BAB III LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA ASURANSI JIWA. 3.1 Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa

dokumen-dokumen yang mirip
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1/POJK.07/2014 TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017

Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen adalah seorang Anggota Dewan Komisioner yang membidangi edukasi dan perlindun

FAQ ATAS PERATURAN OJK TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA (LAPS) DI SEKTOR JASA KEUANGAN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 54 /SEOJK.07/2016 TENTANG MONITORING LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA

3 Lihat UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa. Keuangan (Bab VI). 4 Lihat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.

LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN INDONESIA (LAPSPI) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PADA PERBANKAN. Oleh

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini banyak terjadi sengketa baik dalam kegiatan di

PEDOMAN PENILAIAN LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Undang-Undang No 9 Tahun 1999 berjudul Undang-Undang tentang Perlindungan

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

Arbiter Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

BAB I PENDAHULUAN. sengketa yang terjadi diantara para pihak yang terlibat pun tidak dapat dihindari.

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PERATURAN BAPMI TENTANG ARBITER BAPMI. BAB I. KETENTUAN UMUM Pasal 1

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PROFESI PENUNJANG INDUSTRI KEUANGAN NON-BANK

SILABUS. A. Identitas Mata Kuliah. 1. Nama Mata Kuliah : Perselisihan Hubungan Industrial. 2. Status Mata Kuliah : Wajib Konsentrasi

Sengketa Retail & Kecil

I. PENDAHULUAN. menimbulkan pengaruh terhadap berkembangnya transaksi-transaksi bisnis yang

LAPORAN PENGAWASAN BADAN PENGAWAS LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN Indonesia ( L A P S P I ) TAHUN 2017

BAB II MEKANISME PERMOHONAN PENYELESAIAN DAN PENGAMBILAN PUTUSAN SENGKETA KONSUMEN. A. Tata Cara Permohonan Penyelesaian Sengketa Konsumen

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: KEP 07/BAPMI/ TENTANG

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PIALANG ASURANSI, PERUSAHAAN PIALAN

BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PENANGGUNG TERBUKTI TELAH MELANGGAR PRINSIP UTMOST GOOD FAITH Pelanggaran Prinsip Utmost Good Faith oleh Penanggung

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS

ADHAPER ISSN Vol. 1, No. 1, Januari-Juni 2015

BAB II PENGATURAN PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN SYARIAH

Yth. Direksi/Pengurus Pelaku Usaha Jasa Keuangan, baik yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun secara syariah,

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.

BAB V PENUTUP. 1. Kebutuhan masyarakat akan kendaraan bermotor saat ini mudah diperoleh dengan cara

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

KEWENANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN TERHADAP GANTI KERUGIAN NASABAH BANK YANG BELUM DIBAYAR PIHAK BANK

PERATURAN TENTANG BIAYA DAN IMBALAN PENYELESAIAN SENGKETA ATAU BEDA PENDAPAT BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA

PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 01/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA PENDAPAT MENGIKAT

INFORMASI LAPORAN RENCANA DAN REALISASI KEGIATAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN

Badan Mediasi dan Arbitrase Asuransi Indonesia (BMAI)

NOMOR: 10/LAPSPI- PER/2015 TENTANG KODE ETIK MEDIATOR/AJUDIKATOR/ARBITER PERBANKAN INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERTANGGUNG ASURANSI MIKRO KETIKA TERJADI PERISTIWA TIDAK PASTI

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017

NOMOR: 08/LAPSPI- PER/2015 TENTANG PERATURAN DAN PROSEDUR AJUDIKASI PERBANKAN INDONESIA

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: KEP 08/BAPMI/ TENTANG

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2018 TENTANG PERIZINAN WAKIL PENJAMIN EMISI EFEK DAN WAKIL PERANTARA PEDAGANG EFEK

BAB III BADAN ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONSTRUKSI INDONESIA (BADAPSKI) SEBAGAI

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA

KONSEKUENSI HUKUM BAGI SEORANG ARBITER DALAM MEMUTUS SUATU PERKARA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 30 TAHUN 1999

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG AGEN PEMASARAN EFEK

ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA ASURANSI MELALUI BADAN MEDIASI ASURANSI INDONESIA. Oleh: Tioma Roniuli Hariandja

Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/5/PBI/2006 TENTANG MEDIASI PERBANKAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

KEPUTUSAN BADAN MEDIASI DANA PENSIUN NOMOR: 06/BMDP/IX/2015 TENTANG PERATURAN DAN ACARA AJUDIKASI PENGURUS BADAN MEDIASI DANA PENSIUN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERAN LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DALAM SEKTOR JASA KEUANGAN GUNA MENDUKUNG PEMBANGUNAN EKONOMI NASIONAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK.

BATANG TUBUH PENJELASAN

DAFTAR ISI PERATURAN ARBITRASE. ISLAM KLRCA (Direvisi pada 2013) PERATURAN ARBITRASE UNCITRAL (Direvisi pada 2010) ARBITRASE ISLAM KLRCA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

2017, No Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain

PERATURAN LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERBANKAN INDONESIA NOMOR: 01/LAPSPI-PER/2017 TENTANG PERATURAN DAN PROSEDUR MEDIASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 1 /PBI/2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/5/PBI/2006 TENTANG MEDIASI PERBANKAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2 / 6 /PBI/2000 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 03/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA ADJUDIKASI

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III KEKUATAN PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN DALAM PRAKTEK

BAKTI. Institusi. Penyelesaian Sengketa Perdagangan Berjangka Komoditi

DEWAN SENGKETA DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 22 /POJK.01/2015 TENTANG PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Sengketa Kewenangan dalam Administrasi Pemerintahan: Alternatif Penyelesaian Sengketa yang Terabaikan oleh A. Haryo Yudanto, SH, MH, BKP

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya bukanlah hal yang baru dan telah lama dikenal. Salah satu ketentuan yang

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK DAN NASABAH BANK DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang super industrialis sekarang telah mengantar umat manusia ke suatu kehidupan

Lex Administratum, Vol. V/No. 3/Mei/2017

SILABUS. IV. Topik Inti Materi Perkuliahan 1. Pendahuluan a. Sengketa Bisnis b. Pilihan dan Proses Penyelesaian Sengketa.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN MODAL

Alternative Dispute Resolution dalam Sengketa Bisnis

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 14 METODE PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN INTERNASIONAL A.

Piagam Dewan Komisaris. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

PERATURAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR: 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA MEDIASI

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB III LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA ASURANSI JIWA 3.1 Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa 3.1.1 Pengertian Alternatif Penyelesaian Sengketa Dalam Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, menjelaskan bahwa alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli. Selain berdasarkan pengertian formiil yang terdapat di dalam undangundang, ada juga pendapat ahli hukum megenai pengertian Alternatif Penyelesaian Sengketa. Menurut Felix O. Soebagjo (2014-2017), Sekretaris Jenderal Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI) mengatakan bahwa pengertian dari Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) adalah suatu bentuk penyelesaian sengketa selain pengadilan. Oleh karena itu APS sering pula disebut alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan. 36 Dan menurut Jimmy Joses Sembiring bahwa Alternatif Penyelesaian Sengketa merupakan suatu cara penyelesaian sengketa yang dilakukan diluar 36 BadanArbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI), Bentuk-Bentuk Peneyelesaian Alternatf Sengketa (dimuat juga pada harian Investor Daily edisi Rabu 25 Juli 2007, halaman 14) http://www.bapmi.org/in/ref_articles7.php diakses pada tanggal 1 Maret 2015 48

49 pengadilan dan pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya kepada para pihak dan para pihak dapat memilih penyelesaian sengketa yang akan ditempuh yakni melalui konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau meminta penilaian dari ahli. 37 3.1.2 Jenis Alternatif Penyelesaian Sengketa Alternatif penyelesaian sengketa yang dikenal di Indonesia adalah sebagai berikut: 1) Negosiasi Beberapa pendapat mengenai pengertian negosiasi adalah sebagai berikut: a) Menurut Suyud Margono, negosiasi adalah komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki berbagai kepetingan yang sama maupun yang berbeda 38. b) Menurut Gary Godpaster menyatakan bahwa negosiasi adalah proses upaya untuk mencapai kesepakatan dengan pihak lain, suatu proses interaksi dan komunikasi yang dinamis dan beraneka ragam 39. Maka dapat ditarik kesimpulan dari beberapa pendapat mengenai pengertian negosiasi adalah proses dua arah dengan cara tawar-menawar untuk mencapai kesepakatan. Dalam negosiasi terdapat dua jenis negosiasi menurut Budiono Kusumohamidjojo, yakni negosiasi yang bersifat positif dan negosiasi yang bersifat negatif 40. 37 Jimmy Joses Sembiring, Cara Menyelesaikan Sengketa di Luar Pengadilan (Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi, & Arbitrase), Jakarta:Visimedia, 2011, h.11 38 Suyud Margono, ADR (Alternative Dispute Resolution) & Arbitrase:Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum, Bogor:Ghalia Indonesia,2004,h.49 39 Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Bandung:Citra Aditya Bakti, 2003, h.53. 40 Budiono Kusumohamidjojo, Panduan Negosiasi Kontrak, Jakarta:Grasindo,1999,h.10.

50 2) Mediasi Menurut Jimmy Joses Sembiring, mediasi adalah proses penyelesaian sengketa dengan perantaraan pihak ketiga, yakni pihak yang memberi masukan-masukan kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa mereka karena tidak terdapat kewajuban para pihak untuk menaati apa yang disarankan oleh mediator. 41 Terdapat dua jenis mediasi yaitu mediasi di pengadilan dan mediasi di luar pengadilan. 3) Konsiliasi Beberapa pendapat mengenai pengertian konsiliasi adalah sebagai berikut: a) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsiliasi adalah usaha mempertemukan keinginan pihak yg berselisih untuk mencapai persetujuan dan menyelesaikan perselisihan itu. 42 b) menurut Gunawan Widjaja, konsiliasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa alternatif yang melibatkan seorang pihak ketiga atau lebih dimana pihak ketiga yang diikutsertakan untuk menyelesaikan sengketa adalah seorang yang secara profesional sudah dapat dibuktikan kehandalannya. 43 4) Arbitrase Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang 41 Jimmy Joses Sembiring, Op.Cit.,h.28 42 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Konsiliasi, http://kbbi.web.id/konsiliasi diakses pada tanggal 1 Maret 2015 43 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op.Cit, h.3.

51 didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Selain itu menurut Gunawan Widjaja, arbitrase adalah suatu bentuk penyelesaian sengketa alternatif yang melibatkan pengambilan keputusan oleh satu atau lebih hakim swasta, yang disebut arbiter. 44 3.1.3 Asas-Asas Alternatif Penyelesaian Sengketa Pada umumnya, asas-asas yang berlaku pada alternatif penyelesaian sengketa sebagai berikut: 45 1) Asas itikad baik, yakni keinginan dari para pihak untuk menentukan penyelesaian sengketa yang akan maupun sedang mereka hadapi. 2) Asas kontraktual, yakni adanya kesepakatan yang dituangkan dalam bentuk tertulis mengenai cara penyelesaian sengketa. 3) Asas mengikat, yakni para pihak wajib mematuhi apa yang telah disepakati. 4) Asas kebebasan berkontrak, yakni para pihak dapat dengan bebas menentukan apa saja yang hendak diatur oleh para pihak dalam perjanjian tersebut selama tidak bertentangan dengan undang-undang dan kesusilaan. Hal ini berarti pula kesepakatan mengenai tempat dan jenis penyelesaian sengketa yang akan dipilih. 5) Asas kerahasiaan, yakni penyelesaian atas suatu sengketa tidak dapat disaksikan oleh orang lain karena hanya pihak yang bersengketa yang dapat menghadiri jalannya pemeriksaaan atas suatu sengketa. 44 Ibid. 45 Jimmy Joses Sembiring, Op.Cit.,h.11-12

52 3.2 Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Menurut Peraturan Otoritas Jasa keuangan adalah lembaga yang melakukan penyelesaian sengketa di luar pengadilan (Pasal 1 angka 2 dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 Tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Sektor Jasa Keuangan). Dalam hal ini, Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa dimuat dalam Daftar Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa ( Daftar LAPS) yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Daftar Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Dapat dilihat pada Pasal 4 dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 Tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Sektor Jasa Keuangan meliputi Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa yang: a. Mempunyai layanan penyelesaian sengketa paling kurang: 1) Mediasi; 2) Ajudikasi; dam 3) Arbitrase. b. Mempunyai peraturan yang meliputi: 1) Layanan penyelesaian sengketa; 2) Prosedur penyelesaian sengketa; 3) Biaya penyelesaian sengketa; 4) Jangka waktu penyelesaian sengketa;

53 5) Ketentuan benturan kepentingan dan afiliasi bagi mediator, ajudikator, dan arbiter; dan 6) Kode etik bagi mediator, ajudikator, dan arbiter; c. Menerapkan prinsip aksebilitas, independensi, keadilan, dan efisiensi dan efektifitas dalam setiap peraturannya; d. Mempunyai sumber daya untuk melaksanakan pelayanan penyelesaian sengketa; dan e. Didirikan oleh Lembaga Jasa Keuangan yang dikoordinasikan oleh asosiasi dan/atau didirikan oleh lembaga yang menjalankan fungsi self regulatory organization. Berdasarkan persyaratan daftar Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa pada huruf c mengenai prinsip aksesbilitas, independensi, keadilan dan efisiensi dan efektifitas telah diatur sebagai berikut: a. Prinsip aksesbilitas diatur dalam Pasal 5 dalam Nomor Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 adalah sebagai berikut: (1) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa memiliki skema layanan penyelesaian sengketa yang mudah diakses oleh konsumen. (2) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa mengembangkan strategi komunikasi untuk meningkatkan akses konsumen terhadap layanan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa dan meningkatan pemahaman konsumen terhadap proses penyelesaian sengketa yang dilaksanakan oleh Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa.

54 (3) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa menyediakan layanan yang mencakup seluruh wilayah Indonesia b. Prinsip independensi diatur dalam Pasal 6 dalam Nomor Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 adalah sebagai berikut: (1) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa mempunyai organ pengawas yang memastikan bahwa Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa telah memenuhi persyaratan untuk menjalankan fungsinya. (2) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa dilarang memberikan hak veto kepada anggotanya. (3) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa berkonsultasi dengan pemangku kepentingan yang relevan dalam menyusun atau mengubah peraturan sebelum mengimplementasikannya. (4) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa mempunyai sumber daya yang memadai untuk melaksanakan fungsinya dan tidak tergantung kepada Lembaga Jasa Keuangan Tertentu. c. Prinsip keadian diatur dalam Pasal 7 dalam Nomor Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 adalah sebagai berikut: (1) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa memiliki peraturan dalam pengambilan keputusan, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Mediator benar-benar bertindak sebagai fasilitator dalam rangka mempertemukan kepentingan para pihak yang bersengketa untuk memperoleh kesepakatan penyelesaian;

55 b. Ajudikator dan arbiter dilarang mengambil putusan berdasarkan pada informasi yang tidak diketahui para pihak; dan c. Ajudikator dan arbiter wajib memberikan alasan tertulis dalam setiap putusannya. (2) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa memberikan alasan tertulis atas penolakan permohonan penyelesaian sengketa dari konsumen dan/atau Lembaga Jasa Keuangan. d. Prinsip efisiensi dan efektifitas diatur dalam Pasal 8 dalam Nomor Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 adalah sebagai berikut: (1) Peraturan penyelesaian sengketa pada Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa mengatur tentang jangka waktu penyelesaian sengketa. (2) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa mengenakan biaya murah kepada konsumen dalam penyelesaian sengketa. (3) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa memiliki peraturan penyelesaian sengketa yang memuat ketentuan yang memastikan bahwa anggotanya mematuhi dan melaksanakan setiap putusan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa. (4) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa mengawasi pelaksanaan putusan. Berdasarkan persyaratan daftar Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa pada huruf e diatas menjelaskan bahwa Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa didirikan oleh Lembaga Jasa Keuangan yang

56 dikoordinasikan oleh asosiasi. Persyaratan ini diperjelas dengan adanya kententuan pada pasal 10 ayat 1 dan penjelasannya yang berbunyi : Dalam Pasal 10 ayat (1), menyatakan bahwa Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa dibentuk oleh Lembaga Jasa keuangan yang dikoordinasi oleh masingmasing sektor jasa keuangan. Sedangkan dalam Penjelasan Pasal 10 ayat (1), menyatakan bahwa Contoh pembentukan Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor Perbankan dibentuk oleh bank-bank yang dikoordinasikan oleh asosiasi di sektor Perbankan, misalnya Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas), Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), Perhimpuan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo), Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), dan Asosiasi Bank Asing Indonesia. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Asuransi Jiwa adalah Badan Mediasi Asuransi Indonesia. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Ketut Sendra 46 pada tanggal 3 Maret 2015 adalah sebagai berikut: 1. Yang menjadi dasar operasionalnya BMAI yaitu berdasarkan POJK No. 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen dan No. 1/POJK. 07/2014 tentang LAPS (Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa) dan UU No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, Pasal 54 tentang kewajiban Penanggung menjadi Anggota BMAI, sebagai lembaga independen dan imparsial, sebagai lembaga yang mendapatkan persetujuan dari OJK, Kesepakatannya bersifat final dan mengikat. (teknisnya diatur dalam LAPS-POJK). 46 Bapak Ketut Sendra merupakan Sekretaris dan Mediator Badan Mediasi Asuransi Indonesia

57 2. Berdasarkan POJK tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS), mengatur bahwa setiap Lembaga Keuangan wajib memiliki LAPS, seperti di Pasar Modal ada BAPMI (Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia) di Dana Pensiun ada BMDP (Badan Mediasi Dana Pensiun) dan di Perasuransian ada BMAI, sedangkan di Perbankan diharapkan berdiri pada akhir tahun ini dan menyusul yang lainnya. 3. Sampai saat ini berdasarkan Pasal 54 UU No. 40 Tahun 2014, Pelaku Usaha Asuransi hanya mendirikan dan menjadi anggota dari BMAI dan tidak ada lembaga lain yang didirikan. Sampai saat ini juga hanya BMAI di industri perasuransian yang diakui secara lisan dan de facto oleh OJK (de jurenya menyusul dalam tahun 2015). BMAI berdiri tanggal 12 Mei 2006. 4. Sampai saat ini, yang benar-benar telah menjadi sengketa Asuransi (Jiwa dan Umum) atau dalam yuridiksi BMAI pada umumnya diselesaikan oleh BMAI. Realisasi hasil Mediasi dan Ajudikasi atas sengketa-sengketa yang masuk sejak berdirinya BMAI hingga Desember 2014 adalah : Tabel 3. 1 Asuransi Umum KETERA NGAN ASURANSI UMUM Mediasi Ajudikasi Total A B C E jml (M) A D Jml (A) M+A Sept 2006 2012 80 53 48 4 185 10 5 15 200

58 Diterima Th 2013 Diterima Th 2014 11 3 3 3 20 0 0 0 20 4 0 1 0 5 13 0 13 18 Jan- Maret 1 0 0 0 1 6 0 6 7 2014 April- Juni 1 0 0 0 1 0 0 0 1 2014 Juli-Sept 2014 Okt-Des 2014 Jumlah Sengketa 1 0 1 0 2 5 0 5 7 1 0 0 0 1 2 0 2 3 95 56 52 7 210 23 5 28 238 Sumber: DR. Ketut Sendra, SPd, SH, MM, MH Keterangan tabel diatas, A = Termohon membayar B = Termohon tidak membayar (Pemohon menerima keputusan penolakan klaim) C = Para pihak tidak sepakat & atau tidak melanjutkan ke Ajudikasi

59 D = Termohon diputuskan tidak membayar E = Pemohon menarik perkaranya & Pemohon sulit dihubungi & Sengketanya diakhiri sebelum bermediasi. Tabel 3.1 mengenai asuransi umum Pada data Tahun 2006 sampai Tahun 2012 terdapat jumlah sengketa yang diselesaikan melalui mediasi berjumlah 185 (seratus delapan puluh lima) dan melalui ajudikasi berjumlah 15 (limabelas). Sedangkan pada tahun 2013 sengketa yang diselesaikan melalui mediasi berjumlah 20 (duapuluh) dan melalui ajudikasi berjumlah 0 (nol), dan pada Tahun 2014 sengketa yang diselesaikan melalui mediasi 5 berjumlah (lima) dan melalui ajudikasi berjumlah 18 (delapan belas). Apabila dilihat secara sekilas, terlihat perbedaan yang signifikan antara Tahun 2006 sampai Tahun 2012 dengan Tahun 2013 dan Tahun 2014. Tetapi apabila dilihat secara seksama pada tahun 2006 2012 terdapat 6 (enam) tahun yang dihitung secara akumulasi sedangkan pada tahun 2013 dan tahun 2014 dihitung setiap tahunnya. Apabila sengketa pada Tahun 2006 sampai Tahun 2012 yang diselesaikan melalui mediasi sejumlah 185 dibagi 6 tahun maka sengketa rata-rata pertahun yang diselesaikan berjumlah 31 sengketa, sedangkan sengketa yang diselesaikan melalui ajudikasi sejumlah 15 dibagi 6 tahun maka sengketa rata-rata pertahun yang diselesaikan sejumlah 3 sengketa. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi perbedaan yang signifikan di setiap tahunnya terhadap sengketa yang diselesaikan melalui mediasi dan ajudikasi.

60 Tabel 3. 2 Asuransi Jiwa dan Jaminan Sosial: KETERA NGAN ASURANSI JIWA & JAMINAN SOSIAL Mediasi Ajudikasi Total A B C E Jml (M) A D Jml (A) M+A Sept 2006 2012 Diterima Th 2013 Diterima Th 2014 53 39 32 4 128 13 2 15 143 8 4 1 4 17 2 3 5 22 7 6 0 1 14 0 1 1 15 Jan- Maret 5 4 0 0 9 0 0 0 9 2014 April- Juni 0 0 0 1 1 0 0 0 1 2014 Juli- Sept 1 2 0 0 3 0 1 1 4 2014 Okt-Des 2014 1 0 0 0 1 0 0 0 1

61 Jumlah kasus 68 49 33 9 159 15 6 21 180 Sumber: DR. Ketut Sendra, SPd, SH, MM, MH Keterangan tabel diatas, A = Termohon membayar B = Termohon tidak membayar (Pemohon menerima keputusan penolakan klaim) C D = Para pihak tidak sepakat & atau tidak melanjutkan ke Ajudikasi = Termohon diputuskan tidak membayar E = Pemohon menarik perkaranya & Pemohon sulit dihubungi & Sengketanya diakhiri sebelum bermediasi. Tabel 3.2 mengenai asuransi jiwa dan jaminan sosial, pada Tahun 2006 sampai Tahun 2012 sengketa yang diselesaikan melalui mediasi berjumlah 128 (seratus dua puluh delapan) dan melalui ajudikasi berjumlah 15 (limabelas). Sedangkan pada Tahun 2013 sengketa yang diselesaikan melalui mediasi berjumlah 17 (tujuhbelas) dan melalui ajudikasi berjumlah 5 (lima), dan pada Tahun 2014, sengketa yang diselesaikan melalui mediasi berjumlah 14 (empatbelas) serta sengketa yang diselesaikan melalui ajudikasi berjumlah 1 (satu). Apabila dilihat sekilas terjadi perbedaan yang signifikan antara Tahun 2006 sampai Tahun 2012 dengan Tahun 2013 dan Tahun 2014. Tetapi apabila dilihat secara seksama antara Tahun 2006 sampai Tahun 2012 terdapat 6 (enam) tahun sedangkan pada jumlah Tahun 2013 dan jumlah Tahun 2014 dihitung setiap

62 tahunnya. Apabila pada jumlah sengketa Tahun 2006 sampai Tahun 2012 yang diselesaikan melalui mediasi berjumlah 128 dibagi 6 tahun maka memiliki ratarata sengketa yang diselesaikan pertahunnya adalah 21 sengketa, sedangkan sengketa yang diselesaikan melalui ajudikasi berjumlah 15 dibagi 6 tahun maka memiliki rata rata sengketa yang diselesaikan pertahunnya adalah 3 sengketa. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi perbedaan yang signifikan setiap tahunnya terhadap sengketa yang diselesaikan melalui mediasi maupun ajudikasi. 5. Badan Mediasi Asuransi Indonesia (BMAI) secara de facto sudah diakui oleh Otoritas Jasa Keuangan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mensosialisasikan BMAI, Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI) dan Badan Mediasi Dana Pensiun (BMDP) sebagai lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS) yang sudah berdiri dan menjalankan fungsi serta tugasnya sesuai Peraturan Otoritas Jasa Keuangan. Sosialisasi ini telah dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam acara sosialisasi dan literasi keuangan pada Pasar Keuangan Rakyat yang telah dilakukan mulai Januari 2015 dan saat ini sedang berjalan BMAI dan Lembaga lainnya juga ikut dilibatkan Otoritas Jasa Keuangan. Dari hasil wawancara ini, bahwa yang berwenang dalam penyelesaian sengketa alternatif terkait permasalahan sengekta asuransi jiwa adalah Badan Mediasi Asuransi Indonesia. Selain itu hal-hal yang dapat membuktikan bahwa Lembaga Alternatif Penyelesaian Segketa yang berwenang adalah Badan Mediasi Asuransi Indonesia adalah:

63 1) BMAI digagas oleh beberapa Asosiasi Perusahaan Perasuransian Indonesia yang berada di bawah Federasi Asosiasi Perasuransian Indonesia (FAPI) yang sekarang merupakan Dewan Asuransi Indonesia (DAI), yaitu: 47 1. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), 2. Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) 3. Asosiasi Asuransi Jaminan Sosial Indonesia (AAJSI) Berdasarkan pernyataan ini, bahwa Badan Mediasi Asuransi Indonesia telah memenuhi persyaratan pada pasal 4 huruf e dan pasal 10 ayat (1) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 Tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Sektor Jasa Keuangan megenai Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa yang didirikan oleh asoiasi lembaga keuangan. 2) Selain itu, berdasarkan brosur Badan Mediasi Indonesia 48 yang dapat di unduh di website resmi BMAI menjelaskan bahwa BMAI adalah sebuah Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS) yaitu lembaga yang melakukan penyelesaian sengketa diluar pengadilan. Oleh karena itu, Badan Mediasi dan Arbitrase Indonesia adalah Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (LAPS) yang terdaftar dan diakui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga penyelesaian sengketa disektor perasuransian. 47 Badan Mediasi Asuransi Indonesia, Sejarah BMAI, http://bmai.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=63&itemid=184 diakes tanggal 2 Maret 2015 48 Lihat dalam lampiran nomor 6 (enam).