PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN (RKA-K/L)

dokumen-dokumen yang mirip
LATAR BELAKANG belum sepenuhnya dapat memberikan panduan secara teknis

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENELAAHAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

2017, No kementerian negara/lembaga dan pengesahan daftar isian pelaksanaan anggaran; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

2016, No b. bahwa dalam rangka pemantapan penerapan kerangka pengeluaran jangka menengah, penganggaran terpadu,penganggaran berbasis kinerja,

PEDOMAN PENELITIAN RKA-K/L

DOKUMEN DASAR PEMBAYARAN ATAS BEBAN APBN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.02/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.05/2011 TENTANG PETUNJUK PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK.02/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 140/PMK.02/2015

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 160/PMK.02/2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5 Tambahan Lembaran Negara No

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

Lampiran III PMK tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-KL Tahun Anggaran 2011 Nomor :.../PMK.02/2011 Tanggal :...

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

DAFTAR ISI. BAB III Tatacara Penyusunan SBK... 9 A. Keluaran Kegiatan Yang Menjadi SBK... 9 B. Langkah-Langkah Penyusunan SBK...

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 257/PMK.02/2014 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2015

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN

Pokok Pokok Perubahan Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2015

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 257/PMK.02/2014 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2015

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 257/PMK.02/2014 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2015

2011, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/PMK.02/2013 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DOKUMEN DASAR PEMBAYARAN ATAS BEBAN APBN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

POKOK-POKOK PERUBAHAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NO. 10/PMK.02/2017 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TA 2017

Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2015

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 46 /PMK.02/2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 69/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

POKOK POKOK HASIL PEMBAHASAN RAPBN TAHUN 2012 DAN TINDAK LANJUT PENYELESAIANNYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

POKOK-POKOK KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016 (Lembaran Negara R

DIREKTORAT ANGGARAN BIDANG POLHUKHANKAM & BA BUN DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN 1

2011, No Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 3. Keputusan Presiden Nomor 56/P Tahun 2010; MEMUTUSKAN:

REVISI ANGGARAN PADA DJA SEMAKIN SEDERHANA, CEPAT DAN AKURAT (Bagian 1)

TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2016 PMK No.15/PMK.02/2016

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG TUJUAN FORMAT BARU RKA KL RUANG LINGKUP...

2017, No Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tat

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PARIWISATA

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 49/PMK.02/2011 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2011

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

BERITA NEGARA. No.1341, 2012 KEMENTERIAAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT. Petunjuk Operasional. Kegiatan. Revisi. Pedoman.

KERANGKA ACUAN KERJA (TERM OF REFERENCE) PENYUSUNAN STANDAR BIAYA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA UNIT ESELON PROGRAM : : :

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERENCANAAN PERTAHANAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

Kewenangan Kanwil DJPb Dalam Revisi Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.677,2012

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 104/PMK.02/2010 TENTANG

Bagian Program dan Evaluasi Sekretariat Direktorat Jenderal KSDAE

LEMBAR PENGESAHAN PROSEDUR PENYUSUNAN RKA-KL dan DIPA SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTAHANAN RI DIREKTORAT JENDERAL PERENCANAAN PERTAHANAN

Evaluasi Perencanaan dan Penganggaran Satuan Kerja. Direktorat Jenderal Anggaran

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN PERTAHANAN RI DIREKTORAT JENDERAL PERENCANAAN PERTAHANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1. NAMA JABATAN: Sekretaris Direktorat Jenderal.

Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

16. Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tan

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7/PMK.02/2014 TENTANG

1. Landasan Berpikir (1)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 177/PMK.02/2014 TENTANG

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 t

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143/PMK.02/2015 TENTANG

Beberapa Perubahan dalam Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKA-K/L TA 2013

Asumsi : Satker Ditetapkan pada Tahun 2010

PENYUSUNAN ULANG PRAKIRAAN MAJU 2019, 2020, DAN 2021 UNTUK KEPERLUAN PENYUSUNAN ANGKA DASAR PAGU INDIKATIF Jakarta, Februari 2018

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

2015, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Le

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49/PMK.02/2012 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN PERTAHANAN RI DIREKTORAT JENDERAL PERENCANAAN PERTAHANAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7/PMK.02/2014 TENTANG TATA CARA REVISI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2014

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 137 /PMK.02/2006 TENTANG TATA CARA REVISI DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) TAHUN 2007

Setyanta Nugraha Kepala Biro Analisa APBN Sekretariat Jenderal DPR RI

Transkripsi:

PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM APLIKASI RKAKL DIPA 2013

2

PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM 3

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL BIRO PERENCANAAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI Nomor : KU.01.01-Sr/900 Jakarta, 18 Oktober 2012 Lampiran : 1 (satu) buku Kepada Yth. Para Kepala Satuan Kerja di Lingkungan Kementerian PU Perihal : Panduan Teknis Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA-K/L) di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum Dalam rangka meningkatkan kualitas dokumen Rencana Kerja dan Anggaran (RKA-K/L) Kementerian Pekerjaan Umum, perlu ditetapkan Panduan Teknis Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA-K/L) di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dengan penjelasan sebagai berikut: I. UMUM Panduan teknis ini diterbitkan dalam rangka penyusunan Kertas Kerja RKA-K/L yang merupakan tugas seluruh Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. Dengan terbitnya Panduan Teknis ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman operator dan penyelia/supervisor terhadap substansi dan teknis penyusunan Kertas Kerja RKA-K/L, sehingga kemudian dapat menyeragamkan struktur Kertas Kerja RKA- K/L, meningkatkan ketepatan penggunaan akun belanja, serta meningkatkan kesiapan dalam proses penelaahan RKA-K/L dan pelaksanaan kegiatan di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dengan lebih baik. Panduan Teknis Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA-K/L) di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum mencakup: Bagian I Pendahuluan Bagian II Landasan Hukum Dan Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Bagian III Pengaturan Struktur Kertas Kerja RKA-K/L Bagian IV Panduan Pemilihan Akun Belanja Bagian V Panduan Pengisian Volume Output Bagian VI Panduan Penulisan Lokasi Pekerjaan

Bagian VII Panduan Input Prakiraan Maju Bagian VIII Penyusunan RKA-K/L Untuk Kegiatan Tertentu Bagian IX Tahapan Penyusunan dan Contoh Kertas Kerja yang Mengikuti Panduan Teknis Bagian X Penyusunan Rencana Penyerapan dan Data Dukung Panduan teknis ini diberlakukan dalam rangka penyusunan Kertas Kerja RKA-K/L oleh seluruh Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. II. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah 3. Peraturan Pemerintah No.90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; 4. Peraturan Pemerintah No.73 Tahun 1999 tentang Tatacara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu. 5. Peraturan Menteri Keuangan No.112/PMK.02/2012 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; 6. Keputusan Presiden No.42 Tahun 2002 jo. Keputusan Presiden No.72 Tahun 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 7. Peraturan Menteri Keuangan No.81/PMK.05/2012 tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian Negara/Lembaga; 8. Peraturan Menteri Keuangan No.101/PMK.02/2011 tentang Klasifikasi Anggaran; 9. Peraturan Menteri Keuangan No.95/PMK.02/2012 tentang Standar Biaya Keluaran Tahun Anggaran 2013; 10. Peraturan Menteri Keuangan No. 37/PMK.02/2012 tentang Standar Biaya Tahun 2013; 11. Peraturan Menteri Keuangan No.92/PMK.05/2011 tentang Rencana Bisnis dan Anggaran serta Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum; 12. Peraturan Menteri Keuangan No.248/PMK.07/2010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan No.156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan; 13. Peraturan Menteri Keuangan No.91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar; yang dirinci dan dimutakhirkan melalui Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No.Per-80/ PB/2011 tentang Penambahan dan Perubahan Akun Pendapatan, Belanja, dan Transfer pada Bagan Akun Standar;

III. LINGKUP PENGATURAN Lingkup pengaturan Panduan Teknis Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA-K/L) di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum mencakup: 1. Struktur Kertas Kerja RKA-K/L Pengaturan struktur kertas kerja difokuskan pada penyempurnaan penggunaan masing-masing tingkatan/level secara runtut dari tingkat Program, Kegiatan, Output, Sub-output, Komponen, Sub-komponen, sampai pada Jenis Akun dan Rincian Pekerjaannya. 2. Penggunaan Akun Belanja Dalam bagian ini disampaikan penjelasan mengenai peruntukkan masing-masing jenis belanja. Hal ini diperlukan dikarenakan RKA-K/L, selain terkait erat dengan pelaksanaan kegiatan, juga menjadi bagian penting dalam penyusunan laporan dan proses audit keuangan. 3. Pengisian Volume Output Pengisian volume Output dengan cermat menjadi bagian penting untuk menilai konsistensi antara dokumen RKA-K/L dan DIPA dengan target output dalam dokumen perencanaan yang telah disusun sebelumnya. 4. Penulisan Lokasi Pekerjaan Tata cara penulisan lokasi pekerjaan menjadi salah satu mekanisme yang harus diatur. Hal ini terkait dengan pengelolaan database program dan anggaran, terutama yang berbasis Wilayah Provinsi/ Kabupaten/Kota, yang sering dibutuhkan bagi pengendalian program serta penyusunan rencana dan program pada tahun mendatang. 5. Input Prakiraan Maju 3 (tiga) Tahun Kedepan/Penerapan KPJM Penerapan KPJM yang semakin ketat mendorong kita untuk menerapkannya dengan lebih disiplin, yaitu melalui input prakiraan maju paling tidak untuk 1 (satu) tahun kedepan dengan lebih baik. Untuk itu panduan teknis mengenai tata cara input prakiraan maju dalam KPJM tersebut sangat diperlukan. 6. Penyusunan RKA-K/L untuk Kegiatan Tertentu Beberapa kondisi memerlukan penyusunan RKA-K/L dengan tata cara tersendiri, antara lain untuk kegiatan dengan sumber pendanaan dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), untuk Satker Badan Layanan Umum, serta untuk kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. 7. Penyusunan Rencana Penyerapan dan Data Dukung Hal-hal lain yang perlu disiapkan pengaturannya adalah terkait dengan penyusunan rencana penyerapan anggaran dan penyiapan data dukung yang diperlukan, untuk meningkatkan kesiapan dalam proses penelaahan dan pelaksanaan kegiatan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai Panduan Teknis Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA-K/L) di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat ini. Demikian atas perhatian Saudara disampaikan terima kasih. Kepala Biro Perencanaan dan KLN Ir. Taufik Widjoyono, MSc. Tembusan disampaikan kepada Yth. 1. Bapak Sekretaris Jenderal Kementerian PU (sebagai laporan) 2. Direktur Sistem Penganggaran, Direktorat Jenderal Anggaran 3. Direktur Anggaran I, Direktorat Jenderal Anggaran 4. Direktur Sistem Perbendaharaan, Direktorat Jenderal Perbendaharaan 5. Direktur Pelaksanaan Anggaran, Direktorat Jenderal Perbendaharaan 6. Direktur Akuntasi dan Pelaporan Keuangan, Direktorat Jenderal Perbendaharaan 7. Sekretaris Inspektorat Jenderal Kementerian PU 8. Direktur Bina Program, Ditjen Sumber Daya Air 9. Direktur Bina Program, Ditjen Bina Marga 10. Direktur Bina Program, Ditjen Cipta Karya 11. Direktur Bina Program dan Kemitraan, Ditjen Penataan Ruang 12. Sekretaris Badang Litbang Kementerian PU 13. Sekretrais Badan Pembinaan Konstruksi 14. Para Pejabat Eselon II di lingkungan Sekretariat Jenderal Kementerian PU

8

KATA PENGANTAR i

KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan Syukur Alhamdulillah, Buku Panduan Teknis Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA-K/L) di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum ini telah diselesaikan dengan baik. Kami ucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan maupun memberikan masukan secara substantif sehingga Buku Panduan Teknis ini dapat mencakup berbagai aspek dengan cukup komprehensif. Kebutuhan terhadap Panduan Teknis ini cukup penting mengingat Kertas Kerja RKA-K/L yang disusun oleh seluruh Satuan Kerja di lingkungan Kementerian PU selama ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dari sisi teknis penyusunan maupun penggunaan akun belanja. Panduan Teknis ini menjadi semakin penting mengingat data yang terinci dalam RKA-K/L selain menjadi dasar dalam penyusunan profil kegiatan Kementerian PU, juga terkait dengan keperluan audit dan pelaporan keuangan serta evaluasi program dan kegiatan tahunan. ii Panduan Teknis ini utamanya diperuntukkan bagi operator penyusun Kertas Kerja RKA- K/L, Petugas Penelaah Internal Unit Eselon-I, serta Pejabat dan Staf yang terkait dengan penyusunan program dan anggaran tahunan. Dengan adanya pengaturan ini diharapkan dapat mengurangi kesalahan-kesalahan di level teknis operasional penyusunan RKA-K/L. Kami menyadari bahwa Buku Panduan ini belumlah sempurna. Untuk itu kami sangat terbuka terhadap koreksi dan masukan semua pihak untuk perbaikan Panduan Teknis mendatang maupun dalam penyusunan pedoman terkait Program dan Anggaran lainnya. Semoga Buku Panduan Teknis ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Terima kasih. Jakarta, 18 Oktober 2012 Kepala Biro Perencanaan dan KLN Ir. Taufik Widjoyono, MSc.

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISTILAH/ PENGERTIAN UMUM DAFTAR SINGKATAN iii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISTILAH/PENGERTIAN UMUM... DAFTAR SINGKATAN... ii vi vi viii ix iv BAGIAN I BAGIAN II BAGIAN III BAGIAN IV BAGIAN V BAGIAN VI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 2 1.2 Tujuan... 3 1.3 Lingkup Pengaturan... 3 LANDASAN HUKUM DAN HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN 2.1 Landasan Hukum Terkait Penyusunan RKA-K/L... 6 2.2 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Penyusunan Kertas Kerja RKA-K/L... 6 PENYERAGAMAN STRUKTUR KERTAS KERJA RKA-K/L 3.1 Struktur Anggaran sebagai Acuan dalam Struktur Kertas Kerja... 10 3.2 Permasalahan dalam Struktur Kertas Kerja... 13 3.3 Penyeragaman Struktur Kertas Kerja RKA-K/L... 16 3.4 Pertimbangan dalam Penulisan Rincian Pekerjaan... 22 PANDUAN PEMILIHAN AKUN BELANJA 4.1 Permasalahan Penggunaan Akun Belanja... 24 4.2 Penerapan Bagan Akun Standar (BAS)... 24 4.3 Beberapa Hal yang Memerlukan Perhatian... 31 PANDUAN PENGISIAN VOLUME OUTPUT 5.1 Permasalahan Pengisian Volume Output... 34 5.2 Pengisian Volume Output... 35 PANDUAN PENULISAN LOKASI PEKERJAAN 6.1 Keterbatasan dalam Aplikasi RKA-K/L... 40 6.2 Keberagaman Penulisan Lokasi Pekerjaan... 41 6.3 Pengaturan Cara Penulisan Lokasi Pekerjaan... 44

BAGIAN VII PANDUAN INPUT PRAKIRAAN MAJU 7.1 Permasalahan dalam Input Prakiraan Maju... 46 7.2 Penghitungan Prakiraan Maju... 46 7.3 Input dan Pemeriksaan Hasil Prakiraan Maju dalam RKA-K/L... 48 BAGIAN VIII PENYUSUNAN RKA-K/L UNTUK KEGIATAN TERTENTU 8.1 Penyusunan RKA-KL untuk kegiatan yang dananya bersumber dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)... 52 8.2 Penyusunan RKA-KL untuk Satker Badan Layanan Umum (BLU)... 54 8.3 Penyusunan RKA-KL untuk Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan... 55 BAGIAN IX BAGIAN X TAHAPAN PENYUSUNAN DAN CONTOH KERTAS KERJA YANG MENGIKUTI PANDUAN TEKNIS 9.1 Pengecekan Versi Aplikasi RKA-K/L DIPA 2013... 60 9.2 Perekaman Satuan Kerja... 60 9.3 Perekaman Program, Kegiatan, dan Output... 61 9.4 Perekaman Sub-Output... 68 9.5 Perekaman Komponen... 69 9.6 Perekaman Sub-komponen... 70 9.7 Perekaman Akun... 70 9.8 Perekaman Detil/Item Pekerjaan... 76 9.9 Input Data Kelengkapan DIPA... 78 9.10 Validasi RKA-K/L... 79 9.11 Contoh Kertas Kerja yang Mengikuti Panduan Teknis... 81 PENYUSUNAN RENCANA PENYERAPAN DAN DATA DUKUNG 10.1 Penyusunan Rencana Penyerapan Anggaran... 84 10.2 Kelengkapan Data Dukung... 86 v

DAFTAR TABEL Tabel 1. Standardisasi Output... 19 Tabel 2. Kode dan Keterangan Validasi... 79 vi DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Diagram Struktur Anggaran Penerapan PBK... 10 Gambar 2. Kesalahan Penggunaan Sub-Output... 14 Gambar 3. Kesalahan Penggunaan Sub-Komponen... 14 Gambar 4. Belum Dilakukannya Standardisasi Kode Output... 15 Gambar 5. Tersebarnya Komponen-komponen 1 (Satu) Output... 16 Gambar 6. Struktur Kertas Kerja RKA-K/L... 17 Gambar 7. Contoh Penggunaan Seluruh Bagian Struktur Anggaran... 18 Gambar 8. Contoh Kesalahan Input Volume Output... 34 Gambar 9. Input Volume Output pada Level Sub-output... 36 Gambar 10. Pilihan Hitung Volume Output Secara Otomatis... 37 Gambar 11. Laporan Rekapitulasi Output... 38 Gambar 12. Penggunaan Atribut Lokasi Pada Perekaman Output... 40 Gambar 13. Laporan Alokasi per Provinsi dalam Aplikasi RKA-K/L... 41 Gambar 14. Penulisan Lokasi Pekerjaan pada Detil Kegiatan... 42 Gambar 15. Penulisan Lokasi pada Sub-komponen dan Detil Pekerjaan... 42 Gambar 16. Penulisan Lokasi Pekerjaan pada Judul Paket Pekerjaan... 43 Gambar 17. Penulisan Lokasi Pekerjaan yang Belum Seragam... 43 Gambar 18. Contoh Kertas Kerja yang Menggunakan Lokasi Output sebagai Lokasi Pekerjaan... 46 Gambar 19. Contoh Kesalahan Input Prakiraan Maju... 46 Gambar 20. Contoh Pengisian Prakiraan Maju pada Perekaman Output... 48 Gambar 21. Pengisian Prakiraan Maju pada Perekaman Komponen... 48 Gambar 22. Bagian yang Perlu Diperiksa dari Laporan KPJM RKA-K/L... 49 Gambar 23. Input Sumber Pendanaan dari PNBP... 53 Gambar 24. Ilustrasi Input Target Pendanaan PNBP... 54 Gambar 25. Ilustrasi Perekaman Output untuk Memilih DK atau TP... 58 Gambar 26. Ilustrasi Perekaman Satker... 61 Gambar 27. Ilustrasi Perekaman/Pemilihan Nama Output... 62 Gambar 28. Ilustrasi Pemilihan Kode Inisiatif Baru... 63 Gambar 29. Ilustrasi Pemilihan Lokasi Output/Pekerjaan... 64 Gambar 30. Ilustrasi Pemilihan Jenis Kewenangan... 65 Gambar 31. Ilustrasi Pengisian Volume Output... 66 Gambar 32. Tahun Awal dan Akhir Pencapaian Output per Lokasi... 67 Gambar 33. Volume KPJM... 68

Gambar 34. Ilustrasi Perekaman Sub-output... 69 Gambar 35. Ilustrasi Perekaman Komponen... 70 Gambar 36. Ilustrasi Perekaman Sub-komponen... 70 Gambar 37. Ilustrasi Perekaman Akun... 71 Gambar 38. Ilustrasi Perekaman Kode KPPN... 72 Gambar 39. Tampilan Jenis-jenis Sumber Pendanaan... 73 Gambar 40. Informasi Register PHLN...... 74 Gambar 41. Tampilan Input Cara Hitung untuk Pendanaan PHLN... 75 Gambar 42. Ilustrasi Input Catatan Akun dan Blokir... 76 Gambar 43. Ilustrasi Perekaman Detil/Item Pekerjaan... 77 Gambar 44. Ilustrasi Input Data KPA... 78 Gambar 45. Tampilan Bila Proses Validasi Berhasil... 81 Gambar 46. Contoh Kertas Kerja untuk Pekerjaan Swakelola Non-Fisik... 82 Gambar 47. Contoh Kertas Kerja untuk Pekerjaan Fisik... 82 Gambar 48. Ilustrasi Input Rencana Penyerapan Anggaran... 85 vii

viii DAFTAR ISTILAH/PENGERTIAN UMUM 1) Alokasi Anggaran adalah batas tertinggi anggaran pengeluaran yang dialokasikan kepada Kementerian/Lembaga berdasarkan hasil pembahasan Rancangan APBN yang dituangkan dalam berita acara hasil kesepakatan Pembahasan Rancangan APBN antara Pemerintah dan DPR. 2) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. 3) Bagian Anggaran adalah kelompok anggaran menurut nomenklatur Kementerian/ Lembaga dan menurut fungsi Bendahara Umum Negara. 4) Daftar Hasil Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (DHP RKA-K/L) adalah dokumen yang berisi rangkuman RKA-K/L per program dalam suatu K/L yang telah ditetapkan dari proses penelaahan. 5) Kegiatan merupakan penjabaran dari Program yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi Satker atau penugasan tertentu K/L yang berisi komponen Kegiatan untuk mencapai output dengan indikator kinerja yang terukur. 6) Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan. 7) Kertas Kerja RKA-K/L adalah dokumen rincian belanja yang disusun oleh masing-masing Satuan Kerja sebagai bagian dari Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga (RKA-K/L). 8) Kinerja adalah prestasi kerja berupa keluaran dari suatu kegiatan atau hasil dari suatu program dengan kuantitas dan kualitas terukur. 9) Pagu Anggaran adalah batas tertinggi anggaran yang dialokasikan kepada Kementerian/ Lembaga dalam rangka penyusunan RKA-K/L. 10) Pagu Indikatif adalah ancar-ancar pagu anggaran yang diberikan kepada Kementerian/ Lembaga sebagai pedoman dalam penyusunan Renja-K/L. 11) Program merupakan penjabaran dari kebijakan sesuai dengan visi dan misi K/L yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi unit Eselon I atau unit K/L yang berisi Kegiatan untuk mencapai hasil dengan indikator kinerja yang terukur. 12) Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) adalah dokumen rencana keuangan tahunan Kementerian/Lembaga yang disusun menurut Bagian Anggaran Kementerian/Lembaga. 13) Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-K/L) adalah dokumen perencanaan Kementerian/Lembaga untuk periode 1 (satu) tahun. 14) Rencana Kerja Pemerintah (RKP) adalah dokumen perencanaan Nasional untuk periode 1 (satu) tahun.

DAFTAR SINGKATAN 1) BAS : Bagan Akun Standar 2) BLU : Badan Layanan Umum 3) DHP : Daftar Hasil Penelaahan 4) DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran 5) IKK : Indikator Kinerja Kegiatan 6) IKU : Indikator Kinerja Utama 7) KMK : Keputusan Menteri Keuangan 8) K/L : Kementerian Negara/Lembaga 9) KPA : Kuasa Pengguna Anggaran 10) KPJM : Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah 11) KPPN : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara 12) PBK : Penganggaran Berbasis Kinerja 13) Perpres : Peraturan Presiden 14) PHLN : Pinjaman/Hibah Luar Negeri 15) PMK : Peraturan Menteri Keuangan 16) PNBP : Penerimaan Negara Bukan Pajak 17) POK : Petunjuk Operasional Kegiatan 18) PP : Peraturan Pemerintah 19) RAPBN : Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 20) Renja K/L : Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga 21) RKA-K/L : Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga 22) RKP : Rencana Kerja Pemerintah 23) Satker : Satuan Kerja ix

x

I PENDAHULUAN 1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L) merupakan dokumen penganggaran yang wajib disusun oleh Menteri/ Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran atas Bagian Anggaran yang dikuasainya. Penyusunan RKA-K/L merupakan bagian dari penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) yang dilakukan setiap tahun. Hal tersebut diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No.90 tahun 2010 tentang Penyusunan RKA-K/L. 2 Penyusunan RKA-K/L dilakukan berdasarkan Pagu Anggaran K/L yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Pagu Anggaran K/L disampaikan oleh Menteri Keuangan kepada setiap K/L paling lambat akhir bulan Juni dan penelaahan RKA-K/L diselesaikan paling lambat akhir bulan Juli. Finalisasi RKA-K/L dilakukan berdasarkan hasil pembahasan Rancangan APBN dan RUU tentang APBN dengan DPR yang harus diselesaikan paling lambat akhir bulan Oktober. Dalam penyusunan RKA-K/L, terdapat 3 (tiga) landasan hukum utama yang perlu dipahami dan menjadi acuan, yaitu: (i) Undang-undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, khususnya pada Bab III Penyusunan dan Penetapan APBN Pasal 14; (ii) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran K/L; serta (iii) Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 112/PMK.02/2012 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran K/L. Namun demikian ketiga landasan hukum, termasuk Peraturan Menteri Keuangan tersebut di atas, belum dapat memberikan panduan secara teknis dalam penyusunan RKA-K/L yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan database program dan anggaran Kementerian PU. Misalnya dengan tidak diaturnya keseragaman penulisan lokasi pekerjaan, maka akan menyulitkan penyusunan profil program dan kegiatan per Wilayah Provinsi/ Kabupaten/Kota. Sebaliknya, keseragaman penulisan lokasi akan mempermudah pengendalian konsistensi antara perencanaan dan penyusunan program dengan pengalokasian anggarannya dalam RKA-K/L. Untuk menjawab kebutuhan terhadap pengaturan yang lebih teknis tersebut, maka disusunlah buku Panduan Teknis Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA-K/L) di Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum ini. Pengaturan dalam Panduan Teknis ini diupayakan tetap sejalan dengan PMK Petunjuk Penyusunan RKA-K/L yang berlaku serta peraturan terkait penganggaran lainnya, agar terhindar dari komplikasi permasalahan dalam penelaahan Kertas Kerja RKA-K/L, pelaksanaan pekerjaan, proses pencairan anggaran, maupun terkait pelaporan dan audit keuangannya.

Panduan Teknis ini utamanya diperuntukkan bagi operator penyusun Kertas Kerja RKA- K/L, Petugas Penelaah Internal Unit Eselon-I, serta Pejabat dan Staf yang terkait dengan penyusunan program dan anggaran tahunan. Dengan adanya pengaturan ini diharapkan dapat mengurangi kesalahan-kesalahan di level teknis operasional penyusunan RKA-K/L. 1.2 Tujuan Tujuan disusunnya Panduan Teknis ini adalah untuk menyempurnakan Kertas Kerja RKA-K/L dari sisi Struktur Kertas Kerja yang mengikuti struktur anggaran yang berlaku, penerapan Bagan Akun Standar (BAS) yang tepat, penerapan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM), serta tata cara input datanya. Dengan demikian diharapkan RKA-K/L yang dihasilkan dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai database profil program dan anggaran untuk berbagai keperluan, termasuk terkait dengan pengendalian dan evaluasi program. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat tantangan yang kemungkinan dihadapi yaitu bagaimana mengubah kebiasaan dalam penyusunan Kertas Kerja RKA-K/L dari yang selama ini dilakukan, dengan ketidakseragaman tata cara penulisannya, menjadi lebih disiplin mengikuti peraturan dan pedoman yang berlaku. 1.3 Lingkup Pengaturan 3 Lingkup pengaturan dalam Panduan Teknis ini difokuskan untuk menyempurnakan RKA-K/L dari beberapa aspek, yaitu: 1. Struktur Kertas Kerja RKA-K/L Pengaturan struktur kertas kerja difokuskan pada penyempurnaan penggunaan masingmasing tingkatan/level secara runtut dari tingkat Program, Kegiatan, Output, Sub-output, Komponen, Sub-komponen, sampai pada Jenis Akun dan Rincian Pekerjaannya. Dalam bagian ini juga disampaikan mengenai pertimbangan terhadap kelebihan dan kekurangan cara penulisan detil pekerjaan yang dilakukan baik secara rinci ataupun tidak rinci, sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing Satuan Kerja. 2. Penggunaan Akun Belanja Dalam bagian ini disampaikan penjelasan mengenai peruntukkan masing-masing jenis belanja. Hal ini diperlukan dikarenakan RKA-K/L, selain terkait erat dengan pelaksanaan kegiatan, juga menjadi bagian penting dalam penyusunan laporan dan proses audit keuangan. 3. Pengisian Volume Output Pengisian volume Output dengan cermat, baik yang dilakukan dengan input langsung pada saat perekaman Sub-output maupun dengan menggunakan fasilitas hitung otomatis yang disediakan dalam aplikasi, menjadi bagian penting untuk menilai

4 konsistensi antara dokumen RKA-K/L dan DIPA dengan target output dalam dokumen perencanaan yang telah disusun sebelumnya. 4. Penulisan Lokasi Pekerjaan Tata cara penulisan lokasi pekerjaan menjadi salah satu mekanisme yang harus diatur. Hal ini terkait dengan pengelolaan database program dan anggaran, terutama yang berbasis Wilayah Provinsi/Kabupaten/ Kota, yang sering dibutuhkan bagi pengendalian program serta penyusunan rencana dan program pada tahun mendatang. 5. Input Prakiraan Maju 3 (tiga) Tahun Kedepan/Penerapan KPJM Penerapan KPJM yang semakin ketat mendorong kita untuk menerapkannya dengan lebih disiplin, yaitu melalui input prakiraan maju paling tidak untuk 1 (satu) tahun kedepan dengan lebih baik. Untuk itu panduan teknis mengenai tata cara input prakiraan maju dalam KPJM tersebut sangat diperlukan. 6. Penyusunan RKA-K/L untuk Kegiatan Tertentu Beberapa kondisi memerlukan penyusunan RKA-K/L dengan tata cara tersendiri, antara lain untuk kegiatan dengan sumber pendanaan dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), untuk Satker Badan Layanan Umum, serta untuk kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Pengaturan untuk ketiga hal tersebut termasuk di dalam buku Panduan Teknis ini, yaitu dengan mengacu pada PMK No. 112/PMK.02/2012. 7. Penyusunan Rencana Penyerapan dan Data Dukung Hal-hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah terkait dengan penyusunan rencana penyerapan anggaran dan penyiapan data dukung yang diperlukan. Keduanya harus disiapkan secara paralel pada saat penyusunan RKA-K/L, sehingga dapat menunjang kelancaran pelaksanaan pekerjaan, termasuk dalam proses penelaahan Kertas Kerja RKA- K/L di Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan.

II LANDASAN HUKUM DAN HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN 5

II. LANDASAN HUKUM DAN HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN 2.1 Landasan Hukum Terkait Penyusunan RKA-K/L Beberapa landasan hukum yang terkait dengan penyusunan RKA-K/L antara lain sebagai berikut. Dasar hukum yang terkait dengan proses Penyusunan RKA-K/L: 1. Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Peraturan Pemerintah No.90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; 3. Peraturan Menteri Keuangan No.112/PMK.02/2012 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; 6 Dasar hukum yang terkait dengan Kebijakan Penganggaran: 1. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah 2. Peraturan Pemerintah No.73 Tahun 1999 tentang Tatacara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu; 3. Keputusan Presiden No.42 Tahun 2002 jo. Keputusan Presiden No.72 Tahun 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 4. Peraturan Menteri Keuangan No.81/PMK.05/2012 tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian Negara/Lembaga; 5. Peraturan Menteri Keuangan No.95/PMK.02/2012 tentang Standar Biaya Keluaran Tahun Anggaran 2013; 6. Peraturan Menteri Keuangan No. 37/PMK.02/2012 tentang Standar Biaya Tahun 2013; 7. Peraturan Menteri Keuangan No.92/PMK.05/2011 tentang Rencana Bisnis dan Anggaran serta Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum; 8. Peraturan Menteri Keuangan No.101/PMK.02/2011 tentang Klasifikasi Anggaran; 9. Peraturan Menteri Keuangan No.248/PMK.07/2010 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan No.156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan; 10. Peraturan Menteri Keuangan No.91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar; yang dirinci dan dimutakhirkan melalui Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No.Per-80/PB/2011 tentang Penambahan dan Perubahan Akun Pendapatan, Belanja, dan Transfer pada Bagan Akun Standar; 2.2 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Penyusunan Kertas Kerja RKA-K/L Dalam PMK No. 112/PMK.02/2012 dinyatakan bahwa penyusunan rincian anggaran belanja Satker dalam Kertas Kerja (KK) RKA-K/L merupakan tugas Satuan Kerja. Kertas Kerja tersebut

kemudian dikompilasi di tingkat Kementerian menjadi RKA-K/L. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan KK RKA-K/L tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dasar alokasi anggaran Satker berdasarkan Daftar Alokasi Anggaran Per Satker. Daftar Alokasi Anggaran Per Satker tersebut berguna sebagai kontrol batas tertinggi alokasi anggaran satker pada akhir penyusunan KK RKA-K/L; 2. Kegiatan yang akan dilaksanakan beserta target sasaran Output kegiatan, beserta alokasi anggarannya, terutama dalam rangka pemenuhan target prioritas nasional yang tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP); 3. Mendukung pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 22 tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal melalui penggunaan komponen/rincian biaya dalam rangka pencapaian output kegiatan dengan memanfaatkan penyediaan/penyajian makanan dan snack berbasis pangan lokal non beras, non terigu, sayuran dan buah sesuai dengan potensi dan karakteristik wilayah; 4. Rincian biaya dalam rangka pencapaian Output kegiatan yang dibatasi dalam hal iklan layanan masyarakat kecuali untuk: a. Iklan yang mengajak/mendorong partisipasi masyarakat untuk turut aktif dalam pelaksanaan dan pengawasan program/kebijakan Pemerintah; dan b. Tetap mempertimbangkan bahwa manfaat sosial dan ekonomi yang dihasilkan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. 5. Rincian biaya dalam rangka pencapaian output kegiatan yang dibatasi dan tidak diperbolehkan secara substansi masih mengacu sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden No.42 Tahun 2002 Pasal 13 ayat (1) dan (2), sebagai berikut. a. Rincian biaya yang dibatasi: 1) Penyelenggaraan rapat, rapat dinas, seminar, pertemuan, lokakarya, peresmian kantor/proyek dan sejenisnya, dibatasi pada hal-hal yang sangat penting dan dilakukan sesederhana mungkin. 2) Pemasangan telepon baru, kecuali untuk satker yang belum ada sama sekali. 3) Pembangunan/gedung baru yang sifatnya tidak langsung menunjang untuk pelaksanaan tupoksi (antara lain: mess, wisma, rumah dinas/rumah jabatan, gedung pertemuan), kecuali untuk gedung yang bersifat pelayanan umum dan gedung/ bangunan khusus (antara lain: laboratorium, gudang). 4) Pengadaan kendaraan bermotor, kecuali: a) Kendaraan fungsional seperti kendaraan roda dua untuk petugas lapangan; b) Pengadaan kendaraan bermotor untuk Satker baru yang sudah ada ketetapan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan dilakukan secara bertahap sesuai dana yang tersedia; c) Penggantian kendaraan operasional yang benar-benar rusak berat sehingga secara teknis tidak dapat dimanfaatkan lagi; d) Penggantian kendaraan yang rusak berat yang secara ekonomis memerlukan biaya pemeliharaan yang besar untuk selanjutnya harus dihapuskan dari daftar inventaris dan tidak diperbolehkan dialokasikan biaya pemeliharaannya (didukung oleh berita acara penghapusan/pelelangan); dan 7

8 e) Kendaraan roda 4 dan atau roda 6 untuk keperluan antar jemput pegawai dapat dialokasikan secara sangat selektif. Usulan pengadaan kendaraan bermotor memperhatikan azas efisiensi dan kepatutan. Keterangan: Kendaraan yang diadakan dan merupakan penggantian kendaraan yang dihapuskan harus sama jenis maupun fungsinya dengan kendaraan yang dihapuskan. b. Rincian biaya yang tidak dapat ditampung (dilarang) meliputi: 1) Perayaan atau peringatan hari besar, hari raya, dan hari ulang tahun Kementerian Negara/Lembaga; 2) Pemberian ucapan selamat, hadiah/tanda mata, karangan bunga, dan sebagainya untuk berbagai peristiwa, kecuali unit kerja suatu K/L dalam rangka mengemban tugas-fungsinya; 3) Pesta untuk berbagai peristiwa dan POR (Pekan Olah Raga) pada Kementerian Negara/Lembaga kecuali Kementerian Negara/ Lembaga yang mengemban tugasfungsi tersebut; 4) Pengeluaran lain-lain untuk kegiatan/keperluan sejenis/serupa dengan yang tersebut di atas; 5) Kegiatan yang memerlukan dasar hukum berupa PP/Perpres, namun pada saat penelaahan RKA-K/L belum ditetapkan dengan PP/Perpres; dan 6) Kegiatan yang memerlukan penetapan Pemerintah/Presiden/ Menteri Keuangan (dengan Peraturan Pemerintah/PP atau Peraturan Presiden/Perpres atau Peraturan/ Keputusan Menteri Keuangan) tidak dapat dilakukan sebelum PP/Perpres/ KMK/PMK dimaksud ditetapkan, kecuali kegiatan tersebut sebelumnya sudah dilaksanakan berdasarkan penetapan Peraturan/Keputusan Menteri/Pimpinan Lembaga. Peningkatan tarif atas tunjangan-tunjangan yang sifatnya menambah penghasilan, tidak dapat dialokasikan sebelum ditetapkan dengan Peraturan/ Keputusan Menteri Keuangan. 6. Untuk biaya masukan/output yang belum tercantum dalam PMK tentang Standar Biaya maka Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA) yang bertanggung jawab atas suatu kegiatan, wajib membuat Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang menyatakan bahwa PA/KPA bertanggung jawab penuh atas satuan biaya yang digunakan dalam penyusunan RKA-K/L diluar Standar Biaya yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. 7. Pelaksanaan Pencapaian Output Kegiatan Perincian biaya dalam rangka pencapaian output dalam KK RKA-K/L meliputi penyajian informasi mengenai item/detil biaya yang akan dibelanjakan. Penyajian informasi dimaksud terkait cara pelaksanaan suatu kegiatan yang dilakukan baik secara swakelola atau kontraktual.

III PENYERAGAMAN STRUKTUR KERTAS KERJA RKA-K/L 9

III. PENYERAGAMAN STRUKTUR KERTAS KERJA RKA-K/L 3.1 Struktur Anggaran sebagai Acuan dalam Struktur Kertas Kerja Struktur Anggaran merupakan penggambaran satu kesatuan perencanaan dan penganggaran dalam unit organisasi K/L. Struktur Anggaran dalam penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) lebih memperhatikan keterkaitan hubungan lebih jelas antara perencanaan dan penganggaran yang merefleksikan keselarasan antara kebijakan (top down) dan pelaksanaan kebijakan (bottom up). Gambaran Struktur Anggaran dalam rangka penerapan PBK yang terdapat dalam PMK No.112/PMK.02/2012 sebagaimana di bawah ini. 10 Gambar 1. Diagram Struktur Anggaran Penerapan PBK Masing-masing tingkatan beserta fungsinya dalam struktur anggaran dijelaskan sebagai berikut: 1. Program Program merupakan penjabaran dari kebijakan sesuai dengan visi dan misi K/L yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi unit Eselon I atau unit K/L yang berisi Kegiatan untuk mencapai hasil dengan Indikator Kinerja yang terukur. Rumusan Program merupakan hasil restrukturisasi tahun 2011 dan penyesuaiannya. Rumusan Program dalam dokumen RKA-K/L harus sesuai dengan rumusan Program yang ada dalam dokumen Renja-K/L. 2. Indikator Kinerja Utama (IKU) Program a. IKU Program merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil pada tingkat Program. b. Pendekatan yang digunakan dalam menyusun IKU Program berorientasi pada kuantitas, kualitas, dan/atau harga.

c. Dalam menetapkan IKU Program, K/L berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan. d. Rumusan IKU Program dalam dokumen RKA-K/L harus sesuai dengan rumusan IKU Program yang ada dalam dokumen Renja-K/L. 3. Hasil (Outcome) a. Hasil merupakan prestasi kerja yang berupa segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya output dari Kegiatan dalam satu Program. b. Secara umum kriteria dari hasil sebuah Program adalah : 1) Mencerminkan Sasaran Kinerja unit Eselon I sesuai dengan visi, misi dan tugasfungsinya; 2) Mendukung Sasaran Strategis K/L; 3) Dapat dilakukan evaluasi. c. Rumusan Hasil dalam dokumen RKA-K/L harus sesuai dengan rumusan hasil yang ada dalam dokumen Renja-K/L. 4. Kegiatan a. Kegiatan merupakan penjabaran dari Program yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi Satker atau penugasan tertentu K/L yang berisi komponen Kegiatan untuk mencapai output dengan indikator kinerja yang terukur. b. Rumusan Kegiatan merupakan hasil restrukturisasi tahun 2011 dan penyesuaiannya. c. Rumusan Kegiatan dalam dokumen RKA-K/L harus sesuai dengan rumusan Kegiatan yang ada dalam dokumen Renja-K/L. 11 5. Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) a. IKK merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur output pada tingkat Kegiatan. b. Pendekatan yang digunakan dalam menyusun IKK berorientasi pada kuantitas, kualitas, dan/atau harga. c. Dalam menetapkan IKK, K/L berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan. d. Rumusan IKK dalam dokumen RKA-K/L harus sesuai dengan rumusan IKK yang ada dalam dokumen Renja-K/L. 6. Output a. Output merupakan prestasi kerja berupa barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu Kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan. b. Rumusan output dalam dokumen RKA-K/L mengambil dari rumusan output yang ada dalam dokumen Renja-K/L.

12 c. Rumusan output berupa barang atau jasa berupa : 1) Jenis output, merupakan uraian mengenai identitas dari setiap output yang mencerminkan tugas fungsi unit Satker secara spesifik. 2) Volume output, merupakan data mengenai jumlah/banyaknya kuantitas Output yg dihasilkan. 3) Satuan output, merupakan uraian mengenai satuan ukur yang digunakan dalam rangka pengukuran kuantitas (volume) output sesuai dengan sesuai karakteristiknya. d. Secara umum kriteria dari output adalah : 1) Mencerminkan sasaran kinerja Satker sesuai Tugas-fungsi atau penugasan prioritas pembangunan nasional; 2) Merupakan produk utama/akhir yang dihasilkan oleh Satker penanggung jawab kegiatan; 3) Bersifat spesifik dan terukur; 4) Untuk Kegiatan Fungsional sebagian besar output yang dihasilkan berupa regulasi sesuai tugas-fungsi Satker; 5) Untuk Kegiatan penugasan (Prioritas Pembangunan Nasional) menghasilkan output prioritas pembangunan nasional yang mempunyai dampak secara nasional; 6) Setiap Kegiatan bisa menghasilkan output lebih dari satu jenis; 7) Setiap Output didukung oleh komponen masukan dalam implementasinya; 8) Revisi rumusan output dimungkinkan pada penyusunan RKA-K/L dengan mengacu pada Pagu Anggaran K/L atau Alokasi Anggaran K/L. e. Jenis Output dalam Aplikasi RKA-K/L dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu Output dengan Standar Biaya Keluaran (SBK) serta Output Non-SBK. Output yang disebutkan terakhir dapat dikelompokkan lagi kedalam Output yang terkait dengan Tugas dan Fungsi serta Output Standar atau yang digunakan oleh hampir seluruh Satuan Kerja secara nasional. Output dengan SBK terdapat dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.95/PMK.02 Tahun 2012 Tentang Standar Biaya Keluaran Tahun Anggaran 2013. f. Khusus untuk pekerjaan-pekerjaan dengan kontrak multi-tahun (multiyears contract/ MYC) dikelompokkan pada Output tersendiri yang terpisah dari output induknya. Misalnya untuk kelompok pekerjaan dengan MYC pada Output Pembangunan Jalan Baru, maka nama Output yang baru adalah Pembangunan Jalan Baru (MYC). 7 Proses Pencapaian Output terbagi dalam: a. Sub-Output 1) Sub-Output pada hakekatnya merupakan output. 2) Output yang dinyatakan sebagai Suboutput adalah output-output yang mempunyai kesamaan dalam jenis dan satuannya. 3) Suboutput digunakan sebagai penjabaran dari masing-masing barang atau jasa dalam kumpulan barang atau jasa sejenis yang dirangkum dalam satu output.

4) Banyaknya Sub-suboutput atau akumulasi dari volume Sub-suboutput mencerminkan jumlah volume output. 5) Suboutput sifatnya opsional (boleh digunakan, boleh tidak). 6) Suboutput hanya digunakan pada output yang merupakan rangkuman dari barang atau jasa yang sejenis. 7) Output yang sudah spesifik dan berdiri sendiri (bukan rangkuman dari barang atau jasa yang sejenis) tidak memerlukan Suboutput. b. Komponen 1) Komponen merupakan tahapan/bagian dari proses pencapaian output. 2) Komponen bisa langsung mendukung pada output atau pada Sub-output. 3) Komponen disusun karena relevansinya terhadap pencapaian output, baik yang terdiri atas komponen utama dan komponen pendukung. 4) Antar komponen mempunyai keterkaitan yang saling mendukung dalam pencapaian output, sehingga ketidakterlaksanaan/ keterlambatan salah satu komponen bisa menyebabkan ketidakterlaksanaan/keterlambatan komponen yang lain dan juga bisa berdampak pada penurunan kualitas, penurunan kuantitas maupun kegagalan dalam pencapaian output. c. Sub-komponen 1) Sub-komponen merupakan kelompok-kelompok detil belanja, yang disusun dalam rangka memudahkan dalam pelaksanaan Komponen; 2) Sub-komponen sifatnya opsional (boleh digunakan, boleh tidak). d. Detil Belanja Detil Belanja merupakan rincian kebutuhan belanja dalam tiap-tiap jenis belanja yang berisikan item-item belanja. 13 3.2 Permasalahan dalam Struktur Kertas Kerja Pengaturan dalam Panduan Teknis ini lebih diarahkan untuk menjaga konsistensi penyusunan Struktur Kertas Kerja sesuai dengan tingkatan/level dan peruntukkannya dalam Struktur Anggaran. Pengaturan akan difokuskan pada penyeragaman struktur, standardisasi kode output, dan penulisan komponen-komponen yang seharusnya tidak terpisah. Permasalahan umum terkait Struktur Kertas Kerja RKA-K/L antara lain sebagai berikut. Belum Tepatnya Penggunaan Tiap Tingkatan dalam Struktur Anggaran Struktur Kertas Kerja secara berurutan terdiri atas Program, Kegiatan, Output, Sub-output (optional), Komponen, Sub-komponen (optional), dan Akun/Rincian Pekerjaan. Saat ini masih terdapat kerancuan dalam penggunaan masing-masing tingkatan, khususnya pada level setelah Output atau dari Sub-output sampai Rincian Pekerjaan. Hal ini terutama disebabkan oleh input datanya yang dilakukan secara bebas dan bukan dengan melakukan pemilihan.

Beberapa contoh kurang tepatnya penggunaan tiap level dalam struktur anggaran tersebut ditunjukkan dalam 2 (dua) kertas kerja berikut ini. Sub-Output digunakan untuk input judul pekerjaan, yang berbeda jenis dengan Output induknya Gambar 2. Kesalahan Penggunaan Sub-Output 14 Sub-komponen digunakan untuk penulisan lokasi pekerjaan; bukan merupakan kelompok dari detil belanja Gambar 3. Kesalahan Penggunaan Sub-Komponen

Belum Dilakukannya Standardisasi Kode Output Kementerian Keuangan telah mengatur standardisasi kode terhadap beberapa output yang pada umumnya digunakan oleh semua Satker untuk memfasilitasi operasionalisasi perkantoran. Namun demikian masih terdapat ketidakseragaman dalam pemilihan kode Output seperti Gambar di bawah ini. Kode Output tidak seragam 15 Gambar 4. Belum Dilakukannya Standardisasi Kode Output Penulisan Komponen-komponen Output Secara Terpisah Sebagaimana dijabarkan sebelumnya, Output merupakan prestasi kerja berupa barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu pekerjaan yang dilaksanakan guna mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan. Barang atau jasa di atas merupakan sesuatu yang berkinerja melalui kesatuan komponen-komponen pendukung output tersebut. Output juga harus mengindikasikan lokasi barang atau jasa tersebut dihasilkan. Dengan demikian sudah semestinya dalam penulisan dokumen anggaran, maupun dalam rangka evaluasi program, komponen-komponen pendukung disatukan penulisannya di bawah output per lokasi. Salah satu contoh kurang tepatnya pengaturan pengelompokkan rincian pekerjaan yang mengganggu kesesuaian struktur Kertas Kerja dengan struktur anggaran sebagaimana digambarkan berikut ini.

Bagian-bagian dari1 (satu) kesatuan output, seharusnya disatukan/dikumpulkan Gambar 5. Tersebarnya Komponen-komponen 1 (Satu) Output 16 3.3 Penyeragaman Struktur Kertas Kerja RKA-K/L 3.3.1 Penyeragaman Struktur Beberapa pertimbangan mengenai perlunya pengaturan penggunaan masing-masing tingkatan dalam Struktur Kertas Kerja ini antara lain sebagai berikut: 1) Menjaga kesesuaian fungsi masing-masing tingkatan dalam Struktur Anggaran dengan Struktur dalam Kertas Kerja RKA-K/L; 2) Memudahkan pengelolaan database di tingkat Kementerian; 3) Memudahkan penelusuran konsistensi perencanaan dan penganggaran; 4) Mempermudah pengendalian dan evaluasi kinerja kegiatan; Secara skematis, Struktur Kertas Kerja beserta peruntukan tiap tingkatannya sebagaimana gambar berikut ini.

PROGRAM KEGIATAN OUTPUT SUB OUTPUT KOMPONEN SUB KOMPONEN AKUN / DETIL UNIT ESELON I Penjabaran dari Program yang rumusannya mencerminkan tugas dan fungsi Satker atau penugasan tertentu K/L Barang atau jasa yang dihasilkan. Merupakan salah satu ukuran kinerja kegiatan atau bagian yang berkinerja, yang didukung oleh kesatuan komponen pembentuknya. Lokasi pekerjaan (kabupaten/kota) menggunakan Lokasi sebagai atribut Output Pada hakekatnya merupakan output, namun lebih spesifik. Uraiannya dapat digunakan untuk menjelaskan dukungan terhadap Program Nasional Lintas Sektor, misalnya Dukungan MP3EI, dll. Tahapan/bagian dari proses pencapaian output Digunakan untuk input judul paket-paket pekerjaan (swakelola/kontraktual) Pembebanan rincian pekerjaan kedalam akun yang tepat dengan mengacu pada pengaturan Bagan Akun Standar yang berlaku 17 Gambar 6. Struktur Kertas Kerja RKA-K/L Tata cara penggunaan masing-masing tingkatan adalah sebagai berikut: Perekaman untuk tingkatan Program, Kegiatan, dan Output dilakukan melalui pemilihan pada daftar yang disediakan dalam aplikasi RKA-K/L. Lokasi pekerjaan (kabupaten/kota) menggunakan pilihan lokasi yang disediakan pada saat melakukan perekaman Output, sehingga perlu dilakukan pengulangan perekaman Output pada lokasi Kabupaten/Kota yang berbeda. Penggunaan Sub-output merupakan pilihan, terutama bagi yang memerlukan penajaman spesifikasi Output. Uraian Sub-output dapat dimanfaatkan untuk memberikan penjelasan terhadap pekerjaan yang mendukung program nasional/sektoral tertentu yang tidak berbasis pada wilayah administratif, misalnya Dukungan terhadap Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), dengan uraian Sub-output: Mendukung MP3EI, Mendukung Pengembangan Kawasan Pembangunan Ekonomi Terpadu (KAPET), dan lain-lain. Komponen-komponen disesuaikan dengan tahapan-tahapan atau bagian yang diperlukan untuk menghasilkan atau mencapai output, misalnya tahapan Perencanaan, Desain Teknis, Pembangunan, Supervisi, Evaluasi, dan lain-lain.

Untuk level Sub-komponen, walaupun bersifat pilihan atau optional, uraiannya agar diisi nama/judul paket swakelola maupun kontraktual, baik untuk pekerjaan fisik dan non-fisik. Khusus untuk pekerjaan dengan sumber pendanaan dari Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN), agar juga dituliskan kode PHLN setelah nama paket pekerjaan. Selain itu, uraian lokasi pekerjaan secara lebih detil dapat menggunakan uraian pada Sub-komponen ini yang juga dituliskan setelah nama pekerjaan. Di bawah ini merupakan salah satu contoh Struktur Kertas Kerja yang menggunakan seluruh bagian/level struktur anggaran secara lengkap. 18 Gambar 7. Contoh Penggunaan Seluruh Bagian Struktur Anggaran Bagian yang tidak kalah penting adalah pembebanan rincian pekerjaan ke dalam akun yang harus dilakukan dengan tepat yang mengacu pada Bagan Akun Standar (BAS) yang berlaku. Peraturan teknis yang paling terkini adalah Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. Per-80/PB/2011 tentang Penambahan dan Perubahan Akun Pendapatan, Belanja dan Transfer pada Bagan Akun Standar. 3.3.2 Standardisasi Kode Output Dalam PMK No.112/PMK.02/2012 diatur mengenai standardisasi kode output, yaitu terhadap: 1. Output-output yang digunakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar dan sarana penunjang yang secara umum dibutuhkan oleh instansi/perkantoran. 2. Output-output sebagai penunjang pelaksanaan tusi dan penunjang aktifitas-aktifitas perkantoran.

3. Merupakan output yang digunakan hanya untuk memfasilitasi sarana dan prasarana operasionalisasi perkantoran. 4. Output-output ini bisa digunakan oleh semua Satker pada umumnya, sedangkan Unit Eselon II (pengelola Kegiatan tetapi bukan satker) yang memiliki Output jenis ini hanya Unit Eselon II yang melaksanakan fungsi kesekretariatan atau sejenisnya. 5. Output-output ini tidak hanya digunakan untuk Kegiatan-Kegiatan dalam Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur dan Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya. 6. Dalam hal unit Eselon I mempunyai 2 (dua) Program, yaitu Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya serta Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, maka: Output berupa Bangunan/Gedung hanya digunakan pada salah satu Kegiatan saja dalam Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. 7. Standardisasi output tersebut di atas termasuk dalam lingkup perbaikan/ penyempurnaan angka dasar. Tabel 1. Standardisasi Output No Jenis Output 1 Layanan Perkantoran Satuan Bulan Layanan Sub-Output/ Komponen/Detil 1. Komponen 001: Pembayaran Gaji dan Tunjangan Keterangan 1. Output Layanan Perkantoran, komponennya terdiri dari Komponen 001 dan/atau Komponen 002. 2. Output Layanan Perkantoran, dimungkinkan hanya mempunyai 1 (satu) komponen saja (Komponen 001 atau Komponen 002 saja) a. Komponen 001, hanya digunakan untuk output Layanan Perkantoran b. Komponen 001 adalah anggaran yang dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan biaya operasional antara lain pembayaran gaji, tunjangan yang melekat pada gaji, uang makan, dan pembayaran yang terkait dengan belanja pegawai. 19 2. Komponen 002: Penyelenggaraan Operasional dan pemeliharaan Perkantoran a. Komponen 002, hanya digunakan untuk output Layanan Perkantoran b. Komponen 002 adalah anggaran yang dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan biaya operasional antara lain kebutuhan sehari-hari perkantoran, langganan daya dan jasa, pemeliharaan kantor, dan pembayaran yang terkait dengan pelaksanaan operasional kantor.

No Jenis Output Satuan Sub-Output/ Komponen/Detil Keterangan 20 2 Kendaraan Bermotor Unit antara lain: 1. Kendaraan Pejabat Negara 2. Kendaraan Pejabat Es. I 3. Kendaraan Pejabat Es. II 4. Kendaraan Roda 6 5. Kendaraan Roda 4 6. Kendaraan Roda 2 1. Merupakan output yang sifatnya insidentil (adhoc) & dihasilkan melalui pengadaan. 2. Output Kendaraan Bermotor, adalah output dalam rangka pemenuhan kebutuhan sarana transportasi darat untuk pejabat, angkutan pegawai, operasional kantor/ lapangan. 3. Output Kendaraan Bermotor, secara umum berupa alat transportasi darat yang merupakan produk manufaktur dan dipasarkan secara umum/masal. 4. Suboutput Kendaraan Roda 6, 4, 2 merupakan suboutput dalam rangka pemenuhan sarana angkutan pegawai, operasional kantor/ lapangan. 5. Alat transportasi yang mempunyai karakteristik khusus, spesifikasi khusus dan/atau pengadaannya berdasarkan pesanan khusus dan/ atau digunakan dalam rangka pelaksanaan tusi teknis khusus, maka outputnya dinyatakan tersendiri, terpisah dari Output Kendaraan Bermotor. 3 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi Unit antara lain: 1. Laptop 2. Komputer/PC 3. Printer/Printer Multiguna 4. Scanner/ Scanner Multiguna 5. Server 6. LCD/Proyektor 7. Camera/ Handycam/ CCTV 8. Mesin Fotokopi/ Mesin Fotokopi Multiguna 9. Harddisk Eksternal 10. Pesawat Telepon 11. Mesin PABX 12. Mesin FAX 13. Mesin Handkey 1. Merupakan output yang sifatnya insidentil (adhoc) dan dihasilkan melalui pengadaan. 2. Output Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi, adalah output dalam rangka pemenuhan kebutuhan media pemroses data, penyimpan data, menampilkan hasil olahan data, dan/ atau media komunikasi. 3. Output Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi, secara umum berupa peralatan elektronikal dalam rangka pengolahan data dan telekomunikasi yang menunjang aktivitas administratif umum sebuah instansi/perkantoran. 4. Peralatan pemenuhan kebutuhan media pemroses data, penyimpan data, menampilkan hasil olahan data, dan/ atau media komunikasi yang mempunyai karakteristik khusus, spesifikasi khusus dan/atau pengadaannya berdasarkan pesanan khusus serta digunakan dalam rangka pelaksanaan tusi teknis khusus, maka outputnya dinyatakan tersendiri, terpisah dari Output Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi.

No Jenis Output Satuan Sub-Output/ Komponen/Detil Keterangan 4 5 Peralatan Fasilitas Perkantoran Gedung/ Bangunan Unit M 2 /M antara lain: 1. Meubelair 2. Lift 3. Genzet 4. Lemari berkas 5. Brankas 6. AC 7. Mesin Penghancur Kertas 1. Merupakan output yang sifatnya insidentil (adhoc) dan dihasilkan melalui pengadaan. 2. Output Peralatan Fasilitas Perkantoran, adalah output dalam rangka pemenuhan kebutuhan sarana kelengkapan gedung perkantoran yang memadai dan layak. 3. Output Peralatan Fasilitas Perkantoran, secara umum berupa peralatan elektronik/non elektronik yang dise diakan dalam rangka memenuhi un sur kelayakan secara umum fasilitas sebuah gedung/ bangunan perkan toran. 4. Peralatan Fasilitas Perkantoran yang mempunyai karakteristik khu sus, spesifikasi khusus dan/atau pengadaannya berdasarkan pesanan khusus dan/atau serta digunakan dalam rangka pelaksanaan tusi teknis khusus, maka outputnya dinyatakan tersendiri, terpisah dari Output Peralatan Fasilitas Perkantoran. 1. Merupakan output yang sifatnya insidentil (adhoc) dan dihasilkan melalui pengadaan. 2. Output Gedung/ Bangunan, adalah output dalam rangka mendirikan/ mem bangun/ merehabilitasi sarana prasarana instansi/perkantoran maupun rumah dinas. 3. Output Gedung/ Bangunan, se cara umum berupa mendirikan/ mem bangun/ merehabilitasi sarana pra sarana instansi/perkantoran maupun rumah dinas berupa gedung/bangunan, taman, tempat parkir, pagar, pos pengamanan. 4. Apabila dalam rangka pemenuhan Output Gedung/Bangunan dibutuhkan pengadaan tanah terlebih dahulu, maka tanah tersebut dinyatakan sebagai komponen dalam Output Gedung/ Bangunan. 5. Pembangunan Gedung/Bangunan yang mempunyai karakteristik khusus, spesifikasi khusus dan/atau peng adannya berdasarkan pesanan khu sus serta digunakan dalam rangka pelaksanaan tusi teknis khusus, maka outputnya dinyatakan tersendiri, terpisah dari Output Gedung/Bangunan. 21