BAB I PENDAHULUAN. dan siklamat semakin meningkat. Hal ini nampak pada industri makanan, meningkatkan gizi makanan, dan memperpanjang umur simpan.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stevia (Stevia rebaudiana) merupakan salah satu jenis tanaman obat di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Alfalfa termasuk tanaman kelompok leguminose yang berkhasiat

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam tanaman, salah satunya adalah tanaman stevia (Stevia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Selain itu, kencur juga dapat digunakan sebagai salah satu bumbu

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Murashige-Skoog dengan penambahan zat pengatur tumbuh 2,4-D dan

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hidup, terkontaminasi dan eksplan Browning. Gejala kontaminasi yang timbul

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Stevia rebaudiana Bertoni termasuk tanaman famili Asteraceae

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai macam tanaman hias. Pengembangan komoditi tanaman hias dilakukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (HST). Data hari muncul kalus yang telah diperoleh dianalisis dengan analisis

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan

I. PENDAHULUAN. keberadaan obat-obatan kimiawi juga semakin meningkat. Kemajuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sesuai untuk perkecambahan pada biji Phalaenopsis amabilis (L.) Bl.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pisang (Musa paradisiacal Linn) merupakan jenis buah yang paling umum

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman panili termasuk famili Orchidaceae, yang terdiri dari 700 genus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L) telah dilaksanakan di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengatnatan terhadap parameter saat muncul tunas setelah dianalisis. Saat muncul tunas (hari)

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk. atau Pimpinella alpine Molk.

I. PENDAHULUAN. sebutan lain seruni atau bunga emas (Golden Flower) yang berasal dari

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D.

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi. Sebagai buah segar,

BAB I PENDAHULUAN. Firman Allah dalam Surat Asy-Syu araa (26):7 sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

BAB I PENDAHULUAN. ada sekitar jenis anggrek spesies tersebar di hutan-hutan Indonesia

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. sandang dan papan. Allah Subhanahu Wa Ta ala berfirman dalam surat Ali-Imran

I. PENDAHULUAN. menggunakan satu eksplan yang ditanam pada medium tertentu dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Kenaf (Hibiscus cannabinus L.)

INDUKSI TUNAS TIGA AKSESI Stevia rebaudiana Bertoni PADA MEDIA MS DENGAN PENAMBAHAN BAP DAN IAA SECARA IN VITRO

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Kombinasi BAP dan IBA terhadap Waktu Munculnya Tunas Akasia (Acacia mangium Willd.)

BAB I PENDAHULUAN. telah lama dilakukan masyarakat Indonesia (Rahayu, dkk., 2002). Khasiat

I. PENDAHULUAN. energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu alternatif pengobatan (Rochani, 2009). Selain harganya

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. dataran tinggi, termasuk puncak gunung yang bersalju (Sugeng, 1985)

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. zat pengatur tumbuh memperlihatkan pertumbuhan yang baik. Hal tersebut sesuai

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. industri. Pemanis yang umumnya digunakan dalam industri di Indonesia yaitu

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting

Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah the Queen of fruits ratu dari buah- buahan

I. PENDAHULUAN. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis. pesona, bahkan menjadi penyumbang devisa bagi negara.

RESPON PERTUMBUHAN MERISTEM KENTANG (Solanum tuberosuml) TERHADAP PENAMBAHAN NAA DAN EKSTRAK JAGUNG MUDA PADA MEDIUM MS

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Jati Emas (Cordia subcordata) kultur in vitro dengan induk tanaman pada mulanya berasal dari Myanmar.

TINJAUAN PUSTAKA Botani, Penyebaran dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar ( Jatropha curcas L.) Kultur Jaringan Tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara

Isi Materi Kuliah. Pengertian Kalus. Aplikasi Kultur Kalus. Kultur Kalus 6/30/2011

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BIBIT PISANG ABAKA DENGAN KULTUR JARINGAN DR IR WENNY TILAAR,MS

KULTUR JARINGAN TANAMAN

BAB I PENDAHULUAN. biji. Setiap bagian tumbuhan akar, batang, daun dan biji memiliki senyawa

BAB II LANDASAN TEORI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Umum Kultur Pada Kultivar Jerapah dan Sima

BAB I PENDAHULUAN. minuman, terutama bahan pemanis buatan. Di samping harganya murah,

Gambar 3 Peningkatan jumlah tunas aksiler pada perlakuan cekaman selama 7 hari ( ( ), dan 14 hari ( )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis

PENGARUH KONSENTRASI NAA DAN KINETIN TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS PISANG (Musa paradisiaca L. cv. Raja Bulu ) SECARA IN VITRO

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO

I. PENDAHULUAN. Bunga anggrek memiliki pesona yang menarik penggemar baik di Indonesia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gunung Merapi. Bunga Anggrek dengan warna bunga putih dan totol-totol merah

Pengaruh Retardan dan Aspirin dalam Menginduksi Pembentukan Umbi Mikro Kentang (Solanum tuberosum) Secara In Vitro

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenaikan jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar mengakibatkan keperluan gula tebu dan pemanis sintetis lain seperti sakarin dan siklamat semakin meningkat. Hal ini nampak pada industri makanan, minuman, dan suplemen menggunakan pemanis sebagai penambah cita rasa pada produknya. Selain itu, penambahan bahan tambahan ini bertujuan untuk meningkatkan gizi makanan, dan memperpanjang umur simpan. Gula merupakan bahan pemanis makanan dan minuman yang diproses secara alami maupun sintetis. Dewasa ini banyak pemakaian bahan pemanis selain sukrosa dalam pembuatan makanan dan minuman, terutama bahan pemanis buatan. Disamping harganya murah, pemanis buatan dapat memberikan rasa manis yang berlipat ganda dibandingkan sukrosa. Akan tetapi, akhir-akhir ini banyak penduduk Indonesia yang mengurangi penggunaan gula tebu dan pemanis sintetis tersebut, karena alasan kesehatan seperti kegemukan, diabetes, dan karies gigi. Keadaan ini mendorong dilakukannya penelitian kearah penemuan pemanis alami yang aman, rendah atau tanpa kalori, dan murah harganya (Atmawinata, 1984). Bahan pemanis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu pemanis alami dan pemanis buatan (sintetis). Pemanis alami biasanya berasal dari tanaman, contohnya adalah tebu (Saccharum officinarum L.) dan bit (Beta vulgaris L.). Bahan pemanis yang dihasilkan oleh kedua tanaman tersebut 1

2 dikenal sebagai gula alam atau sukrosa. Namun gula tersebut memiliki beberapa kelemahan yaitu memiliki nilai kalori tinggi yang dapat menyebabkan kegemukan dan diabetes. Sedangkan pemanis sintetis merupakan bahan tambahan yang dapat menyebabkan rasa manis pada pangan, tetapi tidak memiliki nilai gizi. Bahan sintetis ini memiliki sifat yang karsinogenik yaitu penyebab kanker. Beberapa pemanis sintetis yang telah dikenal dan banyak digunakan contohnya yaitu sakarin, siklamat dan aspartam (Cahyadi, 2008). Untuk itu dicari alternatif pemanis alami yang memiliki tingkat kemanisan yang tinggi, rendah kalori dan tidak bersifat karsinogenik. Keberadaan stevia sangat sesuai dengan harapan yang diinginkan karena stevia mempunyai potensi tersebut. Stevia (Stevia rebaudiana B.) merupakan tanaman semak yang digunakan sebagai pemanis alami pengganti gula tebu dengan kadar kemanisan mencapai 300-400 kali gula tebu (Debnath, 2008 dan Huda, 2007). Daun stevia mengandung 8 bahan pemanis yang merupakan diterpen glikosida, antara lain steviosida, steviolbiosida, rebaudiosida (A, B, C, D, E) dan dulcoside A (Dossier, 1999). Gula stevia digunakan sebagai pengganti gula bagi penderita diabetes karena aman digunakan, tidak bersifat karsinogen, dan tanpa kalori (Megeji, 2005). Stevia dapat digunakan sebagai bahan pemanis alami yang tidak mempunyai efek serta sebagai pemanis buatan. Potensi lain dari tanaman stevia juga dapat dijadikan bahan obatobatan seperti hypoglikemia, sistem pembuluh darah, gangguan pencernaan, pemeliharaan gigi, bahan perawatan kulit, antimikroba, dan anti jamur (Das, 2006 dan Gardana, 2003).

3 Kitab suci Al-Qur an banyak menyebutkan tentang tumbuhan yang bermanfaat untuk kemaslahatan umat manusia. Diantaranya dalam surat Thahaa (20) ayat 53: Artinya: Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. Menurut Tafsir al Mishbah Surat Thaha ayat 53 menjelaskan bahwa Allah menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam dengan perantara air hujan. Dari air hujan tersebut mengurai aneka tumbuhan dengan beberapa tingkatan dan jenis tumbuhan yaitu mulai dari tingkat rendah sampai ketingkat tinggi, jenis tumbuhan berkeping dua (dikotil) dan tumbuhan berkeping satu (monokotil) (Shihab, 2002). Al-Quran surat Thahaa ayat 53 menerangkan bahwa tanaman merupakan ciptaan-nya, dan Dialah yang menumbuhkan berbagai jenis tanaman yang mempunyai manfaat sangat besar terutama bagi kepentingan manusia. Sebagian besar produk atau hasil tanaman tersebut dimanfaatkan oleh manusia untuk kepentingan hidup dan kehidupannya. Maka dari itulah, sudah seharusnya manusia memperhatikan tumbuhan yang ditumbuhkannya dengan cara memelihara, memperbaiki, menjaga dan dapat melestarikan jenis tumbuhan tersebut dengan cara perbanyakan vegetatif ataupun untuk mendapatkan metabolit sekunder secara in vitro.

4 Stevia dapat dikembangbiakkan dengan cara generatif dan vegetatif. Secara vegetatif umumnya diperbanyak dengan stek batang. Perkembangbiakan secara generatif dilakukan dengan menggunakan biji. Cara ini jarang dilakukan karena untuk mendapatkan biji cukup sulit, waktu pertumbuhan juga lebih lama disamping kandungan steviosida tanaman induk lebih rendah. Menurut Yuwono (2006), tanaman juga dapat diperbanyak secara vegetatif menggunakan kultur in vitro dengan teknik kultur kalus. Kalus adalah massa sel yang aktifitas pembelahannya tidak terorganisasi dan belum terdeferensiasi. Sel-sel ini secara alamiah dapat terbentuk dari bagian tanaman yang terluka atau dari kultur yang telah dilukai. Dalam budidaya in vitro, menginduksi kalus merupakan salah satu langkah penting (Yuwono, 2006). Karena menurut Santoso dan Nursandi (2003), ada beberapa tujuan yang bisa dicapai dengan menguasai kultur kalus, diantaranya dapat digunakan untuk memproduksi senyawa metabolit sekunder. Pada pendekatan ini, budidaya kalus tidak sekedar diarahkan untuk proliferasi kalus tetapi, diarahkan bagaimana kalus dapat terdorong memproduksi metabolit lebih tinggi. Menurut Sitorus (2011), metabolit yang dihasilkan dari kalus seringkali kadarnya lebih tinggi dari pada metabolit yang diambil langsung dari tanamannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan kalus adalah dengan menambahkan prazat ke dalam media. Pemilihan media kultur jaringan merupakan kunci sukses dalam kultur jaringan Dengan cara pengambilan metabolit sekunder dari kalus, dapat

5 diperoleh kandungan lain yang lebih banyak jenisnya yang sangat berguna bagi manusia (Hendaryono dan Wijayani, 1994). Selain itu, manfaat kultur kalus juga dapat menjamin kesinambungan kerja kultur. Artinya, dengan pendekatan kultur kalus yang baik suatu produk dari kegiatan kultur yang terdahulu akan terus punya arti pada kegiatan kultur selanjutnya. Setidaknya ketersediaan kalus akan selalu ada tanpa harus menginisiasi ulang yang kadang tidak mudah, meningkatkan jumlah kalus, menyangkut hal ini umumnya di latar belakangi untuk tujuan produksi, baik untuk perbanyakan tanaman atau yang lain. Media tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Penggunaan media dengan komposisi yang tepat akan memberikan kondisi yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan eksplan (Gunawan, 1988). Menurut Hendaryono dan Wijayani (1994), dari sekian banyak formulasi yang ada, media MS adalah media yang paling sering digunakan dalam kegiatan kultur jaringan, karena medium MS termasuk media kultur yang komposisi unsur hara mikro dan makronya lebih lengkap dibandingkan media dasar lainnya. Media MS mempunyai konsentrasi garam-garam mineral yang tinggi dan senyawa N dalam bentuk NO 3 - dan NH 4 +. Selain itu, media MS dapat digunakan untuk tanaman apa saja. Komposisi formulasi dari suatu media, harus mengandung nutrient makro dan mikro serta sumber tenaga (umumnya digunakan sukrosa), biasanya ditambahkan zat pengatur tumbuh sebagai komponen medium bagi pertumbuhan dan diferensiasi (Hendaryono dan Wijayani, 1994). Jenis

6 hormon tanaman yang sekarang banyak dipakai dalam propagasi secara in vitro adalah auksin dan sitokinin. Zat pengatur tumbuh yang paling sering digunakan dan paling efektif adalah 2,4-D (Santoso dan Nursandi, 2003). 2,4- D merupakan golongan auksin sintesis yang mempunyai sifat lebih stabil daripada IAA, karena tidak mudah terurai oleh enzim-enzim yang dikeluarkan oleh sel atau pemanasan pada proses sterilisasi (Hendaryono dan Wijayani, 1994). Penambahan auksin dalam jumlah yang lebih besar, atau penambahan auksin yang lebih stabil, seperti 2,4-D cenderung menyebabkan terjadinya pertumbuhan kalus dari eksplan dan menghambat regenerasi pucuk tanaman (Wetherell, 1982). Peran auksin adalah merangsang pembelahan dan perbesaran sel yang terdapat pada pucuk tanaman dan menyebabkan pertumbuhan pucuk-pucuk baru. Hasil penelitian Naz (2008) menyebutkan bahwa 2,5 mg/l 2,4-D mampu menumbuhkan kalus menggunakan eksplan stevia yang berbeda hingga 80% dengan tekstur kalus kompak dan berwarna hijau keputihan. Pada penelitian Preethi (2011) tentang perbaikan tunas dari eksplan daun stevia menggunakan perlakuan 1-2 mg/l 2,4-D sudah dapat menumbuhkan kalus dengan baik dengan tekstur remah (fragile). Sedangkan pada penelitian Ali (2010), konsentrasi 2,4-D sebanyak 3,0 mg/l dapat menumbuhkan kalus dari eksplan berbeda yang digunakan (daun, batang, dan ruas batang) pada perbanyakan stevia. Adapun tekstur kalus kompak berwarna hijau kekuningan. Sitokinin sering digunakan sebagai bahan kombinasi untuk induksi kalus. Selain dari bahan kimia sintetik yang umumnya cenderung mahal (1 gr

7 BAP seharga Rp450.000), aplikasi sitokinin dalam perbanyakan tanaman in vitro dapat berasal dari bahan alami seperti air kelapa. Menurut Kristina (2012), aplikasi ZPT alami air kelapa telah diteliti dapat mengurangi mahalnya biaya operasional di tingkat laboratorium. Air kelapa merupakan bahan alami yang mempunyai aktivitas sitokinin untuk pembelahan sel dan mendorong pembentukan organ (Pierik, 1987). Kandungan kimia air kelapa menunjukkan komposisi ZPT kinetin (sitokinin) sebanyak 41,13 mg/l dan zeatin 34,16 mg/l, sedangkan kandungan IAA (auksin) adalah 38,57 mg/l. George dan Sherington (1984) dalam Pisesha (2008) menyatakan bahwa air kelapa mengandung asam organik, asam nukleotida, purin, gula, alkohol, vitamin, zat pengatur tumbuh dan mineral. Senyawa penting bagi kultur jaringan yang terdapat dalam air kelapa adalah zat pengatur tumbuh. Kandungan zat pengatur tumbuh dalam air kelapa bermanfaat untuk menginduksi kalus serta menginduksi proses morfogenesis. Penggunaan air kelapa sebagai media substitusi ini diharapkan dapat menggantikan hormon sitokinin, karena dalam air kelapa mengandung Diphenil urea yang fungsinya sama seperti sitokinin untuk menumbuhkan kalus Stevia. Selain kandungan ZPT, kandungan vitamin dalam air kelapa dapat dijadikan substitusi vitamin sintetik yang terkandung pada media MS. Kandungan hara makro seperti N, P, dan K, serta beberapa jenis unsur mikro dalam air muda juga berpeluang dikembangkan lebih lanjut sebagai upaya substitusi unsur hara makro dan mikro serta sumber karbon, yakni sukrosa. (Kristina, 2012).

8 Konsentrasi air kelapa yang biasa dipakai untuk medium kultur jaringan adalah antara 10%-15% /liter (Hendaryono dan Wijayani, 1994). Seswita (2010) menambahkan bahwa, penggunaan ZPT air kelapa 15% dengan media cair sedikit lebih murah dibandingkan dengan ZPT Benzyl Adenin. Pengaruh sitokinin di dalam kultur jaringan tanaman antara lain berhubungan dengan proses pembelahan sel, proliferasi kalus (Santoso dan Nursandi, 2003). Air kelapa dapat memberikan efek yang lebih baik pada pertumbuhan kalus bila dalam media juga diberikan auksin (Gunawan, 1988). Pemberian air kelapa digunakan untuk mendorong pertumbuhan jaringan, sedangkan ZPT untuk diferensiasi sel (Abidin, 1983). Kombinasi antara auksin dan sitokinin dapat memberikan respon yang berbeda-beda tergantung dari spesies, macam organ, umur, dan konsentrasi dari hormon tumbuh itu sendiri (Hendaryono dan Wijayani, 1994). Menurut Syahid (2010), aplikasi kombinasi auksin dan sitokinin pada konsentrasi tepat mampu menghasilkan kalus dengan struktur remah. Struktur kalus remah sangat berkorelasi dengan kecepatan daya tumbuh kalus sehingga produksi metabolit sekunder tertentu yang ingin diperoleh lebih cepat dicapai. Hasil penelitian Surachman (2011) menunjukkan bahwa, penambahan air kelapa 10% pada media MS mampu menghasilkan tunas mencapai 100% pada perbanyakan nilam secara in vitro. Selain itu, Khadke (2013) juga berhasil menginduksi embrio somatik dari eksplan tangkai dan daun Nothapodytes foetida yang dikultur pada media MS dengan tambahan

9 0,5-3,0 mg/l Thidiazuron dan 20% air kelapa. Perlakuan yang sama juga dilakukan oleh Jameel (1992), dengan cara menambahkan air kelapa sebanyak 15% pada media kultur dan menunjukkan pertumbuhan kalus yang signifikan, serta pertumbuhan tunas dari eksplan daun bayam (Spinacia oleracea L.) Berdasarkan acuan tersebut diatas, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui konsentrasi 2,4-D yang dikombinasikan dengan air kelapa dalam media MS untuk menginduksi kalus stevia yang nantinya diharapkan menghasilkan pertumbuhan kalus stevia yang baik dan optimal. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka, diperoleh rumusan masalah yaitu, bagaimanakah respon pertumbuhan kalus stevia (Stevia rebaudiana B.) pada media MS dengan penambahan 2,4-D yang dikombinasikan dengan air kelapa? 1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas maka, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan kalus stevia (Stevia rebaudiana B.) pada media MS dengan penambahan 2,4-D yang dikombinasikan dengan air kelapa.

10 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, yakni: 1. Memperluas ilmu pengetahuan khususnya di bidang kultur in vitro yang berkaitan dengan kultur kalus tanaman (Stevia rebaudiana B.) 2. Memperoleh konsentrasi kombinasi 2,4-D dengan air kelapa yang terbaik untuk memacu pertumbuhan kalus Stevia rebaudiana B. secara kultur in vitro. 3. Memberikan informasi tentang penggunaan air kelapa sebagai bahan alami yang fungsinya sama seperti zat pengatur tumbuh sintetik khususnya sitokinin. 4. Sebagai tambahan informasi untuk penelitian selanjutnya di bidang kultur jaringan tumbuhan, yang berkaitan dengan metabolit sekunder. 1.5 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini, antara lain: 1. Penelitian ini hanya terbatas pada pertumbuhan kalus. 2. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media MS. 3. Zat pengatur tumbuh yang digunakan yaitu, 2,4-D 4. Air kelapa yang digunakan adalah air kelapa muda, yang ditandai dengan daging buah tidak terlalu lunak dan tidak terlalu keras, dan kulit kelapa berwarna hijau. 5. Bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah daun muda tanaman Stevia (Stevia rebaudiana B.) yang diperoleh dari Materia Medica, Batu-Malang.