BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap etnik (suku) di Indonesia memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda

MUSYAWARAH MUFAKAT DALAM UPACARA RITUAL SYUKURAN LAUT MASYARAKAT MELAYU DI DESA JARING HALUS KECAMATAN SECANGGANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam bentuk perahu besar dan kecil. Sumatera Utara. Belawan berada pada ketinggan 1 meter dari permukaan laut,

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. istiadat dari suatu masyarakat etnik, seperti dalam istiadat masyarakat etnik Melayu. Dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering membicarakan kebudayaan. Budaya

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

menerjemahkan setiap konteks yang ada di dalam suatu karya sastra.

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

I. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hal ini terbukti dengan banyaknya sastrawan sastrawan yang terkenal di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan

I. PENDAHULUAN. utama bagi pengambil kebijakan pembangunan. Laut hanya dijadikan sarana lalu

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

LATAR BELAKANG. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke.

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

yang masih dipertahankan di suku Jawa adalah Ritual Bulan suro.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Suku Banjar termasuk suku bangsa di negeri ini, selain memiliki kesamaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dibutuhkan dalam penelitian sebab di dalamnya akan ditemui aspekaspek

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas keseluruhan wilayah kabupaten pasaman barat. Kecamatan sungai beremas dengan

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Bayu Dwi Nurwicaksono, 2013

BAB II GAMBARAN UMUM DESA TELUK BATIL KECAMATAN SUNGAI APIT KABUPATEN SIAK. Sungai Apit Kabupaten Siak yang memiliki luas daerah 300 Ha.

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara,

Ketika Budaya Sasi Menjaga Alam Tetap Lestari

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibuat dengan bahan alami secara tradisional (Agoes, Azwar H:

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa,

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara dengan penduduk yang terdiri dari

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. manusia senantiasa mengalami suatu perubahan-perubahan pada kehidupan. tak terbatas (Muhammad Basrowi dan Soenyono, 2004: 193).

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilestarikan agar tidak hilang. Dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan tercermin

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

Transkripsi:

kuesioner dan dokumentasi. Hal ini memberi gambaran bahwa dalam penelitian tidak mengabaikan pendapat masyarakat setempat. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan 6

Tinjauan pustaka atau sering juga disebut kajian yang relevan ialah salah satu cara untuk mendapatkan referensi yang lebih tepat tentang informasi data yang ingin kita teliti. 9 Oleh karena itu, penulis melakukan tinjauan pustaka adalah sebagai referensi, teori dan konsep yang berkaitan dengan tulisan ini sehingga dapat memudahkan menyelesaikan permasalahan dalam penulisan. Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan kajian penulis yaitu disertasi Mantera dan Upacara Ritual Masyarakat Melayu Pesisir Timur di Sumatera Utara: kajian tentang fungsi dan nilai-nilai budaya oleh Prof. Wan Syaifuddin. Didalamnya membahas mengenai fungsi dan nilai dari upacara adat budaya yang ada didalam masyarakat melayu Sumatera Timur. Penulis juga menjadikan tesis Nurhayati Lubis: Analisis Semiotik dalam Upacara Ritual Jamuan Laut di Jaring Halus, sebagai referensi tambahan yang didalamnya membahas keberadaan upacara syukuran laut dan mantra dengan mengoperasikan teori semiotika. Upacara ritual syukuran laut ini dilaksanakan oleh masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus, Kecamatan secanggang, Kabupaten Langkat. Fokus utama kajian ini ialah upacara syukuran laut yang melibatkan pawang, tempat dan waktu upacara, masyarakat pendukung, kegiatan, persiapan, pasca upacara, makan bersama, dan lainnya. Tesis Irfan (2003), mengenai Kearifan Tradisional Masyarakat dalam Mengelola Sumber Daya alam Laut. Menjelaskan bahwa kearifan tradisional masyarakat yang tinggal di daerah pesisir yang menjadikan Laut sebagai sumber utama merupakan konsepsi terpeliharanya sumber daya alam. Apabila kearifan tersebut dijaga maka akan tercapai keharmonisan. 2.2 Kosmologi Masyarakat Melayu Langkat Secanggang 9 Andi Prastowo, Dunia Penelitian, diakses dari http;//dunia-penelitian.blogspot.com/2011/10/pengertiantinjauan-puataka.html?m=1, pada tanggal 13 Maret 2015 pukul 10:30 WIB 7

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian dari kosmologi ialah ilmu pengetahuan yang meneliti asal usul, struktur, hubungan ruang waktu dalam alam semesta. Kosmologi masyarakat Sumatera Timur mempunyai kaitan dengan kepercayaan tradisional, ialah mempercayai bahwa alam semesta wujud sebagai kesatuan alam nyata dengan alam ghaib. Oleh karena itu, mereka percaya apabila terjadi perubahan di alam nyata adalah manifestasi yang diperlihatkan oleh kuasa dari alam ghaib. Hal ini terwujud sebagai fenomena alam seperti awan berarak, rebut petir, guruh, air pasang, gelombang besar, dan lain-lain. Selain itu, masyarakat melayu Sumatera Timur menggunakan alam nyata bagi memenuhi keperluan hidupnya. Namun, mereka mengambil sumber alam tersebut secukupnya saja. 10 Sifat keteraturan dan proses pergantian siang malam yang menjadi hukum alam adalah sesuatu yang sangat mengagumkan dan menarik perhatian manusia untuk mencari tahu lebih jauh serta mempelajarinya lebih mendalam. Hal ini dikarenakan keteraturan di alam semesta bersifat natural dan tidak menyalahi kodrat. Masyarakat Melayu Sumatera Timur dalam menjalani hidup mengikuti kepada peraturan yang sudah digariskan atau ketentuan alaminya. 11 Hal demikian juga dilakukan oleh masyarakat Melayu yang mendiami Desa Jaring Halus di Kecamatan Secanggang. Masyarakat Melayu tersebut senantiasa menjaga sikap dan prilaku di kehidupannya seharihari. Mereka memelihara nilai-nilai sosial dalam berinteraksi dengan sesamanya maupun terhadap pengunjung yang datang ke pulau tersebut. Hal ini adalah wujud dari keinginan memelihara dan menjaga keseimbangan alam dengan membina nilai-nilai didaktik dalam kehidupan. 10 Tuanku Luckman Sinar dan Wan Syaifuddin, Kebudayaan Melayu Sumatera Timur. Medan: USUPress, 2002, hlm 209 11 Ibid. hlm 205 8

Nilai-nilai sosial ini tidak hanya terdapat dalam tutur kata ketika berbicara, namun juga diekspresikan dalam jenis ungkapan, kiasan, dan lainnya. Hal serupa juga tampak pada penyelenggaraan acara adat tradisi, yaitu dengan ketentuan waktu yang telah ditetapkan. Mereka aktif melaksanakan berbagai upacara ritual, seperti perkawinan, kelahiran anak, upacara kematian, menjauhkan bala penyakit, bencana alam, serta menjamu laut. Hal ini mennggambarkan bahwa masyarakat Pulau Jaring Halus, Kecamatan Secanggang memiliki adat-istiadat dan kaya akan budaya yang bersumber dari nilai keluhuran. 2.2.1 Letak Geografi dan Sejarah Singkat Langkat adalah salah satu nama kabupaten yang berada di Sumatera Utara yang ibu kotanya Stabat. Nama Langkat sendiri diambil dari nama kesultanan Langkat yang dahulu pernah ada di tempat yang kini dikenal dengan nama Tanjung Pura, yaitu sekitar 20 Km. Kabupaten Langkat terdiri dari beberapa kecamatan dan desa, Salah satunya adalah Desa Jaring Halus. Desa Jaring Halus adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Secara geografis desa ini terletak pada 3º51 30-3º59 45 LU dan 98º 30-98º42 BT dengan ketinggian lebih kurang 1 mdpl. Desa ini merupakan desa pesisir yang berbatasan dengan selat Malaka di sebelah utara, sebelah selatan dengan Desa Selotong Kecamatan Secanggang, sebelah timur dengan Kuala Besar Kecamatan Secanggang, dan sebelah Barat dengan Desa Tapak Kuda Kecamatan Tanjung Pura. 12 Desa ini mempunyai luas 2.554 ha pada tahun 2014. Jumlah penduduk Desa Jaring Halus sebanyak 3.261 orang (785 KK), yang terdiri atas 1.662 laki-laki dan 1.599 perempuan. Masyarakat di desa ini terdiri atas berbagai suku seperti suku Melayu yang mayoritas 12 Pemerintah Kabupaten Langkat, Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kelurahan Tahun 2014, Daftar Isian Profil Desa Jaring Halus. Hlm 3 9

mendiami desa tersebut serta merupakan penduduk asli, juga terdapat suku pendatang, seperti suku Banjar, Mandailing, Jawa, dan Aceh. 13 Pada awalnya, Desa Jaring Halus ini hanyalah sebuah daratan di tengah laut yang tidak berpenghuni. Desa ini pertama kali dihuni oleh keluarga Abu Bakar Bin Awang, berasal dari Malaysia yang melarikan diri ke Indonesia pada saat terjadi peperangan dengan penjajah Inggris. Sebelum ia membuat perkampungan ini, ia terlebih dahulu meminta izin kepada Sultan Langkat (Sultan Musa) melalui perantara Datok Secanggang. 14 Di pulau tersebut banyak ditemukan rumput yang bentuknya seperti jari. Oleh karenanya, desa ini dinamakan Rumput Jari Halus. Namun seiring berjalannya waktu, terjadi pergesan pengucapan sehingga desa tersebut sekarang dikenal dengan nama Desa Jaring Halus. 15 2.2.2 Adat-istiadat Masyarakat. Masyarakat Melayu pada umumnya masih sering melaksanakan upacara-upacara adat khususnya dalam acara-acara pernikahan, kelahiran anak, menempati rumah baru, membuka hutan untuk dijadikan perladangan, dan lain sebagainya. Pelaksanaan upacara ritual ini pada umumnya telah ditemukan pada masa masyarakat Melayu lama sepanjang pesisir pulau Sumatera, yakni di daerah Langkat, Deli, Serdang, Batu Bara, Siak, dan seterusnya. 16 Mayoritas masyarakat Melayu Langkat sudah beragama Islam dan ajaran-ajaran Islam tersebut terlihat jelas dalam kebudayaan dan adat-istiadat masyarakatnya. Misalnya ketika membicarakan suatu permasalahan dalam sebuah kampung, biasanya akan dimusyawarahkan di masjid. 13 Daftar Isian Profil Desa, Op.cit. hlm 19 14 Julpikar, op. cit. di Desa Jaring Halus 15 Julpikar, log. Cit. di Desa Jaring Halus 16 Julpikar, ibid di desa Jaring Halus 10

Pengamalan ajaran Islam yang begitu kuat pada masyarakat Melayu, ternyata belum bisa menepis kepercayaan-kepercayaan yang bersifat animisme dalam kehidupan sehari-hari. Hal demikian dapat dibuktikan bahwa upacara-upacara yang sering dilaksanakan masih memiliki pengaruh kepercayaan Hindu. Salah satunya adalah upacara ritual syukuran laut agar mudah mendapatkan rezeki. Oleh karena itu, adanya asimilasi antara kepercayaan-kepercayaan pra-islam dengan ajaran-ajaran Islam sendiri telah menimbulkan budaya dan adat-istiadat tersendiri bagi mereka. 2.3 Konsep Kesusastraan Tradisi Sastra Melayu tradisi disebut juga dengan nama sastra Melayu lama atau sastra lisan dikenal oleh masyarakat sejak dahulu sebelum adanya tulisan, yang merupakan refleksi bagaimana ketamadunan masyarakat tersebut. Sastra lisan atau sastra rakyat merupakan hasil karya sastra milik bersama atau milik sekumpulan masyarakat yang diturunkan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain secara lisan atau dari mulut ke mulut, baik tradisi itu berupa susunan kata-kata lisan maupun tradisi lain yang bukan lisan sehingga menentukan bahwa sastra tersebut adalah sastra rakyat. Peristiwa penuturan sastra lisan itu adalah panggung sosial dengan ranah kolektivitas di samping adanya panggung perseorangan yang monolog. Sastra lisan dahulu sangat digemari oleh warga masyarakat dan biasanya didengarkan secara kolektif karena mengandung gagasan, pikiran, ajaran dan harapan masyarakat. Suasana kebersamaan yang 11

dihasilkan dari sastra lisan berdampak positif terhadap menguatnya ikatan sosial diantara anggota masyarakat. 17 Kesusastraan lisan atau tradisi dapat dirujuk sebagai hasil karya yang memiliki pesan dan pemikiran tertentu. Gagasan tersebut menjadi sebuah konsep kesusastraan tradisi yang melahirkan aksi dan tingkah laku yang keluar secara alamiah. Kenyataan tersebut menciptakan integritas dan kebersamaan dikalangan masyarakat yang menjalani konsep tersebut dikehidupannya. Berkaitan dengan lokasi penelitian yaitu di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara yang merupakan wilayah Melayu Sumatera Timur, penulis mencoba mengkhususkan identifikasi tradisi kesusastraan. Kesusastraan rakyat masyarakat Melayu Sumatera Timur mempunyai beberapa ciri tertentu. Ciri pertama, berhubungan dengan cara ia disampaikan, yaitu secara lisan. Namun, sebagian darinya telah dituliskan kemudian dilisankan pula. Kedua, melibatkan soal penciptaan dari kesusastraan rakyat masyarakat Melayu Sumatera Timur, yaitu lebih banyak lahir dan berkembang dari dalam masyarakat sederhana. Ketiga, mengandung ciri-ciri budaya asal masyarakat yang melahirkannya, hingga menggambarkan suasana masyarakat Melayu yang alamiah. Keempat, kepunyaan bersama. Kelima, di dalam kesusastraan masyarakat Melayu Sumatera Timur terdapat unsur-unsur pemikiran yang luas terhadap kehidupan masyarakatnya, pengajaran atau bersifat didaktik dan unsur pensejarahan. 18 Dari pengertian, ciri, wujud dan jenis pengetahuan yang diperoleh dari pembahasan tradisi lisan, dapat disimpulkan bahwa didalam tradisi lisan terkandung norma dan nilai-nilai keluhuran yang bersumber dari nusantara yang merupakan harta pusaka nenek moyang 17 Robert Sibarani, Kearifan Lokal (Hakikat, Peran, dan Metode Tradisi Lisan), Jakarta, Asosiasi Tradisi Lisan. 2012 Hlm. 33 18 Tuanku Luckman Sinar dan Wan Syaifuddin, op.cit. hlm 200 12

terdahulu. Warisan leluhur bangsa ini dapat dimamfaatkan untuk mengatur tata kehidupan masyarakat yang rukun, makmur dan penuh keberkahan. Kultur budaya yang berkembang di Kabupaten Langkat sangat banyak hubungannya dengan alam dikarenakan daerah ini secara georafis berada di pesisir Sumatera. Oleh sebab itu, masyarakatnya banyak memamfaatkan lingkungan dengan hasil alamnya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dikarenakan pengaruh lingkungan tersebut, masyarakat Melayu Kabupaten Langkat melakukan proses adaptasi dalam mengembangkan sistem budaya, sistem sosial dan material. Melalui proses tersebut lahirlah berbagai karya sastra seperti ritual syukuran laut. 2.4 Pelaksanaan Ritual Syukuran Laut Masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara masih mempercayai adanya kekuatan ghaib terhadap kehidupannya. Hal ini terlihat dari cara mengatasi tantangan hidup yang berhubungan dengan sistem mata pencaharian mereka sebagai nelayan, yaitu dengan rnengadakan suatu bentuk upacara untuk menghindarkan mara bahaya dari mereka. Melalui upacara syukuran laut rasa solidaritas terwujud dan dengan adanya aktivitas masyarakat, maka upacara syukuran laut dapat diadakan. Upacara ritual ini dilaksanakan empat tahun sekali, kecualai ada isyarat dari mimpi pawang atau fenomena alam seperti terjadi wabah penyakit dan iklim yang tidak mendukung untuk mencari nafkah, sehingga waktu pelaksanaannya ini dapat dipercepat. 19 Abdullah menjelaskah bahwa Pelaksanaan upacara syukuran laut ini dilakukan oleh pawang dan dibantu oleh masyarakat dan pemerintah yang sebelumnya sudah disepakati dalam musyawarah. Adapun tahap pelaksaan ritual Syukuran Laut sebagai berikut: 19 Wawancara dengan Abdullah, di Desa jarring Halus. 13

Persiapan Ritual Syukuran Laut Persiapan ritual syukuran laut yaitu diadakan musyawarah yang didalamnya membahas ketetapan waktu, tempat sekaligus tatacara agar terlaksana perayaan tersebut. Musyawarah ini dilaksanakan dibalai desa dengan menghadirkan perangkat pemerintah di Desa jaring Halus, pawang dan perwakilan masyarakat. Permulaan Perayaan Awal mula dilaksanakan ritual tersebut, yaitu pawang menancapkan panji di yang terbuat dari buluh. Panji tersebut di tancapkan di dekat muara ketika fajar mulai menyingsing. Kemudian pawang memercikkan air kearah panji tersebut sekaligus membacakan mantera. Hal ini menandakan perayaan ritual sudah dimulai. Adapun mantera yang dibaca oleh pawang ialah : Assalamu alaikum alaikum salam Hai, saidina Alam Marilah bersama aku Akulah bomoh yang asal Bomoh yang usul Bomoh yang tidak tiru Bomoh yag turun-temurun Marilah mu bersama-sama aku Aku nak buat kenduri khidmad Assalamu laikum Aku kirim salam pada jin tanah Aku tahu asalmu Mu keluar dari air ketuban 14

Bukan aku melepas bala mustaka Sang kala Sang Lipat melepas bala mustaka Jin taru melepas bala mustaka Menghantarkan persembahan Ketika matahari sudah terbit yaitu sekitar pukul 09.00 Wib, hantaran yang akan di berikan ke laut siap di hanyutkan oleh pawang dan di disertai beberapa anggota masyarakat. Hantaran tersebut sudah dipersiapkan sebelumnya, yaitu berupa: kepala dan tulang dari seekor kambing jantan, ayam, dan bahan lainnya. Ketika menghanyutkan persembahan ke Laut, pawang membaca mantera sebagai berikut : Assalamu laikum alikum salam Nenek putrid hijau Yang diam di galah jambu air Tempat jin turun berkecimpung Sungai pusat Tesek Pauh Jenggi Mohon beta minta ampun minta maaf Terimalah persembahan anak cucu Nenek putrid hijau Banyak tanda ada Sedikit tanda terkenang Selesai pelaksanaan Ritual 15

Setelah persembahan tersebut diihanyutkan ke tengah laut, pawang dan beberapa anggota masyarakat yang ikut serta menghantarkan persembahan tersebut tidak boleh melihat kebelakang. Setiba di desa seluruhnya berkumpul dan makan bersama-sama, serta berdoa yang dipimpin oleh pawang agar ritual tersebut diberkati oleh Tuhan yang maha kuasa. Pawang Membaca Pantang Larang Selesai berdoa, pawang membaca pantang larang yang harus dipatuhi pasca pelaksanaan ritual syukuran laut. 20 Adapun pantang larangnya adalah sebagai berikut 1. Dilarang adanya perkelahian baik secara fisik maupun dengan ucapan yang semenamena. 2. Tidak boleh berkegiatan selama 1 hari, yaitu mulai dari jam 6 pagi hingga jam 6 sore. Artinya masyarakat harus istirahat dari pekerjaannya dan berdiam di dalam rumah. Tidak boleh keluar rumah kecuali beberapa alasan yang disepakati. 3. Dilarang menagkap ikan hari jumat dan hari-hari besar islam dari pukul 06.00 sampai dengan 18.00 4. Tidak boleh menjatuhkan benda apapun selama upacara berlangsung. Apabila hal itu terjadi maka benda yang dijatuhkan tidak boleh diambil kembali kecuali ketika masa pantang larang berakhir. 21 20 wawawncara dengan Abdullah, di desa Jaring Halus 21 Opcit, wawancara dengan Sofyan. 16

2.5 Pendekataan Sosiologi Sastra Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari akar kata sosio (Yunani) (Socius berarti bersama-sama, bersatu, kawan, teman) dan logi (logos berarti sabda, perkataan, perumpamaan). Perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna, soio/socius berarti masyarakat, logi/logos berarti ilmu. Jadi sosiologi berarti ilmu mengenai asal usul pertumbuhan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antar manusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional dan empiris. Sastra dari akar kata sas (Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajar, member petunjuk dan intruksi. Akhiran tra berarti alat atau sarana. Jadi, sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik. Makna kata sastra bersifat lebih spesifik sesudah berbentuk menjadi kata jadian kesusastraan, artinya kumpulan hasil karya yang baik. Maka, sosiologi sastra dapat diartikan pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan segi kemasyarakatannya 22. Sastra adalah lembaga sosial yang mempergunakan bahasa sebagai mediumnya; dan bahasa adalah adalah salah satu ciptaan sosial. Sastra bisa mengandung gagasan yang 22 Nyoman Kutha Ratna, Paradigma Sosiologi Sastra, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2003, hlm. 1 17

mungkin dimanfaatkan untuk menumbuhkan sifat sosial tertentu, atau bahkan untuk mencetuskan peristiwa sosial tertentu. Oleh Karena itu, karya sastra dikenal sebagai cerminan atau pantulan hubungan sosial tiap individu maupun masyarakat. 23 Sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sudah sejak dulu, karya sastra dikenal dalam beberapa tindakan sosiokultural masyarakat seperti pada upacara keagamaan, perkawinan, kelahiran, pekerjaan sehari-hari atau permainan. Karya sastra sering mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan masa depannya, berdasarkan imajinasi, perasaaan, dan intuisi. Dari pendapat ini, tampak bahwa perjuangan panjang hidup manusia akan selalu mewarnai teks sastra. 24 Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang dalam menganalisisnya mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan yang terdapat di dalam karya sastra. Karya sastra tidak dapat dipahami dengan selengkapnya apabila dipisahkan dari lingkungan, kebudayaan atau peradaban yang menghasilkannya. Setiap karya sastra adalah hasil dari pengaruh timbal balik dari faktor-faktor kultural dan sosial (masyarakat). Sedangkan Masyarakat dapat mendekati karya sastra dari dua arah; pertama, sebagai suatu kekuatan atau faktor material istimewa, dan kedua, sebagai tradisi. Yaitu kecendrungan spiritual maupun kultural yang bersifat kolektif. 25 23 Ratna, log. cit. hlm 3-6 24 Ratna, opcit, hlm 8-15 25 Sapardi Djoko Damono, Pedoman Penelitian Sosiologi Sastra, Jakarta, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, hlm 6-7 18

Sosiologi sastra memiliki tiga ciri dasar, yaitu : (1) Kecendrungan manusia untuk mengadaptasikan dirinya terhadap lingkungan, dengan demikian ia dapat berwatak rasional dan signifikan di dalam korelasinya dengan lingkungan; (2) Kecendrungan pada koherensi dalam proses penstrukturan yang global; dan (3) Dengan sendirinya ia mempunyai sifat dinamik serta kecendrungan untuk merubah struktur walaupun manusia menjadi bagian struktur tersebut. 26 Dan terdapat tiga perspektif yang berkaitan dengan sosiologi sastra, yaitu : (1) Penelitian yang memandang karya sastra sebagai dokumen sosial yang di dalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan; (2) Penelitian yang mengungkap sastra sebagai cermin situasi sosial penulisnya; (3) Penelitian yang mengungkapkan sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya. 27 Berkaitan dengan objek kajian yaitu musyawarah untuk mufakat sebagai nilai-nilai tunjuk ajar Melayu, penulis pada penelitian ini menggunakan perspektif pertama dan kedua. Yakni menganalisis aspek sosial khususnya kemampuan masyarakat Desa Jaring Halus dalam 26 Goldmann (1981:11) dalam buku Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra, Yogyakarta, Medpress, 2008, hlm 79 22 Laurenson dan Swingewood (1971) dalam buku Endraswara, Op.cit.hlm 79 19

menyelesaikan permasalahan dengan bermusyawarah juga nilai dan norma yang terkandung di dalamnya, serta penyesuaikan diri dengan lingkungan dalam bentuk melaksanakan upacara syukuran laut. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian berasal dari kata metode yang artinya cara dan logos yaitu ilmu atau pengetahuan. Metodologi artinya cara atau teknik melakukan sesuatu yang bersifat ilmiah untuk mencapai tujuan tertentu. Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencatat, merumuskan, mencari, dan menganalisis suatu masalah yang dilakukan secara sistematis yang akhirnya diperoleh hasil dalam bentuk laporan. Jadi, metodelogi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu untuk memperoleh jawaban dari persoalan yang diteliti. 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian atau dapat juga disebut metode penelitian adalah suatu cara untuk mencari kebenaran dengan mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang diajukan. 20