SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi dalam volume yang besar secara cepat dan akurat. Fakta telah

BAB I PENDAHULUAN. pendayagunaan informasi dalam volume yang besar secara cepat dan akurat.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT

b. bahwa pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi dalam

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN E-GOVERNMENT DI INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

Presiden No. 3/2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional. Pengembangan Pemerintahan Secara Elektronik. INPRES ini

BAB I PENDAHULUAN RENSTRA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

I. PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat serta potensi

Motivasi Kebijakan E-Government

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR4ATAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAN E-GOVERNMENT DI KABUPATEN MOJOKERTO

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PENGEMBANGAN E-GOVERNMENT

Tugas Teknologi Komunikasi Informasi PENGEMBANGAN KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENUNJANG IMPLEMENTASI E-GOVERNMENT DI BAGIAN

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat dan telah semakin luas.

GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

I. PENDAHULUAN. E-Government (e-gov) merupakan program pemerintah dalam upaya untuk

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN TENTANG PELAKSANAAN E-GOVERNMENT DI INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH. Jakarta, 11 Februari 2009

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR... TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK DI INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH (E-GOVERNMENT)

LAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing,

RPSEP-11 KENDALA DAN STRATEGI PELAKSANAAN E-GOVERNMENT DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan jaringan informasi berbasis teknologi. pemerintah pusat dan daerah secara terpadu telah menjadi prasyarat yang penting

PERANAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM E-GOVERNMENT SERTA P E N T I N G N Y A K O M I T M E N.

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR : 60 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sebelah mata, peran perkembangan teknologi informasi telah memberikan dampak

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia

BERITA NEGARA. No.787, 2011 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Penyelenggaraan.

Kerangka Kebijakan Pengembangan Dan Pendayagunaan Telematika Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tugas Teknologi Komunikasi KABUPATEN PASER KALTIM

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengurus apa yang dibutuhkan oleh

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 24 / HUK / 2007 TENTANG PENGELOLAAN DANA KESEJAHTERAAN SOSIAL

Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu BAB I PENDAHULUAN

RINGKASAN ROAD MAP RB KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Agenda Prioritas Program dan Kegiatan Reformasi Birokrasi Kemlu

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR NOMOR : PER- 01 /M.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI NTB TENTANG TATA KELOLA PEMERINTAHAN BERBASIS SISTEM ELEKTRONIK. Tim Penyusun Ranperda

TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK (TNDE) Oleh : Dra. ANY INDRI HASTUTI, MM ASISTEN PEMERINTAHAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2001 TENTANG TIM KEBIJAKAN PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI POLEWALI MANDAR

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

BAB I P E N D A H U L U A N

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/OT.140/2/2015

BUPATI ASAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI ASAHAN NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG PENGAMBILALIHAN AKTIVITAS BISNIS TENTARA NASIONAL INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan ekonomi global memberikan sinyal akan pentingnya

SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR : 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN E GOVERNMENT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 23 /KPTS/013/2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENDAYAGUNAAN TELEMATIKA DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Good Governance. Etika Bisnis

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG HIBAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 24 Tahun 2015 Seri E Nomor 16 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 09 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM INFORMASI DAN TELEMATIKA KABUPATEN LAMONGAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 41

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. dan tersebar ke seluruh penjuru nusantara. Besarnya jumlah penduduk dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Hakekat pemerintahan adalah pelayanan kepada rakyat. Pemerintah ada

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

birokrasi, agar dapat ditetapkan langkah deregulasi dan/atau reregulasi sesuai kebutuhan regulasi yang menjadi tanggung jawab Kementerian Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM INFORMASI DAN TELEMATIKA KOTA MOJOKERTO WALIKOTA MOJOKERTO

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator. Kinerja Utama

Transkripsi:

COVER DEPAN Panduan Pelaksanaan Proyek dan Penganggaran e Government

COVER DALAM Panduan Pelaksanaan Proyek dan Penganggaran e Government

SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI REPUBLIK INDONESIA Kemajuan teknologi informasi yang pesat serta pemanfaatannya secara luas telah membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan, dan pendayagunaan informasi dalam volume yang besar secara cepat dan akurat. Kenyataan menunjukkan bahwa penggunaan media elektronik merupakan faktor yang sangat penting, sehingga penataan yang tengah kita laksanakan harus pula diarahkan untuk mendorong bangsa Indonesia menuju masyarakat informasi. Perubahan perubahan yang terjadi saat ini menuntut terbentuknya pemerintahan yang bersih, transparan, dan mampu menjawab tuntutan perubahan secara efektif di mana masyarakat menuntut pelayanan publik yang memenuhi kepentingan masyarakat luas di seluruh wilayah negara, dapat diandalkan dan terpercaya, serta mudah dijangkau secara interaktif. Pemerintah pusat dan daerah harus mampu membentuk dimensi baru ke dalam organisasi, sistem manajemen, dan proses kerja yang lebih dinamis. Dengan demikian perlu dikembangkan sistem dan proses kerja yang lebih lentur untuk memfasilitasi berbagai bentuk interaksi yang kompleks dengan lembaga lembaga negara lain, masyarakat, dunia usaha, dan masyarakat internasional.

Organisasi pemerintah harus lebih terbuka untuk membentuk kemitraan dengan dunia usaha (public private partnership), memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan kemampuan mengolah, mengelola, menyalurkan dan mendistribusikan informasi bagi pelayanan publik. Oleh karena itu ketika masyarakat mendambakan terwujudnya reformasi sektor publik, pemerintah harus segera melaksanakan proses transformasi menuju e Government. Melalui proses tersebut, pemerintah dapat mengoptimasikan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi untuk mengeliminasi sekatsekat organisasi dan birokrasi, serta membentuk jaringan sistem manajemen dan proses kerja yang memungkinkan lembaga lembaga pemerintah bekerja secara terpadu. Masyarakat, sektor swasta dan pemerintah mengharapkan pembangunan teknologi informasi dan komunikasi (telematika) di Indonesia menjadi lebih terarah dan terintegrasi serta tidak tumpang tindih pengembangannya mulai dari tingkat kabupaten/kota, provinsi maupun pemerintah pusat. Oleh karenanya pemerintah menyusun pula konsep sistem informasi nasional sebagai acuan/panduan bagi penyusunan national e Strategy di Indonesia yang dilengkapi dengan konsep pelaksanaan secara makro melalui program e Indonesia, yang didalamnya termasuk pembangunan e Government. Pengembangan e Government merupakan upaya untuk mengembangkan penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis elektronik dalam rangka meningkatkan kualitas layanan publik secara efektif dan efisien. Untuk itu pemerintah telah mengeluarkan Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e Government melalui INPRES No. 3 Tahun 2003 yang merupakan payung bagi seluruh kebijakan teknis operasional di bidang e Government. Agar kebijakan pengembangan e Government dapat dilaksanakan secara sistematik dan terpadu, maka diperlukan peraturan, standarisasi dan panduan yang konsisten dan saling mendukung.

Pada awal tahun 2004 telah diselesaikan panduan yaitu : Panduan Pembangunan Infrastruktur Portal Pemerintah, Panduan Manajemen Sistem Dokumen Elektronik Pemerintah dan Panduan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan e Government dan ketiga panduan tersebut telah mulai disosialisasikan ke pemerintah daerah dan para stakeholder di beberapa kota di Indonesia. Pada kesempatan ini pula saya menyambut baik penerbitan buku panduan Standar Mutu, Jangkauan Pelayanan dan Pengembangan Aplikasi e Government bagi lembaga Pemerintah Pusat dan Daerah. Panduan ini diharapkan dapat menjadi acuan dasar bagi strategi pengembangan aplikasi e Government yang sesuai dengan standar mutu dan jangkauan pelayanan. Panduan ini perlu disebarluaskan kepada semua kalangan baik pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun masyarakat, serta perlu pula disosialisasikan sebagai bagian dari kebijakan dan strategi pemerintah dalam pengembangan e Government guna mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance). Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Task Force e Government dan semua kalangan yang telah ikut secara aktif berpartisipasi dalam menyiapkan buku panduan ini. Semoga bermanfaat. Jakarta, Agustus 2004 MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI SYAMSUL MU ARIF

SAMBUTAN SEKRETARIS TIM KOORDINASI TELEMATIKA INDONESIA Aplikasi adalah bagian yang berfungsi memanfaatkan infrastruktur teknologi informasi dan menjembatani unsur unsur sistem, prosedur, proses dan faktor manusia Aplikasi sebaiknya dirancangbangun dan dikembangkan secara luwes dan terpisah dari infrastruktur, dengan tujuan apabila terjadi perubahan pada tingkat infrastruktur yang umumnya terjadi secara terus menerus, maka tidak diperlukan penyesuaian yang terlalu banyak pada aplikasi. Disamping itu diharapkan pengembangan aplikasi dilakukan dengan melihat alternatif infrastruktur yang tersedia di berbagai lingkungan instansi pusat dan daerah, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi, kompleksitas serta tahapan implementasi masing masing instansi. Aplikasi yang dikembangkan harus dapat mengakomodasi peningkatan jumlah dan kualitas layanan publik sesuai dengan perkembangan kebutuhan, sehingga e Services dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan layanan publik. Tim Koordinasi Telematika Indonesia telah menetapkan Pengembangan e government sebagai salah satu program utama (flagship) dalam rangka untuk mendorong bangsa Indonesia menuju masyarakat informasi. Aplikasi yang dikembangkan disetiap lembaga pemerintah ikut menentukan keberhasilan di dalam penyelenggaraan e government Oleh karena itu, Tim Koordinasi Telematika Indonesia menyambut baik diterbitkannya buku Panduan Standar Mutu, Jangkauan Pelayanan dan Pengembangan Aplikasi e Government bagi lembaga Pemerintah Pusat dan Daerah dalam menunjang pengembangan e government. Hal ini

sejalan dengan strategi dan program Tim Koordinasi Telematika Indonesia dalam mengadopsi kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Buku Panduan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai pedoman dan proses kerja di semua instansi pemerintah, baik dipusat maupun didaerah dalam melaksanakan proses transformasi menuju pengembangan e government. Panduan ini akan terus disempurnakan, untuk itu kritik dan saran guna penyempurnaannya lebih lanjut sangat diharapkan agar panduan ini dapat dipergunakan sesuai dengan kebutuhan secara lebih luas. Jakarta, Agustus 2004 SEKRETARIS MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI SELAKU SEKRETARIS TIM KOORDINASI TELEMATIKA INDONESIA, J. B. KRISTIADI

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI NOMOR : /KEP/M.KOMINFO/VIII/2004 TENTANG PANDUAN PELAKSANAAN PROYEK DAN PENGANGGARAN e GOVERNMENT MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung pengembangan dan pelaksanaan e Government dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas layanan maka dipandang perlu adanya Panduan Pelaksanaan Proyek dan Penganggaran e Government; b. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut pada butir a, perlu ditetapkan Panduan Pelaksanaan Proyek dan Penganggaran e Government.

Mengingat : 1. Keputusan Presiden R.I. Nomor 228/M Tahun 2001 tentang Susunan Kabinet Gotong Royong; 2. Keputusan Presiden R.I. Nomor 101 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Menteri Negara, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden R.I. Nomor 47 Tahun 2003; 3. Keputusan Presiden R.I. Nomor 9 Tahun 2003 tentang Tim Koordinasi Telematika Indonesia; 4. Instruksi Presiden R.I. Nomor 6 Tahun 2001 tentang Pengembangan dan Pendayagunaan Telematika di Indonesia; 5. Instruksi Presiden R.I. Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e Government; 6. Keputusan Menteri Negara Komunikasi dan Informasi Nomor : 12/SK/MENEG/KI/2002 tanggal 1 Maret 2002 tentang Pembentukan Organisasi Task Force Pengembangan e Government. MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI TENTANG PANDUAN

PELAKSANAAN PROYEK DAN PENGANGGARAN E GOVERNMENT PERTAMA : Panduan Pelaksanaan Proyek dan Penganggaran e Government dalam menunjang e Government yang selanjutnya disebut Panduan sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini. KEDUA : Panduan sebagaimana tersebut pada Diktum PERTAMA digunakan sebagai acuan dalam merencanakan proyek dan menganggarkan e Government dalam menunjang e Government bagi lembaga pemerintah baik di pusat maupun daerah. KETIGA : Hal hal yang sifatnya teknis akan ditetapkan dengan keputusan tersendiri. KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : Oktober 2004 MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI SYAMSUL MU ARIF Salinan Keputusan ini disampaikan kepada :

1. Para Menteri Kabinet Gotong Royong; 2. Pimpinan LPND, dan; 3. Para Gubernur/Walikota/Bupati di seluruh Indonesia.

Lampiran Keputusan Menteri No... Tentang PANDUAN PELAKSANAAN PROYEK DAN PENGANGGARAN E GOVERNMENT

DAFTAR ISI DAFTAR ISI PRAKATA i iii BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II BAB III BAB IV SUMBER PENDANAAN 2.1 Pemerintah Pusat 2.2 Pemerintah Daerah 2.3 Kemitraan Pemerintah dan Swasta 2.4 Pinjaman/Hibah Luar Negeri PERATURAN PERATURAN YANG HARUS DIPERHATIKAN 3.1 Undang undang Keuangan Negara dan Perbendaharaan Negara 3.2 Peraturan Pemerintah No. 107 /2000, Tentang pinjaman daerah 3.3 Kepres No. 7 tahun 1999 3.4 Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 35/KMK. 07/2003 3.5 Peraturan tentang Monitoring Pelaksanaan Proyek PERAN SERTA SWASTA 4.1 Kriteria keterlibatan Swasta 4.2 Swasta Asing 4.3 Swasta Nasional (Perusahaan, Yayasan, Koperasi) 4.4 BOO. 4.5 BOT. 4.6 BLT. Kementerian Komunikasi dan Informasi RI i

4.7 Turn Key BAB V BAB VI MONITORING PELAKSANAAN PENUTUP LAMPIRAN Kementerian Komunikasi dan Informasi RI ii

Kementerian Komunikasi dan Informasi RI iii

Kementerian Komunikasi dan Informasi RI i

Kementerian Komunikasi dan Informasi RI 1 1

PRAKATA Kementerian Komunikasi dan Informasi RI 1 2

Kementerian Komunikasi dan Informasi RI 1 3

PRAKATA Panduan ini menjelaskan tentang pelaksanaan proyek dan penganggaran e Government bagi lembaga Pemerintah Pusat dan Daerah. Salah satu tujuan utama pengembangan e Government adalah meningkatkan efektivitas dan efisiensi layanan publik sebagai hasil dari pemanfaatan teknologi informasi. Perbaikan layanan publik ini sedikit banyak akan memberikan pengaruh positif pada berbagai sektor dan sisi kehidupan bangsa dan negara. Pengembangan dan penerapan layanan publik berbasis teknologi informasi (e Services) memerlukan persiapan, perencanaan dan penanganan secara sistematis dan terpadu sehingga dapat memberikan hasil yang maksimum. Kementerian Komunikasi dan Informasi RI 1 4

Mengingat pengembangan layanan publik dan teknologi pengantar layanannya membutuhkan perencanaan yang matang dan memerlukan dukungan penganggaran relatif besar, maka diperlukan strategi yang tepat sehingga pelaksanaan proyek e Government dapat memberikan manfaat yang optimal. Pada lembaga pemerintah pusat dan daerah, penganggaran untuk mendukung proyek e government dapat didanai dari berbagai sumber antara lain: APBN, APBD, pinjaman luar negeri, hibah dan kerjasama investasi dengan sektor swasta. Namun demikian, penganggaran e government harus memperhatikan beberapa aspek yaitu: arah dan sasaran penggunaan anggaran untuk menstimulasi pencapaian tujuan strategis e government; prinsip prinsip dan kriteria pembiayaan harus ditetapkan agar pelaksanaan e government dapat berjalan baik; kerangka alokasi anggaran Kementerian Komunikasi dan Informasi RI 1 5

pemerintah; dan ketentuan dan persyaratan pembiayaan proyek e government. Didalam pembiayaan proyek e government harus memperhatikan peraturan peraturan yang telah ditetapkan seperti: Undang undang Keuangan Negara No..../2004; Undang Undang Perbendaharaan Negara No.??/2004; Peraturan Pemerintah No. 107/2000 tentang Pinjaman Daerah; Keputusan Presiden No. 7/1999 tentang...; Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 35/KMK.07/2003 tentang...; dan Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas No.???/??? tentang Monitoring Pelaksanaan Proyek. Memperhatikan terdapat peluang yang melibatkan sektor swasta untuk bekerjasama di dalam investasi dan penyelenggaraan beberapa layanan publik, maka seyogyanya lembaga pemerintah pusat dan daerah menjajaki Kementerian Komunikasi dan Informasi RI 1 6

kemungkinan kerjasama tersebut dalam bentuk seperti: Built Operate Own (BOO); Built Operate Transfer (BOT); Built Lease Transfer (BLT); dan Turn Key. Yang tidak kalah penting adalah bagaimana memonitor dan mengendalikan pelaksanaan proyek e government agar dapat memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat umum, dunia usaha dan bagi lembaga pemerintah sendiri. Kementerian Komunikasi dan Informasi RI 1 7

BAB I PENDAHULUAN (KOMINFO) Kementerian Komunikasi dan Informasi RI 1 8

Kementerian Komunikasi dan Informasi RI 1 9

Pendahuluan Pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi pada berbagai bidang kehidupan telah secara nyata meningkatkan performansi organisasi dan individu dalam bentuk transparansi, akuntabilitas, responsifitas, efektifitas dan efisiensi. Pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi secara optimal kedalam pemerintahan atau yang lazim disebut dengan electronic government, meliputi pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara elektronis. Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dalam pemerintahan ditujukan agar pelayanan publik dapat diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat di seluruh wilayah negara. Untuk itu, Pemerintah harus merubah membentuk dimensi baru kedalam organisasi, sistem manajemen dan proses kerjanya. Kementerian Komunikasi dan Informasi RI 1 10

Lebih dari itu, penerapan e Government akan meningkatkan transparansi, akuntabilitas, pembuatan berbagai peraturan (mekanisme dan prosedur menjadi lebih jelas). Semua ini dapat menjadi alat untuk mengurangi praktek praktek korupsi. Namun sukses tidaknya implementasi e Government, tergantung pada kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan sektor swasta. Oleh karena itu, fokus penerapan e Government diarahkan pada upaya peningkatan layanan pemerintah kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat memperoleh akses keseluruh layanan pemerintah dari satu lokasi secara efektif dan efisien. Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, kepada masingmasing lembaga pemerintah pusat dan daerah telah diinstruksikan melalui INPRES No. 3 Tahun 2003 untuk mengembangkan e government. Beberapa lembaga telah mulai menyusun rencana induk pengembangan e government dan merealisasikannya dalam proyek proyek pengembangan Kementerian Komunikasi dan Informasi RI 1 11

e government. Kebutuhan akan dana untuk pengembangan e government meliputi dana untuk membangun, mengoperasikan dan memelihara. Untuk itu, perlu direncanakan penganggaran yang komperehensif agar dapat memenuhi seluruh kebutuhan tersebut. Khususnya untuk pemerintah daerah, penganggaran untuk pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan e government seyogyanya didasarkan pada kebutuhan, kemampuan dan kesiapan sumber daya masing masing daerah. Untuk pendana diluar APBD, perlu dikoordinasikan dengan lembaga terkait sesuai peraturan yang berlaku. Kementerian Komunikasi dan Informasi RI 1 12

Bagi lembaga pemerintah yang mengalami kesulitan penganggaran untuk membangun e governmentnya, umumnya mengajukan usulan bantuan ke pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi dan Bappenas. Kementerian Komunikasi dan Informasi RI 1 13

BAB II SUMBER PENDANAAN (Bappenas) Kementerian Komunikasi dan Informasi RI 1 14

Kementerian Komunikasi dan Informasi RI 1 15

Kementerian Komunikasi dan Informasi RI 1 16

BAB III PERATURAN PERATURAN YANG HARUS DIPERHATIKAN (Bappenas, Depkeu dan BI) Kementerian Komunikasi dan Informasi RI 1 17

BAB IV PERAN SERTA SWASTA (Richard Mengko dan Suhono) Kementerian Komunikasi dan Informasi RI 1 18

Kementerian Komunikasi dan Informasi RI 1 19

BAB V MONITORING PELAKSANAAN (Bappenas, Kominfo dan Suhono) Kementerian Komunikasi dan Informasi RI 1 20

BAB VI PENUTUP Kementerian Komunikasi dan Informasi RI 1 21

PENUTUP Dokumen Panduan Pelaksanaan Proyek dan Penganggaran e Government diharapkan dapat menjadi acuan dasar bagi strategi pengembangan e government yang berkaitan erat dengan pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan e government. Dengan adanya panduan ini diharapkan akan mempermudah perencanaan e government agar dapat dilaksanakan sesuai kebutuhan. Panduan ini juga diharapkan akan membawa perbaikan dalam proses perencanaan dan penganggaran e government di setiap instansi pemerintah yang secara langsung akan memberi pengaruh positif pada pelayanan publik. Kementerian Komunikasi dan Informasi RI 1 22

Panduan ini adalah versi 1.0 dan akan terus disempurnakan, dilengkapi dan dimutakhirkan dari berbagai sumber dan serta dimodifikasi sesuai dengan kondisi yang ada di Indonesia. Buku panduan ini dikelola dan direvisi oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi, dan dapat dilihat melalui situs web Kementerian Komunikasi dan Informasi dengan alamat http://www.kominfo.go.id Kementerian Komunikasi dan Informasi RI 1 23

LAMPIRAN Kementerian Komunikasi dan Informasi RI 1 24

PUSTAKA KATA Kementerian Komunikasi dan Informasi RI 1 25