permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu wadah pembentukan sumber daya manusia agar berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan diperlukan suatu proses kegiatan belajar-mengajar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sementara itu, bangsa Indonesia masih mengalami hambatan dalam menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. (Wahidmuri 2010:15). Dengan pendidikan yang baik dan berkualitas diharapkan

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh matematika dalam ilmu pengetahuan menyiratkan jika pelajaran matematika merupakan bagian dari kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. secara komprehensif, baik fisik, mental, maupun emosional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 siswa di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah kegiatan proses pembelajaran. Kegiatan proses pembelajaran akan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut. Upaya peningkatan kualitas manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dalam pembinaan sumber daya manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

manusia dalam mengembangkan dirinya sendiri sehingga mampu kreatif tanpa kehilangan identitas dirinya di masa depan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seorang guru tidak hanya dituntut berdiri di depan kelas untuk berceramah

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. pola pikir siswa tidak dapat maju dan berkembang. pelajaran, sarana prasarana yang menunjang, situasi dan kondisi belajar yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses yang akan mempengaruhi dalam diri peserta

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), keaktifan, hasil belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

BAB I PENDAHULUAN. dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas salah satunya dapat

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

BAB I PENDAHULUAN. proses terjadinya perubahan prilaku sebagai dari pengalaman. kreatif, sehingga mampu memacu semangat belajar para siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, yang mana praktik-praktik pembelajaran di lapangan cenderung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas pembelajaran di dalam kelas. Proses pembelajaran merupakan aspek. mampu menerima ilmu yang diberikan oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Sedangkan menurut Undang Undang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah merupakan strategi dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai. Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Diajukan Oleh: DIDIK PAMIRSA AJI A

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. A. Perbedaan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model. Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan Jigsaw

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. seseorang dengan lingkungan. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. Masalah, dan Pembatasan Masalah. Beberapa hal lain yang perlu juga dibahas

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang terencana diarahkan untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menatap masa depan yang lebih terbuka, matematika harus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran mengajar terlebih dahulu membuat desain atau perencanaan pembelajaran. Dalam mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), seorang guru harus menggunakan model, desain, strategi, pendekatan dan metode yang di anggap cocok untuk dikembangkan (Rusman, 2010:147). Dalam meningkatkan kualitas belajar mengajar, seorang guru dituntut untuk memilih metode yang tepat dalam memaksimalkan potensi siswa agar dapat berkembang sesuai tuntutan zaman dan tantangan masa depan guru memiliki peranan yang cukup signifikan dalam menumbuhkan kreativitas, aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah siswa (Ilahi, 2012:116). Metode adalah cara yang digunakan guru untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa (Sanjaya, 2008:61). Metode sebagai strategi pembelajaran tentu sangat dibutuhkan oleh siswa dalam menunjang potensi mereka melalui kegiatan belajar mengajar di dalam kelas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai, jika metode yang dipilih oleh guru sesuai dengan kondisi kelas dan siswa, metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar (Ilahi, 2012:56). Guru berperan sebagai pembantu dalam pengalaman belajar siswa, membantu perubahan lingkungan, perubahan tingkah laku serta membantu terjadinya proses belajar mengajar yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan siswa Hamalik (2009:47-48). Salah satu peran guru dalam proses pembelajaran adalah dengan menyediakan kondisi belajar yang kondusif, menyediakan sarana dan prasarana yang memungkinkan terjadinya dialog terutama antara sesama siswa dan antara siswa dengan guru. Upaya guru dalam proses ini adalah dengan memotivasi siswa untuk dapat menguraikan ide idenya dan memaparkan konsep yang diyakininya, guru harus bisa bertanya dan memberikan 1

permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat menguasai pokok bahasan yang menjadi fokus pembelajaran. Selain itu guru harus mampu mengaktifkan siswa, membangun semangat tim belajar dan kolaborasi antar murid yaitu dengan menerapkan berbagai variasi metode mengajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran (Hamalik, 2009: 45). Pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa agar siswa memiliki kompetensi berupa pengetahuan, keterampilan, aktivitas dan sikap baik yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Uno dan Hamzah, 2013:144). Pembelajaran dimaksudkan agar siswa mampu mewujudkan prilaku belajar yang efektif seperti yang dikatakan oleh Ian James Mitchel dalam (Suyono dan Hariyanto, 2011:209-210) bahwa siswa difasilitasi untuk berani bertanya, mengeluarkan pendapat, menyatakan ketidak setujuan, berupaya dalam menyelesaikan permasalahan dengan tepat, mampu menjelaskan hasil belajarnya, melakukan evaluasi terhadap hasil pekerjaan dan segera memperbaiki kesalahan jika ditemukan serta mampu berkerja sama. Selain itu siswa dituntuk lebih aktif serta fokus dalam pembelajaran, bahwa siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran pada umumnya akan dengan mudah mempelajari materi dan mampu menyelesaikan permasalah dengan tepat. Namun ini sangat berbeda dengan fakta yang ditemukan di lapangan. Fakta yang diperoleh dari hasil observasi awal yang dilakukan peneliti dikelas X MIA 3 SMA Negeri 1 MALANG yang dilaksanakan pada tanggal 25 Juli 2014 dapat diperoleh data bahwa ketika awal proses pembelajaran siswa sangat antusias mendengarkan materi yang di ajarkan oleh guru. Pada waktu pembelajaran guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam menyampaikan materi, ketika guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang materi yang sedang diajarkan, terlihat hanya ada 10 dari 29 siswa yang aktif untuk menjawab pertanyaan dari guru. Setelah selesai penyampaian materi, guru menyuruh siswa untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 3-4 orang siswa, kemudian setiap kelompok disuruh menyelesaikan 2

masalah yang ada pada LKS (Lembar Kerja Siswa) yang dari awal telah dibagikan oleh guru untuk di diskusikan bersama anggota kelompok masingmasing, selama kegiatan diskusi berlangsung sampai kegiatan presentasi terlihat bahwa ada beberapa kelompok yang tidak mau bekerjasama dengan anggota kelompoknya dalam menyelesaikan permasalahan dan ada beberapa siswa dalam tiap-tiap kelompok yang semangat dan antusias untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru dan ada beberapa siswa yang lain hanya duduk diam melihat dan tidak mau mengerjakan permasalahan yang diberikan oleh guru atau melakukan hal-hal lain, seperti bergurau dengan teman-teman satu kelompoknya maupun teman di kelompok lain, ketika salah satu siswa perwakilan dari satu kelompok maju untuk presentasi di depan kelas terlihat hanya ada beberapa siswa yang aktif untuk bertanya dan memberikan sanggahan kepada teman-temannya dari hasil presentai teman mereka, ini terjadi karena tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa tersebut masih sangat kurang variatif. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru mata pelajaran matematika yang mengajar di kelas X MIA 3 SMA Negeri 1 Malang yang dilaksanakan pada tanggal 25 Juli 2014 dapat diperoleh informasi bahwa guru menggunakan metode ceramah, metode tanya jawab, diskusi, walaupun beberapa kali guru pernah menggunakan metode pembelajaran cooperative learning seperti STAD (Student Teams- Achievement Divisions) dan PBL (problem based learning) dalam kegiatan belajar mengajar. Guru akan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sebagai strategi dalam menyampaikan materinya kepada siswa jika materi tersebut dianggap sulit untuk dipahami sehingga tidak sedikit siswa yang merasa bosan, kurang aktif dan kurang memperhatikan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini ditunjukkan dengan perhatian siswa yang tidak sepenuhnya tercurah kepada guru ketika menyampaikan materi dan ketika guru mencoba berinteraksi dengan siswa dengan mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan materi yang sedang disampaikan untuk merangsang rasa ingin tahu dan melatih keaktifan siswa. Jika materi yang akan 3

disampaikan dianggap mudah dipahami oleh siswa, maka guru akan mengunakan metode diskusi. Ketika metode diskusi diterapkan, tidak semua siswa yang terlihat aktif selama proses diskusi. Hanya beberapa anak yang ikut menyampaikan gagasan-gagasan atau ide-ide mereka dan berusaha berfikir dalam memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru, sedangkan sebagian siswa diantaranya memanfaatkan kesempatan berdiskusi untuk bergurau dan bermain dengan teman satu kelompok dan kelompok lain. Tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa juga masih sangat kurang karena masih banyak siswa yang nilainya di bawah KKM yang ditentukan oleh sekolah. Melihat kondisi pembelajaran yang diupayakan oleh guru menunjukan bahwa pada awal kegiatan pembelajaran siswa bersemangat dan antusias mengikuti pembelajaran dan menjawab pertanyaan dari guru mengenai materi yang sedang disampaikan. Melalui kegiatan diskusi di dalam kelas, siswa dapat mengeluarkan pendapat, gagasan atau ide-ide mereka secara bebas pada teman temannya. Selain itu siswa juga berani bertanya kepada sesama teman maupun guru ketika mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalah yang diberikan oleh guru, dengan menggunakan metode ceramah guru sudah mampu mengaktifkan 35% siswa. Namun kondisi ini tidak sepenuhnya berjalan dengan baik. Suasana selama diskusi masih terlihat belum kondusif, masih ada beberapa siswa yang bergurau dan tidak mau bekerjasama dengan anggota kelompoknya. Hanya beberapa dari anggota kelompok yang berusaha untuk mengerjakan dan memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru. Jika guru mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran secara bervariasi maka dapat membantu meningkatkan keaktivan siswa baik secara fisik, intelektual maupun emosional dan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa, membangun kolaborasi antar siswa, menciptakan semangat antaran tim atau kelompok-kelompok kecil dalam belajar, bisa memciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, efisien dan menyenangkan sehingga mampu mendorong keaktivan siswa serta dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa secara keseluruhan. 4

Berdasarkan pada permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka di butuhkan suatu upaya untuk memperbaiki pembelajaraan, yang dapat membantu menciptakan pembelajaran yang kondusif, meningkatkan aktifitas dan kemampuan pemecahan masalah siswa serta peran siswa secara menyeluruh dalam proses pembelajaran. Selain itu, metode yang diterapkan dapat menciptakan kooperatif antar siswa dalam kelompok untuk saling mentransfer pengetahuan dan menyampaikan gagasan gagasan atau ide-ide dari masing masing siswa. Penerapan metode juga harus bisa membuat siswa mandiri dan tidak tergantung pada anggota kelompok. Salah satu variasi metode yang dapat digunakan adalah dengan menerapkan metode NHT (Numbered Head Together) dan pendekatan Open-ended. Metode NHT (Numbered Head Together) merupakan metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat dalam diskusi, selain itu metode ini mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama antar siswa (Isjoni, 2011:78). Karena dengan metode pembelajaran tersebut siswa dapat lebih aktif dan bisa mengeluarkan ide-ide kreatif mereka tanpa ada rasa canggung dan takut salah dengan siswa-siswa yang lain dan dapat bertukar ide dengan teman satu kelompok mereka. Metode NHT (Numbered Head Together) tidak hanya bisa di gunakan pada satu pokok bahasan saja tetapi banyak, karena metode ini cocok untuk semua materi. Beberapa hasil penelitian tentang penerapan metode NHT (Numbered Head Together) dalam pembelajaran matematika dapat disimpulan bahwa metode tersebut dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar matematika siswa (Rostyanik, 2011). Tetapi setelah mengkaji hasil penelitian tersebut, meskipun metode NHT (Numbered Head Together) dapat meningkatkan aktivitas siswa, namun tidak semua siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran khususnya dalam kegiatan diskusi kelompok. Hanya ada 71,25% siswa yang aktif untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru sedangkan yang lainya hanya diam dan melihat. Dalam upaya 5

meminimalkan kelemahan ini, diperlukan suatu metode yang dapat menciptakan partisipasi dan keaktivan seluruh anggota kelompok, salah satunya yaitu dengan perpaduan antarametode NHT (Numbered Head Together) dengan pendekatan, strategi atau model pembelajaran lain yang dapat meningkatkan keaktivan dan kemampuan pemecahan masalah siswamemberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir bebas sesuai dengan minat dan kemampuannya salah satu nya adalah pendekatan Open-ended karena pendekatan Open-ended ini menyajikan permasalahan yang penyelesainnya memiliki lebih dari satu penyelesaian yang benar. Pendekatan Open-ended menurut Shimada (1997) dalam (Suharto, dkk, 2009:976) adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian yang benar lebih dari satu. Pendekatan open-ended merupakan salah satu pendekatan memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir bebas sesuai dengan minat dan kemampuannya, sehingga kemampuan berpikir matematis siswa dapat terkomunikasi dengan baik melalui proses pembelajaran (Wihardjo, dkk, 2009:743). Pada pembelajaran dengan pendekatan Open-ended mahasiswa mendapat kesempatan untuk memperoleh pengetahuan melalui pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan masalah dengan menggunakan beberapa cara sehingga berfikir mereka dapat terlatih dengan baik. Dosen berusaha dalam menyelesaikan masalah, agar mahasiswa mengkombinasikan pengetahuan, ketrampilan dan cara berfikir matematika yang dimiliki sebelumnya Shawada dalam Becker & Shimada (1997) dalam (Suharto, dkk, 2009:976) pembelajaran dengan pendekatan Open-ended memberi keleluasan kepada siswa untuk mengemukakan jawaban dan lebih bersifat merangsang kemampuan memecahkan masalah dengan cara berfikir kritis siswa, siswa diarahkan untuk membahas dan memecahkan berbagai masalah sebagaimana dengan lebih dari satu penyelesaian yang benar. Beberapa hasil penelitian tentang pendekatan Open-ended dapat disimpulkan bahwa pendekatan Open-ended dapat meningkatkan keaktivan 6

dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa (Kalsum, 2010). Open-ended juga dapat meningkatkan kemampuan berfikir divergen siswa, hal tersebut di buktikan aspek kelancaran, aspek keluwesan, dan aspek keaslian (Setyowati, 2013). Setelah mengkaji lebih dalam tentang hasil penelitian tersebut, di dapatkan bahwa hasil penerapan Open-ended dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sebesar 73,63%. Berdasarkan hasil uraian diatas mengenai penerapan Metode NHT (Numbered Head Together) dan Pendekatan Open-ended, dapat memberikan ide salah satunya dengan menggabungkan metode pembelajaran NHT (Numbered Head Together) dengan pendekatan Open-ended untuk meningkatkan aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah siswa. Sehingga dilakukan penelitian yang berjudul Aktifitas Belajar dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Malang Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) dengan Pendekatan Open-ended. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka beberapa masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Siswa yang aktif dalam proses pembelajaran masih kurang yaitu hanya 35%. 2. Masih ada siswa yang memanfaatkan waktu berdiskusi untuk bergurau dengan temannya. 3. Kemampuan pemecahan masalah siswa masih kurang karena masih banyak siswa yang nilainya di bawah KKM yang ditentukan oleh sekolah. 4. Masih ada beberapa kelompok yang tidak bekerja sama dengan anggota kelompok mereka. 5. Beberapa siswa hanya duduk diam dan tidak mau mengerjakan permasalahan yang diberikan oleh guru. 6. Guru cenderung menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab sehingga membuat siswa merasa bosan. 7

1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan metode NHT (Numbered Head Together) dengan pendekatan open-ended pada pembelajaran matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Malang? 2. Bagaimana tingkat aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan metode NHT (Numbered Head Together) dengan pendekatan open-ended siswa kelas X SMA Negeri 1 Malang? 3. Bagaimana tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran matematika menggunakan metode NHT (Numbered Head Together) dengan pendekatan open-ended siswa kelas X SMA Negeri 1 Malang? 1.4 Batasan Masalah Supaya penelitian ini tidak meluas dan terarah maka peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut : 1. Penelitian ini hanya dilakukan pada kelas X MIA 3 SMA Negeri 1 Malang. 2. Penelian ini hanya pada materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear, pada sub bab sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV). 3. Aktivitas siswa yang diteliti dalam penelitian ini meliputi Visual Activities, Oral Activities, Writing Activities, Listening Activities dan Mental activities. 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan : 1. Penerapan metode NHT (Numbered Head Together) dengan pendekatan open-endedsiswa kelas X SMA Negeri 1 Malang. 2. Tingkat aktifitas siswa dalam penerapan metode NHT (Numbered Head Together) dengan pendekatan open-ended siswa kelas X SMA Negeri 1 Malang. 8

3. Tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran matematika menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dengan pendekatan open-ended siswa kelas X SMA Negeri 1 Malang. 1.6 Manfaat Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi beberapa pihak yang terkait antara lain : 1. Manfaat bagi guru Dapat menjadikan metode NHT (Numbered Head Together) dengan pendekatan Open-ended sebagai salah satu alternatif dan inovasi pembelajaran di kelas. 2. Manfaat bagi siswa Dapat meningkatkan aktifitas dan kemampuan memecahkan masalah siswa dan dapat meningkatkan semangat belajar dengan adanya metode pembelajaran yang lebih bervariasi. 3. Manfaat bagi peneliti Dapat menggunakan metode NHT (Numbered Head Together) dan pendekatan Open-ended sebagai salah satu metode dan pendekatan pembelajaran yang akan digunakan ketika peneliti terjun dalam dunia profesi pendindikan. 1.7 Definisi Operasional Untuk menghindari salah pengertian atau salah tafsir tentang makna istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan makna beberapa definisi operasional sebagai berikut : 1. Aktifitas siswa adalah sejumlah keterlibatan dan kegiatan siswa selama proses pmbelajaran berlangsung. Aktifitas siswa adalah keterlibatan siswa selama proses belajar mengajar dengan menggunakan metode NHT (Numbered Head Together) dan pendekatan Open-ended yaitu meliputi aktifitas : Visual Activities, Oral Activities, Writing Activities, Listening Activities dan Mental activities.. 9

2. Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa untuk dapat memecahkan masalah yang diberikan oleh guru pada saat pembelajaran meliputi : memahami masalah, menyusun rencana pemecahan masalah, melaksanakan rencana penyelesaian masalah, dan melakukan pengecekan kembali. 3. NHT (Numbered Head Together) merupakan metode pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berkomunikasi secara aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka. 4. Pendekatan Open-ended yaitu pembelajaran yang memungkinkan permasalahan dengan lebih dari satu penyelesaian yang benar. 5. Masalah adalah kesulitan, hambatan, gangguan, atau ketidakpuasan siswa dalam mengerjakan suatu permasalahan. 6. Masalah Open-Ended merupakan keterampilan berpikir dimensi tinggi dengan metode yang bervariasi, yaitu siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mampu mengemukakan ide-idenya secara bebas, memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan matematika yang lebih luas dan dapat menjawab masalah dengan cara-cara mereka sendiri. 7. Metode adalah suatu cara yang teratur atau yang telah dipikirkan secara mendalam untuk di gunakan dalam mencapai suatu tujuan yang ingin di capai dalam proses belajar mengajar. 8. Pendekatan merupakan langkah awal pembentukan suatu ide atau gagasan dalam memandang suatu masalah terhadap proses belajar mengajar yang berlangsung di dalam kelas. 10