revisi/ perubahan prosedur-prosedur secara tidak syah yang prakteknya, pelanggaran-pelanggaran rutin jarang sekali dianggap

dokumen-dokumen yang mirip
3. Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Yang Berhubungan Perilaku Yang Dapat Diterima Dan Tidak Dapat Diterima 6

01. KODE ETIK UNTUK KARYAWAN. (Revisi 2, sesuai dengan persetujuan dalam Rapat Dewan Direksi No 1/2014, 12 Januari 2014)

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S)

BAB 1 PENDAHULUAN. itu keselamatan menjadi prioritas utama dalam operasi penerbangan.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga permasalahan yang sering muncul dalam suatu perusahaan atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan sarana dan prasarana transportasi itu sendiri.

GEJALA MELEMAHNYA BUDAYA KESELAMATAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

Kebijakan Pengungkap Fakta

BAB I PENDAHULUAN. oleh terbakarnya kilang minyak milik British Petroleum di Teluk Meksiko

K155 Konvensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 1981

Indorama Ventures Public Company Limited

Tanggung Jawab Dasar Pengemudi

MENGATASI TEKANAN DI U.S CUSTOMS. (Tugas Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia) Dosen Pengampu: Dra. Trias Setiawati, M.Si

SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang demikian besar dalam suatu organisasi sangat

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS SUMATERA UTARA NOMOR: 1177/H5.1.R/SK/KMS/2008

Kode Etik Insinyur (Etika Profesi)

Kode Etik Pemasok. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi suatu produk cepat menjadi ketinggalan zaman, pasar global tidak

KEBIJAKAN PENGUNGKAP FAKTA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter

Nilai-nilai dan Etika Securitas. Securitas AB Tata Kelola Perusahaan Direvisi pada 3 Nopember 2014

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI

Peraturan Rektor. Nomor : 01 Tahun Tentang. Peraturan Disiplin Mahasiswa

2. PENGEMBANGAN BATAS-BATAS DAN KONDISI-KONDISI OPERASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. K3 menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pekerjaan dewasa ini.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS BAITURRAHMAH No. 403/F/Unbrah/VIII/2013 PERATURAN DISIPLIN TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan di sektor industri dewasa ini berlangsung dengan cepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

PT. SUCOFINDO CABANG MAKASSAR JLN. URIP SUMOHARJO NO 90A MAKASSAR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Indikator yang dihasilkan adalah 19 variabel seperti yang dapat dilihat pada tabel

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. benda. Ada tiga jenis tingkat kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

Lampiran 5 SK No /HK.01.01/02/ReINDO/12/2012 Tanggal 26 Desember 2012 PEDOMAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN

KESELAMATAN, KEAMANAN, & KESEHATAN KERJA

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

KONVENSI NOMOR 81 MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

Sistem Pelaporan Atas Dugaan Penyimpangan atau Pelanggaran (Whistle Blowing System)

Kompetensi Dasar 2 : Keadaan darurat. Presented by : Anita Iskhayati, S. Kom NIP

Kata Pengantar. Daftar Isi

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-026/A/JA/10/2013 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan yang banyak mengandung unsur bahaya. Hal tersebut menyebabkan

PERATURAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK NOMOR: 51/KEP/2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK

Analisis Penyebab Kecelakaan Kerja Dengan Metode Human Factor Analysis and Classification System di perusahaan Fabrikator Pipa

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 39 TAHUN 2005

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar

PIAGAM PEMBELIAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME [LN 2002/106, TLN 4232]

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Perusahaan-perusahaan besar saat ini menggunakan sistem Teknologi

KODE ETIK PEMASOK. Etika Bisnis

Lampiran 1. Instrumen Penelitian. Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengetahuan Kecelakaan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PRAKTEK KERJA INDUSTRI POLITEKNIK KOTA MALANG

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI

pengangkutan udara dilakukan oleh perusahaan penerbangan dapat dirasakan

Dewan Akreditasi Rekayasa dan Teknologi (Abet)

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

GATOT SOEDARTO KESELAMATAN KERJA DAN PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN

TATA TERTIB KEHIDUPAN KAMPUS BAGI MAHASISWA UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

Kode Etik Bisnis Pemasok Smiths

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

Lbrands Pedoman Perilaku dan Ethics Hotline

BAB I PENDAHULUAN. segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di masa

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 5.1 Peranan Asuransi Dalam Pengembangan Pengangkutan Udara Nasional

Angka kecelakaan kerja di Indonesia tahun 2010 hingga Juli mencapai kasus.

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN SAFETY MANAGEMENT SYSTEM DAN KOMPETENSI PEMANDU LALU LINTAS PENERBANGAN

PROSEDUR MUTU SANKSI TINDAKAN INDISIPLINER

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG

Manajemen Risiko Kelelahan: Preskriptif versus Pendekatan Berbasis Risiko

K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

LAMPIRAN 1. DATA VALIDITAS & RELIABILITAS ALAT UKUR

PENANGANAN PENUMPANG YANG AKAN DI DEPORTASI

BAB I PENDAHULUAN I-1

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PT INDO KORDSA Tbk. PIAGAM AUDIT INTERNAL

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PENGADUAN PELAYANAN SALAH SATU BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAYANAN PUBLIK

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi K3 di PT.Coca-Cola Bottling Indonesia

Freight Forwader, Shipping Line, Stevedoring, Offshore Marine Service, Shipping Consultant SURAT - PERNYATAAN. Tempat / Tanggal Lahir

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

DAFTAR LAMPIRAN KUESIONER PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA YAYASAN PERGURUAN BINA SANTRI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar mengenai orang sakit

TATA TERTIB KEHIDUPAN KAMPUS BAGI MAHASISWA

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum

Indorama Ventures Public Company Limited. Kode Etik Pemasok

Tentang EthicsPoint. Tentang EthicsPoint Pelaporan Umum Keamanan & Kerahasiaan Pelaporan Kiat-kiat dan Praktik-praktik Terbaik

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengacu pada regulasi penerbangan yang terdiri atas Annex dan Dokumen

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pencarian dan Pertolongan adalah segala usaha dan

Transkripsi:

mengikuti prosedur-prosedur yang berlaku, mungkin karena masalah-masalah praktek pekerjaan atau penyimpangan rancang bangun. Masalah ini mengarahkan kepada pengadopsian revisi/perubahan prosedur-prosedur secara tidak syah yang selanjutnya menjadi sesuatu yang rutin dan lazim. Hal ini adalah yang disebut sebagai normalisasi penyimpangan seperti yang dibahas di dalam ICAO Safety Management Manual, s. 2.5.4. Pada prakteknya, pelanggaran-pelanggaran rutin jarang sekali dianggap sebagai pelanggaran oleh suatu kelompok kerja. Sebaliknya, hal tersebut dianggap sebagai perbaikan, disebabkan karena hal-hal tersebut dimaksudkan untuk menghemat waktu dan tenaga dengan cara menyederhanakan pekerjaan untuk membantu menyelesaikan pekerjaan bilamana kelompok kerja mengalami kesulitan mengikuti prosedur-prosedur yang berlaku, mungkin karena masalah-masalah praktek pekerjaan atau penyimpangan rancang bangun. Masalah ini mengarahkan kepada pengadopsian revisi/ perubahan prosedur-prosedur secara tidak syah yang selanjutnya menjadi sesatu yang rutin dan lazim. Hal ini adalah yang disebut sebagai normalisasi penyimpangan seperti yang dibahas di dalam ICAO Safety Management Manal, s.2.5.4. Pada prakteknya, pelanggaran-pelanggaran rutin jarang sekali dianggap sebagai pelanggaran oleh suatu kelompok kerja. Sebaliknya, hal tersebut dianggap sebagai perbaikan, disebabkan karena hal-hal tersebut dimaksudkan untuk menghemat waktu dan tenaga dengan cara menyederhanakan pekerjaan untuk membantu menyelesaikan pekerjaan - walaupun hal tersebut melibatkan jalan pintas yang tidak disetujui. Pelanggaran-pelanggaran luar biasa adalah kasus terisolasi terhadap penyalahgunaan kewenangan, baik oleh individu maupun dibolehkan/dibiarkan oleh manajemen. Perilaku beresiko adalah pilihan/keinginan untuk menyimpang dari suatu aturan (contohnya: mengambil jalan pintas terhadap prosedur) karena individu percaya/yakin bahwa dia masih beroperasi / melakukan tugas "secara selamat". Karyawan/pegawai dapat memilih jalan/cara yang beresiko karena mereka merasa adanya tekanan banyak pekerjaan, dan menganggap remeh atau menganggap remeh atau menganggap ringan resiko yang diambil. Untuk karyawan/pegawai baru, banyak perilaku berseiko terjadi hanya karena kurangnya/tidak memiliki pengalaman untuk menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sangat beresiko.

Perilaku ceroboh adalah pilihan untuk secara sadar mengabaikan resiko besar dan tidak dipertimbangkan (contoh: kesewenangan terhadap substansi/menganggap remeh tugasnya). Adalah penting untuk memahami bahwa orang yang terlibat dalam perilaku ceroboh masih tidak bermaksud untuk menimbulkan bahaya. Perilaku kriminal adalah pilihan untuk secara sadar dan sengaja membahayakan/melukai orang lain (contoh: pembunuhan, pencurian, sabotase dan membakar rumah). 6. PERILAKU YANG DAPAT DAN TIDAK DAPAT DITERIMA 6.1 Perilaku yang dapat diterima Perilaku yang dapat diterima mensyaratkan bahwa orang bekerja sebaik yang dapat dilakukannnya sesuai kemampuan, dengantujuan untuk mengindahkan peraturan-peraturan pemerintah dan persyaratan-persyaratan perusahaan. Apabilak kesalahan manusia atau perilaku beresiko atau pelanggaran rutin terjadi, walaupun upaya-upaya terbaik telah dilakukan, adalah penting bagi semua pihak yang terlibat untuk melapor secara terbuka dan berpartisipasi secara penuh dalam investigasi keselamatan dengan tujuan untuk mencegah kejadian atau masalah yang sama terulang kembali. 6.2 Perilaku yang tidak dapat diterima Perilaku yang tidak dapat diterima adalah perilaku ceroboh, pelanggaran luar biasa dan perilaku kriminal. Tidak melaporkan suatu bahaya keselamatan, insiden atau kecelakaan adalah juga perilaku yang tidak dapat diterima. TANGGAPAN DARI ORGANISASI Penelitian/pemeriksaaan terhadap keadaan yang berhubungan dengan suatu kejadian akan diperlukan, dan klasifikasi dari perilaku akan dibuat pada kesimpulan dari hasil penelitian/pemeriksaan. Penelitian harus mempertimbangkan peran dari masing-masing individu, pra-kondisi, kelemahan pengawasan demikian juga dengan pengaruh-pengaruh organisasi yang mungkin mempunyai kontribusi terhadap kejadian peristiwa.

Suatu organsiasi harus merespon secara memadai kepada setiap macacm perilaku dalam rangka menghimbau secara efektif perilaku yang dapat diterima sementara melarang perilaku yang tidak dapat diterima. Respon efektif oleh organisasi memerlukan pelaporan informasi, menerapkan investigasi dan tindak lanjut keselamatan, dan semua orang diperlakukan secara adil. Keadilan/Kesetaraan mensyaratkan bahwa perlakuan kepada semua orang juga mempertimbangkan perilaku masing-masing. Orang-orang yang menghormati dan menunjukkan perilaku yang dapat diterima harus diperlakukan dengan cara mendukung perilakunya, sementara bagi yang berperilaku tidak dapat diterima harus diperlakukan dengan cara tidak mendukung perilaku mereka baik saat ini maupun dimasa mendatang. Orang-orang berperilaku yang dapat diterima harus dapat melihat dengan jelas bahwa perilaku yang tidak dapat diterima tidak dihargai/mendapaat perlakuan yang baik. Perilaku tidak dapat diterima dapat berurusan dengan proses kedisiplinan. Konsep keadilan ini terkadang disebutjust culture/ budaya adil. 8. TANGGUNG JAWAB KARYAWAN DAN KEBIJAKAN PELAPORAN KESELAMATAN Suatu contoh tanggung jawab karyawan dan kebijakan pelaporan keselamatan terkait menggambarkan perbedaaan antara perilaku yang dapat dan tidak dapat diterima diberikan di halaman berikut. Tanggung jawab Karyawan/pegawai Karyawan/ pegawai bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dengan cara yang selamat sesuai dengan kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur kesehatan, keselamatan dan keamanan yang berlaku dengan maksud/pertimbangan (demi) untuk keselamatan mereka sendiri dan orang lain. Tanggung jawab karyawan/pegawai mencakup: a) Mengikuti prosedur dan menghormati peraturan. b) Melaporkan kepada majikan setiap bahaya (ancaman atau kesalahan), insiden yang berkaitan dengan keselamatan, atau kecelakaan yang telah dialami atau disaksikan.

c) Melaporkan kepada majikan setiap kondisi atau keadaan oleh individu atau organisasi diluar organisasinya yang mungkin mengkompromikan (melakukan tawar menawar) keselamatan. d) Melakukan semua langkah-langkah penting yang beralasan, sesuai dengan situasi, untuk menjamin keselamatan semua orang atau harta benda yang mungkin mengalami dampak karena tindakan atau pengabaian/pembiaran. e) Berpartisipasi dalam program Sistem Manajemen Keselamatan organisasi. Kebijakan Pelaporan Keselamatan (Operator Pesawat Udara) Operator Pesawat Udara berkomitmen terhadap keselamatan. Untuk mendukung komitmen ini, Operator Pesawat Udara memerlukan pelaporan bahaya-bahaya dan kejadian-kejadian yang dapat mengakibatkan sakit, luka atau kerusakan. Karyawan/pegawai bertanggungjawab untuk mengkomunikasikan dengan segera setiap informasi yang dapat mempengaruhi keselamatan. Untuk membantu komitmen ini, Operator Pesawat Udara ini berikrar: Tidak ada balas dendam terhadap perilaku yang dapat diterima. Seorang karyawan/pegawai yang sudah melakukan kesalahan akan dihibur (dengan nyaman guna meredakan kesedihan/kegelisahannya) dan/atau dibimbing untuk memitigasi/mehcegah terulangnya kesalahan yang sama (contoh: memberikan pelatihan dan/atau pengujian, praktek atau pengalaman tambahan). Seorang karyawan/pegawai yang telah melakukan perilaku beresiko atau pelanggaran rutin juga akan dibimbing (tanpa hukuman dan secara konstruktif). Seorang karyawan/pegawai yang telah menunjukkan perilaku yang tidak dapat diterima tidak akan diberi tindakan hukuman atau tindakan balas dendam apabila melaporkan suatu bahaya atau kejadian kecuali orang tersebut tetap tidak merespon terhadap arah pelatiihan dan bimbingan yang diberikan, Dalam beberapa contoh respon dari Oepratora Pesawat Udara dapat mencakup diskusi, arahan dan, apabila mungkin, disiplin. 8

Perilaku tidak dapat diterima dapat diatasi melalui bimbingan, konsultasi/nasehat, apabila mungkin dengan hukuman. Perilaku yang tidak dapat diterima adalah: Perilaku ceroboh (contoh: penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol, termasuk konsumsi obat dimana penggunaan atau konsumsi tersebut bertentangn dengan hukum yang berlaku, atau konsumsi alkohol atau obat-obatan di dalam keadaan dimana yang bersangkutan mengetahui atau seharusnya tahu bahwa kemampuan profesionalnya akan terganggu sebagai akibatnya); Perilaku kriminal (termasuk tindakan-tindakan kriminal dan sabotase); Tidak patuh kepada prosedur-prosedur bahaya di perusahaan atau pelaporan kejadian; Karyawan/pegawai dengan sengaja membuat pengertian yang salah terhadap fakta-fakta di dalam laporan. Kerahasiaan Identitas atau informasi mengenai identitas dari karyawan/pegawaii yang melaporkan suatu bahaya atau kejadian sesuai dengan persyaratan Operator Pesawat Udara tidak akan dibuka/diumumkan. Kecuali disetujui oleh karyawan/pegawai bersangkutan atau dipersyaratkan oleh peraturan. Daftar Referensi Pustaka: 1 Marx. David Whack a Mole: The Price We Pay for Expecting Perfection. Piano TX: By Your Side Studios, 2009. 1A Human Error Approach to Aviation Accident Analysis, Wiegmann Douglas A and Shappell Scott A, Ashgate Publishing company.burlington, VT, 2003. 1 ICAO Safety Management Manual (Doc 9859), section 7.32 and Wiegmann Douglas A and Shappel Scott A, A Human Error Approach to Aciation Accident Analysis, Ashgate Publishing company, Burlington, VT, 2003. 1 Wiegmann Douglas A and Shappel Scott A, A Human Error Approach to Aviation Accident Analysis, Ashgate Publishing company, Burlington, VT, 2003. 1 Marx. David Whack a Mole: The Price We Pay for Expecting Perfection. Piano TX: By Your Side Studios, 2009.