2014 S TUDI DES KRIPTIF MENGENAI PERILAKU KONS UMS I MAS YARAKAT DI KELURAHAN S EKEJATI KOTA BANDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
2015 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. besarnya tingkat konsumsi masyarakat sehingga menimbulkan penambahan dari sisi

2015 ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP PRODUK RUMAH TANGGA MERK TUPPERWARE

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan informasi dari BPS (Badan Pusat Statistik), menunjukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ependi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ella Maulidya, 2013

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kurnia Kaniawati, 2013

2014 PERILAKU KONSUMEN MAHASISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari konsumen dihadapkan dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. orang. Manfaat bagi kegiatan setiap orang yakni, dapat mengakomodasi

BAB II GEJALA SHOPAHOLIC DI KALANGAN MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi secara makro salah satunya ditopang

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MENABUNG MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. menghambat usaha untuk memobilisasi tabungan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Bank mempunyai peranan yang sangat penting di dalam membantu dan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi ini memiliki banyak peran dan dampaknya dalam berbagai bidang,

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang serba konsumtif, orang tua lupa mengajak anakanaknya. untuk hidup hemat, apalagi menabung. Alih-alih mengajak anak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

BAB I PENDAHULULAN 1.1. Latar Belakang Ummi Khozanah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan suatu kelompok masyarakat dapat diketahui dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan investasi. Negara Indonesia merupakan negara yang sedang

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

I. PENDAHULUAN. dalam hal ekonomi rumah tangga mereka. Banyak petani padi sawah khususnya. di pedesaan yang masih berada dalam garis kemiskinan.

PERKEMBANGAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) JAWA TIMUR TRIWULAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Strategi Mensiasati HUTANG

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

BAB I PENDAHULUAN. kata bahasa Inggris Consumption, berarti pembelanjaan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI MAHASISWA DALAM MEMILIH TEMPAT KOS DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

63

Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Dengan hormat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. sebagai khalifah Allah di dunia. Manusia dalam menjalankan kehidupan

AGENDA PERENCANAAN KEUANGAN KELUARGA

BABI PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

PERTUMBUHAN EKONOMI SEKADAU TAHUN 2014

INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN III TAHUN 2014

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB IV DISTRIBUSI PENDAPATAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1 Peraturan Daerah No 2 tahun 2002 tentang Perpasaran Swasta.

TESIS PENGARUH GAYA HIDUP HEDONIS, KECANDUAN BERBELANJA, KETERLIBATAN FASHION TERHADAP PEMBELIAN TIDAK TERENCANA PRODUK FASHION GLOBAL

BAB I PENDAHULUAN. elektronik, seperti televisi, internet dan alat-alat komunikasi yang

MANAJEMEN KEUANGAN KELUARGA Oleh: Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSA. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Semester genap

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined. Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Asosiasi Perusahaan Retail Indonesia (APRINDO), mengungkapkan bahwa pertumbuhan bisnis retail di indonesia

BAB I PENDAHULUAN. nominal ini tidak mampu meningkatkan daya beli masyarakat secara signifikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakses informasi melalui media cetak, TV, internet, gadget dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Sarlito (2013) batasan umum usia remaja adalah tahun

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

2014 PENGARUH KONTROL PERILAKU DAN NIAT TERHADAP PERILAKU MENABUNG MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi tersebut harus dapat diusahakan dengan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. ketahui untuk mencapai pengelolaan keuangan yang benar.

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan jasa meliputi barang-barang tidak kasat mata, seperti potong. rambut, layanan kesehatan, dan pendidikan (Mankiw, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam suatu negara atau pun daerah. Menurut Mankiw (2014),

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

I. PENDAHULUAN. proses interaksi sosial. Soekanto (2009:55) menyatakan bahwa, Interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, yang bisa disebut dengan kegiatan konsumtif. Konsumtif

TEORI KONSUMSI 1. Faktor Ekonomi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2012, No Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan L

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

Mental Accounting. Perilaku Boros Versus Self-Control

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang dan jasa demi memenuhi kebutuhan dasarnya. Seseorang yang melakukan

PERILAKU KONSUMERIS PENGUNJUNG MALL LIPPO PLAZA KOTA KENDARI. Oleh: Rabia Jamil, Muh. Arsyad, dan Ambo Upe

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi barang-barang hasil industri pabrik, sedangkan di pedesaan hasil

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata terus dikembangkan dan menjadi program pembangunan nasional Sumber : World Tourism Organization (2015)

Menjadi Manajer Keuangan Keluarga

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG DANA ALOKASI UMUM DAERAH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN ANGGARAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia banyak tertolong oleh sektor perdagangan ritel. Industri ritel

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

PERKEMBANGAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) JAWA TIMUR TRIWULAN

BAB I PENDAHULUAN. barang, barang dengan jasa, atau jasa dengan jasa. Transaksi semacam ini dikenal

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsumsi merupakan kegiatan individu dalam menghabiskan nilai guna suatu barang dan jasa. Konsumsi adalah suatu kegiatan yang sudah pasti dilakukan oleh semua manusia yang hidup. Seseorang dalam kegiatan konsumsinya pasti melakukan penganggaran dari pendapatannya terlebih dahulu. Perilaku dalam mengalokasi pendapatan yang dilakukan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan konsumsi dan keinginan untuk berkonsumsi sering disebut sebagai perilaku konsumsi. Manusia melakukan konsumsi karena manusia memiliki kebutuhan dalam hidupnya. Selain kebutuhan manusia juga memiliki keinginan untuk menggunakan dan memanfaatkan suatu barang. Keinginan dan kebutuhan merupakan hal yang berbeda, namun banyak sekali orang yang menganggap bahwa hal tersebut memiliki makna yang sama. Keinginan merupakan hasrat seseorang yang jika tidak dipenuhi tidak akan mempengaruhi kehidupan. Sedangkan kebutuhan dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup (Mangkunegara, 2005:5). Bentuk dari kebutuhan konsumsi di masyarakat tidak hanya berbentuk makanan tetapi juga non makanan seperti untuk rekreasi dan berbelanja (kendaraan, pakaian, sepatu, tas, perhiasan, dan lain-lain). Kebutuhan masyarakat akan konsumsi memperlihatkan perkembangan yang terjadi sebagai akibat dari perubahan gaya hidup dan perilaku konsumsi masyarakat. Pengeluaran konsumsi terbagi menjadi tiga bagian yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi lembaga non profit, dan pengeluaran konsumsi pemerintah. Ghea Alvita Ayu Pratiwi, 2014 STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT DI KELURAHAN SEKEJATI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.ed Perpustakaan.upi.edu

Jumlah penduduk dapat mempengaruhi jumlah konsumsi dalam suatu wilayah, contohnya Indonesia. Indonesia adalah yang memiliki jumlah penduduk mencapai kurang lebih 250 juta jiwa, maka sudah tentu memiliki jumlah konsumsi Ghea Alvita Ayu Pratiwi, 2014 STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT DI KELURAHAN SEKEJATI KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.ed Perpustakaan.upi.edu

3 yang besar pula, baik kebutuhan konsumsi makanan maupun konsumsi non makanan. Berdasarkan data yang diperoleh melalui Badan Pusat Statistik (BPS : 2013)dapat diketahui bahwa pengeluaran konsumsi Indonesia yang terbesar adalah pada pengeluaran rumah tangga, dimana konsumsi rumah tangga Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat digambarkan dalam grafik berikut ini : 70 60 50 40 30 20 10 0 Makanan Non Makanan Gambar1.1 Pengeluaran Konsumsi untuk Makanan dan Non Makanan di Indonesia (%) Sumber : Produk Domestik Bruto Indonesia (BPS:2013) Dari data di atas terlihat jelas bahwa pengeluaran konsumsi makanan dari tahun 2002-2006 lebih besar dari pada pengeluaran konsumsi non makanan, sedangkan pada tahun-tahun berikutnya pengeluaran konsumsi antara makanan dan non makanan cenderung berfluktuasi. Namun, di bulan September tahun 2012 pengeluaran non makanan lebih tinggi dibandingkan dengan pengeluaran konsumsi makanan. Ini dikarenakan penduduk Indonesia sudah mulai merubah perilaku konsumsinya, tidak hanya memikirkan konsumsi makanan saja tetapi juga menganggarkan dananya untuk kegiatan lain seperti rekreasi dan berbelanja (kendaraan, pakaian, sepatu, tas, perhiasan, dan lain-lain). Sejalan dengan penjelasan tersebut, Kota Bandung sebagai salah satu kota besar yang ada di Indonesia pun memiliki tingkat konsumsi yang cukup tinggi. Berdasarkan data BPS dari ketiga pengeluaran konsumsi tersebut porsi yang paling

4 besar di Kota Bandung adalah tingkat pengeluaran konsumsi rumah tangga, baik dalam pengeluaran konsumsi makanan maupun non makanan. Hal tersebut digambarkan dalam tabel berikut ini : Tabel 1.1 Konsumsi Rumah Tangga di Kota Bandung Tahun 2008-2012 (%) Tahun Konsumsi Makanan Konsumsi Non Makanan 2008 37,4 62,6 2009 40,62 59,38 2010 41,44 58,56 2011 47,77 52, 23 2012 42,13 57,87 Sumber : Statistik Daerah Kota Bandung (BPS:2013) Data-data yang ada di dalam tabel tersebut diubah ke dalam bentuk grafik agar mudah untuk melihat kenaikan maupun penurunan konsumsi masyarakat. 70 60 50 40 30 20 Konsumsi Makanan Konsumsi Non Makanan 10 0 2008 2009 2010 2011 2012 Gambar 1.2 Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga di Kota Bandung Tahun 2008-2012 (%) Sumber :Statistik Daerah Kota Bandung (BPS:2013)

5 Data dan grafik tersebut memperlihatkan bahwa tingkat konsumsi di Kota Bandung dari tahun 2008 hingga tahun 2011 mengalami penurunan untuk konsumsi non makanan dan mengalami peningkatan untuk konsumsi makanan. Namun pada tahun 2012 konsumsi makanan Kota Bandung menurun dan konsumsi non makanan meningkat masing-masing sebesar 5,64 persen. Pengeluaran konsumsi Kota Bandung bila dilihat dari kelompok pengeluarannya dari tahun 2008 sampai 2012, pengeluaran untuk konsumsi non makanan lebih besar dari pada pengeluaran konsumsi makanan.itu berarti masyarakat Kota Bandung sudah merubah perilaku konsumsinya. Masyarakat tidak hanya menganggarkan pendapatannya untuk melakukan kegiatan konsumsi makanan tetapi juga untuk rekreasi dan berbelanja (kendaraan, pakaian, sepatu, tas, perhiasan, dan lain-lain). Sebenarnya kegiatan konsumsi makanan dan non makanan yang tinggi dapat menggambarkan kesejahteraan yang baik pula, namun apabila konsumsi yang tinggi ini dibiayai dari kredit dan dilakukan secara tidak terkendali maka masyarakat Kota Bandung dapat dikatakan sebagai masyarakat yang konsumtif dan mendekati perilaku hedonisme. Menurut Barry (Aisyah, 2011:23) konsumtif diartikan sebagai pemakaian (pembelian) atau pengonsumsian barang-barang yang sifatnya meningkatkan status seseorang, karena tuntutan gengsi semata dan bukan menurut tuntutan kebutuhan yang dipentingkan. Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan memfokuskan pada salah satu kelurahan yang ada di Kota Bandung, yaitu Kelurahan Sekejati yang terletak pada Kecamatan Buah Batu.Kecamatan Buah Batu ini memiliki empat kelurahan, salah satunya adalah Kelurahan Sekejati.Kelurahan Sekejati memiliki 14 RW dan 93 RT dengan jumlah penduduk sebanyak 24.854 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 6.504. Untuk itu penulis melakukan pra penelitian untuk mengetahui pendapatan masyarakat dan kegiatan konsumsi masyarakat di Kelurahan Sekejati. Hasil sampel pra penelitian penulis kepada 10 orang responden menyatakan bahwa :

6 Tabel 1.2 Pendapatan Masyarakat di Kelurahan Sekejati Pendapatan (Rp/bulan) Frekuensi % < 2.000.000 - - 2.000.000-3.000.000 1 orang 10 3.001.000-4.000.000 2 orang 20 4.001.000 5.000.000 - - 5.001.000 6.000.000 1 orang 10 > 6.000.000 6 orang 60 Total 10 orang 100 Sumber : Pra Penelitian (data diolah) Tabel 1.3 Perilaku KonsumsiMasyarakat di Kelurahan Sekejati Frekuensi per bulan Perilaku Konsumsi Tidak 3 kali 1-2 kali Pernah Menabung 50% 50 % - Rekreasi 40 % 60 % - Makan di restaurant 80 % 20 % - Berbelanja ke pasar swalayan 70 % 30 % - Membeli barang-barang bermerek 40 % 60 % - Berbelanja kebutuhan hobby 40 % 60 % - Berbelanja karena diskon 40 % 50 % 10% Menggunakan kartu debit/kredit 60 % 30 % 10 % Melakukan pembayaran cicilan atas pembelian suatu barang Sumber : Pra Penelitian (data diolah) 20 % 80 % - Dari Tabel 1.2, menjelaskan bahwa dari hasil pra penelitian yang dilakukan oleh penulis menunjukkan enam dari 10 responden memiliki pendapatan diatas Rp. 6.000.000. Terlihat jelas bahwa pendapatan dari para responden cukup tinggi.

7 Selain pendapatan, kita juga dapat melihat perilaku konsumsi dari faktor lainnya, yaitu faktor sosial, faktor pribadi, dan faktor budaya. Diantara faktor tersebut yang paling berpengaruh terhadap perilaku konsumsi masyarakat di Kelurahan Sekejati adalah faktor pribadi dan faktor sosial. Faktor pribadi dapat dilihat dari perilaku seseorang dalam membelanjakan pendapatannya untuk kebutuhan konsumsi. Berdasarkan Tabel 1.3, dapat diketahui bahwa dari 10 orang responden, mereka semua sadar akan pentingnya menabung. Hal tersebut terbukti bahwa terdapat lima orang responden yang menabung sebanyak satu sampai dua kali dalam sebulan, dan lima orang responden yang menabung lebih dari tiga kali dalam sebulan. Masyarakat di Kelurahan Sekejati juga senang sekali mengalokasikan pendapatannya untuk melakukan kegiatan rekreasi, hal ini terlihat dari enam orang responden setidaknya melakukan rekreasi sebanyak satu sampai dua kali setiap bulannya, dan delapan orang responden menyempatkan untuk makan di restaurant lebih dari tiga kali dalam sebulannya. Kelurahan Sekejati sudah memiliki sarana prasarana yang baik, kelurahan ini memiliki pasar tradisional dan juga swalayan. Dari sepuluh orang responden, sebanyak tujuh orang responden memilih untuk berbelanja di pasar swalayan setiap bulannya dengan harga yang lebih mahal dari pada pasar tradisional. Tabel tersebut juga menjelaskan bahwa sekitar enam orang responden membeli barang-barang bermerek sekali sampai dua kali dalam sebulan. Seperti yang kita ketahui bahwa harga barang-barang yang memiliki merek terkenal sudah pasti memiliki harga yang cukup tinggi pula, hal tersebut akan berdampak pada besarnya pengeluaran konsumsi masyarakat. Dalam tahap wawancara terhadap sepuluh responden, enam responden mengatakan mereka sering membuat skala prioritas, namun terkadang hal itu sering terlupakan karena banyaknya keinginan. Penggunaan kartu kredit dan debit juga mempengaruhi perilaku konsumsi masyarakat Kelurahan Sekejati, enam dari sepuluh responden mengatakan kartu kredit sering menjadi alat pembayaran dalam kegiatan konsumsinya. Ketika responden ditanya tentang pengeluaran yang melebihi

8 pendapatan, terdapat delapan orang yang menyatakan hal tersebut memang sering terjadi. Ada empat orang yang mengatakan mereka gemar mengganti mobil rata-rata lima tahun sekali dengan cicilan per bulan yang cukup tinggi dan sisanya gemar membeli gadget dan furniture, sehingga terkadang pengeluaran mereka lebih besar dibanding pendapatannya dan mendorong mereka untuk melakukan kredit. Dari sepuluh responden terdapat lima orang yang memiliki mobil lebih dari satu, dan tidak semua mobil digunakan dalam kegiatan sehari-hari. Perilaku konsumsi masyarakat seperti itu dapat terjadi mengingat pendapatan yang dimiliki masyarakat tinggi, sehingga mereka memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan konsumsi yang lebih. Selain itu konsumsi makanan masyarakat juga dipengaruhi dengan banyaknya cafe, rumah makan, maupun restaurant yang mudah ditemui sehingga memudahkan masyarakat dalam mengkonsumsi makanan.tempat rekreasi di Kota Bandung pun sudah banyak dijumpai. Tingkat konsumsi non makanan seperti membeli kendaraan yang dilakukan masyarakat juga dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah kemudahan bagi masyarakat untuk mengambil kredit kendaraan bermotor sehingga kebutuhan konsumsi akan barang saat ini dapat terpenuhi oleh pembiayaan kredit. Dengan penggunaan pinjaman atau kredit dan juga kelebihan pilihan tempat atau barang konsumsi di pasaran menjadikan masyarakat ini menjadi tidak rasional dan cebderung bersifat konsumtif. Bila hal ini dibiarkan maka mereka bisa menggunakan pendapatan seumur hidupnya dengan cara yang tidak bijaksana. Mereka tidak melakukan kegiatan konsumsinya secara rasional melainkan hanya untuk memenuhi keinginan dan gengsi pada masa sekarang, sehingga konsumsi mereka lebih tinggi dari pendapatannya. Kondisi itu akan mendorong para konsumen untuk melakukan kredit. Bila konsumen menggunakan kredit dengan intensitas yang sering dan tidak terkendali, maka pendapatan dimasa depan akan terkuras dan menyebabkan pengurangan konsumsi dimasa depan. Dan sebenarnya kegiatan ini menunjukan pemborosan. Teori yang digunakan untuk menyelesaikan masalah perilaku konsumsi di masyarakat ini adalah teori pendapatan relative tentang konsumsi dari James S.

9 Duesenberry. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berhubungan dengan perilaku konsumsi masyarakat di Kelurahan Sekejati.Adapun judul penelitiannya yaitu Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Konsumsi Masyarakat di Kelurahan Sekejati Kota Bandung. 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan tersebut maka dapat terlihat bahwa permasalahan yang terjadi adalah pendapatan yang dimiliki masyarakat digunakan untuk kegiatan konsumsi dengan alasan yang tidak rasional. Oleh karena itu masyarakat memiliki sifat konsumtif. Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian dengan menyusun rumusan masalah sebagai berikut : 1) Bagaimana gambaran perilaku konsumsi masyarakat di Kelurahan Sekejati? 2) Bagaimana gambaran tingkat pendapatan yang diperoleh masyarakat Kelurahan Sekejati? 3) Bagaimana gambaran perilaku konsumsi masyarakat Kelurahan Sekejati dilihat dari alokasi, frekuensi, dan lokasi konsumsi? 4) Bagaimana gambaran perilaku konsumsi masyarakat Kelurahan Sekejati dilihat dari efek saling ketergantungan (demonstration effect)? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui : 1) Gambaran perilaku konsumsi masyarakat di Kelurahan Sekejati. 2) Gambaran tingkat pendapatan yang diperoleh masyarakat Kelurahan Sekejati. 3) Gambaran perilaku konsumsi masyarakat Kelurahan Sekejati dilihat dari alokasi, frekuensi, dan lokasi konsumsi 4) Gambaran perilaku konsumsi masyarakat Kelurahan Sekejati dilihat dari efek saling ketergantungan (demonstration effect).

10 1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya khasanah ilmu ekonomi makro, khususnya terkait dengan perilaku konsumsi. 2) Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran serta informasi mengenai faktor konsumsi pada masyarakat Kelurahan Sekejati. Selain itu, juga dapat memberikan masukan bagaimana seharusnya masyarakat mengalokasikan anggarannya dengan lebih bijak dalam menghadapi perubahan, sehingga perilaku konsumsinya pun tetap proporsional, rasional dan tidak menyimpang.

11