BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pubertas merupakan suatu tahap penting dalam proses tumbuh kembang

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh manusia dan penggunaannya

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga

Pertumbuhan Payudara. Universitas Sumatera Utara

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi/organ reproduksi wanita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 237,6 juta jiwa, hasil

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Pubertas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran mikroskopik folikel ovarium tikus putih betina ((Rattus

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder, mempertahankan sistem

PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada

BAB I PENDAHULUAN. penduduk adalah berusia tahun (BKKBN, 2003) Leutinizing Hormon (LH) yang signifikan (Aulia, 2009).

BAB II LANDASAN TEORI. dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam. zat-zat gizi lainnya (Almatsier, 2010; Supariasa, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dengan usia 6-14 tahun saat sedang duduk di bangku SD

HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD. Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D.

BAB I PENDAHULUAN. periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Dalam masa remaja ini

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan fisik yang lebih dahulu dibanding anak laki-laki, dengan menstruasi awal (menarche) (Winkjosastro, 2007).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Gangguan Hormon Pada wanita

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keluarga dengan pemahaman remaja putri tentang menarche, maka akan dibahas

BAB XIV. Kelenjar Hipofisis

Gambar 4. Grafik Pertambahan Bobot Badan Tikus

HASIL Jangka Reproduksi Wanita Kabupaten Pesawaran

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis hormon berdasarkan pembentuknya 1. Hormon steroid; struktur kimianya mirip dengan kolesterol. Contoh : kortisol, aldosteron, estrogen,

BAB II TINJAUAN TEORI. konsep yang relatif baru dalam kajian psikologi. Di negara-negara barat, istilah

BAB V PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Responden menurut Usia. sisanya merupakan kelompok remaja awal.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses. kematangan manusia. Pada masa ini merupakan masa transisi antara masa

... Tugas Milik kelompok 8...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab IV Memahami Tubuh Kita

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan

4. HASIL. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berperan, sampai saat ini masih menjadi perhatian dalam dunia kedokteran. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. menyusui eksklusif. Pada ibu menyusui eksklusif memiliki kecenderungan yang

HIPOTALAMUS DAN KELENJAR HIPOFISIS

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan.

Proses-proses reproduksi berlangsung di bawah pengaturan NEURO-ENDOKRIN melalui mekanisme HORMONAL. HORMON : Substansi kimia yang disintesa oleh

TINJAUAN PUSTAKA Pubertas Siklus Menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi yang dicanangkan Departemen Kesehatan RI, oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan

BAB I PENDAHULUAN. Gamba. r 1. Beberapa Penyebab Infertilitas pada pasangan suami-istri. Universitas Sumatera Utara


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

MENGENAL PARAMETER PENILAIAN PERTUMBUHAN FISIK PADA ANAK Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi, M. Biomed. Sc

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. korteks serebri, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial, dan endrogen

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin

KESEHATAN REPRODUKSI. Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TINJAUAN PUSTAKA. menopause (Kuncara, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

Function of the reproductive system is to produce off-springs.

BAB I PENDAHULUAN. senam aerobik yang sangat diminati ibu-ibu dan remaja putri baik di kota

BAB II SINKRONISASI ALAMI A. PENDAHULUAN

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan salah satu sapi yang banyak

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Gizi 2.1.1. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi dapat dilakukan melalui empat cara (Supariasa, 2001), yaitu : 1. Secara Klinis Penilaian Status Gizi secara klinis sangat penting sebagai langkah pertama untuk mengetahui keadaan gizi penduduk. Karena hasil penilaian dapat memberikan gambaran masalah gizi yang nyata. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral. 2. Secara Biokimia Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Salah satu ukuran yang sangat sederhana dan sering digunakan adalah pemeriksaan haemoglobin sebagai indeks dari anemia. 3. Secara Biofisik Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat tanda dan gejala kurnag gizi. Pemeriksaan dengan memperhatikan rambut, mata, lidah, tegangan otot dan bagian tubuh lainnya. 4. Secara antropometri Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Penilaian secara antropometri adalah suatu pengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.

2.1.2. Pengukuran Antropometri Pengertian istilah Nutritional Anthropometry mula-mula muncul dalam Body Measurements and Human Nutrition yang ditulis oleh Brozek pada tahun 1966 yang telah didefinisikan oleh Jelliffe (1966) sebagai pengukuran pada variasi dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada tingkat usia dan derajat nutrisi yang berbeda. Pengukuran antropometri ada 2 tipe yaitu : pertumbuhan dan ukuran komposisi tubuh yang dibagi menjadi pengukuran lemak tubuh dan massa tubuh yang bebas lemak. Perlu ditekankan bahwa pengukuran antropometri hanyalah satu dari sejumlah teknik-teknik yang dapat untuk menilai status gizi. Pengukuran dengan cara-cara yang baku dilakukan beberapa kali secara berkala pada berat dan tinggi badan, lingkaran lengan atas, lingkaran kepala, tebal lipatan kulit (skinfold) diperlukan untuk penilaian pertumbuhan dan status gizi pada bayi dan anak (Narendra, 2006). Jenis pengukuran antropometri, antara lain : 1. Berat dan Tinggi Badan terhadap Umur Pengukuran antropometri jenis ini sesuai dengan cara-cara yang baku, beberapa kali secara berkala misalnya berat badan anak diukur tanpa baju, mengukur panjang bayi dilakukan oleh 2 orang pemeriksa pada papan pengukur (infantometer), tinggi badan anak diatas 2 tahun dengan berdiri diukur dengan stadiometer. 2. Lingkar kepala, lingkar lengan, lingkaran dada diukur dengan pita pengukur. Baku Nellhaus dipakai dalam menentukan lingkaran kepala (dikutip oleh Behrman, 1968). Sedangkan lingkaran lengan menggunakan baku dari Wolanski, 1961 yang berturut-turut diperbaiki pada tahun 1969. 3. Tebal kulit di ukur dengan alat Skinfold caliper pada kulit lengan, subskapula dan daerah pinggul., penting untuk menilai kegemukan. Memerlukan latihan karena sukar melakukannya dan alatnyapun mahal (Harpenden Caliper). 4. Indeks Massa Tubuh (IMT).

2.1.3. Indeks Masa Tubuh Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah Quetelet s index memiliki formula berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m 2 ). IMT mulai disosialisasikan untuk penilaian status mutrisi pada anak dalam kurva CDC (Center for Disease Center) tahun 2004. Tingkat kelebihan berat badan harus dinyatakan dengan SD dari mean (rerata) IMT untuk populasi umur tertentu. Mean IMT juga bervariasi seperti pada berat badan normal pada status gizi dan frekuensi kelebihan berat pada rerata IMT dan standard deviasi yang dihitung (Narendra, 2006). Tabel 2.1. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia IMT (kg/m 2 KATEGORI ) < 17 Kekurangan Berat Badan Tingkat Berat KURUS 17-18,4 Kekurangan Berat Badan Ringkat Ringan 18,5 25 Normal NORMAL 25,1 27 Kelebihan Berat Badan Tingkat Ringan GEMUK >27 Kelebihan Berat Badan Tingkat Berat Sumber : Depkes R.I, 1994 dalam Sofia, 2009 2.2. Pubertas 2.2.1. Defenisi dan Durasi Pubertas Pubertas berasal dari istilah latin yang berarti kelaki-lakian. Secara definisi, pubertas berarti kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda kelakilakian. Pubertas merupakan suatu periode perkembangan transisi dari anak menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan hasil tercapainya kemampuan reproduksi (Garilbadfi, 2008). Sarwono (2007) mengemukakan bahwa pubertas pada wanita dimulai dengan awal berfungsinya ovarium dan berakhir pada saat ovarium sudah berfungsi mantap dan teratur. Durasi pubertas adalah jarak waktu antara usia awitan pubertas dan datangnya menarche (Henneberg, 1997).

2.2.2. Tanda Pubertas Pubertas ditandai dengan tampaknya karakteristik seks sekunder dan diakhiri degan datangnya menarche dan siklus ovulasi. Berdasarkan gambaran karakteristik seks sekunder dapat ditentukan tingkat maturitas kelamin (TMK) dengan menggunakan skala Tanner. Pada wanita, tanda pertama adalah tumbuhnya kuncup payudara yang diikuti oleh tumbuhnya rambut pubis 6-12 bulan kemudian. Selain itu, pubertas juga ditandai oleh maturasi genitalia eksterna, tumbuhnya rambut aksila dan menarche (Diana, 2001). Tanda pubertas dapat dilihat pada tabel Skala Tanner (Marshall dan Tanner, 1969 dalam Nelson, 2000) : Tabel 2.2. Tingkatan Maturitas Wanita Berdasarkan Skala Tanner Stadium Rambut pubis Payudara Other Changes 1 2 Pra-pubertas Jarang, sedikit berpigmen, Pra-pubertas A1 (axilla hair) pra-pubertas lurus batas medial labia ± (9-13,4) years 3 Lebih hitam, mulai keriting, jumlah bertambah ± (9,6-14,1) years 4 Kasar, keriting, banyak tetapi lebih sedikit daripada orang dewasa ± (10.4-14.8) years 5 Segitiga wanita dewasa, menyebar ke permukaan medial paha ± (13-16) years Sumber : Nelson, 2006. Ilmu Kesehatan Anak Payudara dan papila menonjol sebagai bukit kecil, diameter areola bertambah ± (8,9-12,9) years Payudara dan areola membesar, tidak ada pemisahan garis bentuk ± (9,9-13,9) years Areola dan papila membentuk bukit kedua ± (10.5-15.3) years Bentuk dewasa, papila menonjol, areola merupakan bagian dari garis bentuk umum payudara ± (13-16) years A2 Axillary hair develops (12 years) Acne Vulgaris develops (13.2 years) Adrenarche: Age ± 9 years Menarche: Age 12.7 years (10.8-14.5 years)

Gambar 2.1. Skala Tanner pada remaja wanita Sumber : Ilmu Kesehatan Anak Nelson, 2000 2.2.3. Perubahan Hormonal Pada masa anak sampai awal prapubertas, Hipothalamus-Pituitary- Gonadal (HPA) axis tidak aktif. Hal ini diduga tertekan oleh jalur pengendalian saraf dan oleh umpan balik negatif dari sejumlah kecil steroid seks dalam sirkulasi (Nelson, 2000). Awal pubertas memerlukan peningkatan pelepasan Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) secara pulsatil dari hipotalamus (Ebling, 2005). Gonadostat hipotalamus menjadi kurang peka oleh efek supresi steroid seks terhadap sekresi gonadotropin. Akibatnya kadar Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) meningkat selanjutnya akan menstimulasi gonad sehingga tercapai keadaan homeostatik baru dari Hipothalamus-Pituitary- Gonadal (HPA) axis (Dattani, 2005).

Gambar 2.2. Hipothalamus-Pituitary-Gonadal (HPA) axis. Sumber : Sarwono, 2007. Ilmu Kandungan. 2.2.4. Perubahan Fisik Masa Pubertas Hormon estrogen memegang peranan penting dalam perkembangan ciriciri kelamin sekunder, pertumbuhan organ genitalia, pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologi kewanitaan. Perkembangan ini dirangsang oleh peningkatan FSH. Interaksi FSH dan estrogen akan memacu kepekaan reseptor LH sehingga terjadi peningkatan LH yang mempercepat perkembangan folikel yang menghasilkan estrogen (Guyton, 1997). 2.2.4.1 Pertumbuhan Organ Genitalia dan Perubahan Psikologis Pada masa pubertas organ-organ genitalia lambat laun tumbuh mendekati bentuk dan sifat-sifat wanita dewasa. Vaskularisasi uterus bertambah menyebabkan pertumbuhan lapisan endometrium, sehingga merubah uterus menjadi uterus yang matur, dan diferensiasi lapisan endometrium. Estrogen merangsang perkembangan jaringan yang terlibat dalam reproduksi. Hormon ini merangsang ukuran dan jumlah sel dengan meningkatkan kecepatan sintesis protein rrna, trna, mrna dan DNA. Oleh karena itu, terjadi peningkatan proliferasi sel pada labia, vagina, uterus, tuba falopii dan jaringan payudara. Pada payudara, terdapat aktifitas diferensiasi kelenjar mamae,

pertumbuhan duktus, perkembangan sel stromal dan pertumbuhan jaringan adiposa yang diperantarai oleh estrogen. Peningkatan produksi estrogen pada masa pubertas juga dapat mempengaruhi penampilan dan pertumbuhan sekunder rambut serta meningkatan pigmentasi kulit labia mayora vagina seperti daerah areola dan puting payudara. Estrogen mengatur transkripsi gen reseptor progestrin, membuat ketersediaan reseptor untuk menaikkan respon sel target terhadap pelepasan progestin selama siklus menstruasi. Pada sel endometrium uterus, estrogen bersama progestin, mempersiapkan dan mempertahankan endometrium uterus untuk implantasi telur yang dibuahi. Estrogen membuat peka otot uterus atau miometrium untuk berkontraksi akibat rangsang oksitosin saat partus. Efektifitas estrogen pada neurokimia dan sintesis protein reseptor pada sistem saraf pusat berkontribusi terhadap perubahan psikologi dan emosi yang terjadi saat premenstruasi pada beberapa wanita. Hal ini juga menjelaskan efek estrogen terhadap perkembangan feminisme tubuh (Suryono, 2008). 2.2.4.2. Pertumbuhan Fisik Tumbuh bertambah besar (growing-up) adalah ciri yang khas yang nampak mencolok pada pubertas. Sesaat sebelum pubertas, kecepatan pertumbuhan tinggi badan/linier (height velocity) menurun, kemudian selama pubertas terjadi akselerasi yang terjadi secara mendadak yang disebut pacu tumbuh (height spurt). Pada saat pertumbuhan linier terjadi pada kecepatan yang maksimal, dikatakan remaja tersebut telah mengalami puncak kecepatan tinggi badan (peak height velocity/phv). Pada kurva kecepatan tinggi badan (height velocity curve), tampak kurva naik (akselerasi) yang berlangsung sekitar 2 tahun, mencapai puncaknya, kemudian menurun (deselerasi) yang berlangsung sekitar 3 tahun. Kecepatan kenaikan tinggi badan meningkat selama pubertas dan mencapai puncaknya selama pacu tumbuh remaja. Rata-rata mulai terjadi pacu tumbuh adalah 11 tahun pada remaja laki-laki dan 9 tahun pada remaja

perempuan. Rata-rata PHV pada laki-laki sekitar umur 13,5 tahun dan pada perempuan sekitar umur 11,5 tahun. Sebelum mulai pacu tumbuh, remaja perempuan tumbuh dengan kecepatan 5,5 cm/tahun (4-7,5cm). Sekitar dua tahun sebelum dimulainya pacu tumbuh, remaja perempuan mencapai PHV-nya dengan kecepatan sekitar 8cm/tahun (6-10,5 cm). Kecepatan maksimal dicapai 6-12 bulan sebelum menarche dan ini dipertahankan hanya untuk beberapa bulan. Gambaran yang paling dini dan penting dari pertumbuhan tulang pada remaja perempuan adalah pertumbuhan lebar panggul selama pubertas. Pertumbuhan pelvis dan panggul secara kuantitatif hampir sama dengan remaja laki-laki. Tetapi, karena dimensi pertumbuhan remaja perempuan lebih kecil, maka lebar panggul tampak lebih besar daripada remaja laki-laki. 2.2.5. Menarche Menarche adalah siklus menstruasi pertama sekali yang dialami wanita. Menarche terjadi akibat peningkatan FSH dan LH yang merangsang sel target ovarium. FSH dan LH berkombinasi dengan reseptor FSH dan LH yang selanjutnya akan meningkatkan laju kecepatan sekresi, pertumbuhan dan proliferasi sel. Hampir semua perangsangan ini dihasilkan dari pengaktifan sistem second messenger adenosine-monophosphate cyclic dalam sitoplasma sel ovarium sehingga menstimulus ovarium untuk memproduksi estrogen dan progesteron. Estrogen dan progesteron akan menstimulus uterus dan kelenjar payudara agar kompeten untuk memungkinkan terjadinya ovulasi. Ovulasi yang tidak dibuahi akan memicu terjadinya menstruasi (Guyton, 1997). Siklus menstruasi terdiri atas tiga fase, fase folikular (sebelum telur dilepaskan), fase ovulasi (pelepasan sel telur) dan fase luteal (setelah sel telur dilepaskan) (Rosenblatt, 2007). Menurut Wiknjosastro (2006), terdiri atas tiga fase, yaitu fase menstruasi, proliferasi dan sekresi.

Gambar 2.3. Perubahan selama siklus menstruasi Sumber: Rosenblatt, Peter L, 2007. Menstrual Cycle Fase folikular dimulai pada hari pertama menstruasi. Pada awal fase ini, endometrium tebal dan kaya akan cairan dan nutrisi yang didesain untuk nutrisi bagi embrio. Jika tidak ada telur yang dibuahi, level estrogen dan progesteron rendah. Sehingga lapisan atas uterus yaitu endometrium luruh dan terjadilah perdarahan menstruasi (Rosenblatt, 2007). Pada saat yang sama, kelenjar hipofisis meningkatkan sedikit produksi FSH. Hormon ini kemudian menstimulasi pertumbuhan 3-30 folikel, tiap folikel berisi sebuah telur. Akhir fase, biasanya hanya satu folikel yang berkembang, disebut folikel de Graaf. Folikel ini kemudian segera memproduksi estrogen dan estrogen yang menekan produksi FSH. Sehingga lobus anterior hipofisis mengeluarkan hormon gonadotropin yang kedua, yakni LH (Rosenblatt, 2007). Folikel de Graaf yang matang banyak mengandung estrogen dan menyebabkan endometrium tumbuh dan berproliferasi. Fase folikular sampai proliferasi berlangsung selama 13-14 hari dan merupakan fase terlama. Fase ini menjadi pendek saat mendekati menopause. Fase ini berakhir tepat saat LH meningkat tiba-tiba (Rosenblatt, 2007). Fase ovulasi dimulai ketika folikel de Graaf menjadi lebih matang, mendekati ovarium dibawah pengaruh LH. Setelah itu folikel berkembang dan sel

telur (ovum) dilepaskan dari ovarium (ovulasi). Pada ovulasi ini kadang-kadang terdapat perdarahan sedikit yang merangsang peritoneum di pelvis, sehingga timbul rasa sakit yang disebut intermenstrual pain (Mittelschmerz). Nyeri dapat berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam. Nyeri dirasakan pada sisi yang sama dimana ovarium melepaskan ovum. Penyebab nyeri masih tidak diketahui dan tidak terjadi pada semua siklus. Disini, endometrium terus berproliferasi membentuk lekukan-lekukan (Wiknjosastro, 2006). Fase yang terakhir adalah fase luteal, yang berlangsung sekitar 7-14 hari (setelah masa ovulasi) dan berakhir sesaat sebelum menstruasi terjadi dan sesudah folikel pecah. Terbentuklah korpus luteum yang menghasilkan peningkatan produksi progesteron. Progesteron menyebabkan penebalan endometrium dan mengisinya dengan cairan dan nutrisi untuk fetus. Begitu juga pada serviks, mukus menebal agar sperma atau bakteri tidak masuk ke uterus. Selain itu terjadi peningkatan suhu tubuh selama fase ini dan menetap sampai periode menstruasi dimulai. Kadar estrogen pada fase ini, menjadi tinggi untuk menstimulasi endometrium agar menebal. (Rosenblatt, 2007). Gambar 2.4. Gambaran siklus menstruasi pada saluran reproduksi Sumber: The American Congress of Obstetricians and Gynecologists, 2010. The Menstrual Cycle. 2.2.6. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pubertas Disamping faktor genetik, faktor lingkungan seperti nutrisi dan stes juga berperan dalam awitan pubertas. Pada keadaan malnutrisi dapat dijumpai pubertas

terlambat (Abbassi, 1998). Awitan pubertas di Amerika Serikat lebih dini dibandingkan data normal yang dibuat dua dekade sebelumnya. Hal ini dihubungkan dengan meningkatnya prevalensi overweight dan obesitas pada remaja (Herman-Giddens, 1997). Berbagai stress seperti penyakit akut dan kronis dapat menekan HPA axis. Latihan fisik dan kompetisi olahraga yang intensif seperti senam dapat mengakibatkan stres fisik dan psikologis yang berhubungan dengan keterlambatan pubertas (Roemmich, 2001). Pada anak yang bermigrasi atau diadopsi ke luar negeri dapat terjadi kejar tumbuh (Catch up growth) dan terpicunya pubertas dini (Bona, 2000). Ini diduga akibat lepasnya si anak dari lingkungan yang penuh stress. Keadaan ini dihubungkan pula dengan peningkatan aktifitas metabolik pada masa kejar tumbuh. Namun pada keadaan lain lingkungan yang penuh stress dan hubungan orang tua yang tidak nyaman dapat pula menyebabkan timbulnya pubertas dini (Parent, 2003). Respon neuroendokrin terhadap berbagai faktor lingkungan menunjukkan pola yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa faktor lingkungan tertentu menggunakan beberapa jalur spesifik dalam pengaruh pubertas. Berbagai faktor seperti siklus pajanan terhadap cahaya, musim, dan bahan kimia yang mengganggu sistem endokrin juga dikatakan dapat mempengaruhi awitan pubertas (Mason, 2005). 2.2.7. Pubertas Terlambat (Delayed Puberty) Pubertas Terlambat (delayed puberty) pada perempuan didefenisikan tidak membesarnya payudara sampai umur 13 tahun atau tidak adanya menstruasi sampai umur 15 tahun. Pada laki-laki pubertas terlambat adalah bila panjang testis tidak mencapai 2,5 cmn atau volume testis tidak mencapai 4 ml sampai umur 14 tahun. Secara statistik pubertas yang mengalami keterlambatan sebanyak 2,5% dari normal populasi remaja pada kedua jenis kelamin, lebih banyak pada laki-laki yang mengalami keterlambatan pubertas daripada perempuan. Kebanyakan keterlambatan pada remaja masih normal atau disebut dengan constitutional delay

in growth and puberty (CDGP). Hal ini perlu dibedakan dengan penderita yang mengalami kelainan hormonal. Klasifikasi yang digunakan pada pubertas yang terlambat didasarkan pada sekresi gonadotropin yang dihubungkan dengan stadium diferensiasi seksual bukan berdasarkan umur kronologis. Berdasarkan kadar gonadotropin dapat dibagi menjadi hypergonadotropic hypogonadism dan hypogonadotropin hypogonadism. Pada hypergonadotropic hypogonadism, ditemukan kadar hormon gonadotropin (FSH dan LH) meningkat namun kadar hormon seks steroid seperti testosteron dan estrogen tetap rendah, hal ini menandakan kerusakan tidak pada aksis hipotalamus hipofise. Sedangkan pada hypogonadotropin hypogonadism, ditemukan penurunan kadar hormon gonadotropin (Suryawan, 2004). 2.2.8. Pubertas Prekok Pubertas prekok terjadi apabila tanda-tanda pubertas ditemukan sebelum umur 8 tahun pada perempuan dan sebelum umur 9 tahun pada laki-laki. Pubertas prekok dapat diklasifikasikan berdasarkan aktifitas dari aksis neuroendokringonad. Diagnosis pubertas prekok dibuat berdasarkan gejala klinis yang mendukung dan hasil tes laboratorium. Pada anak yang dicurigai menderita pubertas prekok diperiksa secara lengkap antara lain pembesaran payudara dan pertumbuhan rambut pubis pada perempuan. Pubertas prekok pada perempuan bila ditemukan pembesaran payudara sebelum umur 8 tahun, timbulnya rambut pubis sebelum umur 9 tahun, atau terjadinya menstruasi sebelum umur 9,5 tahun. Rontgen pergelangan dan telapak tangan kiri untuk menilai umur tulang (bone age) sebagai tanda terjadinya peningkatan hormon seks steroid secara sistemik. Pada anak-anak dengan pubertas prekok kadar hormon FSH dan LH meningkat sesuai dengan masa pubertas (Suryawan, 2004). 2.3. Hubungan Indeks Masa Tubuh dengan Waktu Pubertas Gizi mempengaruhi kematangan seksual pada remaja yang mendapat menarche lebih dini, mereka cenderung lebih berat dan lebih tinggi pada saat menstruasi pertama dibandingkan dengan mereka yang belum menstruasi pada

usia yang sama. Sebaliknya, pada remaja yang menstruasinya terlambat, beratnya lebih ringan daripada yang sudah menstruasi pada usia yang sama, walaupun tinggi badan mereka sama. Pada umumnya, mereka yang menjadi matang lebih dini akan memiliki Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) yang lebih tinggi dan mereka yang matang terlambat memiliki IMT lebih kecil pada usia yang sama (Soetjiningsih, 2004). Beberapa penelitian pada remaja menunjukkan adanya hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan waktu pubertas. Blum, dkk menyatakan bahwa ada pengaruh hormon leptin terhadap IMT pada tahap 2 dari perkembangan pubertas (Dinectts, 1999). Pada perempuan kader leptin meningkat (r=0,47 dan P<0,0001), sedangkan pada laki-laki terjadi penurunan kadar leptin (r=0,34 dan P<0,0001). Hal ini mempengaruhi IMT remaja perempuan relatif lebih tinggi daripada lakilaki terutama pada saat berusia 12 tahun (Blum, 1997). Gangguan hormonal berhubungan dengan obesitas dan disertai dengan disfungsi reproduksi. Kelebihan jaringan adipose meningkatkan aromatisasi perifer androgen menjadi estrogen. Kerusakan sex hormone-binding globulin (SHBG) meningkatkan bioavaibilitas testosteron dan estradiol (E 2 ). Pusat negatif feedback kelebihan estrogen berkontribusi menurunkan sinyal hipotalamuspituitari. Kelebihan bioavaibilitas androgen juga memiliki efek merusak oosit, folikel dan endrometrium (Gosman, 2009). Pemahaman terhadap obesitas dari segi endokrinologi yang semakin berkembang pesat menemukan adiposit, yang disekresi oleh lemak, dan enterokines, yang disekresi oleh usus, dengan efek luas pada proses metabolik termasuk selera makan, metabolisme energi, tekanan darah dan koagulasi. Hampir semua adipokines dan enterokines diidentifikasikan memiliki reseptor di hipotalamus, dipercaya sebagai jaringan tujuan yang penting oleh hormon ini. Oleh karena itu, reseptor dari sinyal ini berperan besar dalam menguraikan jaringan yang diikuti oleh efek jaringan spesifik. Beberapa sinyal juga berpengaruh pada variasi siklus menstruasi di berbagai konsentrasi dalam sirkulasi darah (Gosman, 2009).

Rata-rata umur menarche adalah 11,87 ± 1,1 tahun di kelompok obesitas, 12,14 ± 0,9 tahun di grup overweight, dan 12,20 ± 1,3 tahun di kelompok normal. Korelasi pearson antara Indeks Masa Tubuh dan usia menarche adalah 0,24 (p<0,01). Penemuan ini menyimpulkan adanya peran penting dari kenaikan lemak tubuh pada menarche yang lebih besar daripada pada wanita underweight (Lin, 2002). Peningkatan konsentrasi leptin serum sampai tingkat 12,2 ng / ml (95% confidence interval, 7,2-16,7) dikaitkan dengan penurunan usia menarche. Peningkatan sebesar 1 ng / ml dalam serum leptin menurunkan usia menarche 1 bulan. Kadar serum leptin sebesar 12,2 ng / ml berhubungan ke percent body fat 29,7%, indeks massa tubuh sebesar 22,3, dan lemak tubuh dari 16,0 kg. Penambahan body fat 1 kg usia menarche sebanyak 13 hari (Lin, 2002). Peningkatan kritis leptin darah diperlukan untuk memicu kemampuan reproduksi pada wanita, mendukung treshold effect. Leptin merupakan mediator antara jaringan adiposa dan gonad. (Matkovic, 1997)