9 9 5 5 9 Jumlah (%) 35.71 64.28 64.28 35.71 35.71 64.28 M Ket TM Ket : M = Mampu TM = Tidak Mampu Persentase = Jumlah skor Jumlah bobot skor X 100% 35.71 = Jumlah yang mampu X 100%

Jumlah siswa M : 5 (35.71%) TM : 9 (64.28%) Keterangan : 1. Anang Pamungkas pada materi menentukan ide pokok tidak mampu menentukan ide pokok wacana dan pada tiap paragraph sehingga memperoleh skor 0 dengan persentase 0%. 2. Aditya Saleh dalam menentukan ide pokok pada wacana hanya mampu menentukan 1 dari 4 ide pokok pada paragraf dan belum mampu menentukan ide pokok pada wacana sehingga memperoleh skor 1 dengan persentase 50%. 3. Aditay Djafar dalam dalam menentukan ide pokok pada wacana hanya mampu menentukan 2 dari 4 ide pokok pada paragraf dan belum mampu menentukan ide pokok pada wacana sehingga memperoleh skor 1 dengan persentase 50%.. 4. Mohamad Abdullah dalam dalam menentukan ide pokok pada wacana hanya mampu menentukan 2 dari 4 ide pokok pada paragraf dan tidak mampu menentukan ide pokok pada wacana sehingga dapat dikatakan tidak mampu dan memperoleh skor 0 dengan persentase 0%. 5. Nazar Ruslan dalam menentukan ide pokok pada wacana hanya mampu menentukan 2 dari 4 ide pokok pada paragraf dan belum mampu menentukan ide pokok pada wacana sehingga dapat dikatakan tidak mampu dan memperoleh skor 0 dengan persentase 0%..

6. Rahmat Ali dalam menentukan ide pokok pada wacana hanya mampu menentukan 1 dari 4 ide pokok pada paragraf dan belum mampu menentukan ide pokok pada wacana sehingga dapat dikatakan tidak mampu dan memperoleh skor 0 dengan persentase 0%.. 7. Fadli Hake dalam menentukan ide pokok pada wacana hanya mampu menentukan 2 dari 4 ide pokok pada paragraf dan mampu menentukan ide pokok pada wacana sehingga memperoleh skor 1 dengan persentase 50%. 8. Fadila Hasyim dalam menentukan ide pokok pada wacana tidak mampu menentukan ide pokok pada paragraf dan mampu menentukan ide pokok pada wacana sehingga memperoleh skor 1 dengan persentase 50%. 9. Fatra Ina dalam menentukan ide pokok pada wacana hanya mampu menentukan ide pokok pada paragraf dan pada wacana sehingga memperoleh skor 2 dengan persentase 100%. 10. Melisa Putri Bokiu pada hasil pengamatan mampu menentukan 3 dari 4 ide pokok pada paragraf dan kurang mampu menentukan ide pokok wacana sehingga memperoleh skor 2 dengan persentase 100%. 11. Magfira Djumura sudah mampu menentukan 3 dari 4 idé pokok pada paragraph dan mampu menentukan ide pokok pada wacana sehingga memperoleh skor 2 dengan persentase 100%. 12. Putrid Dukalang dalam pembelajaran menentukan ide pokok pada wacana mampu menentukan 3 dari 4 ide pokok pada wacana tetapi belum dapat menentukan ide pokok pada wacana sehingga memperoleh skor 2 dengan persentase 100%.

13. Nurlila S. Tahalu pada format penilaian belum bisa menentukan ide pokok pada wacana dan pada tiap paragraph sehingga memperoleh skor 0 dengan persentase 0%.. 14. Putrid R. Usman dalam menentukan ide pokok pada wacana mampu menentukan 3 dari 4 ide pokok pada paragraf dan belum mampu menentukan ide pokok pada wacana sehingga memperoleh skor 2 dengan persentase 100%.. 4.2.1 Hasil Pembahasan Kemampuan siswa menentukan ide pokok pada wacana di kelas IV SDN No. 39 Hulonthalangi Guru telah berupaya melakukan perannya secara baik. Sebagai fasilitator hendaknya seorang guru dapat meningkatkan kemampuan yang ada pada diri siswa. Menurut Cattel, mengembangkan pengertian inteligensi sebagai kombinasi sifat-sifat manusia yang mencakup kemampuan untuk pemahaman terhadap hubungan yang kompleks; semua proses yang terlibat dalam berpikir abstrak; kemampuan penyesuaian dalam pemecahan masalah dan kemampuan untuk memperoleh kemampuan baru (dalam Conny Semiawan, 2005: 7). Selain itu keaktifan siswa dalam pembelajaran sangat diharapkan agar siswa dapat memahami dan mengerti tujuan yang ingin dicapai oleh guru dalam pembelajaran. Selain itu kemampuan siswa dalam menentukan ide pokok suatu wacana tergantung pada kemampuan siswa dalam membaca, karena dengan membaca seorang siswa dapat memahami cerita yang di baca dan dapat menentukan ide pokok dari bacanaan itu. Terlihat dalam pembelajaran ada siswa

yang belum lancar membaca sehingga menyulitkannya dalam menentukan ide pokok dari bacaan itu sendiri sehingga berdampak pada kemampuan siswa itu dalam menentukan ide pokok wacana. 4.2.2 Situasi Belajar Kelas IV SDN No. 39 Hulonthalangi Dalam Menentukan Ide Pokok Situasi belajar pada materi ide pokok di kelas IV terlihat siswa tenang pada saat pembelajaran. Terlihat siswa memperhatikan penjelasan guru tentang ide pokok dan cara menentukan ide pokok pada wacana. Terlihat juga ada siswa yang berani membacakan wacana ketika guru menanyakan siapa yang bisa membacakan wacana ini di depan kelas sebelum kita menentukan ide pokok pada wacana ini. Pada tahap ini siswa sudah mulai memperhatikan tentang materi yang diajarkan walaupun ada beberapa orang siswa yang pada saat pembelajaran masih bercerita dengan teman sebangkunya. Dalam pembelajaran ini di harapkan penguasaan kelas dari seorang guru agar apa yang diajarkan dapat dimengerti oleh siswa, ketika ada seorang siswa yang tidak memperhatikan penjelasan oleh guru maka guru diharapkan dapat memperingatkan kepada siswa itu tentang materi yang diajarkan. 4.2.3 Upaya-upaya Guru dalam mengatasi siswa yang tidak mampu Beberapa keprihatinan akan ketidakmampuan siswa dalam menentukan ide pokok pada wacana tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi pada siswa kelas IV Sekolah Dasar No 39 Hulonthalangi. Nilai yang diperoleh siswa pada saat pembelajaran mengenai kemampuan siswa dalam menentukan ide pokok pada

wacana baru 35.71% siswa yang mampu, sedangkan 64.28% siswa belum mampu menentukan ide pokok pada wacana. Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara (Hasil wawancara prapenelitian dengan guru kelas IV Sekolah Dasar No 39 Hulonthalangi, 18 Mei 2013) yang telah dilakukan, masih banyak siswa yang masih belum bisa menenttukan ide pokok dengan baik. Ada yang masih bingung bagaimana cara menentukan ide pokok, tata bahasa yang campur, tidak sistematis, dan tidak ada kesesuaian antara ide pokok dan kalimat utama atau pendukungnya. Beberapa faktor yang menjadi penyebab dari kesulitan siswa dalam menentukan ide pokok adalah dari siswa sendiri di mana ada beberapa siswa yang belum lancar membaca, kurangnya motivasi pada siswa, kurangnya pemahaman siswa akan materi dan guru kurang memfasilitasi siswa dengan model pembelajarannya. Bagaimanapun, guru sangat berperan penting dalam proses belajar mengajar, memberi motivasi dan membangkitkan motivasi siswa dalam pencapaian keterampilan Menentukan ide pokok pada wacana. Oleh karena itu upaya yang dilakukan guru agar siswa dapat memahami dan menentukan ide pokok pada wacana adalah dengan cara memberikan pemahaman tentang ide pokok, lebih memperhatikan siswa yang tidak mampu dalam menentukan ide pokok, memberikan motivasi belajar kepada siswa serta memberikan pekerjaan rumah kepada siswa agar lebih melatih kemampuan mereka dalam menentukan ide pokok pada wacana.