Kemampuan Siswa menentuan Tokoh, Karekter Tokoh, dan Latar Cerpen Pada Buku Teks Bahasa Indoneia Siswa Kelas VII SMP Negeri 11 Kota Jambi Oleh Susi Fitria A1B1O0076 Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi kemampuan menentukan tokoh, karakter tokoh, dan latar cerpen berdasarkan unsur-unsur cerpen yaitu (1) tokoh, (2) penokohan, (3) latar oleh siswa kelas VII SMP Negeri 11 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 11 Kota Jambi. Teknik yang digunakan dalam penarikan sampel adalah random sampling, artinya semua siswa kelas VII yang diambil 28 orang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh dua penilai, menunjukan bahwa Kemampuan Siswa Kelas VII SMP Negeri 11 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam Mengidentifikasi tokoh, karakter tokoh, dan latar tergolong cukup mampu dengan jumlah nilai rata-rata 62. Berdasarkan persentase kemampuan siswa dalam mengidentifikasi tokoh, karakter tokoh, dan latar cerpen dapat disimpulkan bahwa: (1) Unsur yang paling banyak dikuasai oleh siswa adalah unsur latar, yaitu dari 28 siswa yang 64%. (2) Unsur tokoh yakni, siswa yang mampu 63%. (3) Unsur karakter tokoh yakni, siswa yang mampu 53%. 1.PENDAHULAN Karya sastra merupakan salah satu kebutuhan masyarakat karena memiliki nilai yang dapat di ambil ketika membaca sebuah karya sastra dan dapat menjadi sebuah hiburan bagi pembaca, salah satunya adalah cerpen. Sastra Indonesia adalah salah satu bentuk sastra yang baru. Relatif belum berusia lama dan tidak dikenal dalam tradisi sastra Nusantara sebelumnya. Karya sastra khususnya prosa pada dasarnya terdiri dari tiga jenis, yaitu : (1) novel, (2) novelette, dan (3) cerpen.ketiga jenis karya sastra tersebut masingmasing memiliki perbedaan-perbedaan tertentu, perbedaan yang menonjol tampak 1
pada luas cakupannya. Dalam novel jelas sekali antara unsur yang satu dengan unsure yang lain selalu kompleks, sedangkan dalam novelet maupun cerpen unsur-unsurnya kurang kompleks, walau demikian ketiga jenis karya sastra prosa tersebut masing-masing mampu memcerminkan unsur nilai-nilai kehidupan. unsur tersebut adalah unsur intrinsik dan ekstrinsik. Cerpen merupakan salah satu karya sastra yang begitu sulit ditemukan, cerpen sering kita jumpai di berbagai media, baik di media massa maupun media pembelajaran seperti buku pelajaran. Sebagai salah satu karya sastra, cerpen tentu memiliki nilai-nilai yang positif untuk dikaji dan dipelajari oleh anak didik. Untuk itu peneliti lebih tertarik untuk memilih cerpen. Pembelajaran cerita pendek mempunyai peran yang cukup penting untuk melatih peserta didik untuk mengasah sisi-sisi kemampuan membaca. Terutama bagi siswa yang kemampuan membacanya kurang dari dua ratus kata permenit, dengan ada pembelajaran ini maka dapat membantu agar siswa lebih cekatan dalam membaca hingga menjadi dua ratus kata permenit. Terlebih lagi dalam aspek menentukan suatu tokoh, karakter tokoh dan latar dalam cerita pendek. Kemampuan siswa menentukan tokoh, karakter tokoh dan latar dalam cerita pendek, siswa akan dapat mengasah kemampuan mereka dalam menguasai cerita tersebut. Selain itu, dengan menguasai pembelajaran tentang tokoh, karakter tokoh dan latar siswa akan mudah menentukan tokoh, karakter tokoh dan latarnya dalam cerita pendek. Pembelajaran cerita pendek belum menghasilkan pembelajaran efektif. Hal tersebut terlihat dari kurangnya pemberian materi berkaitan tentang kemampuan menentukan tokoh, karakter tokoh dan latar dalam cerita pendek.
Sering kali guru langsung memberikan tugas pada siswa untuk membaca atau memahami suatu cerita pendek, dan kemudian siswa diminta mencari atau hanya menyebutkan unsur bisa dilakukan dengan satu kali membaca cerita pendek. II. KAJIAN PUSTAKA Moenir (2005:116) kemampuan adalah berasal dari kata dasar mampu yang dalam hubungan dengan tugas atau pekerjaan berarti dapat (kata sifat atau keadaan) melakukan tugas atau pekerjaan sehingga menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini, setiap siswa pasti memiliki kemampuan yang bervariasi, tergantung pada ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Jadi, kemampuan adalah kesanggupan melakukan sesuatu baik itu dalam hal tugas ataupun pekerjaan sehingga menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan yang diharapkan. Cerpen merupakan salah satu bentuk karya sastra. cerpen adalah cerita fiksi yang menggambarkan peristiwa yang dialami sang tokoh. karena pendekatannya, cerpen sering disebut cerita yang dapat dibaca satu kali duduk (Husnaeni, 2007:436). Selanjutnya Rosidi (Endraswara, 2005 : 9 ) menambahkan bahwa cerpen adalah cerita yang pendek dan merupakan suatu kebetulan ide.dalam kesingkatan dan kepadatannya itu, sebuah cerita pendek adalah lengkap,bulat,dan singkat, semua bagian dari sebuah cerpen meski terkait terikat pada suatu kesatuan jiwa : pendek, padat, dan lengkap. Jadi, sebuah cerita senantiasa memusatkan diri pada sutu tokoh dalam satu situasi pada suatu ketika. Meskipun peryaratan inti tidak terpenuhi, cerita pendek tetap memperlihatkan kepaduan sebagai patokan. Cerita pendek yang efektif terdiri dari tokoh atau
sekelompok tokoh yang ditampilkan pada satu latar atau latar belangkang dan yang lewat lakukan lahir atau batin terlibat dalam satu situasi. Berdasarkan analisis dari beberapa sumber mengenai bahasan dan penyusun cerpen, maka dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah cerita pendek yang berbentuk prosa fiksi yang tokoh ceritanya berfokus pada satu aspek cerita. Hanafi (2006:63) cerpen memiliki unsur intrinsik yang berfungsi membangun cerita. Unsur intrinsik tersebut memiliki tema, latar, penokohan, alur, dan amanat. Menurut Nurgiyantoro (1995:1164), istilah tokoh dalam sebuah karya fiksi merupakan istilah yang tidak sulit ditemukan karena cerita tidak terlepas dengan tokoh/peran. Istilah tokoh merujuk pada orangnya atau pelaku cerita. Menurut Titik (1997:50) tokoh adalah pelaku atau tokoh utama juga disebut pratagonis yang berperan sangat penting dan menjadi pusat perhatian dalam cerita. Tokoh sebuah cerita dapat tampil sebagai manusia, benda, binatang menjadi tokoh cerita. Narasi atau penuturan cerita serta dialog-dialog yang disajikan pengarang dapat menghidupkan kepribadian dan kejiwaan tokoh. Tokoh-tokoh dalam sebuah fiksi dapat dibedakan kedalam jenis penamaan. Seorang tokoh dapat saja dikategorikan ke dalam beberapa jenis penamaan sekaligus. Menurut Nurgiyanto (1995:175) berdasarkan peranan dan tingkat pentingnya, tokoh terdiri atas tokoh utama dan tokoh tambahan, tokoh utama tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam cerita yang sedang bersangkutan, ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian, tokoh tambahan kejadian yang lebih sedikit dibandingkan tokoh utama, kejadiannya hanya ada jika berkaitan dengan tokoh utama secara langsung.
Menurut Nurgiyantoro (1995:165) istilah-istilah seperti penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi dalam sebuah karya fiksi merupakan istilah yang dipergunakan dalam pengertian yang berbeda. Menurut Esten (1994:40) Masalah adalah masalah bagaimana cara pengarang menampilkan tokoh-tokoh, bagaimana membangun dan mengembangkan watak tokoh-tokoh tersebut didalam sebuah karya sastra. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Jones (dalam Nurgiyantoro, 1995:165) Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskkriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 11 Kota Jambi yang berjumlah 472 siswa. Di SMP Negeri 11 Kota Jambi kelas VII terbagi atas dua belas kelas, pada penelitian ini peneliti mengambil kelas kelas VII SMP Negeri 11 Kota Jambi. IV. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian diketahui kemampuan menentukan cerpen siswa kelas VII SMP Negeri 11 Kota Jambi berkriteria cukup mampu. Hasil tersebut didapat dengan pengolahan data yang berdasarkan unsur-unsur pembangun cerpen yang meliputi tokoh karakter tokoh, dan mendeskripsikan latar (setting). Hasil siswa kelas VIII SMP Negeri 14 Kota Jambi dalam mengidentifikasi cerpen berdasarkan unsur-unsur tersebut akan dibahas sebagai berikut.
Dari hasil pengolahan data diketahui menentukan cerpen siswa kelas VII SMP Negeri 11 Kota Jambi unsure yang paling banyak dikuasai adalah latar. Kemampuan menggunakan latar unsur ini mendapat persentase tertinggi, yaitu memperoleh nilai 64%. Nilai tersebut berada pada interval 56%-65% dan berkriteria cukup mampu. Dari hasil jawaban yang disajikan siswa masih kesulitan menentukan latar. Hal ini kurangnya pemahaman siswa terhadap materi tentang latar. Hal ini berarti banyak siswa tidak mampu menciptakan perasaan pembaca dan tidak mampu menggunakan latar sebagai tempat mengungkapkan nilai-nilai. Berdasarkan temuan ini diketahui siswa belum bisa mengaplikasikan teori menggambarkan latar yang baik seperti menurut Jabrohim (2003: 115) Penggambaran tempat, waktu dan situasi akan membuat cerita tampak lebih hidup dan logis. Latar juga dimaksudkan untuk membangun atau menciptakan suasana batin pembaca. Tidak berbeda dengan kemampuan menggunakan tokoh dalam mengidentifikasi cerpen siswa kelas VII SMP Negeri 11 juga berada pada kriteria cukup mampu. Hal ini karena nilai yang diperoleh 63% nilai ini juga berada pada interval 56%-65%. Dari hasil penghitungan nilai rata-rata yang diperoleh siswa ada 2 siswa yang memperoleh nilai rata-rata 3 dan yang paling dominan adalah siswa memperoleh nilai rata-rata 3 sebanyak 7 siswa. Dari perolehan nilai rata-rata tersebut diketahui bahwa tokoh yang dituliskan siswa sudah cukup mampu, hanya masih sedikit kurang teliti dalam menerapkan tokoh secara jelas. Menurut Sayuti (Jabrohim, 2003: 107) Tokoh kompleks sering disebut sebagai atau tokoh bulat.
Dibanding dengan tokoh sederhana, tokoh bulat lebih memiliki sifat lifelike karena tokoh ini tidak hanya menunjukkan gabungan sifat-sifat dan obsesi yang tunggal. Selanjutnya kemampuan dengan mendeskripsikan karakter tokoh dalam mengidentifikasi cerpen siswa kelas VII SMP Negeri 11 Kota Jambi juga tidak memperoleh nilai yang maksimal yaitu memperoleh nilai 59% dan berkriteria cukup mampu karena nilai tersebut berada pada interval 56%-65%. Dari hasil perolehan nilai rata-rata, siswa yang memperoleh nilai rata-rata 3,5 sebanyak 6 siswa. V. KESIMPULAN Berdasarkan pemaparan dalam bab IV, dalam menentukan cerpen berdasarkan tokoh, karakter tokoh, dan latar siswa kelas VII SMP Negeri 11 Kota Jambi hanya memperoleh nilai 62%. Berdasarkan tabel kriteria interval persentase mengidentifikasi cerpen, nilai tersebut terdapat pada interval 56 % - 65%, maka disimpulkan bahwa kemampuan menentukan tokoh,karakter tokoh, dan latar cerpen siswa kelas VII SMP Negeri 11 Kota Jambi tahun pelajaran 2013/2014 berkriteria cukup mampu. Selain itu, jika ditinjau dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 11 Kota Jambi yaitu 70. Sehingga nilai 56 tersebut termasuk nilai yang berkriteria tidak tuntas. Hal ini, perlu adanya perbaikan untuk meningkatkan pembelajaran tentang tokoh, karakter tokoh, dan latar. DAFTAR PUSTAKA Aminuddin, 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Arikunto, S. 2010. Proedur Pnelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi V). Jakarta: Rineka Cipta. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta : Rineka Cipta. Djiwandono, M.S. 1996. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung : ITB Endraswara. 2005. Metode Dan Teori : Pengajaran Sastra. Yogyakarta : Buana Pustaka. Esten.1995. Kritik Satra Indonesia. Padang: Angkasa.. 1994. Sastra Indonesia dan Tradisi Sub Kultur. Bandung: Angkasa. Hanafi, Mohammad.2006. Bahasa dan Sastra Indonesia 3. Jakarta: Intermasa Husnaeni, Yeni dkk. 2007. Bahasa Penyerta Televisi Edukasi. Jakarta : Depdikbud Jobrohim. 2003. Cara Menulis Kreatif. Cetakan 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Fitrah. Yundi, 2013. Metodologi Budaya Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Moenir, 2005. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Nurgiyantoro, B. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Edis Pertama. Yogyakarta: BPFE. Nurgiyantoro, B. 1988. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Edis Pertama. Yogyakarta: BPFE. Narbuko. 2004. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Bahasa. Bandung: Angkasa Semi, M. A.1984. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. 1990. Metode Penelitian Sastra. Padang: Angkasa. Sudjiman, P. 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Sumardjo dan Saini. 1984. Memahami Kesusastraan. Bandung: Alumni.. dan Saini. 1997. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
Sutriadi. 2013. Kemampuan Menganalisis Unsur-unsur Intrinsik Drama dalam Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri Tebo Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi. Jambi: Universitas Jambi. Suwarna. Diakses 3 Mei 2013. Analisis Buku Teks Bahasa Indonesia. http://234.blogspot.com/2006/analisis Buku Teks Bahasa Indonesia Tarigan. 1986. Prinsip-prisip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.. 1988. Dasar-dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa. Titik. 2012. Kreatif Menulis Cerita Anak. Bandung : Nuansa