KATA PENGANTAR. Sekian dan terima kasih. Padang, 14 Januari 2011 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT Wakil Ketua,

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR 01TAHUN 2015 TENTANG

K E P U T U S A N DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 03/SB/2006

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

PROVINSI BANTEN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SERANG PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR : TAHUN 2014 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAMBI

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR : 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NGANJUK

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DERAH PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SEMARANG

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR TAHUN 2010 T E N T A N G

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA JAMBI TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA JAMBI

PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DPRD KABUPATEN KARO NOMOR : 22 TAHUN 2015 T E N T A N G TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 10 TAHUN 2014 PROPINSI JAWA BARAT PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT NOMOR 1 TAHUN 2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Bab III Keanggotaan. Bagian Kesatu. Umum

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. Muchamad Ali Safa at

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BATANG HARI

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/DPR RI/TAHUN 2009 TENTANG TATA TERTIB

TATA TERTIB DPR. Bab I Ketentuan Umum. Pasal 1. Dalam Peraturan Tata Tertib ini yang dimaksud dengan :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

PROVINSI JAMBI PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG

BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH

PROVINSI ACEH PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

I. U M U M PASAL DEMI PASAL II.

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

TINJAUAN UMUM TERHADAP DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. A. Fungsi dan Peranan Undang-Undang Dasar 1945

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Diterbitkan oleh ; SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI 2005

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

PERATURAN KEPALA DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 64 TAHUN 2017

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Metro

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA (BPD) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Dewan Perwakilan Daerah Re

- 4 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas.

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 155 TAHUN 2004 TENTANG

PENJELASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN Nomor : 4 Tahun Tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata re yang artinya kembali dan call yang artinya panggil atau memanggil,

STRUKTUR PEMERINTAHAN DAERAH MUCHAMAD ALI SAFA AT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2007 SERI D.2

PROVINSI BALI PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. PASAL DEMI PASAL - 2 -

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Raktar, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, maka Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 1 Tahun 2009 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Nomor 1 Tahun 2010 perlu diubah dan disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010. Untuk melakukan perubahan Peraturan Tata Tertib tersebut, DPRD Provinsi Sumatera Barat telah menyepakati untuk membentuk Panitia Khusus yang bertugas menyusun dan menyiapkan konsep Peraturan Tata Tertib DPRD Provinsi Sumatera Barat yang mengacu kepada Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010. Sesuai dengan alokasi waktu dan amanat yang diberikan, Panitia Khusus telah menyelesaikan tugasnya dalam menyusun konsep Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera. Setelah dilakukan pembahasan pada tahap Rapat Gabungan Komisi, konsep Peraturan Tata Tertib DPRD Provinsi Sumatera Barat disepakati untuk ditetapkan menjadi Peraturan Tata Tertib DPRD Provinsi Sumatera Barat dalam Rapat Paripurna yang dilaksanakan pada tanggal 14 Januari 2011. Berkenaan dengan hal tersebut, kami atas nama Pimpinan DPRD Provinsi Sumatera Barat menyampaikan ucapan terima kasih kepada Panitia Khusus, Biro Hukum Kementerian Dalam Negeri serta pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan dan sumbang saran, sehingga Peraturan Tata Tertib DPRD Provinsi Sumatera Barat dapat ditetapkan. Dengan ditetapkannya Peraturan Tata Tertib DPRD Provinsi Sumatera Barat ini, maka kami mengharapkan semua pelaksanaan kegiatan terkait dengan pelaksanaan tugas, fungsi dan kewenangan DPRD Provinsi Sumatera Barat dapat mempedomani dan mengacu kepada Peraturan Tata Tertib tersebut. Sekian dan terima kasih. Padang, 14 Januari 2011 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT Wakil Ketua, H. LEONARDY HARMINY, SIP DT.BANDARO BASA 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB. I KETENTUAN UMUM... 3 BAB. II SUSUNAN, KEDUDUKAN, FUNGSI, TUGAS DAN WEWENANG DPRD 4 Bagian Kesatu : Susunan Kedudukan... 4 Bagian Kedua : Fungsi... 5 Bagian Ketiga : Tugas dan wewenang... 5 BAB. III KEANGGOTAAN DPRD DAN PENGUCAPAN SUMPAH/JANJI... 6 Bagian Kesatu : Keanggotaan... 6 Bagian Kedua : Pengucapan Sumpah/Janji... 6 Bagian Ketiga : Tata Cara Pengucapan Sumpah/Janji... 7 BAB. IV HAK DPRD... 9 Bagian Kesatu : Hak Interpelasi... 9 Bagian Kedua : Hak Anggket... 10 Bagian Ketiga : Hak Menyatakan Pendapat... 12 BAB. V HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA DPRD... 13 Bagian Kesatu : Hak Anggota DPRD... 13 Bagian Kedua :Kewajiban Anggota DPRD... 15 BAB. VI FRAKSI... 16 Bagian Kesatu : Kedudukan Fraksi... 16 Bagian Kedua : Fraksi-fraksi... 17 Bagian Ketiga : Tugas Fraksi... 18 BAB. VII ALAT KELENGKAPAN DPRD... 18 Bagian Kesatu : Pimpinan DPRD... 19 Bagian Kedua : Badan Musyawarah... 22 Bagian Ketiga : Komisi... 23 Bagian Keempat : Badan Legislasi Daerah... 26 Bagian Kelima : Badan Anggaran... 28 Bagian Keenam : Badan Kehormatan... 29 Bagian Ketujuh : Alat Kelengkapan Lainya... 30 BAB. VIII PERSIDANGAN... 31 Bagian Kesatu : Persidangan/Rapat... 31 Bagian Kedua : Risalah, Catatan dan Laporan Singkat Rapat... 34 Bagian Ketiga : Hari Kerja dan Waktu Rapat-rapat... 36 Bagian Keempat : Kourum Rapat... 36 Bagian Kelima : Tata Pelaksanaan Dalam Rapat... 38 Bagian Keenam : Undangan, Peninjauan dan Wartawan... 40 Bagian Ketujuh : Tata Pakaian Dalam Rapat... 41 BAB. IX PENGAMBILAN KEPUTUSAN... 41 Bagian Kesatu : Tata Cara Pengambilan Keputusan... 41 Bagian Kedua : Bentuk Kebijakan DPRD... 42 2

BAB. X TATA CARA PEMBAHASAN KUA/PPAS, RANPERDA APBD RANPERDA APBD PERUBAHAN, RANPERDA LPPA, EVALUASI APBD DAN RANPERDA... 43 Bagian Kesatu : Rancangan KUA/PPAS... 43 Bagian Kedua : Tata Cara Pembahasan Rancangan... Peraturan Daerah Tentang APBD... 44 Bagian Ketiga : Tata Cara Pembahasan Rancangan... Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD... 45 Bagian Keempat : Tata Cara Pembahasan Hasil Evaluasi terhadap... Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan Rancangan... Peraturan Daerah tentang Perubahan... 46 Bagian Kelima : Tata Cara Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah. Tentang Laporan Keuangan Pemerintah Daerah... 47 Bagian Keenam : Laporan Keterangan... Pertanggungjawaban Kepala Daerah (LKPJ)... 48 Bagian Ketujuh : Tata Cara Pembahasan Rancangan PeraturanDaerah 48 BAB. XI KODE ETIK DPRD... 52 BAB. XII PEMBERHENTIAN ANTAR WAKTU, PENGGANTIAN ANTAR WAKTU, DAN PEMBERHETIAN SEMENTARA... 54 Bagian Kesatu : Pembehentian Antar Waktu... 54 Bagian Kedua : Penggantian Antar Waktu... 56 Bagian Ketiga : Pemberhentian Sementara... 57 BAB. XIII PENYIDIKAN... 58 BAB. XIV PELAKSANAN KONSULTASI... 59 BAB. XV PENERIMAAN PENGADUAN DAN PENYALURAN ASPIRASI MASYARAKAT... 60 BAB. XVI RESES DAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI... 60 Bagian Kesatu : Reses... 60 Bagian Kedua : Kunjungan Kerja Komisi... 60 BAB. XVII PELAKSANAAN TUGAS KELOMPOK PAKAR/AHLI... 61 BAB. XVIII SEKRETARIAT DPRD... 62 Bagian Kesatu : Kelembagaan... 62 Bagian Kedua : Anggaran Belanja DPRD dan Sekretariat DPRD... 63 BAB. XIX KENETUAN PERALIHAN... 63 BAB. XX KETENTUAN PENUTUP... 64 3

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 T E N T A N G TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT, Menimbang : a. bahwa dengan telah diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009, maka perlu dilakukan perubahan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Nomor 1 Tahun 2009 tentang Tata Tertib sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Nomor 1 Tahun 2010; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang- Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1546 ); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Undang- 4

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 59, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 4721); 7. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4801 ); 8. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4277 ); sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009; 9. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5043); 10. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokoler (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5166); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4416); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5104); 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 5

15. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 160.13-573 Tahun 2009 tentang Peresmian Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat; 16. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 161.13-714 Tahun 2009 tentang Peresmian Pengangkatan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat; 17. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah; 18. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat; 19. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah; 20. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 13 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat. MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Sumatera Barat. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 4. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Barat. 5. Wakil Gubernur adalah Wakil Gubernur Sumatera Barat. 6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai penyelenggara pemerintahan daerah. 7. Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut Pimpinan DPRD adalah Ketua dan Wakil-Wakil Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat. 8. Anggota DPRD selanjutnya disebut anggota DPRD adalah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat. 9. Fraksi adalah fraksi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat. 6

10. Badan Musyawarah adalah Badan Musyawarah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat yang dibentuk dalam rapat paripurna pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD. 11. Komisi adalah komisi-komisi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat yang dibentuk dalam rapat paripurna pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD. 12. Badan Legislasi Daerah adalah Badan Legislasi Daerah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat yang dbentuk dalam rapat paripurna pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD. 13. Badan Anggaran adalah Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat yang dibentuk dalam rapat paripurna pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD. 14. Badan Kehormatan adalah Badan Kehormatan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat yang dibentuk dalam rapat paripurna pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD. 15. Alat Kelengkapan lainnya adalah alat kelengkapan yang bersifat tidak tetap, yang dibentuk DPRD Provinsi Sumatera Barat dalam rapat paripurna secara khusus sesuai dengan kebutuhan. 16. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah. 17. Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut Sekretariat DPRD adalah Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat. 18. Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat. 19. Tim Anggaran Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat TAPD adalah Tim Anggaran Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat. 20. Komisi Pemilihan Umum selanjutnya disingkat KPU adalah Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Barat. BAB II SUSUNAN, KEDUDUKAN, FUNGSI, TUGAS DAN WEWENANG DPRD Bagian Kesatu Susunan dan Kedudukan Pasal 2 (1) DPRD terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum. (2) DPRD terdiri dari alat kelengkapan dan fraksi-fraksi. Pasal 3 (1) DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai penyelenggara pemerintahan daerah bersama Pemerintah Daerah. (2) DPRD sebagai penyelenggara pemerintahan daerah memiliki tanggung jawab yang sama dengan Pemerintah Daerah dalam membentuk peraturan daerah untuk kesejahteraan rakyat. 7

(1) DPRD mempunyai fungsi : a. legislasi; b. anggaran; dan c. pengawasan. Bagian Kedua Fungsi Pasal 4 (2) Fungsi legislasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diwujudkan dalam membentuk Peraturan Daerah bersama Gubernur. (3) Fungsi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diwujudkan dalam membahas dan menyetujui rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah bersama Gubernur. (4) Fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diwujudkan dalam mengawasi pelaksanaan peraturan daerah dan APBD. (5) Ketiga fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijalankan dalam kerangka representasi rakyat di daerah. DPRD mempunyai tugas dan wewenang : Bagian Ketiga Tugas dan Wewenang Pasal 5 a. membentuk peraturan daerah bersama Gubernur; b. membahas dan memberikan persetujuan terhadap rancangan peraturan daerah mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah yang diajukan oleh Gubernur; c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan anggaran pendapatan dan belanja daerah; d. mengusulkan pengangkatan dan/atau pemberhentian Gubernur dan/atau Wakil Gubernur kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri untuk mendapatkan pengesahan pengangkatannya dan/atau pemberhentian; e. memilih Wakil Gubernur dalam hal terjadi kekosongan jabatan Wakil Gubernur; f. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana perjanjian internasional di daerah; g. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh pemerintah daerah; h. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Gubernur dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah; i. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah; j. mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan; dan k. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. 8

BAB III KEANGGOTAAN DPRD DAN PENGUCAPAN SUMPAH/JANJI Bagian Kesatu Keanggotaan Pasal 6 (1) Anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berjumlah 55 (lima puluh lima) orang. (2) Keanggotaan DPRD diresmikan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri sesuai dengan laporan Komisi Pemilihan Umum Provinsi melalui Gubernur. (3) Anggota DPRD berdomisili di Ibukota Provinsi Sumatera Barat. (4) Masa jabatan anggota DPRD adalah 5 (lima) tahun terhitung mulai tanggal pengucapan sumpah/janji anggota DPRD dan berakhir pada saat anggota DPRD yang baru mengucapkan sumpah/janji. Bagian Kedua Pengucapan Sumpah/Janji Pasal 7 (1) Anggota DPRD sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama bertepatan pada tanggal berakhirnya masa jabatan 5 (lima) tahun anggota DPRD yang lama yang dipandu oleh Ketua Pengadilan Tinggi dalam rapat paripurna istimewa. (2) Dalam hal terdapat anggota DPRD yang baru tidak dapat mengucapkan sumpah/janji bertepatan dengan berakhirnya masa jabatan 5 (lima) tahun anggota DPRD yang lama, masa jabatan anggota DPRD dimaksud berakhir bersamaan dengan masa jabatan anggota DPRD yang mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama. (3) Dalam hal tanggal berakhirnya masa jabatan anggota DPRD jatuh pada hari libur atau hari yang diliburkan, pengucapan sumpah/janji dilaksanakan pada hari berikutnya sesudah hari libur atau hari yang diliburkan dimaksud. (4) Dalam hal Ketua Pengadilan Tinggi berhalangan, pengucapan sumpah/janji anggota DPRD dapat dipandu oleh Wakil Ketua Pengadilan Tinggi. (5) Dalam hal Wakil Ketua Pengadilan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhalangan, pengucapan sumpah/janji anggota DPRD provinsi dipandu oleh hakim senior pada Pengadilan Tinggi yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Tinggi. Pasal 8 (1) Anggota DPRD yang berhalangan mengucapkan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat (1), mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh Ketua atau Wakil Ketua DPRD dalam rapat paripurna DPRD yang bersifat istimewa. (2) Anggota DPRD pengganti antar waktu sebelum memangku jabatannya, mengucapkan sumpah/janji dipandu oleh ketua atau wakil ketua DPRD dalam rapat paripurna DPRD yang bersifat istimewa. Pasal 9 (1) Pengucapan sumpah/janji anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, didampingi oleh rohaniawan sesuai dengan agamanya masing-masing. 9

(2) Dalam pengucapan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1), anggota DPRD yang beragama : a. Islam, diawali dengan frasa Demi Allah ; b. Protestan dan Katolik, diakhiri dengan frasa Semoga Tuhan menolong saya ; c. Budha, diawali dengan frasa Demi Hyang Adi Budha ; dan d. Hindu, diawali dengan frasa Om Atah Paramawisesa. (3) Setelah pengucapan sumpah/janji, anggota DPRD menandatangani berita acara pengucapan sumpah/janji. Pasal 10 Sumpah/janji sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 7 adalah sebagai berikut : "Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/berjanji : bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya sebagai anggota/ketua/wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat dengan sebaik-baiknya dan seadiladilnya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dengan berpedoman pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. bahwa saya dalam menjalankan kewajiban akan bekerja dengan sungguh-sungguh, demi tegaknya kehidupan demokrasi, serta mengutamakan kepentingan bangsa dan negara dari pada kepentingan pribadi, seseorang, dan golongan. bahwa saya akan memperjuangkan aspirasi rakyat yang saya wakili untuk mewujudkan tujuan nasional demi kepentingan bangsa dan Negera Kesatuan Republik Indonesia. Bagian Ketiga Tata Cara Pengucapan Sumpah/Janji Pasal 11 Tata cara pengucapan sumpah/janji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 terdiri dari tata urutan acara, tata pakaian dan tata tempat. Pasal 12 Tata urutan acara pengucapan sumpah/janji anggota DPRD adalah : a. menyanyikan lagu Indonesia Raya b. pembukaan rapat oleh Pimpinan DPRD; c. pembacaan keputusan peresmian pemberhentian dan pengangkatan anggota DPRD oleh Sekretaris DPRD; d. pengucapan sumpah/janji anggota DPRD, dipandu oleh Ketua Pengadilan Tinggi atau Wakil Ketua Pengadilan Tinggi atau hakim senior di Pengadilan Tinggi; e. penandatanganan berita acara sumpah/janji anggota DPRD secara simbolis oleh satu orang dari masing-masing kelompok agama dan Ketua Pengadilan Tinggi; f. anggota DPRD yang baru mengucapkan sumpah/janji menempati kursi anggota DPRD yang telah disediakan; g. pengumuman pimpinan sementara DPRD oleh Sekretaris DPRD; h. serah terima pimpinan DPRD dari pimpinan lama kepada pimpinan sementara secara simbolis dengan penyerahan palu pimpinan; i. sambutan pimpinan sementara DPRD; 10

j. sambutan Menteri Dalam Negeri yang dibacakan oleh Gubernur; k. pembacaan doa; l. penutupan rapat oleh pimpinan sementara DPRD; dan m. pemberian ucapan selamat. Pasal 13 Tata urutan acara pengucapan sumpah/janji Anggota DPRD yang berhalangan dan pengganti antar waktu (PAW) adalah : a. menyanyikan lagu Indonesia Raya b. pembukaan rapat oleh Pimpinan DPRD; c. pembacaan keputusan peresmian pemberhentian dan pengangkatan anggota DPRD oleh Sekretaris DPRD; d. pengucapan sumpah/janji dipandu oleh pimpinan DPRD; e. penandatanganan berita acara sumpah/janji; f. sambutan Gubernur; g. pembacaan doa; h. penutupan rapat oleh pimpinan DPRD; dan i. pemberian ucapan selamat. Pasal 14 Tata Pakaian yang dipakai pada rapat paripurna istimewa dalam acara pengucapan sumpah/janji anggota DPRD adalah : a. Ketua Pengadilan Tinggi/pimpinan DPRD sebagai pemandu memakai pakaian sesuai ketentuan dari instansi yang bersangkutan; b. Gubernur memakai pakaian sipil lengkap dengan peci nasional; c. anggota DPRD yang mengucapkan sumpah/janji memakai pakaian sipil lengkap dengan peci nasional bagi pria dan wanita memakai pakaian nasional; dan d. undangan, bagi Anggota TNI/Polri memakai pakaian dinas upacara, undangan sipil memakai pakaian sipil lengkap dengan peci nasional bagi pria dan wanita memakai pakaian nasional. Pasal 15 Tata tempat pada rapat paripurna istimewa dalam acara pengucapan sumpah/janji Anggota DPRD adalah : a. pimpinan DPRD duduk di sebelah kiri Gubernur, Wakil Gubernur dan Ketua Pengadilan Tinggi atau pejabat yang ditunjuk di sebelah kanan Gubernur; b. anggota DPRD yang akan mengucapkan sumpah/janji duduk di tempat yang disediakan; c. setelah pengucapan sumpah/janji pimpinan sementara DPRD duduk di sebelah kiri Gubernur; d. pimpinan DPRD yang lama dan Ketua Pengadilan Tinggi atau Pejabat yang ditunjuk duduk di tempat yang telah disediakan; e. anggota DPRD yang lama duduk pada tempat yang telah disediakan; 11

f. Sekretaris DPRD duduk di belakang pimpinan DPRD; g. para undangan dan anggota DPRD lainnya duduk pada tempat yang telah disediakan; dan h. wartawan media cetak dan elektronik disediakan tempat tersendiri. (1) DPRD mempunyai hak : a. interpelasi; b. angket; dan c. menyatakan pendapat. BAB IV HAK DPRD Pasal 16 (2) Hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah hak DPRD untuk meminta keterangan kepada Gubernur mengenai kebijakan Pemerintah Daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan bernegara. (3) Hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah hak DPRD untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakan Pemerintah Daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan negara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. (4) Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah hak DPRD untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan Gubernur atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket. Bagian Kesatu Hak Interpelasi Pasal 17 (1) Hak Interpelasi sebagaimana dimaksud Pasal 16 ayat (1) huruf a diusulkan paling sedikit 10 (sepuluh) orang anggota DPRD dan lebih dari 1 (satu) fraksi. (2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada pimpinan DPRD secara tertulis dan ditanda tangani oleh para pengusul serta diberikan nomor pokok oleh Sekretariat DPRD. (3) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai dengan dokumen yang memuat sekurang-kurangnya : a. materi kebijakan dan/atau pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah yang akan dimintakan keterangan; dan b. alasan permintaan keterangan. Pasal 18 (1) Usul sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 ayat (2), oleh pimpinan DPRD disampaikan pada rapat paripurna DPRD. 12

(2) Dalam rapat paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (1), para pengusul diberi kesempatan menyampaikan penjelasan lisan dan/atau tertulis atas usul permintaan keterangan tersebut. (3) Pembicaraan mengenai sesuatu usul meminta keterangan dilakukan dengan memberi kesempatan kepada : a. anggota DPRD lainnya untuk memberikan pandangan melalui fraksi; dan b. para pengusul memberikan jawaban atas pandangan para anggota DPRD; (4) Usul permintaan keterangan sebelum memperoleh keputusan DPRD, para pengusul berhak mengajukan perubahan atau menarik kembali usulannya. (5) Keputusan persetujuan atau penolakan terhadap usul permintaan keterangan kepada Gubernur ditetapkan dalam rapat paripurna. (6) Usul sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 ayat (2) menjadi hak interpelasi DPRD apabila mendapat persetujuan dari rapat paripurna yang dihadiri lebih dari ½ (satu per dua) jumlah anggota DPRD dan putusan diambil dengan persetujuan lebih dari ½ (satu perdua) jumlah anggota DPRD yang hadir. (7) Apabila rapat paripurna menyetujui usul permintaan keterangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 ayat (2), pimpinan DPRD menyampaikan keputusan DPRD beserta lampirannya kepada Gubernur secara resmi. Pasal 19 (1) Gubernur dapat hadir untuk memberikan penjelasan tertulis terhadap permintaan keterangan anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) pada rapat paripurna DPRD. (2) Apabila Gubernur tidak dapat hadir untuk memberikan penjelasan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka Gubernur menugaskan pejabat terkait untuk mewakilinya. (3) Setiap anggota DPRD dapat mengajukan pertanyaan atas penjelasan tertulis Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Gubernur memberikan jawaban atas pertanyaan dimaksud. (4) Terhadap penjelasan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3), DPRD dapat menyatakan pendapatnya. (5) Pernyataan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan secara resmi oleh DPRD kepada Gubernur. (6) Pernyataan pendapat DPRD atas penjelasan tertulis Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (5), dijadikan bahan oleh DPRD dalam pelaksanaan fungsi pengawasan dan bagi Gubernur dijadikan bahan dalam penetapan dan pelaksanaan kebijakan. Bagian Kedua Hak Angket Pasal 20 (1) Hak angket sebagaimana dimaksud pasal 16 ayat (1) huruf b diusulkan paling sedikit oleh 10 (sepuluh) orang anggota DPRD dan lebih dari 1 (satu) Fraksi. (2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada Pimpinan DPRD secara tertulis dan ditanda tangani oleh para pengusul serta diberikan nomor pokok oleh Sekretariat DPRD. 13

(3) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan dokumen yang memuat sekurang-kurangnya : a. materi kebijakan dan/atau pelaksanaan kebijakan Gubernur yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;dan b. alasan penyelidikan. Pasal 21 (1) Pembicaraan mengenai usul penggunaan hak angket, dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada anggota DPRD lainnya untuk memberikan pandangan melalui fraksi dan selanjutnya pengusul memberikan jawaban atas pandangan anggota DPRD. (2) Keputusan atas usul melakukan penyelidikan terhadap Gubernur dapat disetujui atau ditolak, ditetapkan dalam rapat paripurna DPRD. (3) Usul melakukan penyelidikan sebelum memperoleh Keputusan DPRD, pengusul berhak menarik kembali usulnya. (4) Apabila usul melakukan penyelidikan disetujui sebagai permintaan penyelidikan, DPRD menyatakan pendapat untuk melakukan penyelidikan dan menyampaikannya secara resmi kepada Gubernur. (5) Usul sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 menjadi hak angket DPRD apabila mendapat persetujuan dari rapat paripurna DPRD yang dihadiri sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota DPRD dan putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD yang hadir. Pasal 22 (1) DPRD memutuskan menerima atau menolak usul hak angket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20. (2) Dalam hal DPRD menerima usul hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1), DPRD membentuk Panitia Angket yang terdiri atas semua unsur fraksi DPRD dengan keputusan DPRD. (3) Jumlah anggota Panitia Angket pada ayat (2) mewakili fraksi secara proporsional dimana 1 (satu) orang anggota mewakili 4 (empat) orang anggota dengan sisa 3 (tiga) orang anggota atau lebih dibulatkan menjadi 1 (satu). (4) Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris Panitia Angket sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipilih dari dan oleh Panitia Angket, dan ditetapkan dengan Keputusan DPRD dalam rapat paripurna. (5) Dalam hal DPRD menolak usul hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1), usul tersebut tidak dapat diajukan kembali. Pasal 23 (1) Panitia Angket sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2), dalam melakukan penyelidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) dapat memanggil pejabat Pemerintah Daerah, badan hukum, atau warga masyarakat di provinsi yang dianggap mengetahui atau patut mengetahui masalah yang diselidiki untuk memberikan keterangan serta untuk meminta menunjukkan surat atau dokumen yang berkaitan dengan hal yang sedang diselidiki. (2) Pejabat Pemerintah Daerah, badan hukum, atau warga masyarakat di provinsi/kabupaten/kota yang dipanggil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi panggilan DPRD, kecuali ada alasan yang sah menurut ketentuan peraturan perundang-undangan. 14

(3) Dalam hal pejabat pemerintah daerah, badan hukum, atau warga masyarakat di provinsi/kabupaten/kota telah dipanggil dengan patut secara berturut-turut tidak memenuhi panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), DPRD dapat memanggil secara paksa dengan bantuan Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 24 (1) Apabila hasil penyelidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) diterima oleh DPRD dan ada indikasi tindak pidana, DPRD menyerahkan penyelesaiannya kepada aparat penegak hukum sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. (2) Apabila hasil penyidikan Gubernur dan/atau wakil Gubernur berstatus sebagai terdakwa, maka diberhentikan sementara dari jabatannya sebagai Gubernur dan/atau Wakil Gubernur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Apabila Gubernur dan/atau Wakil Gubernur berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dinyatakan terbukti bersalah melakukan tindak pidana yang diancam pidana 5 (lima) tahun atau lebih, maka Gubernur dan/atau Wakil Gubernur diberhentikan dari jabatannya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 25 Panitia Angket melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada rapat paripurna DPRD paling lama 60 (enam puluh) hari sejak dibentuknya Panitia Angket. Bagian Ketiga Hak Menyatakan Pendapat Pasal 26 (1) Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf c diusulkan paling sedikit 15 (lima belas) orang anggota DPRD provinsi dan lebih dari 1 (satu) fraksi; (2) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada pimpinan DPRD, yang ditandatangani oleh para pengusul dan diberikan nomor pokok oleh sekretariat DPRD. (3) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan dokumen yang memuat sekurang-kurangnya tentang kebijakan Gubernur yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan negara yang diduga bertentangaan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 27 (1) Usul pernyataan pendapat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, oleh pimpinan DPRD disampaikan dalam rapat paripurna DPRD setelah mendapat pertimbangan dari Badan Musyawarah. (2) Dalam rapat paripurna DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), para pengusul diberi kesempatan memberikan penjelasan atas usul pernyataan pendapat tersebut. (3) Pembahasan dalam rapat paripurna DPRD mengenai usul pernyataan pendapat dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada: a. anggota DPRD lainnya untuk memberikan pandangan melalui fraksi; b. Gubernur untuk memberikan pendapat; dan 15

c. para pengusul memberikan jawaban atas pandangan para anggota dan pendapat Gubernur. (4) Usul pernyataan pendapat sebelum memperoleh keputusan DPRD, pengusul berhak menarik kembali usulnya. (5) Rapat paripurna DPRD memutuskan menerima atau menolak usul pernyataan pendapat tersebut menjadi pendapat DPRD. (6) Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (5) menjadi hak menyatakan pendapat DPRD apabila mendapat persetujuan dari rapat paripurna DPRD yang dihadiri sekurangkurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD dan putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD yang hadir. (7) Apabila DPRD menerima usul pernyataan pendapat, keputusan DPRD memuat: a. pernyataan pendapat; b. saran penyelesaiannya; dan c. peringatan. Anggota DPRD mempunyai hak : BAB V HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA DPRD Bagian Kesatu Hak Anggota DPRD Pasal 28 a. mengajukan rancangan Peraturan Daerah; b. mengajukan pertanyaan; c. menyampaikan usul dan pendapat; d. memilih dan dipilih; e. membela diri; f. imunitas; g. mengikuti orientasi dan pendalaman tugas; h. protokoler; dan i. keuangan dan administratif. Pasal 29 (1) Setiap anggota DPRD mempunyai hak mengajukan suatu usul prakarsa rancangan Peraturan Daerah. (2) Usul prakarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada Pimpinan DPRD dalam bentuk rancangan peraturan daerah disertai penjelasan secara tertulis dan diberikan nomor pokok oleh sekretariat DPRD. (3) Usul prakarsa sebagimana dimaksud pada ayat (2) oleh pimpinan DPRD disampaikan kepada Badan Legislasi Daerah untuk dilakukan pengkajian. (4) Berdasarkan hasil pengakajian Badan Legislasi Daerah, Pimpinan DPRD menyampaikan kepada rapat paripurna DPRD. 16

(5) Dalam rapat paripurna, para pengusul diberi kesempatan memberikan penjelasan atas usul prakarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (6) Pembicaraan mengenai usul prakarsa dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada : a. anggota DPRD lainnya untuk memberikan pandangan; dan b. para pengusul memberikan jawaban atau pandangan anggota DPRD lainnya. (7) Sebelum usul prakarsa diputuskan menjadi prakarsa DPRD, para pengusul berhak mengajukan perubahan dan/atau mencabutnya kembali. (8) Pembicaraan diakhiri dengan Keputusan DPRD yang menerima atau menolak usul prakarsa menjadi prakarsa DPRD. (9) Tata cara pembahasan rancangan peraturan daerah atas prakarsa DPRD mengikuti ketentuan yang berlaku dalam pembahasan rancangan peraturan daerah atas prakarsa Pemerintah Daerah. Pasal 30 (1) Setiap anggota DPRD dapat mengajukan pertanyaan kepada Pemerintah Daerah berkaitan dengan pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang DPRD baik secara lisan maupun tertulis. (2) Jawaban terhadap pertanyaan anggota DPRD yang diajukan kepada Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan secara lisan dan/atau secara tertulis dalam tenggang waktu yang disepakati bersama. Pasal 31 (1) Setiap anggota DPRD dalam rapat-rapat DPRD berhak mengajukan usul dan pendapat kepada Pemerintah Daerah maupun kepada Pimpinan DPRD. (2) Usul dan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan dengan memperhatikan tata krama, etika, moral, sopan santun dan kepatutan sesuai kode etik DPRD. Pasal 32 Setiap anggota DPRD berhak untuk memilih dan dipilih menjadi anggota atau pimpinan dari alat kelengkapan DPRD sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 33 (1) Setiap anggota DPRD berhak membela diri terhadap dugaan pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, kode etik dan peraturan tata tertib DPRD. (2) Hak membela diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sebelum pengambilan keputusan oleh Badan Kehormatan. (3) Tata cara pelaksanaan hak membela diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Pedoman Beracara Badan Kehormatan. Pasal 34 (1) Anggota DPRD tidak dapat dituntut di hadapan pengadilan karena pernyataan, pertanyaan dan/ atau pendapat yang dikemukakan secara lisan ataupun tertulis dalam rapat DPRD maupun diluar rapat DPRD yang berkaitan dengan fungsi, tugas dan wewenang DPRD. 17

(2) Anggota DPRD tidak dapat diganti antar waktu karena pernyataannya, pertanyaan dan/atau pendapat yang dikemukakan dalam rapat-rapat DPRD maupun di luar rapatrapat DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak berlaku dalam hal anggota DPRD yang bersangkutan mengumumkan materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal-hal lain yang dimaksud oleh ketentuan mengenai rahasia Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 35 (1) Anggota DPRD mempunyai hak untuk mengikuti orientasi pelaksanaan tugas sebagai anggota DPRD pada permulaan masa jabatannya dan mengikuti pendalaman tugas pada masa jabatannya. (2) Orientasi dan pendalaman tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dalam bentuk kursus Lemhanas, workshop, pelatihan, pembekalan, lokakarya, seminar, studi komperatif dan/atau bentuk kegiatan lain yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi kedewanan. (3) Penyelenggaraan orientasi dan pendalaman tugas sebagaimana pada ayat (2) diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Sekretariat DPRD, Partai Politik dan Lembaga yang terdaftar dan berkerjasama dengan Pemerintah. (4) Anggota DPRD melaporkan hasil pelaksanaan orientasi dan pendalaman tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada pimpinan DPRD dan kepada pimpinan fraksinya. Pasal 36 (1) Pimpinan dan anggota DPRD memperoleh hak protokoler, keuangan dan administratif Pimpinan dan anggota. (2) Hak Protokoler, Keuangan dan administratif pimpinan dan anggota DPRD diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah. Anggota DPRD mempunyai kewajiban : Bagian Kedua Kewajiban Anggota DPRD Pasal 37 a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila; b. melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan; c. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; d. mendahulukan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan; 18

e. memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat; f. mentaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah; g. mentaati tata tertib DPRD dan kode etik; h. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah; i. menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala; j. menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat; dan k. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di daerah pemilihannya. Pasal 38 Pemberian pertanggungjawaban anggota DPRD secara moral dan politis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf k, dilakukan dalam kegiatan masa reses ke daerah pemilihannya yang dilaksanakan untuk menyerap secara langsung masukan dan aspirasi, sebagai bahan dalam rapat- rapat masa persidangan. BAB VI FRAKSI Bagian Kesatu Kedudukan Fraksi Pasal 39 (1) Untuk mengoptimalkan pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang DPRD serta hak dan kewajiban anggota DPRD, dibentuk fraksi sebagai wadah berhimpun anggota DPRD. (2) Setiap anggota DPRD wajib menjadi anggota salah satu fraksi. (3) Setiap fraksi di DPRD beranggotakan paling sedikit sama dengan jumlah Komisi di DPRD. Pasal 40 (1) Partai politik yang anggotanya di DPRD sekurang-kurangnya berjumlah 4 (empat) orang atau sama dengan jumlah Komisi yang ada, dapat membentuk 1 (satu) fraksi. (2) Dalam hal partai politik yang jumlah anggotanya di DPRD tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (1), anggotanya dapat bergabung dengan fraksi yang ada atau membentuk fraksi gabungan. (3) Dalam hal tidak ada 1 (satu) partai politik yang memenuhi persyaratan untuk membentuk Fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka dibentuk fraksi gabungan. (4) Jumlah fraksi gabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) paling banyak 2 (dua) fraksi. 19

(5) Dalam hal terdapat partai-partai politik yang tidak dapat membentuk fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), untuk menentukan 2 (dua) fraksi gabungan yang dapat dibentuk sebagaimana dimaksud pada ayat (4), partai politik yang memiliki kursi/jumlah suara dalam pemilu lebih banyak dapat mengajak partai politik lainnya untuk membentuk fraksi gabungan. (6) Partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus mendudukan anggotanya dalam satu fraksi. (7) Fraksi yang ada wajib menerima anggota DPRD dari partai politik lain yang tidak memenuhi syarat untuk membentuk 1 (satu) fraksi. (8) Dalam hal fraksi gabungan sebagaimana yang dimaksud ayat (2) setelah dibentuk, kemudian tidak lagi memenuhi syarat sebagai fraksi gabungan, maka seluruh anggota fraksi gabungan tersebut wajib bergabung dengan fraksi atau fraksi gabungan lain yang memenuhi syarat. Pasal 41 (1) Pembentukan fraksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan kepada Pimpinan DPRD untuk diumumkan dalam rapat paripurna DPRD. (2) Fraksi yang telah diumumkan dalam rapat paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat tetap selama masa keanggotaan DPRD. Pasal 42 (1) Untuk membantu kelancaran tugas-tugas fraksi, masing-masing fraksi mempunyai sekretariat fraksi. (2) Sekretariat DPRD menyediakan sarana, anggaran dan tenaga ahli guna kelancaran pelaksanaan tugas fraksi sesuai dengan kebutuhan dan dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah. (3) Sarana dan anggaran sekretariat Fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), meliputi alat tulis kantor, alat kelengkapan kantor, kebutuhan belanja untuk menunjang kegiatan rapat fraksi dan kebutuhan kesekretariatan. Pasal 43 (1) Tenaga ahli fraksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2), berjumlah 1 (satu) orang untuk setiap Fraksi yang diusulkan oleh masing-masing fraksi. (2) Tenaga ahli Fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekurang-kurangnya harus memiliki pengetahuan di bidang pemerintahan daerah dan tugas dan fungsi DPRD dengan tingkat pendidikan dan pengalaman kerja serendah-rendahnya : a. S1 dengan pengalaman kerja 5 (lima) tahun; b. S2 dengan pengalaman kerja 3 (tiga) tahun; atau c. S3 dengan pengalaman kerja 1 (satu) tahun. (3) Pemberian honorarium untuk tenaga ahli fraksi dilakukan secara tidak tetap dan sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan keuangan daerah. (4) Pemberian honorarium secara tidak tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam pelaksanaannya dilakukan melalui sistem kontrak kerja. Bagian Kedua Susunan Fraksi-Fraksi Pasal 44 20

Fraksi-fraksi DPRD terdiri dari : a. Fraksi Partai Demokrat; b. Fraksi Partai Golongan Karya; c. Fraksi Partai Amanat Nasional; d. Fraksi Partai Keadilan Sejahtera; e. Fraksi Partai Hanura; f. Fraksi Partai Gerinda; g. Fraksi Partai Persatuan Pembangunan yang merupakan gabungan Partai Persatuan Pembangunan dengan Partai Bulan Bintang; dan h. Fraksi Perjuangan Reformasi yang merupakan gabungan PDI Perjuangan dengan Partai Bintang Reformasi. Pasal 45 (1) Pimpinan Fraksi terdiri dari Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris Fraksi. (2) Pimpinan fraksi dipilih dari dan oleh anggota fraksi setelah berkonsultasi dengan partai politik yang bersangkutan. (3) Susunan pimpinan dan keanggotaan fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan dalam rapat paripurna dan ditetapkan dengan keputusan Pimpinan DPRD. (4) Apabila terjadi perubahan susunan pimpinan dan keanggotaan fraksi, maka perubahannya diumumkan dalam rapat paripurna dan ditetapkan dalam keputusan Pimpinan DPRD. Fraksi mempunyai tugas : Bagian Ketiga Tugas Fraksi Pasal 46 a. menentukan dan mengatur segala sesuatu yang menyangkut urusan fraksi; b. menetapkan anggotanya yang akan duduk pada alat kelengkapan Dewan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; c. melakukan pengawasan terhadap kehadiran dan kinerja anggotanya dalam setiap kegiatan DPRD; d. menyampaikan pemandangan umum fraksi dan pendapat akhir fraksi dalam proses pembahasan Ranperda dan pembahasan masalah lain yang diperlukan; e. menerima aspirasi masyarakat untuk disampaikan kepada Pimpinan DPRD melalui sekretariat DPRD untuk diproses sesuai ketentuan yang berlaku; dan f. memberikan pertimbangan kepada Pimpinan DPRD mengenai hal-hal yang dianggap perlu berkenaan dengan bidang tugas DPRD, baik diminta maupun tidak. BAB VII ALAT KELENGKAPAN DPRD (1) Alat kelengkapan DPRD terdiri dari : Pasal 47 21

a. Pimpinan; b. Badan Musyawarah; c. Komisi; d. Badan Legislasi Daerah; e. Badan Anggaran; f. Badan Kehormatan; dan g. Alat kelengkapan lainnya yang diperlukan dan dibentuk dalam rapat paripurna. (2) Kepemimpinan alat kelengkapan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat kolektif dan kolegial. (3) Alat kelengkapan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mengatur tata kerjanya sendiri dengan persetujuan pimpinan DPRD. (4) Dalam menjalankan tugasnya, alat kelengkapan DPRD dibantu oleh sekretariat. Bagian Kesatu Pimpinan DPRD Pasal 48 (1) Pimpinan DPRD terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 3 (tiga) orang wakil ketua. (2) Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari partai politik berdasarkaan urutan kursi terbanyak pertama dan berikutnya secara berurutan di DPRD. (3) Ketua DPRD ialah anggota DPRD yang berasal dari partai politik yang memperoleh kursi terbanyak pertama di DPRD. Pasal 49 (1) Dalam hal pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) belum terbentuk, DPRD dipimpin oleh pimpinan sementara DPRD dengan tugas pokok memimpin rapat-rapat DPRD, memfasilitasi pembentukan Fraksi, memfasilitasi penyusunan tata tertib DPRD, dan memproses penetapan pimpinan DPRD defenitif. (2) Pimpinan sementara DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas seorang ketua dan seorang wakil ketua yang berasal dari dua partai politik berdasarkan urutan perolehan kursi terbanyak. Pasal 50 (1) Partai politik yang berhak mengisi kursi pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (2), menyampaikan 1 (satu) orang calon Pimpinan DPRD kepada pimpinan sementara DPRD melalui fraksinya untuk diumumkan dan ditetapkan dalam rapat paripurna DPRD sebagai calon pimpinan DPRD. (2) Pimpinan sementara DPRD menyampaikan nama-nama calon pimpinan DPRD kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur, untuk diresmikan pengangkatannya. Pasal 51 (1) Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada Pasal 48 ayat (1), sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji di gedung DPRD yang dipandu oleh Ketua Pengadilan Tinggi dalam rapat paripurna istimewa. (2) Dalam hal pengucapan sumpah/janji di gedung DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) karena alasan tertentu tidak dapat dilaksanakan, pengucapan sumpah/janji Pimpinan DPRD dapat dilaksanakan di tempat lain. 22

(3) Dalam hal Ketua Pengadilan Tinggi berhalangan, pengucapan sumpah/janji Pimpinan DPRD dapat dipandu oleh Wakil Ketua Pengadilan Tinggi/Hakim Senior pada Pengadilan Tinggi yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Tinggi. (4) Setelah pimpinan DPRD mengucapkan sumpah/janji, maka pimpinan sementara DPRD menyerahkan jabatan pimpinan kepada pimpinan DPRD defenitif dalam rapat paripurna istimewa. (1) Pimpinan DPRD mempunyai tugas : Pasal 52 a. memimpin sidang-sidang dan menyimpulkan hasil sidang untuk diambil keputusan; b. menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja antara ketua dan wakil ketua; c. melakukan koordinasi dalam upaya mensinergikan pelaksanaan agenda dan materi kegiatan dari alat kelengkapan; d. menjadi juru bicara DPRD; e. melaksanakan dan memasyarakatkan keputusan DPRD; f. mengadakan konsultasi dengan Gubernur dan instansi Pemerintah lainnya sesuai dengan keputusan DPRD; g. mewakili DPRD di pengadilan; h. mewakili DPRD dalam berhubungan dengan lembaga/instansi lainnya. i. melaksanakan keputusan DPRD berkenaan dengan penetapan sanksi atau rehabilitasi anggota sesuai dengan peraturan perundang-undangan; j. menyusun rencana anggaran DPRD bersama Sekretariat DPRD yang pengesahannya dilakukan dalam rapat paripurna; k. menyampaikan laporan kinerja pimpinan DPRD dalam rapat paripurna yang dilaksanakan pada setiap penutupan masa persidangan. (2) Pelaksanaan tugas pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara kolektif kolegial. (3) Dalam hal salah seorang pimpinan DPRD berhalangan sementara kurang dari 30 (tiga puluh) hari, pimpinan DPRD mengadakan musyawarah untuk menentukan salah satu pimpinan DPRD untuk melaksanakan tugas pimpinan DPRD yang berhalangan sementara sampai dengan pimpinan yang bersangkutan dapat melaksanakan tugas kembali. (4) Dalam hal salah seorang pimpinan DPRD berhalangan sementara lebih dari 30 (tiga puluh) hari, partai politik asal pimpinan yang berhalangan sementara mengusulkan kepada pimpinan DPRD salah seorang anggota DPRD yang berasal dari partai politik tersebut untuk melaksanakan tugas pimpinan DPRD yang berhalangan sementara. (5) Anggota DPRD yang diusulkan oleh partai politik asal pimpinan yang berhalangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), ditetapkan sebagai pelaksana tugas pimpinan yang berhalangan yang diumumkan dalam rapat paripurna dan ditetapkan dengan keputusan pimpinan. (6) Masa tugas anggota DPRD yang menggantikan tugas pimpinan yang berhalangan, akan berakhir dengan sendiri apabila pimpinan yang berhalangan tersebut telah dapat kembali melaksanakan tugas sebagaimana mestinya. Pasal 53 23