PA JAK PENGHASILAN F INAL

dokumen-dokumen yang mirip
Pajak Kontemporer PPh Pasal 4 Ayat 2

Landasan Hukum: Pasal 4 Ayat (2) UU PPh

PERTEMUAN 6 By Ely Suhayati SE MSi Ak

lebih pada konteks Pajak Penghasilan (PPh), karena dalam PPh ada Perampungan yang dilakukan setiap akhir tahun

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PENGHASILAN DENGAN TARIF KHUSUS YANG BERSIFAT FINAL DAN TIDAK FINAL BAB V

PAJAK PENGHASILAN PASAL 4 AYAT 2. Pasal 4 ayat 2 Undang-undang Pajak Penghasilan menyebutkan, bahwa:

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 04/PJ.

Pajak Penghasilan Final: Suatu Penjelasan Singkat atas Objek, Tarif, dan Pihak yang ditunjuk Sebagai Pemotong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

Pemotongan/PemungutanPPh

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali 2011

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2009

PAJAK PENGHASILAN. Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, MAB

Keputusan Menteri Keuangan No. 121/KMK.03/2002, Tgl

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5916); Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PENYETOR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II BAHAN RUJUKAN. Para ahli di bidang perpajakan mendefinisikan pengertian pajak dengan berbagai pendapat yang berbeda antara lain :

Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-241/PJ./2002, Tgl

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR I.1 SPT MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2) (F )

KONSEP PENDAPATAN DALAM PAJAK

MAKALAH PERPAJAKAN. Disusun Oleh : Florentina Rosalia Marseli UNIVERSITAS SRIWIJAYA

IBNU KHAYATH FARISANU 1 / 9 STIE

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG


DAFTAR OBYEK DAN TARIF PAJAK PENGHASILAN TARIF PKP = (PB BP) PTKP. 2. Uang Pensiun Bulanan yang Diterima Pensiunan Pasal 17 UU PPh.

Pajak Penghasilan Umum. Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) Adalah pajak atas penghasilan sebagai berikut:

S-485/PJ.33/2005 PERMASALAHAN PEMERIKSAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Penghasilan yang tidak termasuk sebagai objek pajak dan tidak dikenakan Pajak penghasilan, diatur dalam Psl 4 ayat (3) UU No. 36 Tahun 2008, yaitu :

ASPEK PAJAK DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM OLEH INSTANSI PEMERINTAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

PPh Pasal 23 Penghasilan dari Modal, Jasa dan Kegiatan

KEABSAHAN SURAT KETERANGAN BEBAS PAJAK SEBAGAI SYARAT PERMOHONAN BALIK NAMA SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA DAN DISKONTO OBLIGASI YANG DIPERDAGANGKAN DAN/ATAU DILAPORKAN PERDAGANGANNYA DI BURSA EFEK

Materi E-Learning Perpajakan

BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL

PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 15

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 85/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA OBLIGASI

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-01/PJ/2015 TENTANG

BAB III PAJAK PENGHASILAN

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Objek PPh. Penghasilan. Tambahan kemampuan ekonomis, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia

PPh Pasal 26. Pengantar

PP 46/1996, PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN BERUPA BUNGA ATAU DISKONTO OBLIGASI YANG DIJUAL DI BURSA EFEK

Pertemuan 5 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23, 25, & 26

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Pengertian Pajak Penghasilan. 2) Subjek Pajak Penghasilan. Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 tahun 2008, yaitu.

Kelompok 3. Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA

Administrasi Pajak Bisnis Lembaga Perbankan

PER - 43/PJ/2009 BENTUK FORMULIR SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN FINAL PASAL 4 AYAT (2),

BAB III GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN REKSA DANA DAN PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS REKSA DANA DI INDONESIA

SISTEMATIKA. Konsep Rekonsiliasi. Rincian Item Rekonsiliasi. Kasus dan Ilustrasi

Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa : bahwa dalam sengketa banding ini terdapat sengketa mengenai Tarif Pajak, dengan rincian sebagai berikut:

Apakah Pemilik Indekos Harus Bayar Pajak Juga?

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d.

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pajak pada mulanya merupakan suatu upeti (pemberian secara Cuma-Cuma).

Penghasilan Lainnya Bulan... Tahun... Biaya (Rp) Jumlah Bruto (Rp) (1) (2) (3) (4) (5) (6)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN BERUPA BUNGA OBLIGASI

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA

PENGHITUNGAN KREDIT PAJAK LUAR NEGERI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

TABEL KODE AKUN PAJAK DAN KODE JENIS SETORAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP)

Sistem/Cara Pemungutan Pajak ada 3, yaitu:


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 24/PJ/2013 TENTANG

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB V PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 4 AYAT (2)

BAB II BAHAN RUJUKAN

2% Jumlah bruto tidak termasuk PPN. 3% Jumlah bruto tidak termasuk PPN. 4% Jumlah bruto tidak termasuk PPN. 6% Jumlah bruto tidak termasuk PPN

BAB II LANDASAN TEORI. Ilyas dan Richard Burton (2010:6), Pajak adalah prestasi yang dapat dipaksakan

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG PAJAK PENGHASILAN BAB I KETENTUAN UMUM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

Undang-Undang PPh dan Peraturan Pelaksanaannya

2

GRAHA ILMU Ruko Jambusari No. 7A Yogyakarta Telp. : ; Fax. :

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MINGGU KE LIMA PPH PASAL 23, 26, DAN 25 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 6 TAHUN 2002 (6/2002)

I. PENDAHULUAN MAKSUD DAN TUJUAN

Subjek Pajak PPh Pasal 23

Transkripsi:

PAJAK PENGHASILAN FINAL

DEFINISI Pajak yang terutang dan dibayarkan seketika penghasilan diperoleh atau diterima. Pemotongan dilakukan oleh pemberi penghasilan, atau pihak lain yang ditentukan. Ketika dilakukan penghitungan pajak terutang di akhir tahun, penghasilan yang dikenai pajak bersifat final tidak diperlakukan sebagai penambah penghasilan. Kewajiban perpajakannya dianggap telah selesai saat pemotongan.

Bunga obligasi dan SUN. (PP No. 16/ 2009) Bunga simpanan koperasi bagi WP OP. (PP No. 15/ 2009) Hadiah Undian (PP No. 132/ 2000) Bunga deposito, tabungan, dan diskonto SBI. (PP No. 131/ 2000) Pasal 4 Ayat (2) Transaksi saham dan sekuritas lain. (PP No. 14/ 1997)

Usaha jasa konstruksi dan real estate. (PP No. 40/ 2009) Persewaan tanah dan/ atau bangunan. (PP No. 5/ 2002) Pengalihan hak tanah dan/ atau bangunan. (PP No. 71/ 2008) Jasa Pelayaran Dalam Negeri (Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-29/PJ.4/1996) Penghasilan dari Transaksi Derivatif yang diperdagangkan di Bursa Efek (PP No 17 Tahun 2009) Pasal 4 Ayat (2) Jasa Pelayaran atau Penerbangan Luar Negeri (Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE- 32/PJ.4/1996)

Bunga Deposito, Tabungan, dan Diskonto SBI Landasan Hukum - Peraturan Pemerintah Nomor 131 Tahun 2000 - Keputusan Menteri Keuangan Nomor 51/KMK.04/2001

Bunga Deposito, Tabungan, dan Diskonto SBI Cakupan SBI, serta segala bentuk deposito dan tabungan dengan bentuk dan nama apapun. Tarif dan Dasar Pengenaan 20% dari jumlah bruto. (WP DN dan BUT) 20% atau sesuai tarif P3B dari jumlah bruto. (WP LN) Ketentuan Khusus WP OP berpenghasilan rendah dapat mengajukan permohonan restitusi.

Bunga Deposito, Tabungan, dan Diskonto SBI Pemotong, Penyetor, dan Pelapor Bank yang membayarkan bunga dan diskonto. Dana pensiun yang disahkan Menkeu dan bank yang menjual kembali SBI dan sertifikat deposito. Kantor pusat bank di Indonesia atas bunga tabungan dan deposito yang ditempatkan di cabang LN. Kantor cabang bank LN atas bunga tabungan dan deposito yang ditempatkan di luar negeri.

Bunga Deposito, Tabungan, dan Diskonto SBI Objek Dikecualikan dari Pemotongan Bunga dan diskonto atas deposito, tabungan, dan SBI yang < Rp 7.500.000,00. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank di Indonesia atau cabang bank LN. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang disahkan Menkeu. Bunga tabungan dalam rangka kepemilikan Rumah Sederhana (RS) dan Rumah Sangat Sederhana (RSS) berikut kavling siap bangun.

Ilustrasi Bank Mahabarata memiliki 3 produk deposito, Mahapersona bagi perorangan berbunga 7%; Mahakorpora bagi perusahaan berbunga 7,5%; sedangkan Mahaeksparta bagi ekspatriat berbunga 6%. Jika rata rata tertimbang deposito nasabah bernilai Rp 87.500.000.000,00 dan proporsi masing masing produk adalah 40%, 50%, dan 10%. Berapakah besar PPh final yang harus dipotong Bank Mahabarata? Jawaban: PPh final = 20% x (87.500.000.000 x((40%x7%)+(50% x7,5%)+(10% x 6%))) = 20% x (87.500.000.000 x (2,8% + 3,75% + 0,6%) = 20% x (87.500.000.000 x 7,15%) = 20% x 6.256.250.000 = Rp 1.251.250.000,00

Bunga Obligasi dan SUN Landasan Hukum - PP Nomer 16 Tahun 2009 sebagaimana telah diubah terakhir dengan PP Nomer 100 Tahun 2013 - Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.011/2012.

Bunga Obligasi dan SUN Cakupan Obligasi Negara, Surat Perbendaharaan Negara (SPN), dan surat utang bertempo > 12 bulan. 15% dari jumlah bruto. (WP DN dan BUT) Tarif 20% atau sesuai tarif P3B dari jumlah bruto. (WP LN) Bunga obligasi berkupon. Dasar Pengenaan Diskonto obligasi berkupon. Diskonto obligasi tanpa kupon.

Bunga Obligasi dan SUN Pemotong, Penyetor, dan Pelapor Penerbit obligasi atau kustodian agen pembayaran atas bunga dan diskonto yang diterima pemegang obligasi setiap periode. Perusahaan efek, dealer, atau bank atas bunga dan diskonto yang diterima penjual obligasi saat transaksi. Pengecualian Bunga dan diskonto yang diterima dana pensiun yang disahkan Menkeu. Bunga dan diskonto yang diterima bank di Indonesia atau cabang bank luar negeri.

Bunga Obligasi dan SUN Ketentuan Khusus Tarif atas bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh reksadana yang terdaftar di Bapepam LK adalah sebagai berikut. 0% untuk tahun 2009 2010. 5% untuk tahun 2011 2013. 15% untuk tahun 2014 dan seterusnya.

Bunga Simpanan Koperasi Bagi WP Orang Pribadi PP Nomer 15 Tahun 2009 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 112 Tahun 2010 Cakupan Bunga atas simpanan, tidak termasuk bunga simpanan sebagai bagian Sisa Hasil Usaha (SHU). Tarif dan Dasar Pengenaan 0% dari jumlah bruto. (Untuk nominal Rp 0,00 Rp 240.000,00 per bulan) 10% dari jumlah bruto. (Untuk nominal yang melebihi Rp 240.000,00 per bulan) Pemotong, Penyetor, dan Pelapor Koperasi pembayar bunga.

Ilustrasi Koperasi Simpan Pinjam Ramayana melayani para pedagang pasar yang rata rata menabung sebesar 25% dari laba bersih bulanan. Koperasi memberikan bunga 8%. Nasabah terdiri atas 250 pedagang besar (laba bersih rata rata Rp 150.000.000,00 per bulan), dan 750 pedagang kecil (laba bersih rata rata Rp 120.000.000,00 per bulan). Berapakah besar PPh final yang harus dipotong Koperasi Ramayana di bulan pertama? Jawaban : Bunga bulanan pedagang kecil = (25% x 120.000.000 x 8% / 12) = Rp 200.000,00 Bunga bulanan pedagang besar = (25% x 150.000.000 x 8% / 12) = Rp 250.000,00 PPh final = 0% x 250 x 200.000+ 10% x 750 x (250.000 240.000) = 0 + 750.000 = Rp 750.000,00

Pajak Penghasilan berupa Hadiah Undian PP Nomer 132 Tahun 2000 dan Keputusan Dirjen Pajak Nomor Kep.395/PJ/2001 Cakupan Hadiah yang diberikan melalui cara undian, dengan nama dan bentuk apapun. Tarif 15% dari jumlah bruto nilai uang atau nilai pasar atas natura. Saat Terutang Saat akhir bulan dibayarkannya hadiah atau saat penyerahan hadiah.

Pajak Penghasilan berupa Hadiah Undian Pemotong, Penyetor, dan Pelapor Penyelenggara undian, meliputi: Orang pribadi. Badan. Kepanitiaan. Organisasi. Penyelenggara lain tanpa terkecuali. Ketentuan Khusus Atas hadiah bernilai paling tidak Rp 5.000.000,00 wajib dibuatkan bukti pemotongan. Atas hadiah bernilai kurang dari Rp 5.000.000,00 wajib dibuatkan daftar nominatif.

Transaksi Saham dan Sekuritas Lain (PP Nomor 14 Tahun 1997) Cakupan Transaksi jual beli atas saham di bursa efek. 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi. (Semua transaksi) Tarif Tambahan 0,5% dari nilai jual. (Atas penjualan saham pendiri)

Transaksi Saham dan Sekuritas Lain Pemotong, Penyetor, dan Pelapor Perantara pedagang efek atas setiap transaksi. Dibayarkan sendiri oleh emiten atas penjualan saham pendiri. Pengertian Pendiri OP atau badan yang tercantum namanya dalam Daftar Pemegang Saham PT atau AD PT sebelum pendaftaran kepada Bapepam LK. OP atau badan yang menerima pengalihan saham dari pendiri melalui: Warisan. Hibah. Cara pengalihan lain yang tidak dikenai PPh.

PPh Final yang Dicabut Ketentuannya Penghasilan dari Transaksi Derivatif Berdasar PP No. 17 Tahun 2009. Dicabut oleh PP No. 31 Tahun 2011. PPh final atas penghasilan dari transaksi derivatif dinyatakan tidak berlaku.

Pengalihan Hak Tanah dan/ atau Bangunan Landasan Hukum -PP Nomor 48 Tahun 1994 yang diubah dengan PP Nomor 71 Tahun 2008 -Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-28/PJ/2009 -Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-30/PJ/2013 Pengertian Pengalihan Penjualan, tukar menukar termasuk ruislag, perjanjian pemindahan hak, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah, atau cara lain yang disepakati; dengan pemerintah guna pembangunan untuk kepentingan umum, baik yang memerlukan persyaratan khusus maupun tidak, atau dengan pihak selain pemerintah.

Pengalihan Hak Tanah dan/ atau Bangunan Bentuk Pengalihan Lain Warisan. Sewa dengan hak opsi. Sale and lease back. Penyetoran modal. Pengalihan sehubungan bangun guna serah. Penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambialihan usaha. Pembubaran badan hukum. Putusan pengadilan.

Pengalihan Hak Tanah dan/ atau Tarif dan Dasar Pengenaan Bangunan Berlaku tarif 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan yang merupakan: Nilai tertinggi antara nilai berdasar akta pengalihan atau Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) di SPPT PBB. Nilai berdasar keputusan pejabat bersangkutan, untuk pengalihan kepada pemerintah. Nilai berdasar risalah lelang, untuk pengalihan sesuai peraturan lelang. Pengecualian untuk pengalihan hak atas RS dan RSS, berlaku tarif 1% dari jumlah bruto nilai pengalihan. Pajak atas pengalihan bersifat final baik bagi OP maupun badan. (PP No. 71 Tahun 2008)

Pengalihan Hak Tanah dan/ atau Bangunan Subjek Dikecualikan dari Pemotongan OP berpenghasilan di bawah PTKP yang mengalihkan hak atas objek bernilai bruto < Rp 60.000.000,00 dan tidak dipecah pecah. OP atau badan yang mengalihkan hak kepada pemerintah guna pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus. OP yang mengalihkan hak melalui hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat. OP atau badan yang mengalihkan hak melalui hibah kepada badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, dan OP yang menjalankan UMKM. Pengalihan melalui warisan. OP atau badan yang tidak termasuk subjek pajak.

Pengalihan Hak Tanah dan/ atau Bangunan Pemotong, Penyetor, dan Pelapor Bendaharawan negara, untuk pengalihan kepada pemerintah pemerintah guna pembangunan untuk kepentingan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus. Kepala Kantor Lelang Negara, untuk pengalihan melalui lelang. WP melakukan penyetoran sendiri, untuk pengalihan selain melalui kedua cara di atas.

Pengalihan Hak Tanah dan/ atau Ketentuan Khusus Bangunan Atas sewa dengan hak opsi, lessor dikenai pajak sebesar 5% dari residual value. Atas sale and lease back, lessor dikenai pajak sebesar 5% dari nilai pengalihan, 5% dari residual value, dan 5% dari penalti atas percepatan penggunaan hak opsi. Atas pengalihan dalam rangka penggabungan, peleburan, dan pemekaran usaha, tidak dikenai pajak. Atas pengalihan tanah dan/ atau bangunan milik pemerintah melalui lelang, tidak dikenai pajak.

Ilustrasi Pemkot Arcapada merencanakan proyek pembangunan yang bertujuan guna kepentingan umum yang bersifat tidak memerlukan persyaratan khusus. Desa Mayapada akan direlokasi dengan penggantian aset. Desa dihuni oleh 9.350 KK, 10% di antaranya tinggal di RS dan RSS, serta terdapat 1.550 kavling lahan. Pejabat pemerintah menetapkan nilai pengalihan rumah hunian Rp 350.000.000,00; RS dan RSS Rp 125.000.000,00; serta kavling lahan Rp 77.500.000,00 Berapakah besar PPh final yang dipotong Pemkot? Jawaban: PPh final = 5% x ((90% x 9.350 x 350.000.000) + (1.550 x 77.500.000,00)) + 1% x (10% x 9.350 x 125.000.000) = 5% x (2.945.250.000.000 + 120.125.000.000) + 1% x 116.875.000.000 = 5% x 3.065.375.000.000 + 1% x 116.875.000.000 = Rp 154.437.500.000,00

Usaha Jasa Konstruksi dan Real Estate Landasan Hukum Pasal 10 PP No. 40 Tahun 2009 Landasan Hukum PP No. 51 Tahun 2008 Berlaku atas kontrak yang ditandatangani sebelum 1 Agustus 2008, dengan pembayaran sebelum 31 Desember 2008. Berlaku atas kontrak yang ditandatangani sebelum 1 Agustus 2008, dengan pembayaran setelah 31 Desember 2008, namun penandatanganan berita acara serah terima sebelum 31 Desember 2008. Berlaku atas kontrak yang ditandatangani sebelum 1 Agustus 2008, dengan pembayaran dan penandatanganan berita acara serah terima setelah 31 Desember 2008. Berlaku atas kontrak yang ditandatangani setelah 1 Agustus 2008.

Usaha Jasa Konstruksi dan Real Estate Landasan Hukum Pasal 10 PP No. 40 Tahun 2009 Tarif Bagi WP Secara Umum Berlaku tarif PPh 23 sesuai ketentuan UU No. 17 Tahun 2000 Tarif dimaksud adalah 15% dari perkiraan penghasilan netto, dan pajak tidak bersifat final. Tarif Bagi WP dengan Ketentuan Khusus Ketentuan khusus yang dimaksud adalah bahwa WP berkualifikasi usaha kecil dan memiliki nilai pengadaan hingga Rp 1.000.000.000,00. Berlaku tarif pajak yang bersifat final sebesar: 4% dari jumlah bruto, untuk kegiatan perencanaan konstruksi. 2% dari jumlah bruto, untuk kegiatan pelaksanaan konstruksi. 4% dari jumlah bruto, untuk kegiatan pengawasan konstruksi.

Usaha Jasa Konstruksi dan Real Estate Landasan Hukum PP No. 51 Tahun 2008 Tarif untuk Pelaksanaan Konstruksi 2% untuk WP berkualifikasi usaha kecil. 4% untuk WP yang tidak memiliki kualifikasi usaha. 3% untuk WP yang memiliki kualifikasi usaha selain usaha kecil. Tarif untuk Perencanaan dan Pengawasan Konstruksi 4% untuk WP yang memiliki kualifikasi usaha. 6% untuk WP yang tidak memiliki kualifikasi usaha. Pajak yang berlaku berdasar landasan hukum ini seluruhnya bersifat final.

Usaha Jasa Konstruksi dan Real Estate Pemotong, Penyetor, dan Pelapor Dipotong oleh pengguna jasa. Disetorkan sendiri oleh penyedia jasa. Ketentuan pemotongan ini berlaku di kedua landasan hukum.

Ilustrasi Fa. Kahyangan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi dan berkualifikasi usaha kecil. Di tahun 2008, perusahaan menerima kontrak sebagai berikut. a. Pelaksanaan konstruksi prototipe rumah tahan gempa senilai Rp 565.000.000,00 dan perkiraan penghasilan netto Rp. 135.000.000,00. Kontrak ditandatangani di tanggal 3 Februari, diserahterimakan dan diterima pembayaran atasnya di tanggal 7 Mei. b. Perencanaan konstruksi atas proyek jembatan antar pulau, dengan nilai kontrak senilai Rp 1.265.000.000,00 dan perkiraan penghasilan netto Rp. 420.000.000,00. Kontrak ditandatangani di tanggal 5 Maret, hasil perencanaan diserahterimakan dan diterima pembayaran atasnya di tanggal 9 Juli. c. Pelaksanaan konstruksi bandar udara internasional, dengan nilai kontrak Rp 376.500.000.000,00 dan perkiraan penghasilan netto Rp. 25.350.000.000,00. Kontrak ditandatangani di tanggal 1 September, direncanakan untuk diserahterimakan paling lambat tanggal 31 Desember 2012. Atas berbagai kontrak tersebut, pajak apakah yang dikenakan dan berapa besarannya?

Ilustrasi Jawaban : a. Berlaku pajak final sesuai ketentuan pasal 10 PP No. 40 Tahun 2009, sebab nilai kontrak tidak mencapai Rp 1.000.000.000,00 dan perusahaan berkualifikasi usaha kecil. PPh final = 2% x 565.000.000 = Rp 11.300.000,00 b. Berlaku pajak tidak final sesuai ketentuan PPh 23 UU No. 17 Tahun 2000, sebab nilai kontrak telah melebihi Rp 1.000.000.000,00. PPh 23 = 15% x 420.000.000 = Rp 63.000.000,00 c. Berlaku pajak final sesuai ketentuan PP No. 51 Tahun 2008 PPh final = 2% x 376.500.000.000 = Rp 7.530.000.000,00

Persewaan Tanah dan/ atau Landasan Hukum PP Nomor 5 Tahun 2002 Pengertian Bangunan Sewa atas tanah dan bangunan yang dimaksud adalah persewaan tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran, rumah kantor, toko, rumah toko, serta gudang dan industri. Objek Pajak Penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran, rumah kantor, toko, rumah toko, serta gudang dan industri.

Tarif Persewaan Tanah dan/ atau Bangunan Besarnya tarif PPh ini adalah 10%. Dasar pengenaan pajak adalah jumlah bruto nilai persewaan tanah dan/atau bangunan. PPh terutang bersifat final dihitung sebesar tarif dikalikan dasar pengenaan pajak. Tata cara pemotongan,penyetoran, dan Pelaporan - Atas penghasilan berupa sewa tanah dan bangunan yang diterima atau diperoleh dari penyewa yang bertindak atau ditunjukan sebagai pemotongan pajak, wajib dipotong pajak oleh penyewa. - Apabila penyewa bukan sebagai pemotong pajak, PPh terutang wajib dibayar sendiri oleh barang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan.

Penghasilan dari Jasa Pelayaran Landasan Hukum dalam Negeri Keputusan Menteri Keuangan Nomor 416/KMK.04/1996 dan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-29/PJ.4/1996 Pengertian Wajib pajak pelayaran dalam negeri adalah perusahaan pelayaran yang bertempat kedudukan di Indonesia yang memperoleh penghasilan berdasarkan perjanjian carter. Objek PPh Penghasilan yang diterima/diperoleh wp dari pengangkutan orang dan atau barang termasuk penghasilan dari: a. pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lain di Indonesia. b. pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar Indonesia. c. pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia. d. pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar negeri.

Penghasilan dari Jasa Pelayaran dalam Negeri Tarif 1,2% x penghasilan bruto. Penghasilan bruto adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yg diterima/diperoleh wajib pajak berdasarkan perjanjian carter. Tata cara pelunasan Melalui pemotongan oleh yang mencarter sepanjang yang mencarter adalah pemerintah, subyek pajak dalam negeri, BUT, perwakilan perusahaan luar negeri. PPh disetor paling lambat tgl 10 bulan berikutnya dan dilaporkan paling lambat tgl 20 bulan berikutnya.

Penghasilan dari Jasa Pelayaran atau Penerbangan Luar Negeri Landasan Hukum Keputusan Menteri Keuangan Nomor 417/KMK.04/1996 dan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-32/PJ.4/1996 Subjek Pajak Perusahaan pelayaran dan/atau penerbangan yang berkedudukan di luar negeri dan melakukan usaha melalui Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia. Objek Pajak Penghasilan berupa imbalan yang diterima atau diperoleh perusahaan pelayaran dan penerbangan luar negeri terkait pengangkutan orang dan/atau barang termasuk carter kapal laut dan/atau udara.

Penghasilan dari Jasa Pelayaran atau Penerbangan Luar Negeri Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak Tarif PPh adalah 2,64 %. Dasar pengenaan adalah peredaran bruto. Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan a. Penghasilan diperoleh berdasarkan perjanjian carter b. Penghasilan diperoleh selain dari perjanjian carter

MUHAMMAD FARHAN FAUZAN 155030407111047 AZIZAH AL AQSATH 155030407111058 STEVANIE NAOMI SYLVIA 155030400111037 KELOMPOK 4

TH K PERPA J A K A N YOU