BAB 3 PERUMUSAN MASALAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. untuk dibiayai, perbankan lebih memilih mengucurkan dana untuk kredit ritel dan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena

ANALISIS PROSES PEMILIHAN DEBITUR DALAM PEMBERIAN KREDIT (Studi Kasus: PT. Bank Mandiri ( Persero ) Tbk.)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menyalurkan kredit ke masyarakat mulai berubah tidak lama sejak

I. PENDAHULUAN. sektor jasa keuangan pada umumnya dan pada perbankan khususnya. Pertumbuhan ekonomi dapat terwujud melalui dana perbankan atau potensi

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan masyarakat untuk menggunakan jasa keuangan berbasis Islam

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam penambahan modal ini adalah bank. Bank sebagai sebuah lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan produk perbankan seperti kartu kredit, kartu debit dan ATM membuat

BAB I PENDAHULUAN. serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sektor perbankan dapat dikatakan menjadi salah satu sektor paling. fleksibel dalam merespons kondisi perekonomian nasional dibanding sektorsektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bank merupakan jantung perekonomian di suatu Negara.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya, perbankan Indonesia telah mengalami pasang

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat, yang berarti bahwa sebagian dari usaha

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat suku

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang surplus

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN. perbankan tidak sedikit pula bank yang tutup akibat kondisi krisis ekonomi. memberikan jasanya dalam bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan bank dalam sebuah negara akan memberikan dukungan. ekonomi dan hingga kondisi perbankan pada saat sekarang ini..

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar melemah diluar batas

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman atau kredit. Bank berperan sebagai perantara antara pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. ekuiti (saham), reksadana, instrument derivative, maupun instrumen

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial intermediary. berharga serta penanaman dana lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu

BAB I PENDAHULUAN. dana dalam bentuk simpanan seperti tabungan, deposito, giro, dan lain-lain dari

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan keuangan. Era modern sekarang ini keberadaan

investasi. Dalam hal ini kredit investasi merupakan bantuan yang diberikan oleh

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 10 tahun 1998 bahwa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 1

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. utama yang sejak dahulu kala menjadi tulang punggung operasi badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. asas kekeluargaan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 pasal

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang menjadi perantara untuk

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkannya

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima simpanan (deposit) dari masyarakat, kemudian simpanan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan di Indonesia termasuk Hukum Perbankan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. penyaluran kredit pada segmen corporate dan commercial kepada debitur yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. dalam jumlah yang material. Adanya suatu bank akan memberi manfaat bagi

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya akan dapat mendorong efektivitas kebijakan moneter. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kredit, tabungan, pembayaran jasa dan melakukan fungsi-fungsi keuangan lainnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian dan bisnis di dunia sangat ini berlangsung

BAB V PENUTUP. terhadap profitabilitas perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan. Bank

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis pada saat ini sedang melaju pesat. Hal ini disebabkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan terutama untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menandai awal terjadinya krisis ekonomi dan moneter di Indonesia. Nilai

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang perseorangan, badan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 berawal dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Perbankan Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien dengan

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENADAHULUAN. satunya adalah agent of trust. Agent of trust berarti dalam kegiatan usahanya bank

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB I PENDAHULUAN. dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha tidak terlepas dari perkembangan sektor usaha

BAB I PENDAHULUAN. uang giral serta sistem organisasinya. Lembaga keuangan dibagi menjadi lembaga

BAB I PENDAHULUAN. dan giro yang merupakan kewajiban bank sebab harus dikembalikan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. ke bidang finansial, dan bank sebagai wujud objektivitas usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

Transkripsi:

BAB 3 PERUMUSAN MASALAH 3.1. Latar Belakang Masalah Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan demokrasi ekonomi dan menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Salah satu risiko yang selalu dihadapi oleh sektor perbankan adalah Non Performing loan (NPL) yang disebabkan oleh depresiasi nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, tingginya suku bunga, pelanggaran terhadap prinsip kehati-hatian dimana proses pemberian kredit tidak mengikuti prosedur dan ketentuan yang seharusnya karena lebih menekankan ekspansi dan pertumbuhan daripada kualitas kredit. Berdasarkan pengalaman praktik apabila terjadi kredit macet pada sebuah bank, maka penyebabnya hanya ada dua, yaitu karena adanya error omission dan error commission. Error omission (EO) adalah timbulnya kredit macet yang diakibatkan oleh adanya unsur kesengajaan manusianya untuk melanggar kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan. Sedangkan error comission (EC) adalah timbulnya kredit macet karena memanfaatkan lemahnya peraturan atau ketentuan yang memang belum ada atau sudah ada, tetapi tidak jelas. Penyebab utama masalah bank yang serius adalah berkaitan langsung dengan standar pemberian kredit yang lunak atau longgar, manajemen risiko portofolio kredit yang lemah, dan karena kurang perhatian terhadap perubahan ekonomi atau kondisi lingkungan lainnya yang pada akhirnya dapat membuat sebuah kredit kepada counterparty menjadi bermasalah. 20

Gambar 3.1 NPL Ratio PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. Periode Tahun 2000-2005 Berdasarkan hasil audit yang telah dilakukan oleh Bank Mandiri, pada akhir tahun 2004 terjadi peningkatan NPL dari 7,1 % di Kuartal 1 menjadi 17,8 % di kuartal 3. Pada kuartal ke 2 di tahun 2005 NPL stock meningkat sebanyak Rp. 25, 2 triliun. Pada Laporan keuangan audit per 31 Desember 2005, Bank Mandiri melaporkan rasio NPL (Non Performing Loan) sebesar 26,7 % yang meningkat dari 24,6 % di triwulan III 2005 atau meningkat dari 7,4 % pada posisi akhir tahun 2004. Peningkatan NPL ini disebabkan oleh penurunan kualitas kredit Bank Mandiri, penerapan regulasi baru tentang penilaian kualitas aktifa produktif Bank Mandiri, dan kondisi makro yang kurang kondusif di triwulan IV 2005. 21

Gambar 3.2 Grafik Perbandingan Non Perfoming Loan Ratio PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk dengan Bank Lain Tabel 3.1 Perbedaan NPL ratio antara Bank Mandiri dengan Bank lain Bank Mandiri Bank Lain Gross NPL ratio meningkat secara signifikan di tahun 2005 dari 7,1 % di tahun 2004 menjadi 25,3 % di tahun 2005, hal ini terjadi akibat dari proses klasifikasi baru yang diberikan oleh Bank Indonesia dan juga lemahnya ekonomi di tahun 2005. Net NPL ratio berada di posisi 15,3% pada tahun 2005 Gross NPL ratio pada bank pemerintah lainnya yaitu sebesar 8.3% di tahun 2005 Pada bank swasta gross NPL ratio mengalami penurunan dari 3.0% di tahun 2004 menjadi 2.8% di tahun 2005. Hal lain yang menyebabkan kredit bermasalah adalah kegagalan bisnis nasabah yang antara lain disebabkan kelemahan atau kekurangmampuan manajemen dalam mengelola usahanya, sebagian lagi karena adanya unsur kesengajaan atau itikad tidak baik dari nasabah yang tidak diketahui atau gagal diantisipasi pihak bank. Sampai saat ini, bisnis kredit masih merupakan sumber pendapatan yang menjadi andalan bank. Dalam menghadapi persaingan yang ketat dan kecenderungan deregulasi perbankan, bank terpaksa masuk dalam dilema berat antara kebutuhan untuk memperluas bisnis melalui ekspansi secepat mungkin, dan kekhawatiran bahwa upaya ini akan membawa permasalahan dikemudian hari. Oleh karena itu, bank semakin dituntut untuk dapat melihat secara jeli bagaimana caranya mempercepat 22

pertumbuhan tanpa meninggalkan prinsip prudensial, karena pada ujungnya penilaian kinerja yang menentukan keberhasilan manajemen dalam mengelola bank, dimana hasil kinerja harus memenuhi harapan pemegang saham. Salah satu faktor kunci pada proses pengelolaan risiko kredit adalah pemisahan yang jelas antara unit kredit dan pengelolaan risiko, dengan pedoman yang jelas mengenai batasan dan wewenang atas persetujuan kredit. Selama bank bergelut dalam bisnis pemberian pinjaman, kredit bermasalah merupakan hal yang mungkin saja terjadi. Oleh karena itu, bank harus dapat meminimalisasi risiko sekecil mungkin agar dapat mengurangi risiko yang akan terjadi yang mungkin dapat menghambat kegiatan bank tersebut. Dan juga diperlukan proses analisis risiko yang lebih efisien dan efektif agar dampak negatifnya tidak terjadi. 3.2. Pembatasan Masalah Pembahasan tesis ini dibatasi hanya pada sampel perusahaan yang diberikan oleh PT. Bank Mandiri ( persero ) Tbk. yaitu sebanyak 14 perusahaan dengan 6 jenis perushaan yang bergerak dibidang yang berbeda-beda, yaitu perushaan plastik, tekstil, perdagangan, kontaraktor, air minum dalam kemasan, dan properti. Pembahasan tesis ini dibatasi berdasarkan sektor-sektor yang potensial di Jawa Barat dengan melihat tingkat pertumbuhan dari tahun 2003-2005. Pemilihan sektor yang potensial tersebut mengacu pada operating profit dan volume bisnis dari masing-masing perusahaan dan menggunakan matriks BCG sebagai dasar pemetaan perusahaan kemudian dilakukan proses scoring risiko sederhana dengan menggunakan skala dampak dikalikan dengan skala kemungkinan. 23

3.3. Perumusan Masalah Kredit bermasalah berimplikasi pada banyak sektor tidak hanya perbankan dan dunia usaha, juga sektor pemerintah, oleh karenanya penanganan kredit bermasalah tidak mungkin dilakukan oleh industri perbankan sendiri namun juga oleh pelaku ekonomi lainnya. Disisi lain sektor perbankan memiliki peranan sangat penting dalam perekonomian negara karena hubungan antara perbankan dan perekonomian mengandung interaksi yang positif yaitu sehatnya sektor perbankan akan memacu kegiatan perekonomian dan sebaliknya perekonomian yang mengalami pertumbuhan akan mendorong berkembangnya sektor perbankan. Salah satu upaya pembenahan dan penyehatan sektor perbankan, pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank, telah menggabungkan 4 Bank BUMN menjadi Bank Mandiri dan beroperasi sejak tanggal 1 Agustus 1999. Pada Laporan keuangan audit per 31 Desember 2005, Bank Mandiri melaporkan rasio NPL (Non Performing Loan) sebesar 26,7 % yang meningkat dari 24,6 % di triwulan III 2005 atau meningkat dari 7,4 % pada posisi akhir tahun 2004. Peningkatan NPL ini disebabkan oleh penurunan kualitas kredit Bank Mandiri, penerapan regulasi baru tentang penilaian kualitas aktifa produktif Bank Mandiri, dan kondisi makro yang kurang kondusif di triwulan IV 2005. Selama bank bergelut dalam bisnis pemberian pinjaman, kredit bermasalah akan merupakan hal yang sulit untuk dapat dihindari dan dalam batas-batas tertentu kredit bermasalah merupakan hal yang lumrah karena pada dasarnya esensi lending business adalah default risk artinya risiko dimana bank gagal memperoleh kembali dana yang disalurkan sesuai dengan pinjaman yang telah disepakati dengan pihak debitur. Namun demikian bank senantiasa harus mengupayakan untuk menekan pinjaman bermasalahnya sehingga tidak menjadi material yang tentunya dapat membahayakan kelangsungan hidup dari bank itu sendiri. Kegiatan pengelolaan risiko kredit secara umum meliputi penyusunan proses dan kebijakan kredit; penentuan limit dan evaluasi berkala; pengembangan model penilaian kredit bagi tiap lini bisnis; serta evaluasi prosedur dan kebijakan stress 24

testing kredit untuk mengantisipasi seluruh risiko potensial yang mungkin timbul, termasuk pencadangan kredit yang sesuai. Dalam pemberian fasilitas kredit, Bank Mandiri menghadapi risiko kredit yang merupakan risiko kerugian yang memungkinkan terjadi akibat kegagalan debitur untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian kredit, khususnya kegagalan membayar bunga dan pokok kredit. Akibat dari hal tersebut adalah tingginya Non Performing Loan (NPL) dari Bank Mandiri, sehingga dapat mengurangi nilai dari kinerja Bank Mandiri. Bank Mandiri telah mengimplementasikan suatu sistem internal credit rating untuk melakukan evaluasi terhadap perusahaan yang melakukan pinjaman kredit dan juga scoring system untuk pinjaman terhadap konsumen individual. Pengukuran risiko kredit telah dikembangkan melalui suatu metode statistik baik menggunakan data internal maupun eksternal. Bank Mandiri menilai, memonitor dan mengendalikan risiko kredit untuk setiap debitur dan juga jumlah kewajibannya. Bank Mandiri memiliki standar proses persetujuan kredit yang tersusun rapi termasuk prosedur penilaian pemberian kredit secara komprehensif. Namun demikian, dalam proses penilaian kredit, Bank Mandiri memiliki informasi yang terbatas khususnya mengenai informasi kinerja debitur yang diperoleh dari otoritas moneter/bank Indonesia, dan Bank Mandiri juga mempunyai suatu divisi yang telah melakukan analisis mengenai sektor industri yang potensial untuk dibiayai yaitu Change Management Group. Namun referensi tersebut masih bersifat global sehingga perlu dikaji lebih dalam untuk masing-masing wilayah. Pengambilan keputusan dalam pemberian kredit memiliki risiko yang besar, sehingga sebagai suatu badan pemberi kredit, Bank Mandiri harus melakukan manajemen risiko untuk mengantisipasi kerugian-kerugian yang mungkin terjadi akan terjadi terutama pada tahap awal penyaringan calon debitur. 25

3.4. Alasan Pemilihan Masalah Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini didasari oleh hal-hal berikut ini: 1. Bank sebagai lembaga keuangan atau perusahaan umumnya dalam menjalankan kegiatan guna mendapatkan hasil usaha (return) selalu dihadapkan pada risiko, untuk itu bank harus mengerti dan mengenal risikorisiko yang mungkin timbul dalam melaksanakan kegiatan usahanya. 2. Standar pemberian kredit yang lunak atau longgar, serta manajemen risiko portofolio kredit yang lemah sehingga memungkinkan terjadinya kredit bermasalah dan kredit macet, yang secara tidak langsung dapat mengikis modal bank. 3. Tuntutan konsumen yang semakin tinggi dan persaingan yang semakin tajam serta diversifikasi sehingga berdampak terhadap menipisnya margin bank yang dalam kebanyakan hal ini telah diatasi dengan ekspansi kredit dan / atau menawarkan produk atau kegiatan usaha baru. 4. Kebijakan dan strategi yang memperhatikan aspek-aspek risiko yang ada dapat memberikan nilai tambah dan fleksibilitas perusahaan dalam beradaptasi dengan perubahan-perubahan, baik itu dalam lingkungan internal maupun eksternal perusahaan. 3.5. Posisi Permasalahan yang Dipecahkan Posisi permasalahan yang dipecahkan terletak pada proses pemilihan calon debitur yang potensial untuk dibiayai. Dalam proses kredit Bank Mandiri berusaha untuk meminimalisasikan risiko yang dihadapi terhadap para calon debiturnya. Salah satu cara untuk melakukan seleksi awal dalam pemilihan calon debitur yaitu dengan menggunakan matriks BCG sebagai dasar acuannya. Dimana dalam matriks ini akan dipetakan posisi dari perusahaan-perusahaan yang mengajukan kredit dilihat dari operating profit dan volume bisnisnya, sehingga pada akhirnya akan terlihat perusahaan-perusahaan yang layak untuk dibiayai atau pun tidak layak untuk dibiayai. Kemudian dilakukan penyebaran kuesioner untuk mendapatkan scoring 26

berdasarkan jenis risiko risiko yang didapat dengan cara mengkalikan skala dampak dan skala kemungkinan melalui variabel-variabel yang ada pada kuesioner kemudian dijumlahkan sehingga mendapat suatu nilai, dimana nilai ini digunakan sebagai scoring dari masing masing jenis industri. Fokus pemecahan masalah adalah upaya untuk meminimalisasikan risiko yang timbul dari proses perkreditan, serta meningkatkan efisiensi dalam proses pemberian dan persetujuan kredit untuk meningkatkan kinerja Bank Mandiri. Dalam penulisan ini dibahas suatu metode untuk mencegah kemungkinan terjadinya kredit macet dalam proses pemberian kredit. Metode ini hanya sebagai early warning system dalam suatu proses pemberian kredit, sehingga agar kualitas kredit yang di berikan tetap lancar, Bank perlu menyadari/mengetahui gejala dini dari menurunnya kualitas suatu kredit sehingga dapat segera melakukan corrective action sebelum permasalahan menjadi semakin memburuk Gambar 3.3. Alur Posisi Masalah yang Dipecahkan 27

3.6 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengembangkan suatu metode baru dalam pemilihan debitur yang dilakukan pada tahap awal penyaringan dalam mencari calon debitur yang potensial untuk meminimalisasi risiko yang timbul dari proses perkreditan. 28