REKOMENDASI IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. besinya lebih besar daripada orang dewasa normal di dunia, terutama di

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang. tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN

Penyebab utama anemia pada bayi adalah. Profil Parameter Hematologik dan Anemia Defisiensi Zat Besi Bayi Berumur 0-6 Bulan di RSUD Banjarbaru

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masuk dalam daftar Global Burden of Disease 2004 oleh World

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Anemia Defisiensi Besi (ADB)

Fania Dwi Ariesy Putri 1, Bambang Edi Susyanto 2 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. persentase populasi ADB di Indonesia sekitar %. Prevalensi ADB di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

22,02%, 23,48% dan 22,45% (Sarminto, 2011). Kejadian anemia di Provinsi DIY pada tahun 2011 menurun menjadi 18,90%. Berbeda dengan provinsi, kejadian

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap

Anemia defisiensi besi merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. faltering yaitu membandingkan kurva pertumbuhan berat badan (kurva weight for

Anemia defisiensi besi (ADB) masih merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia. Masalah yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

HUBUNGAN ANTARA STATUS ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HALMAHERA, SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendek atau stunting. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan fisik berupa

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah merah atau kadar hemoglobin (Hb) yang lebih rendah dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GAMBARAN ANEMIA DAN INTELLIGENCE QUOTIENT (IQ) PADA SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN IMAM SYUHODO KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kriteria inklusi penelitian. Subyek penelitian ini adalah kasus dan kontrol, 13

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Afrika belum mampu mendekatinya. Indonesia masih terus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Anemia defisiensi besi (ADB) masih menjadi. permasalahan kesehatan saat ini dan merupakan jenis

Defisiensi besi merupakan penyebab anemia. Terapi dan Suplementasi Besi pada Anak

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR TABLET TAMBAH DARAH BAGI WANITA USIA SUBUR DAN IBU HAMIL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. anemia.kekurangan zat besi dalam tubuh mengakibatkan pembentukan hemoglobin

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

Kalimantan Selatan. RS Pelita Insani Martapura, Kalimantan Selatan *Korespondensi :

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan sempurna secara jasmaniah dengan berat badan yang cukup. Masa

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. imun. Antibodi yang biasanya berperan dalam reaksi alergi adalah IgE ( IgEmediated

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan gizi antara lain anemia. Anemia pada kehamilan merupakan

RESUME JOURNAL READING

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah

Jl. Tamansari No.1 Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

ABSTRAK. Kata Kunci: prevalensi, anemia, kelahiran prematur, bayi berat lahir rendah. vii Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimana terjadi penurunan hemoglobin (Hb) atau sel darah merah <11 gr/dl selama

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Peningkatan Keterampilan Mahasiswa untuk Memberikan Edukasi Mengenai Perawatan Metode Kanguru (PMK) Kontinu di Rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin dalam sirkulasi darah. Anemia juga dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif tinggi yaitu 63,5% sedangkan di Amerika 6%. Kekurangan gizi dan

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN

BAB V PEMBAHASAN. stunting pada balita ini dilaksanakan dari bulan Oktober - November 2016 di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 5 tahun di dunia mengalami kegemukan World Health Organization (WHO, menjadi dua kali lipat pada anak usia 2-5 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 359 per

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DENGAN JENIS ANEMIA PADA IBU HAMIL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (BBLR) adalah salah satu dari penyebab utama kematian pada neonates

EFEK SUPLEMENTASI MULTIVITAMIN MINERAL TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN DAN HEMATOKRIT MAHASISWI TPB IPB

PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

BAB I PENDAHULUAN. negara lainnya di dunia hampir sama yaitu akibat. pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting. dalam menentukan derajat kesehatan masyatakat.

PERBEDAAN PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI USIA 6 BULAN ANTARA BAYI YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DAN SUSU FORMULA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun

Transkripsi:

REKOMENDASI IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA Suplementasi Besi Untuk Anak IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA 2011

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara dan bentuk apapun juga tanpa seizin penulis dan penerbit. Disusun oleh: Ikatan Dokter Anak Indonesia Tahun 2011 Edisi Pertama Diterbitkan oleh: Badan Penerbit IDAI

Tim Penyusun Prof. Djajadiman Gatot, dr, SpA(K) Prof. Dr. Ponpon Idjradinata, dr.,spa(k) Maria Abdulsalam, dr, SpA(K) Prof. Bidasari Lubis, dr, SpA(K) Soedjatmiko, dr, SpA(K), MSi Dr.Aryono Hendarto, dr, SpA(K) Dr. Harapan Parlindungan Ringoringo,dr, SpA(K) Setyo Handryastuti, dr, SpA(K) Murti Andriastuti, dr, SpA Suplementasi Besi untuk Anak iii

Kata Sambutan Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia Anemia defisiensi besi merupakan salah satu masalah kesehatan pada anak Indonesia yang perlu mendapat perhatian khusus karena tidak saja berdampak untuk saat ini tetapi juga masa mendatang. Kekurangan besi pada masa anak terutama pada 5 tahun pertama kehidupan dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup anak. Dilain pihak, kita mengetahui bahwa anak yang menempati 30% populasi akan menentukan 100% masa depan suatu bangsa. Angka kejadian anemia defisiensi besi sebesar 40%. Angka ini tentu saja menjadi perhatian pemerintah sehingga berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah ini. Tugas ini sangat berat, oleh karena itu pemerintah harus dibantu, baik oleh organisasi profesi terkait, lembaga sosial masyarakat, pihak swasta, dan yang paling penting adalah masyarakat sendiri. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sebagai organisasi profesi dokter spesialis anak satu-satunya di Indonesia yang mempunyai tujuan turut membantu pemerintah dalam upaya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan anak Indonesia, serta mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan anak, merasa perlu menerbitkan satu rekomendasi suplementasi besi pada anak. Rekomendasi ini bertujuan agar semua pihak terkait, khususnya praktisi kesehatan anak mempunyai konsep yang sama, sehingga percepatan pencegahan dan penanggulangan anemia defisiensi besi dapat terlaksana. Oleh karena itu Pengurus Pusat IDAI sangat berterima kasih kepada Satuan Tugas Anemia Defisiensi Besi (Satgas Adebe) yang telah menyusun Rekomendasi Suplementasi Besi untuk Anak Indonesia. Kami berharap rekomendasi ini dapat bermanfaat tidak saja untuk anggota IDAI tetapi juga praktisi kesehatan lain yang memberikan pelayanan kesehatan anak Healthy children for healthy Indonesia Badriul Hegar, dr., Sp.A(K), Ph.D Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI Suplementasi Besi untuk Anak v

Kata Pengantar Ketua Satuan Tugas Adebe IDAI Masalah defisiensi nutrisi, baik yang menyangkut makronutrien maupun mikronutrien, masih menjadi perhatian utama di negara berkembang termasuk Indonesia. Defisiensi ini bukanlah semata-mata hanya karena kuantitasnya saja tetapi tidak jarang menyangkut ketidakserasian dalam mengkomposisi nutrien secara optimal yang pada akhirnya berdampak pada asupan gizi secara keseluruhan. Salah satu elemen mikronutrien yang penting ialah besi (Fe). Kekurangan besi, apalagi bila telah menyebabkan anemia terbukti memberikan pengaruh buruk bagi tumbuh kembang anak dan bayi sampai remaja, khususnya dan segi prestasi dan kualitas hidup serta kinerja sebagai sumber daya manusia di masa mendatang. Karena itu sudah sewajarnya bila tenaga kesehatan perlu secara berkesinambungan memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya peranan besi untuk kehidupan termasuk mengenali tanda dan gejala defisiensi terutama bila telah terjadi anemia. Di negara seperti Indonesia dengan angka kejadian defisiensi besi dan anemia defisiensi besi cukup tinggi seperti dilaporkan dalam berbagai penelitian, dapat direkomendasikan pemberian suplementasi besi tanpa terlebih dahulu melakukan pemeriksaan khusus bahkan tanpa perlu melakukan uji tapis. Untuk itulah satuan tugas anemia defisiensi besi (Satgas Adebe) IDAI menyusun rekomendasi suplementasi besi praktis untuk anak agar dapat digunakan secara nasional dalam mencegah terjadinya defisiensi besi sebelum terjadinya anemia. Hal ini dapat dilaksanakan dengan baik dengan dukungan dan komitmen pemerintah demi tercapainya pembentukan generasi penerus yang berkualitas. Rekomendasi ini disusun berdasarkan basil kerja Satgas Adebe IDAI periode yang lalu ditambah dengan informasi dan bukti-bukti mutakhir yang didapatkan dari berbagai sumber. Sangat disadari bahwa basil kerja ini belum sempurna, namun disadari pula perlu adanya pedoman nasional yang dapat segera digunakan sebagai pedomanpemberian suplementasi besi untuk anak. Suplementasi Besi untuk Anak vii

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan YME dan ucapan terimakasih kepada Pengurus Pusat IDAI serta bantuan dari berbagai pihak yang terkait, akhirnya anggota satgas Adebe dapat menyelesaikan rekomendasi ini. Semoga bermanfaat dalam membantu pernerintah meningkatkan pelayanan kesehatan bagi bangsa. Prof. Djajadiman Gatot, dr.,sp.a(k) Ketua Satuan Tugas ADEBE IDAI viii Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

Daftar Isi Tim Penyusun... iii Kata Sambutan Ketua PP.IDAI... v Kata Pengantar Ketua Satgas ADEBE IDAI... vii Bab I. Latar belakang... 1 Bab II. Pentingnya suplementasi besi untuk anak... 1 -- II.1. Suplementasi untuk bayi prematur/bayi berat lahir rendah... 2 -- II.2. Suplementasi untuk bayi cukup bulan... 2 -- II.3. Suplementasi untuk balita dan anak usia sekolah... 3 -- II.4. Suplementasi untuk remaja... 3 Bab III. Uji tapis (skrining) massal... 4 Bab IV. Pemeriksaan kadar hemoglobin... 4 Bab V. Dukungan kebijakan pemerintah... 5 Kesimpulan Rekomendasi... 6 Daftar Pustaka... 7 Appendiks... 9 Suplementasi Besi untuk Anak ix

Bab I. Latar belakang Setiap kelompok usia anak rentan terhadap defisiensi besi (DB). 1,2 Kelompok usia yang paling tinggi mengalami DB adalah usia balita (0-5 tahun) sehingga kelompok usia ini menjadi prioritas pencegahan DB. 1 Kekurangan besi dengan atau tanpa anemia, terutama yang berlangsung lama dan terjadi pada usia 0-2 tahun dapat mengganggu tumbuh kembang anak, antara lain menimbulkan defek pada mekanisme pertahanan tubuh dan gangguan pada perkembangan otak yang berdampak negatif terhadap kualitas sumber daya manusia pada masa mendatang. 1,3-6 Rekomendasi 1 Suplementasi besi diberikan kepada semua anak, dengan prioritas usia balita (0-5 tahun), terutama usia 0-2 tahun Bab II. Pentingnya suplementasi besi untuk anak Prevalens anemia defisiensi besi (ADB) pada anak balita di Indonesia sekitar 40-45%. 7 Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan prevalens ADB pada bayi 0-6 bulan, bayi 6-12 bulan, dan anak balita berturut-turut sebesar 61,3%, 64,8% dan 48,1%. 8 Penelitian kohort terhadap 211 bayi berusia 0 bulan selama 6 bulan dan 12 bulan didapatkan insidens ADB sebesar 40,8% dan 47,4%. 9 Pada usia balita, prevalens tertinggi DB umumnya terjadi pada tahun kedua kehidupan akibat rendahnya asupan besi melalui diet dan pertumbuhan yang cepat pada tahun pertama. 1, 10 Angka kejadian DB lebih tinggi pada usia bayi, terutama pada bayi prematur (sekitar 25-85%) dan bayi yang mengonsumsi ASI secara eksklusif tanpa suplementasi. 11 Rekomendasi terbaru menyatakan suplementasi besi sebaiknya diberikan mulai usia 4-8 minggu dan dilanjutkan sampai usia 12-15 bulan, dengan dosis tunggal 2-4 mg/kg/hari tanpa melihat usia gestasi dan berat lahir. 11, 12 Remaja perempuan perlu mendapat perhatian khusus karena mengalami menstruasi dan merupakan calon ibu. Ibu hamil dengan anemia mempunyai risiko 3 kali lipat melahirkan bayi anemia, 2 kali lipat melahirkan bayi prematur, dan 3 kali lipat melahirkan bayi berat lahir rendah sehingga suplementasi besi harus diberikan pada remaja perempuan sejak sebelum hamil. 13 Suplementasi Besi Untuk Anak 1

II.1. Suplementasi untuk bayi prematur/bayi berat lahir rendah (BBLR) Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan kelompok risiko tinggi mengalami DB. Menurut World Health Organization (WHO), suplementasi besi dapat diberikan secara massal, mulai usia 2-23 bulan dengan dosis tunggal 2 mg/kgbb/hari. 1,5 Bayi dengan berat lahir rendah memiliki risiko 10 kali lipat lebih tinggi mengalami DB. Pada dua tahun pertama kehidupannya, saat terjadi pacu tumbuh, kebutuhan besi akan meningkat. 14 Bayi prematur perlu mendapat suplementasi besi sekurangkurangnya 2 mg/kg/hari sampai usia 12 bulan. Suplementasi sebaiknya dimulai sejak usia 1 bulan dan diteruskan sampai bayi mendapat susu formula yang difortifikasi atau mendapat makanan padat yang mengandung cukup besi. 15 Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika merekomendasikan bayi-bayi yang lahir prematur atau BBLR diberikan suplementasi besi 2-4 mg/kg/hari (maksimum 15 mg/hari) sejak usia 1 bulan, diteruskan sampai usia 12 bulan. 10 Pada bayi berat lahir sangat rendah (BBSLR), direkomendasikan suplementasi besi diberikan lebih 11,14, 16,17 awal. II.2. Suplementasi untuk bayi cukup bulan Pada bayi cukup bulan dan anak usia di bawah 2 tahun, suplementasi besi diberikan jika prevalens ADB tinggi (di atas 40%) atau tidak mendapat makanan dengan fortifikasi. Suplementasi ini diberikan mulai usia 6-23 bulan dengan dosis 2 mg/ kgbb/hari. 1,2,5,14,18 Hal tersebut atas pertimbangan bahwa prevalens DB pada bayi yang mendapat ASI usia 0-6 bulan hanya 6%, namun meningkat pada usia 9-12 bulan yaitu sekitar 65%. 19 Bayi yang mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan dan kemudian tidak mendapat besi secara adekuat dari makanan, dianjurkan pemberian suplementasi besi dengan dosis 1 mg/kg/hari. 10 Untuk mencegah terjadinya defisiensi besi pada tahun pertama kehidupan, pada bayi yang mendapatkan ASI perlu diberikan suplementasi besi sejak usia 4 atau 6 bulan. 2,20 The American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemberian suplementasi besi pada bayi yang mendapat ASI eksklusif mulai usia 4 bulan dengan dosis 1 mg/ kg/hari dilanjutkan sampai bayi mendapat makanan tambahan yang mengandung cukup besi. 15,21,22 Bayi yang mendapat ASI parsial (>50% asupannya adalah ASI) atau tidak mendapat ASI serta tidak mendapatkan makanan tambahan yang mengandung besi, suplementasi besi juga diberikan mulai usia 4 bulan dengan dosis 1 mg/kg/hari. 15 2 Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

II.3. Suplementasi untuk balita dan anak usia sekolah Pada anak usia balita dan usia sekolah, suplementasi besi tanpa skrining diberikan jika prevalens ADB lebih dari 40%. 1 Suplementasi besi dapat diberikan dengan dosis 2 mg/kgbb/hari (dapat sampai 30 mg/hari) selama 3 bulan. 1,5 II.4. Suplementasi untuk remaja Suplementasi besi pada remaja lelaki dan perempuan diberikan dengan dosis 60 mg/hari selama 3 bulan. Pemberian suplementasi besi dengan dosis 60 mg/hari, secara intermiten (2 kali/minggu), selama 17 minggu, pada remaja perempuan ternyata terbukti dapat meningkatkan feritin serum dan free erythrocyte protoporphyrin (FEP). 2, 23 Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan AAP merekomendasikan suplementasi besi pada remaja lelaki hanya bila terdapat riwayat ADB sebelumnya, tetapi mengingat prevalens DB yang masih tinggi di Indonesia sebaiknya suplementasi besi pada remaja lelaki tetap diberikan. 10,15 Penambahan asam folat pada remaja perempuan dengan pertimbangan pencegahan 1, 24 terjadinya neural tube defect pada bayi yang akan dilahirkan dikemudian hari. Rekomendasi 2 Dosis dan lama pemberian suplementasi besi (Rekomendasi A): Usia (tahun) Dosis besi elemental Lama pemberian Bayi* : BBLR (< 2.500 g) Cukup bulan 3 mg/kgbb/hari 2 mg/kgbb/hari Usia 1 bulan sampai 2 tahun Usia 4 bulan sampai 2 tahun 2-5 (balita) 1 mg/kgbb/hari 2x/minggu selama 3 bulan berturut-turut setiap tahun > 5-12 (usia sekolah) 1 mg/kgbb/hari 2x/minggu selama 3 bulan berturut-turut setiap tahun 12-18 (remaja) 60 mg/hari# 2x/minggu selama 3 bulan berturut-turut setiap tahun Keterangan: * Dosis maksimum untuk bayi: 15 mg/hari, dosis tunggal # Khusus remaja perempuan ditambah 400 µg asam folat Suplementasi Besi Untuk Anak 3

Bab III. Uji tapis (skrining) massal Data WHO tahun 1990-1995 menunjukkan prevalens ADB pada negara-negara berkembang adalah 39% (0-4 tahun), 48,1% (5-14 tahun) dan 52% (wanita hamil). 1 Data SKRT tahun 2001 menunjukkan prevalens ADB pada bayi 0-6 bulan, bayi 6-12 bulan, dan anak balita berturut-turut sebesar 61,3%, 64,8% dan 48,1%, serta 40,1% pada wanita hamil. 8 Ringoringo mendapatkan prevalens ADB pada bayi berusia 0-6 bulan sebesar 38,5%. 25 Berdasarkan data tersebut, saat ini tidak perlu dilakukan uji tapis secara massal dalam pemberian suplementasi besi. 1 Rekomendasi 3 Saat ini belum perlu dilakukan uji tapis (skrining) defisiensi besi secara massal. Bab IV. Pemeriksaan kadar hemoglobin The American Academy of Pediatrics (AAP) dan CDC di Amerika menganjurkan melakukan pemeriksaan hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht) setidaknya satu kali pada usia 9-12 bulan dan diulang 6 bulan kemudian pada usia 15-18 bulan atau pemeriksaan tambahan setiap 1 tahun sekali pada usia 2-5 tahun. Pemeriksaan tersebut dilakukan pada populasi dengan risiko tinggi seperti bayi dengan kondisi prematur, berat lahir rendah, riwayat mendapat perawatan lama di unit neonatologi, dan anak dengan riwayat perdarahan, infeksi kronis, etnik tertentu dengan prevalens anemia yang tinggi, mendapat asi ekslusif tanpa suplementasi, 10,15,19, 26, 27 mendapat susu sapi segar pada usia dini, dan faktor risiko sosial lain. Pada bayi prematur atau dengan berat lahir rendah yang tidak mendapat formula yang difortifikasi besi perlu dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan Hb sebelum usia 6 bulan. 10,11 Pada anak usia sekolah (5-12 tahun) dan remaja lelaki, CDC hanya merekomendasikan pemeriksaan Hb dan Ht pada individu yang memiliki riwayat ADB. 10 Pada usia remaja, uji tapis dapat dilakukan satu kali antara usia 11-21 tahun. Uji tapis dapat diulang setiap 5-10 tahun, kecuali pada remaja perempuan yang telah menstruasi dan mempunyai risiko tinggi, uji tapis dapat diulang setahun sekali. 19,26 Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalens anemia yang 4 Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

tinggi dan mempunyai kemungkinan etiologi yang beragam. Oleh karena itu, jika dari hasil pemantauan ditemukan anemia, maka perlu dicari penyebabnya. 1 Rekomendasi 4 Pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) dilakukan mulai usia 2 tahun dan selanjutnya setiap tahun sampai usia remaja. Bila dari hasil pemeriksaan ditemukan anemia, dicari penyebab dan bila perlu dirujuk. Bab V. Dukungan kebijakan pemerintah Dalam rangka menurunkan prevalens ADB dan mendukung program nasional pencegahan DB, maka diperlukan dukungan dari pemerintah dan institusi lain. 1 Rekomendasi 5 Pemerintah harus membuat kebijakan mengenai penyediaan preparat besi dan alat laboratorium untuk pemeriksaan status besi. Suplementasi Besi Untuk Anak 5

Kesimpulan Rekomendasi Rekomendasi 1 Suplementasi besi diberikan kepada semua anak, dengan prioritas usia balita (0-5 tahun), terutama usia 0-2 tahun. Rekomendasi 2 Dosis dan lama pemberian suplementasi besi: Usia (tahun) Dosis besi elemental Lama pemberian Bayi* : BBLR (< 2.500 g) Cukup bulan 3 mg/kgbb/hari 2 mg/kgbb/hari Usia 1 bulan sampai 2 tahun Usia 4 bulan sampai 2 tahun 2-5 (balita) 1 mg/kgbb/hari 2x/minggu selama 3 bulan berturut-turut setiap tahun > 5-12 (usia sekolah) 1 mg/kgbb/hari 2x/minggu selama 3 bulan berturut-turut setiap tahun 12-18 (remaja) 60 mg/hari # 2x/minggu selama 3 bulan berturut-turut setiap tahun Keterangan: *Dosis maksimum untuk bayi: 15 mg/hari, dosis tunggal # Khusus remaja perempuan ditambah 400 µg asam folat Rekomendasi 3 Saat ini belum perlu dilakukan uji tapis (skrining) defisiensi besi secara massal. Rekomendasi 4 Pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) dilakukan mulai usia 2 tahun dan selanjutnya setiap tahun sampai usia remaja. Bila dari hasil pemeriksaan ditemukan anemia, dicari penyebab dan bila perlu dirujuk. Rekomendasi 5 Pemerintah harus membuat kebijakan mengenai penyediaan preparat besi dan alat laboratorium untuk pemeriksaan status besi. 6 Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

Daftar Pustaka 1. World Health Organization. Iron deficiency anemia: assessment, prevention, and control. A guide for programme managers. Geneva: WHO; 2001. 2. Allen LH. Iron supplements: scientific issues concerning efficacy and implication for research and programs. J Nutr. 2002;132 (Suppl):813-9. 3. Haas JD, Brownlie TIF. Iron deficiency and reduced work capacity: a critical review of the research to determine a causal relationship. J Nutr. 2001;131 (Suppl):676-90. 4. Akman M, Cebeci D, Okur V, Angin H, Abali O, Akman AC, dkk. The effects of iron deficiency on infants development test performance. Acta Paediatr. 2004;93:1391-6. 5. Lannotti LL, Tielsch JM, Black MM, Black RE. Iron supplementation in early childhood: health benefit and risks. Am J Clin Nutr. 2006;84:1261-76. 6. Joyce C, McCann JC, Ames BN. An overview of evidence for a causal relation between iron deficiency during development and deficits in cognitive or behavioral function. Am J Clin Nutr. 2007;85:931-45. 7. Helen Keller International (Indonesia). Iron deficiency anemia in Indonesia. Jakarta; 1997:1-16. 8. Untoro R, Falah TS, Atmarita, Sukarno R, Kemalawati R, Siswono. Anema gizi besi. Dalam: Untoro R, Falah TS, Atmarita, Sukarno R, Kemalawati R, Siswono, penyunting. Gizi dalam angka sampai tahun 2003. Jakarta: DEPKES; 2005. h. 41-4. 9. Ringoringo HP. Pendekatan diagnostik status besi bayi berusia 0 bulan sampai 6 bulan di Banjarbaru: saat terbaik pemberian suplementasi zat besi. [disertasi]. Jakarta: Universitas Indonesia; 2008. h. 99-101 10. Centers for Disease Control and Prevention. Recommendation to prevent and control iron deficiency in United States. 1998. 11. Rao R, Geogieff MK. Iron therapy for preterm infants. Clin Perinal. 2009;36:27-42. 12. Berglund S, Westrup B, Domellof M. Iron supplements reduce the risk of iron deficiency anemia in marginally low birth weight infants. Pediatrics. 2010;126:e874-e883. 13. Meinzen-Derr JK, Guererro ML, Altaye M, Ortega-Gallegos H, Ruiz-Palacios GM, Morrow AL dkk. Risk of infant anemia is associated with exclusive breast-feeding and maternal anemia in Mexican cohort. J Nutr. 2006;136:452-8. 14. Vendt N, Grunberg H, Leedo S, Tillmann V, Talvik T, dkk. Prevalence and causes of iron deficiency anemias in infants aged 9-12 months in Estonia. Medicina (Kaunas). 2007;43:947-52. 15. Baker RD, Greer FR, Committee of Nutrition. Clinical report diagnosis and prevention of iron deficiency and iron deficiency anemia in infants and young children (0-3 years of age). Pediatrics. 2010;126:1040-50. Suplementasi Besi Untuk Anak 7

16. Franz AR, Mihatsch WA, Sander S, Kron M, Pohlandt F. Prospective randomize trial of early versus late enteral iron supplementation in infans with birth weight of less than 1301 grams. Pediatrics. 2000;106:700-6. 17. Steinmacher J, Pohlandt F, Bode H, Sander S, Kron M, Franz AR, dkk. Randomized trial of early versus late enteral iron supplementation in infants with a birth weight of less than 1301 grams: neurocognitive development at 5.3 years corrected age. Pediatrics. 2007;120:538-46. 18. Monajemzadeh SM, Zarkesh MR. Iron deficiency anemia in infants aged 12-15 months in Ahwaz, Iran. Int J. Gynaecol Obstet. 2009;52:182-4. 19. Kohli-Kumar M. Screening for anemia in children: AAP recommendations-a critique. Pediatrics. 2001;108:1-2. 20. Kazal LA. Prevention of iron deficiency in infants and toddlers. Am Fam Physician. 2002;66:1217-27. 21. Friel JK, Aziz K, Andrews WL, Harding SV, Courage ML, Adams RJ, dkk. A doublemasked, randomized control trial of iron supplementation in early infancy in healthy term breast-fed infants. J Pediatr. 2003;143:582-6. 22. Georgieff MK, Wewerka SW, Nelson CA, dereigner RA. Iron status at 9 months of infants with low iron stores at birth. J Pediatr. 2002;141:405-9. 23. Zavaleta N, Respicio G, Garcia T. Efficacy and acceptability of two iron supplementation schedules in adolescent school girls in Lima, Peru. J Nutr. 2000;130 (Suppl): 462-4. 24. Baker PN, Wheeler SJ, Sanders TA, Thomas JE, Hutchinson CJ, Clarc K, dkk. A prospective study of micronutrient status in adolescent pregnancy. Am J Clin Nutr. 2009;89:1114-24. 25. Ringoringo HP. Insidens defisiensi besi dan anemia defisiensi besi pada bayi berusia 0-12 bulan di Banjarbaru Kalimantan Selatan: studi kohort prospektif. Sari Pediatri. 2009;11:8-14. 26. Wu AC, Lesperance L, Bernstein H. Screening for iron deficiency. Pediatr Rev. 2002;23:171-8. 27. Domellof M, Dewey KG, Lonnerdal B, Cohen R, Hernell O. Diagnostic criteria for iron deficiency in infants should be reevaluated. J Nutr. 2002;132:3680-6. 28. Domellof M, Dewey KG, Lonnerdal B, Cohen R, Hernell O. Diagnostic criteria for iron deficiency in infants should be reevaluated. J Nutr. 2002;132:3680-6. 8 Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia

Appendiks Preparat besi setara dengan 60 mg besi elemental Askorbat 437 mg Aspartat 422 mg Karbamat 125 mg Fumarat 183 mg Klorida 214 mg Gluseptat 544 mg Glukonat 518 mg Laktat 310 mg Oksalat 193 mg Sulfat 300 mg Tortrat 268 mg Iron Polimaltose Complex ( IPC ) 176,47 mg Ferazon 452 mg Suplementasi Besi Untuk Anak 9